SISKA MAYA RENTI/014 B
Anda pernah mendengar Nama Daendels? Ya, tokoh yang sering kita dengar ini memang penuh kontroversi. Herman Willem Daendels atau di Indonesia lebih dikenal dengan nama Daendels, adalah nama seorang Gubernur Jenderal Belanda yang pernah memerintah di bumi kita tercinta ini antara tahun 1808 dan 1811. Berdasarkan buku-buku sejarah, Gubernur Jenderal Daendels dikenal sebagai seorang diktator yang sangat kejam, tidak berperikemanusiaan, dan selalu menindas rakyat demi keuntungan pemerintah Kolonial Belanda dan pribadinya.
Daendels menerima dua tugas yang diberikan oleh Louis Napoleon, yang menjadi raja di negeri Belanda pada saat itu. Kedua tugas itu adalah: mempertahankan Pulau Jawa agar tidak jatuh ke tangan Inggris dan memperbaiki sistem administrasi negara di Jawa. Dan untuk melakukan tugas itu, dirinya berusaha membangun Jalan antara Anyer sampai dengan Panarukan. Menurut beberapa sumber sejarah, Jalur jalan ini melalui garis pantai dari Batavia menuju Carita, Caringin, menembus Gunung Pulosari, Jiput, Menes, Pandeglang, Lebak hingga Jasinga (Bogor).
Pembangunan jalan Daendels dari Anyer (Banten) sampai Panarukan (Jawa Timur) sejauh 1000 km pada tahun 1809 – 1810 yang bertujuan untuk mempercepat tibanya surat-surat yang dikirim antar Anyer hingga Panarukan atau sebagai jalan pos, namun jalan-jalan itu dalam perkembangan selanjutnya banyak dipengaruhi kehidupan masyarakat disekitarnya dan telah berubah fungsinya antara lain mejadi jalan ekonomi atau jalan umum dan kini sudah banyak bangunan disekitarnya.
Rute jalan Daendels di Kabupaten Serang sampai saat ini sebetulnya masih dihantui oleh kesimpangsiuran informasi. Karena yang beredar di masyarakat ada dua pendapat ada yang berpendapat bahwa jalan Daendels melewati Kabupaten Lebak, namun ada juga yang menyatakan hanya melewati Kabupaten Serang saja. Memang, menelusuri jalan Daedels dari titik km nol di Anyer hingga 1000 km di Panarukan, orang sering bingung untuk menentukan rute yang benar apakah melalui Serang ataukah melalui Lebak, beberapa masyarakat yang dihubungi, hanya mengenal jalan Daendels dari Anyer sampai Serang. Tidak itu saja di Banten juga banyak jalan-jalan yang bercabang dan masyarakat setempat menamakannya jalan Daendels.
Kesimpangsiuran informasi itu menurut Halwany Michrob, wajar-wajar saja sebab pembuatan jalan Deandels saat itu melakukannya dalam dua tahapan, tahap pertama merupakan pembuatan jalan untuk membuka poros Batavia – Banten pada tahun 1808, pada masa itu Daendels memfokuskan kegiatannya pada pembangunan dua pelabuhan di utara (Merak) dan di selatan (Ujung Kulon). Jalur ini melalui garis pantai dari Batavia menuju Carita, Caringin, menembus Gunung Pulosari, Jiput, Menes, Pandeglang, Lebak hingga Jasinga (Bogor). Tahap kedua dimulai tahun 1809, Dari Anyer melalui Pandeglang jalan bercabang dua menuju Serang (utara) dan Lebak (selatan). Dari Serang, rute selanjutnya Ke Tangerang, Jakarta, Bogor, Puncak, Cianjur, Bandung, Sumedang, Cirebon hingga Panarukan, sepanjang pantai utara Pulau Jawa. Jalan inilah jalan yang di sebut jalan utama atau jalan protokol, tetapi itu tidak berarti bahwa tidak ada cabang-cabang jalan lainnya yang dilewati oleh Daendels.
Di daerah tertentu, banyak rute khusus yang sengaja di bangun oleh Daendels pada masa itu terutama daerah pusat Kabupaten karena untuk mempermudah transportasi pengangkutan rempah-rempah keluar daerah tersebut. Banten merupakan tempat yang paling banyak memiliki cabang-cabang Jalan Deandels sebab Banten cukup banyak menghasilkan rempah-rempah. Anyer dijadikan titik km nol karena kota ini sudah di pola Daendels untuk mempermudahkan pengangkutan hasil bumi dari Banten menuju dua pelabuhan yaitu pelabuhan Merak dan Pelabuhan Ujung Kulon. Banten sendiri sudah dilokalisasi dalam segi hasil bumi oleh Daendels karena Banten Subur dan Kaya akan hasil buminya terutama rempah-rempah.
