Debora hutagalung/2014 b/SI IV
Pada perang dunia ke 2 jepang mengalami kekalahan, hal ini sekutu memerintahkan jepang supaya mempertahankan keadaan di Indonesia seperti pada saat penyerahan kekuasaan. Hal itu menandakan bahwa Sekutu tidak menghendaki adanya perubahan di Indonesia. Padahal di Indonesia sudah terjadi perubahan yaitu bangsa Indonesia sudah memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Pemerintah Republik Indonesia yang baru saja terbentuk setelah memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Di hadapkan pada tantangan dengan kedatangan tentara Sekutu yang di bonceng Belanda. Belanda yang ingin kembali ke Indonesia berhadapan kembali dengan bangsa Indonesia yang telah memproklamasikan kemerdekaanya. Oleh karena itu, terjadilah konflik Indonesia-Belanda dan berbagai upaya diplomasi untuk menuju penyelesaian akhir konflik tersebut. Di lain pihak, bangsa Indonesia sedang sibuk melakukan upaya-upaya perebutan kedaulatan dari tangan Jepang. Rakyat Indonesia juga berusaha untuk memproleh senjata dari tangan Jepang. Karena pihak Jepang enggan menyerahkan senjatanya, maka terjadilah pertempuran-pertempuran dahsyat di berbagai daerah. Proses perebutan kekuasaan tersebut berlangsung dari bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober. BKR dan badan-badan
perjuangan yang di bentuk oleh pemuda itulah yang memplopori perebutan kekuasaan dan perebutan senjata dari tangan Jepang. Dengan demikian pertempuran-pertempuran yang pertama terjadi melawan pihak Jepang. Pimpinan Tentara Keenambelas Jepang di Jawa tidak pernah mau mengakui adanya Republik Indonesia, karena mereka terikat kepada komitmen untuk-sebagai pihak yang kalah perang-memelihara status-quo sejak tanggal 15 Agustus 1945 tatkala pucuk pimpinan Negara mereka menyerah kepada Sekutu. Setelah berhasil menang dalam Perang Dunia ke II, pasukan sekutu yang mendapat tugas masuk ke Indonesia adalah tentara kerajaan Inggris. Pasukan tersebut terbagi dua, yaitu :
a) SEAC (South East Asia Command) di bawah pimpinan Laksamana Lord Luis Mountbatten Untuk wilayah Indonesia bagian Barat.
b) SWPC ( South West Pasific Command) untuk wilayah Indonesia bagian Timur.
Perebutan kekuasaan itu dimulai dari kedatangan pasukan Sekutu ke pulau Jawa dan Sumatra. Mereka ada di bawah komando Asia Tenggara (South East Asia Comand atau SEAC) di bawah pimpinan Laksamana Lord Luis Mountbatten. Perwira Sekutu yang pertama kali datang ke Indonesia, yakni pada tanggal 14 September 1945, adalah Mayor Kemayoran. Tugas Greenhalgh adalah untuk mempersiapkan pembentukan Markas besar Serikat di Jakarta Kedatangan Greenhalgh disusul oleh berlabuhnya kapal penjelajah Cumberland yang mendarat kan pasukan di Tanjung Priok pada tanggal 29 September 1945. Kapal itu membawa Panglima Skadron Penjelajah Inggris, yakni Laksamana Muda W.R Patterson. Pasukan Sekutu yang bertugas di Indonesia ini merupakan komando bawahan dengan tiga divisi dari SEAC yang di beri nama Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) dan ada di bawah pimpinan Letnan Jendral Sir Philip Christison. Tugas dari pada AFNEI di Indonesia adalah melaksanakan perintah Gabungan Kepala Staf Serikat yang di berikan kepada SEAC, di antaranya adalah :
1) Menerima penyerahan dari tangan Jepang.
2) Membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu.
3) Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk di pulangkan.
4) Menegakan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian diserahkan kepada pemerintahan sipil.
5) Menghimpun keterangan tentang penjahat perang dan menuntut mereka di depan pengadilan.
Sekutu Kedatangan pasukan-pasukan Sekutu itu di sambut dengan sikap netral oleh pihak Indonesia. Akan tetapi setelah di ketahui bahwa pasukan Sekutu/Inggris itu datang membawa orang-orang NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang dengan terang-terangan hendak menegakan kembali kekuasaan Hindia Belanda, sikap pihak Indonesia berubah menjadi minimal curiga, maksimal bermusuhan.
