SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DI IRAN ( ASIA BARAT )


MAY FANRA/SP A

Perubahan struktur dan pola kebudayaan Iran pun bergeser kearah sekuler. Program White Revolution mengganti tatanan lama ke budaya baru pelaksanaan hukum dan Undang-undang mengadopsi gaya prancis yang sekuler. Mengganti purda, cadar atau jilbab dengan semena-mena, kalender Hijriyah yang dulu telah digunakan diganti dengan kalender kerajaan dari agama Mitraisme pada kejayaan Cirus. Bahkan tak pelak lagi hukum yang berisi ayat-ayat al-Quran diganti dengan hukum sekuler.
Akibat semua ini, mengantarkan Iran ke gerbang perjuangan revolusioner yang di pimpin langsung ulama besar Ayatullah Ruhullah Musavi Khomeini. Kampanye selebaran dan rekaman di Radio dan TV di pengasingannya di prancis membuat pengikutnya semangat melawan Pahlevi. Berselang masa kedatangan Imam Khomeini di Iran maka tanggal 1 Februari 1979 berbidato membakar semangat rakyat Iran dan dinobatkan sebagai pejuang dan pemimpin spiritual rakyat Iran. Atas kemenagannya itulah raja Pahlevi digantikan kekuasaanya oleh Imam Khomeini.