Hingga saat ini, sebagian besar jalan Daendels masih terpakai bahkan yang lama sengaja diperbaharui supaya dapat digunakan. Jalan Daendels yang tidak dapat digunakan lagi adalah daerah Pontang dan Bayah, karena hancur dan tidak diperbaiki kembali. Sementara itu Daendels sempat memerintahkan pembuatan jalan di selatan Pulau Jawa, rutenya di mulai dari sebelah barat Jawa yakni; Bayah menuju Pelabuhan Ratu, terus ke selatan ke daerah Sukabumi, Cimanuk dan seterusnya hingga ke Pangandaran, Purwokerto dan Yoyakarta. Jalan Daendels yang lebih di kenal oleh masyarkat adalah jalan bagian utara Jawa, ini disebabkan karena jalan di utara melalui rute yang berhadapan langsung dengan rute Batavia, sedangkan jalan bagian selatan Jawa selain kondisi jalannya rusak banyak juga yang terputus seperti jalan Bayah sampai Citorek.
Ada beberapa versi mengenai sejarah pembuatan jalan ini, ada yang mengatakan bahwa Daendels membuat jalan Anyer – Panarukan ini karena ingin mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris, sehingga Pulau Jawa perlu dibangun jalan guna menghubungkan suatu daerah ke daerah lain agar dapat mempercepat kabar berita dan alur transportasi. Secara kronologis, pada tahun 1808 datanglah Herman Willem Daendels dari Belanda ke Banten, waktu ia datang ke Indonesia negaranya tengah di jajah oleh Perancis. Sebagai murid yang disayangi Napoleon, akhirnya Daendels dikirim ke Indonesia untuk menggantikan Gubernur Jendral dari Belanda yang ada di Indonesia oleh Napoleon Bonaparte (Dr. H.J. de Graaf; 363-370, 1949). Dengan segala upaya akhirnya Daendels mendapatkan bantuan dari rakyat Banten berupa rempah-rempah untuk dikirim ke Perancis dan Belanda sebagai upeti, jadi tidak mengherankan jika ia membuat kerja rodi dan tanam paksa (verplichte diensten) karena jika tidak, ia tidak bisa memberikan upeti pada kedua negara itu.
Pada tahun 1808-1809 Daendles mulai pembuatan jalan dengan rute Batavia-Banten tahap pertama, pada saat itu rakyat masih mau menghimpun kekuatan untuk melaksanakan perintah paksa Daendles, namun setelah terjangitnya penyakit malaria dan banyak yang tewas, maka rakyat menghentikan bantuannya. Karena banyaknya korban pada pembuatan jalan Batavia-Banten masih simpang siur, menurut beberapa sejarahwan Indonesia, yang meninggal sekitar 15.000 orang dan banyak yang meningal tampa dikuburkan secara layak. Walaupun demikian Daendels semakin keras menghadapi rakyat, ia tidak segan-segan memerintahkan tentaranya menembak mati rakyat yang lalai atau tidak mau bekerja dalam pembuatan jalan apapun alasannya.
Sementara itu ada yang beranggapan jalan Daendels dibuat untuk jalur pos atau Jalan Pos Raya (Grote Postweq), namun Halwany beranggapan bahwa jalan Daendels sebagai siasat untuk memperlancar jalur ekonomi, politik dan pemerintahan. Jadi yang dikatakan jalan pos disini maksudnya adalah sebagai sentral untuk pemerintahan agar sistim birokrasi pola pikirnya sampai ke bawah.
Keadaan jalan Daendels saat ini dari titik nol km yang bertempat di Anyer Kidul, Desa Cikoneng menuju Serang maupun Pandeglang dibandingkan dengan situasi dan kondisi 180 tahun yang lalu, memang jauh berbeda baik cara hidup masyarakat setempat ataupun alam sekitarnya. Pada saat tanam paksa pembuatan jalan hanya hutan belantara dengan kehidupan binatang yang ada dan di dukung oleh keadaan pantai yang indah menawan belum terjamah manusia. Puluhan orang pribumi atas perintah paksa menerobos hutan dan jadilah jalan tembus untuk mempernudah arus angutan hasil-hasil bumi. Menurut ceritera penduduk setempat, pada pembuatan jalan Daendles (kerja rodi) ini setiap jarak 25 meter di tanami pohon asem di pinggir badan jalan, itu dilakukan agar badan jalan yang telah di buat tetap terpelihara adan terjaga.
