Khairin Nisa/pis
Pada awalnya, Kerajaan Pelalawan bernama Kerajaan Pekantua, karena dibangun di daerah bernama Pematang Tuo. Sekarang masuk Desa Tolam, Kecamatan Pelalawan, Kabupaten Pelalawan. Setelah berhasil membangun kerajaan, raja pertama Pekantua, Maharaja Indera (1380-1420), membangun Candi Hyang di Bukit Tuo (sekarang wilayah Pematang Buluh atau Pematang Lubuk Emas) sebagai wujud rasa syukur.
Wilayah kerajaan Pelalawan yang sekarang menjadi kabupaten Pelalawan, berawal dari Kerajaan Pekan tua yang didirikan oleh Maharaja Indera sekitar tahun 1380 M. beliau adalah bekas orang besar Kerajaan Temasik (Singapura). Maharaja Indera (1380-1420 M) membangun kerajaan pekantua di sungai Pekantua (anak sungai Kampar, sekarang temasuk Desa Tolam, Kecamatan Pelalawan, Kabupaten Pelalawan) pada tempat bernama Pematang tuo dan kerajaannya dinamakan Pekantua.
Kerajaan Malaka pada masa pemerintahan Sultan Mansur Syah (1459-1477 M) menyerang Kerajaan Pekantua, dan kerajaan Pekantua dapat dikalahkan. Kemudian Sultan mengangkat Munawar Syah sebagai Raja Pekantua. Pada upacara penebalan, diumumkan bahwa kerajaan Pekantua berubah menjadi "kerajaan Pekantuan Kampar"
Ketika kerajaaan Johor dipimpin oleh Sultan Abdul Jalil Syah (cucu Sultan Alauddin Syah II, Raja Kampar), Tun Megat di Kerajaan Pekantua Kampar meminta salah seorang keturunan Sultan Alauddin Riayat Syah II kembali ke Pekantua Kampar untuk menjadi raja. Sekitar tahun 1590 M, Raja Abdurrahman dinobatkan menjadi Raja Pekantua Kampar dengan gelar "Maharaja Dinda" (1590-1630 M). selanjutnya beliau memindahkan pusat kerajaan Pekantua Kampar dari Pekantua ke Bandar Tolam.
Setelah mangkat, Maharaja Dinda digantikan oleh puteranya Maharaja Lela I, yang bergelar Maharaja Lela Utama (1630-1650 M), tak lama kemudian beliau pun mangkat, dan digantikan oleh puteranya Maharaja Lela Bangsawan (1650-1675 M), selanjutnya digantikan puteranya Maharaja Lela Utama (1675-1686 M), lalu Maharaja Wangsa Jaya M).
Ketika Maharaja Wangsa Jaya (1686-1691 M) mangkat digantiakn oleh puteranya Maharaja Muda Lela (1691-1720 M), yang kemudian digantikan oleh puteranya Maharaja Dinda II (1720-1750 M). Pada masa maharaja Dinda II sekitar tahun 1725 M terjadi pemidahan pusat kerajaan Pekantua Kampar ke Sungai Rasau, salah satu anak sungai Kampar,dan nama kerajaan "Pekantua Kampar" diganti menjadi kerajaan "PELALAWAN". setelah beliau mangkat, digantikan puteranya Maharaja Lela Bungsu (1750-1775 M), yang berhasil membuat hubungan dagang dengan daerah sekitarnya.
Kerajaan Pelalawan yang telah melepaskan diri dari ikatan kerajaan Johor diserang oleh kerajaan Siak pada masa Sultan Syarif Ali (1784-1811 M). serangan yang dipimpin oleh Said Abdurrahman, adik Sultan Syarif Ali dapat menaklukan Kerajaan Pelalawan. Sultan Said Abdurrahman melakukan ikatan persaudaraan yang disebut "Begito" (pengakuan bersaudara dunia dan akhirat) dengan Maharaja Lela II, Raja Pelalawan saat itu.
Pada masa pemerintahan Maharaja Lela Utama, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Sungai Nilo. Kerajaan ini dinamakan Kerajaan Tanjung Negeri. Setelah mangkat, Maharaja Lela Utama digantikan oleh putranya, Maharaja Wangsa Jaya (1686-1691).
Pada masa pemerintahan Maharaja Wangsa Jaya, banyak wilayah Tanjung Negeri yang diserang wabah penyakit, sehingga membawa banyak korban jiwa rakyatnya. Meskipun demikian, para pembesar kerajaan belum mau memindahkan pusat kerajaan dari Tanjung Negeri. Maharaja Wangsa Jaya mangkat dan digantikan oleh putranya, Maharaja Muda Lela (1691-1720). Pada masa ini, keinginan untuk memindahkan pusat kerajaan dari Tanjung Negeri belum juga disepakati para pembesar kerajaan. Meski demikian, perdagangan dengan Kuantan dan negeri-negeri lain terus berjalan, terutama melalui Sungai Nilo.