Revolusi Islam Iran telah memberikan karunia, berkah dan keberhasilan yang begitu berharga bagi rakyat Iran. Revolusi ini telah menghadiahkan nilai-nilai luhur seperti tuntutan kemerdekaan, kebangkitan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan kemandirian. Nilai-nilai inilah yang mendorong rakyat Iran untuk terus berjuang memutus ketergantungan di bidang ekonomi, politik, dan budaya asing serta mewujudkan keadilan ekonomi dan kemajuan iptek.
Revolusi  yang  terjadi  pada  1979  tidak  hanya  dalam  aspek pemerintahan, tetapi juga dalam bidang pendidikan, yaitu islamisasi ilmu  pengetahuan.  Setelah  revolusi,  sekolah-sekolah  swasta dinasionalisasi, semua siswa dipisahkan menurut jenis kelamin, bukupelajaran  yang  mencerminkan  ajaran  Islam  dicetak.  Banyak perguruan tinggi yang ditutup dan dibuka kembali secara berangsurangsur mulai 1982-1983 dengan menggunakan kurikulum yang Islami (Islamisasi ilmu pengetahuan).
Waktu Pahlevi berkuasa, hampir semua sarana pendidikan terpusat di kota. Orang desa hampir tidak beruntung dalam pendidikan, akhirnya imam khomaini mendirikan madrasah hampir diseluruh pelosok dusun. Sehingga banyak melahirkan alumni sarjana agama islam.
Sejak awal Revolusi Islam, pemerintah Iran telah mencanangkan program perang melawan buta huruf. Terkait hal ini, Bapak Pendiri Revolusi Islam, Imam Khomeini menugaskan dibentuknya Lembaga Kebangkitan Melek Huruf. Upaya tindak lanjut dan tak kenal lelah lembaga ini berhasil menurunkan secara drastis angka buta huruf. Sebelum Revolusi Islam, angka buta huruf di Iran mencapai 50 persen, namun pasca Revolusi angka ini berhasil ditekan menjadi 10 persen. Prestasi cemerlang Lembaga Kebangkitan Melek Huruf ini bahkan berkali-kali mendapat pujian dan penghargaan dari lembaga-lembaga internasional, termasuk Unesco.
Di sisi lain, dalam beberapa tahun terakhir, dunia pendidikan di Iran terus mengalami kemajuan dan pertumbuhan yang pesat baik secara kualitas maupun kuantitas. Setiap tahun, terdapat banyak sekolah yang dibangun di berbagai kawasan di Iran. Pemerintah dan para praktisi pendidikan juga terus berusaha menyesuaikan kurikulum dan metode pendidikannya dengan berbagai hasil temuan baru di bidang ilmu pengetahuan.
Dunia perguruan tinggi Iran juga mengalami perkembangan dan kemajuan yang pesat pasca Revolusi Islam. Meski angka para peminat pendidikan tinggi di Iran terus meningkat tajam. Namun begitu, kini kapasitas kursi pendidikan di perguruan tinggi telah mencapai lebih dari satu juta 200 ribu kursi. Fenomena lain yang menarik di dunia kampus Iran adalah lebih dari 60 persen mahasiswa Iran adalah kaum hawa. Kenyataan ini merupakan salah satu efek dari upaya pemerintah memajukan peran kaum perempuan.
Dunia perguruan tinggi Iran juga mengalami perkembangan dan kemajuan yang pesat pasca Revolusi Islam. Meski angka para peminat pendidikan tinggi di Iran terus meningkat tajam. Namun begitu, kini kapasitas kursi pendidikan di perguruan tinggi telah mencapai lebih dari satu juta 200 ribu kursi. Fenomena lain yang menarik di dunia kampus Iran adalah lebih dari 60 persen mahasiswa Iran adalah kaum hawa. Kenyataan ini merupakan salah satu efek dari upaya pemerintah memajukan peran kaum perempuan.
Pada  1957,  Kementerian  Pendidikan  Republik  Islam  Iran mengumumkan bahwa tujuan pendidikan sebagai berikut:
1. Pengembangan pisik
2. Pengembangan sosial.
3. Pengembangan intelektual.
4. Pengembangan moral.
5. Pengembangan estetika.
            Setelah Revolusi Islam Iran pada 1979, sistem pendidikan Iran mengalami  perubahan  yang  sangat  mendasar  dan  semua  upaya pendidikan harus disesuaikan dengan prinsip-prinsip Islam. Prioritas harus diletakkan pada terjaminnya usaha membesarkan anak-anak dan generasi muda sehingga menjadi muslim yang konsekuen dan punya  komitmen  yang  tinggi  terhadap  agama  Islam. Upaya pendidikan diarahkan pada penggunaan Alquran, tradisi Islam, dan konstitusi  republik  Islam  Iran  sebagai  dasar  dalam  merumuskan tujuan dan sasaran pendidikan.
            Tujuan  dan  sasaran  pendidikan  dirumuskan  dari  berbagai sumber, termasuk konstitusi dan laporan Dewan Tertinggi perubahan dasar  pendidikan  yang  ditunjuk  oleh  Dewan  tertinggi  Revolusi Kebudayaan  Iran.  Sumber-sumber  ini  menggariskan  bahwa pembangunan  nasional  adalah  sasaran  utama  pendidikan. Pendidikan harus dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas, mewujudkan integrasi sosial, moral, dan spiritual dengan penekanan utama untuk memperkuat dan mendorong keimanan terhadap Islam. Pendidikan juga harus menekankan pentingnya peningkatan kualitastenaga kerja dalam semua jenis dan level perekonomian, dan dengandemikian, pendidikan harus dipandang sebagai investasi untuk masa depan.