Menginjak tahun 1950-an, sepanjang jalan pantai Selat Sunda ini masih sunyi, karena tidak seminggu sekali pun kendaraan roda empat melintas ke tempat ini kecuali kereta api yang melintas jurusan Rangkasbitung – Anyer itupun sehari sekali pulang-pergi mengangkut para penumpang, tapi sejak tahun 1970 di Anyer tak ada lagi ada kereta api yang melintas dan yang ada tinggal sebuah stasiun tua yang sunyi dan sepi. Beberapa masyarakat berpendapat waktu tahun 1972, jangankan malam hari pada siang hari saja masih sering menemukan rombongan binatang seperti; monyet, kancil, manjangan, kelinci maupun sesekali terlihat macan. Sekarang jalan itu telah ramai di lalui kendaraan bermotor, tak kelihatan lagi gerobak yang biasa lewat mengangut singkong ataupun pisang malah yang banyak terlihat tembok-tembok bangunan milik penduduk berjejer bahkan vila dan hotel pun telah menutupi hampir semua kawasan pantai Selat Sunda itu. Tidak hanya itu saja pabrik-pabrik pun telah memadati kawasan ini termasuk tambak udang, sekarang tidak ada lagi kelihatatan binatang liar yang bebas bergelantungan di pohon-pohon maupun bergerombol di pinggiran jalan. Binatang ini telah pergi entah kemana.
Secara singkat mari kita lihat rute jalan Anyer sampai Panarukan
· Ruas jalan Anyer Cilegon ruas pertama yang dilebarkan hingga 7 meter
· Dari Cilegon membelok ke timur laut menuju alun-alun bekas Istana Sorosowan-Banten Lama
· Banten Lama-Serang-Tangerang
· Daan Mogot-Pangeran Tubagus Angke-Gadjah Mada/Hayam Wuruk-Harmoni
· Weltrevreden (Gambir)-Waterlooplein (Lapangan Banteng)-Istana Weltervreden (RSPAD Gatot Subroto)-Asrama Tentara (Hotel Borobudur)-Koningsplein (taman raja, Lapangan Monas), dapat menampung 70.000 tentara berlatih
· Kantor baru di utara Lapangan Banteng (jadi Gedung Departemen Keuangan)
· Gereja katolik pertama di Jakarta (terbakar pada kebakaran besar tahun 1828)-Senen, Manggarai.-Meester Cornelis (Jatinegara)-barak-gudang senjata-pusat pendidikan militer-Pusat artileri (Penjara Wanita Bukit Duri)-Palmeriam-Depok-Cibinong-
· Bogor-(Jl Raya Pajajaran) melalui kawasan -Warung Jambu-jln Jend.Sudirman(museum PETA)-Gereja Zebaoth-Surya Kencana-Baranangsiang Tajur-Daendels tinggal di Istana Gubernur Jenderal (Istana Bogor) dan memperluasnya
· Megamendung-perkebunan the milik Riemsdijk. Jalur sulit. Di ruas Megamendung 500 pekerja tewas, tulis Nicolaus Engelhard (salah satu mantan Gubernur Jawa)
· Cianjur-Padalarang-Bandung
· Tidak melewati ibukota Bandung.
· Daendels memerintahkan Adipati Wiranatakusumah (penguasa Bandung) agar memindahkan ibukota Bandung di Krapyak (10 tahun di selatan) ke Kilometer 0, di depan Gedung Bina Marga, Jl Asia Afrika.
· Jl Asia Afrika, Jl Jenderal Sudirman, Jl Jen Ahmad Yani, melalui Gedung Sate terus ke arah Cileunyi, Jatinangor
· Ciherang, menjelang Sumedang
· Di bawah jalan lama pemerintah sudah membuat jalan yang lebih landai yang keduanya bertemu di Desa Singkup (dari kata scoop atau sekop). Katanya saat itu sekop pertama kali diperkenalkan oleh Belanda.
· Pada ruas ini di jalan agak mendatar sebelum puncak bukit ada Kampung Pamucatan,pos pergantian kuda dan pelepasan kerbau beban.
· Awalnya Jalan Raya Pos berakhir di Karang Sembung, 10 kilometer selatan Cirebon.