Situasi keamanan dengan cepat merosot menjadi buruk sekali, sejak NICA mempersenjatai kebali orang-orang KNIL yang baru dilepaskan dari tawanan Jepang. Orang-orang NICA dan KNIL di Jakarta, Bandung dan kota-kota lain kemudian memencing kerusuhan dengan cara mengadakan provokasi-provokasi bersenjata. Agaknya Christison telah memperhitungkan bahwa usaha pasukan-pasukan Sekutu tidak akan berhasil tanpa bantuan Pemerintah Republik Indonesia. Karenanya Christison berunding dengan Pemerintah Republik Indonesia dan mengakui de facto Republik Indonesia pada tanggal 1 Oktober 1945. Dan sejak pengakuan de facto terhadap Pemerintah Republik Indonesia dari panglima AFNEI itu, masuknya pasukan Serikat ke wilayah Republik Indonesia di terima dengan terbuka dan baik oleh pejabat-pejabat Republik Indonesia, karena menghormati tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Pasukan-pasukan Sekutu. Pengakuan ini diperkuat dengan penegasan Christison bahwa ia tidak akan mencampuri persoalan yang menyangkut status ketatanegaraan Indonesia. Namun kenyataannya adalah lain di kota-kota lain yang didatangi oleh pasukan Sekutu lalu terjadi insiden-insiden bahkan pertempuran-pertempuran dengan pihak Republik Indonesia. Hal itu di sebabkan karena pasukan-pasukan Serikat atau Inggris itu tidak menghargai pemimpin-pemimpinya, baik di Pusat maupun di Daerah-daerah. Seperti yang terjadi di kota Jakarta sendiri, beberapa orang anggota Pimpinan Nasional kita diteror bahkan meningkat sampai kepada percobaan pembunuhan. di kota lain seperti di Surabaya terjadi Pertempuran Surabaya yang di pimpin oleh Bung Tomo, Peristiwa heroik ini pecah pada tanggal 10 November yang di kenal dengan Hari Pahlawan karena banyaknya pejuang-pejuang Indonesia yang gugur dikota Surabaya tersebut. Di kota Magelang terjadi pertempuran Ambarawa yang di pimpin Oleh Jendral Soedirman peristiwa heroik ini terjadi pada tanggal 20 Oktober 1945. Dan di kota Medan, Bandung, dan Semarang pecah pertempuran antara pasukan Serikat dengan Pemuda-pemuda Indonesia. Sementara itu perlawanan terhadap pasukan Sekutu meningkat sampai akhir tahun 1945. Pihak Sekutu yang merasa kewalahan, menuduh RI tidak mampu menegakan keamanan dan ketertiban, terutama di Jawa Barat. Daerah itu dianggap sebagai tempat merajalelanya terorisme. Sudah barang tentu anggapan itu mendapat sabutan hangat dari Panglima Angkatan Perang Belanda Laksamana Helfrich. Ia memerintahkan pasukannya untuk membantu pasukan jendral Christison melaksanakan tugas di Jawa Barat. Pemerintah Indonesia dengan tegas menolak tuduhan tersebut, dengan sekali lagi memperingatkan pasukan Sekutu akan tugas-tugas mereka yang sesungguhnya dan bahwa mereka tidak berhak mencampuri persoalan politik. Persoalan politik adalah semata-mata urusan pihak Indonesia dan Belanda. Tugas yang di hadapi oleh pasukan Indonesia dan Sekutu adalah sama yakni menegakan keamanan dan ketertiban. Tidak amannya dan tidak tertibnya keadaan, disebabkan karena teror yang dilakukan oleh pihak gerombolan NICA. Dan perbuatan itulah yang di tentang oleh rakyat Indonesia. Demikianlah peroses datangnya Belanda dan Sekutu yang menimbulkan berbagi masalah, karena Belanda ingin menjajah Indonesia kembali tetapi dengan perjuangan Bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan, hingga kini bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat dan merdeka sepenuh nya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prof. Habib Mustopo dkk. 2006. Buku Sejarah Kelas III. Jakarta ; Yudistira
2. Marwati Djoened Poesponegoro dkk. 1984. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
3. Sukanto,dkk.2006.Sejarah Nasional.Jakarta:PT.Pusaka
No comments:
Post a Comment