            Masalah utama yang selama ini dan sampai sekarang dihadapi pendidikan Iran adalah bagaimana merekonsiliasikan antara nilai-nilai tradisional dan pengembangan masyarakat berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setelah  revolusi 1979, Republik Islam Iran menitik beratkan perhatian pada pendidikan moral individu dan masyarakat. Pengembangan bagi sekolah-sekolah harus didasarkan pada  prinsip-prinsip  ajaran  Islam.  Dengan  tekanan  utama  pada dorongan dan penguatan keimanan. Yang tidak kalah penting adalah bagaimana penghubungkan  pendidikan  dengan  pekerjaan.  Para generasi  muda  perlu  dibekali  dengan  teknik  berdasarkan  ilmu pengetahuan ilmiah serta ketrampilan kerja agar mereka sadar akan perlunya produksi industri dan pertanian.
            Pendidikan di Iran masih bersifat sentralistik terdiri dari pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan tinggi. Pendidikan dasar dan menengah di bawah naungan Departemen Pendidikan (ministry of education),  sedangkan  pendidikan  tinggi  di  bawah  naungan dan pengawasan Departemen Ilmu dan Teknologi. Jenjang  pendidikan  di  Iran  dimulai  dari  taman  kanak-kanak untuk  anak  yang  berkisar  umur  5-6  tahun,  lama  pendidikan  satu tahun,  di  mana  tahap  ini  bersifat  opsional  (tidak  diwajibkan). Pendidikan  prasekolah  pada  umumnya  diselenggarakan  oleh lembaga-lembaga swasta. Tujuan umum pendidikan awal ini adalah untuk  mempersiapkan  anak-anak  memasuki  pendidikan  formal. Kegiatan  pada  pendidikan  prasekolah  ini  antara  lain  permainan bersama,  membaca  cerita,  bernyanyi,  permainan  aktivitas,  dan pekerjaan  tangan  yang  perlengkapannya  sangat  sederhana  seperti kertas, papan tulis kertas, dan pena. Pendidikan  dasar  (Dabestan) untuk  anak  berumur  antara  6 tahun sampai dengan 11 tahun, jangka waktu pendidikan lima tahun, wajib diikuti oleh semua warga Negara. Pendidikan menengah/siklus orientasi  (Rahnamayi)  untuk anak berkisar  antara umur 11 tahun sampai dengan 14 tahun. Lama belajar 3 tahun, wajib diikuti oleh setiap warga Negara. Untuk tingkat SMA  (Dabirestan), lama belajar  3 tahun, tidak diwajibkan bagi setiap warga negara. Pada tingkat ini telah mengarah kepada keretampilan/teknis dimana antara teori dan praktik untuk
setiap program diseimbangkan. Untuk teori terdiri atas matematika, fisika, ilmu-ilmu ekspremental, sastra, dan humaniora. Sebelum  masuk  melanjutkan  ke  perguruan  tinggi  atau universitas, setiap siswa diharuskan mengikuti persiapan masuk ke perguruan  tinggi  (Konkoor)  selama  satu  tahun.  Setelah  lulus persiapan masuk perguruan tinggi, mahasiswa dapat melanjutkan ke program perguruan tinggi dengan tahapan sebagai berikut:
1. Teknik/vocational school  (Fogh-e-Diplom atauKardani)lama pendidikan dua tahun.
2. Univesitas/bachelor  degree  (Karsenase  atau licence)  lama pendidikan empat tahun.
3. Master degree  (karsenase-ye Arsyad  atauFogh Lisence)lama pendidikan dua tahun.
4. Prokram  doktor/PhD  (Karsenasi-Arshad-napayvasteh  atau Doktora) lama pendidikan tiga    tahun.
Kalender pendidikan di Republik Islam Iran berlangsung selama 10 bulan dari bulan septembar sampai dengan bulan Juni. Hari belajar sabtu sampai dengan kamis.
Pendidikan  di  Iran  didanai  oleh  pemerintah.  Walaupun  terdapat sekolah-sekolah swasta, pemerintah tetap memberikan subsidi atau subsidi guru dan staf, walaupun sumbangan dari orangtua siswa juga ada  untuk  keperluan  pemeliharaan  sekolah  (maintenance).  Biaya untuk uang sekolah pada sekolah swasta tidak terlalu tinggi.
Pendidikan  Islam  di  Iran  terintegrasi  dalam  semua  mata pelajaran  yang  diberikan  kepada  peserta  didik  melalui  nilai-nilai keislaman  dalam  semua  materi  pelajaran.  Dalam  praktiknya  di lapangan, pelaksanaannya diawasi oleh Komite Revolusi Kebudayaan yang  didirikan  pada  1980.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Abd. Rachman Assegaf, MA, Internalisasi Pendidikan, (Yogyakarta Gama Media, 2003)
M. Ali Hasan, Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Jakarta Pedoman Ilmu Jaya, 2003)
Ismatu Ropi Kusmana, Belajar Islam di Timur Tengah, (Departemen Agama RI,2007)

No comments:

Post a Comment