· Tanggal 5 Mei 1808 dalam perjalanan dari Bogor ke Semarang, Daendels memerintahkan para Bupati se Jawa meneruskan pembangunan Jalan Raya Pos tahap pertama Anyer Cirebon diteruskan sampai ke Jawa Timur
· Cirebon-Semarang
· Di Semarang melewati Lawang Sewu (Kantor Pusat Jawatan Kereta Api Belanda), dan Jl Bojong (Jl Pemuda)
· Waktu tempuh Semarang Batavia yang semula dua minggu dipersingkat menjadi 4 hari
· Jalan raya yang terutama sering digunakan sebagai jalan pengiriman pos antar kota di Jawa, didukung 1000 kuda dan pos pergantian tiap 10 kilometer, menyebabkan jalan ini di sebut Jalan Raya Pos
· Semarang-Gresik
· Di Pati dan Demak memotong Alun-alun Kota ditengahnya(mengubah tata kota dan kosmologi Jawa), menyurutkan kekuatan kosmis istana raja-raja
· Surabaya
· Melalui kawasan jembatan merah, Jl Veteran terus ke selatan.
Penjara Kalisosok
Penjara Kalisosok
· Wonokromo-Sidoarjo-Porong-Bangil-Pasuruan-Probolinggo-Kreaksaan-Besuki-Pasir putih Panarukan
Jalan raya pos ini sudah mengalami perubahan yg signifikan seperti pengaspalan hotmiks yg bisa dipakai sehari-hari.
Perlu diketahui
ü Umur jalan ini adalah 201 thn (1808-2009)
ü Landmark Anyer ketika itu adalah sebuah Mercu Suar, 5,4 km di selatan perkampungan Anyer.dan dijadikan patokan km 0 Anyer
ü Perlu diingat bahwa semua bangunan di ruas jalan raya Anyer-Cilegon yang berbatasan atau dekat dengan laut, termasuk Menara Suar di selatan Anyer itu, musnah dilanda tsunami akibat meletusnya gunung Krakatau pada Agustus tahun 1883 oleh karena itu dibuat sebuah tugu Kilometer 0, Anyer-Panarukan (dan diberi angka tahun 1806)
ü Pengembangan pembangunan sampai 200 tahun setelahnya, menggeser jalan tersebut kepada jalan yang ada sekarang
ü Ada juga yang mengatakan Jalan Raya Pos dari Alun-alun Serang langsung mengarah ke Banten lama kea arah Benteng Speelwijck melalui dekat stasiun kereta api Kramatwatu
ü Salah satu pemicu pertempuran VOC dgn Raja setempat adalah jalur jalan raya pos yg melintas di pemakaman Raja-raja & Sultan-sultan setempat
ü Pembangunan jalan Tol Merak Jakarta lebih mengurangi arti Jalan Raya Pos sebagaimana semula dimaksudkan pada saat pembangunannya
ü Setelah ratusan tahun dikembangkan, jalan raya Serang Jakarta ini cukup menanggung beban yang kian berat
ü Setiap jarak 30-40km terdapat Gardu Pos untuk menggantikan kuda yang membawa Kereta-Pos. Lama-kelamaan disekitar gardu Pos terbentuk Desa atau kota. Dulu sebetulnya hanya tempat kandang kuda kereta pos. Sehingga pengiriman Pos terus berjalan sampai ditujuan. Sekarang jika diperhatikan jarak antara tiap kota sepanjang Pantura sekitar 30-40km.
ü Ruas megamendung (puncak) adalah ruas yg paling sedikit memakan korban terhitung 500 pekerja tewas
ü Ruas Sumedang adalah yg paling bnyak memakan korban terhitung 5000 pekerja tewas
ü Medan tersulit adalah Ruas Sumedang karena harus membobok batu cadas berkilo2 meter
ü Hebatnya walaupun panjangnya 1000km,tp jalan ini selesai dlm tempo 1 thn
DAFTAR PUSTAKA
Ø Asril, M.Pd.Sejarah Indonesia (zaman penjajahan bangsa Eropa). FKIP-Universitas Riau. 2015
Ø Marwati Djoened Poesponegoro.Sejarah Nasional Indonesia III.Balai Pustaka:Jakarta,2008
Ø Drs.Supardiono.sejarah untuk SMP/MTs.CV.Gema Nusa.2010
Ø Kemala Ekspresi. SPd.Buku ajar sejarah.SMAN 1 Kec. Harau.2012
Ø Sumber : http://sejarah-anyer-panarukan.com/
No comments:
Post a Comment