Silsilah
Berikut ini urutan penguasa di Pelalawan, sejak era pra Islam hingga era Islam:
a. Kerajaan Pekantua (1380-1505)
- Maharaja Indera (1380-1420)
- Maharaja Pura (1420-1445)
- Maharaja Laka (1445-1460)
- Maharaja Sysya (1460-1480)
- Maharaja Jaya (1480-1505).
b. Kerajaan Pekantua Kampar (1505-1675)
- Munawar Syah (1505-1511)
- Raja Abdullah (1511-1515)
- Sultan Mahmud Syah I (1526-1528 )
- Raja Ali/Sultan Alauddin Riayat Syah II (1528-1530)
- Tun Perkasa/ Raja Muda Tun Perkasa (1530-1551)
- Tun Hitam (1551-1575)
- Tun Megat (1575-1590)
- Raja Abdurrahman/Maharaja Dinda (1590-1630)
- Maharaja Lela I/Maharaja Lela Utama (1630-1650)
- Maharaja Lela Bangsawan (1650-1675 ).
c. Kerajaan Tanjung Negeri (1675-1725)
- Maharaja Lela Utama (1675-1686)
- Maharaja Wangsa Jaya (1686-1691)
- Maharaja Muda Lela (1691-1720)
- Maharaja Dinda II (1720-1725).
d. Kerajaan Pelalawan (1725-1946)
- Maharaja Dinda II/Maharaja Dinda Perkasa/Maharaja Lela Dipati (1725-1750)
- Maharaja Lela Bungsu (1750-1775)
- Maharaja Lela II (1775-1798)
- Sayid Abdurrahman/Syarif Abdurrahman Fakhruddin (1798-1822)
- Syarif Hasyim (1822-1828)
- Syarif Ismail (1828-1844)
- Syarif Hamid (1844-1866)
- Syarif Jafar (1866-1872)
- Syarif Abubakar (1872-1886)
- Tengku Sontol Said Ali (1886-1892 )
- Syarif Hasyim II (1892-1930)
- Tengku Sayid Osman/Pemangku Sultan (1930-1940)
- Syarif Harun/Tengku Sayid Harun (1940-1946).
3. Periode Pemerintahan
Periode pemerintahan di Pelalawan dibagi menjadi dua: periode pra Islam dan pasca Islam. Pada era pra Islam, kerajaan ini masih bernama Pekantua. Sementara pada era Islam, ada tiga kali pergantian nama, dari Pekantua Kampar, kemudianTanjung Negeri, dan terakhir Pelalawan. Kerajaan ini eksis dari tahun 1380 hingga 1946.
4. Wilayah Kekuasaan.
Wilayah kerajaan ini mencakup daerah yang tidak terlalu luas, hanya Pelalawan dan sekitarnya.
5. Struktur Pemerintahan
Raja merupakan pimpinan tertinggi di kerajaan ini. Dalam menjalankan tugasnya, raja dibantu oleh Mangkubumi, dan beberapa Orang Besar yang mengepalai daerah tertentu dalam wilayah Kerajaan Pelalawan.
Istana Sayap Pelalawan Kerinci
Bangunan Istana Sayap terdiri atas bangunan induk dan bangunan anak. Bangunan Induk merupakan tempat Sultan beserta keluarga serta orang-orang yang bertugas di tempat tersebut. Di bangunan ini pula dibuat ruang Penghadapan atau ruang Peterakna,bilik tidur, serta ruangan anjungan yang diisi dengan segala macam alat dan perlengkapan kerjaaan.
Disebelah depan yang menyatu dengan bangunan induk, terdapat ruang Selasar Dalam dan ruang Selasar Luar, yakni tempat untuk menghadap rakyat dan orang-orang besar kerajaan. Sementara di bagian belakang dari bangunan Induk, ada ruangan Telo, di belakangnya lagi terdapat ruangan Penanggah yakni tempat kegiatan pekerja rumah tangga dari istana serta alat kelengkapan jamuan dan sebagainya.
2. Sejarah Pelalawan Sebagai Kabupaten
Sebelum pemekaran terjadi, Kabupaten Pelalawan termasuk ke dalam bagian Kabupaten Kampar yang saat itu memiliki kawasan yang sangat luas. Kabupaten Pelalawan resmi dimekarkan pada tanggal 12 Oktober 1999, yang kemudian disahkan melalui Undang-undang Nomor 53 tahun1999 dengan ibu kotanya adalah Pangkalan Kerinci. Saat ini Kabupaten Pelalawan telah berkembang menjadi 12 daerah Kecamatan, terdiri atas 4 daerah Kecamatan Definitif serta 8 daerah Kecamatan Pembantu, diantaranya adalah sebagai berikut:
Kecamatan Definitif :
1. Kecamatan Langgam dengan luas 916,61 km2
2. Kecamatan Bunut dengan luas 1.339,96 km2
3. Kecamatan Pangkalan Kuras dengan luas 2.158,68 km2
4. Kecamatan Kuala Kampar dengan luas 4.656,34 km2
Kecamatan Pembantu:
1. Kecamatan Pangkalan Kerinci dengan luas 616,40 km2
2. Kecamatan Ukui dengan luas 407,73 km2
3. Kecamatan Pelalawan dengan luas 930,63 km2
4. Kecamatan Pangkalan Lengsung dengan luas 472,73 km2
5. Kecamatan Kerumutan dengan luas 773,86 km2
6. Kecamatan Teluk Meranti dengan luas 217,49 km2
7. Kecamatan Bandar Petalangan dengan luas 365,26 km2
8. Kecamatab Bandang sekijang dengan luas, 98,90 km2
Saat ini Kabupaten Pelalawan telah berkembang pesat dengan pembangunan fisik yang cukup terlihat. Sebagai kabupaten yang masih baru, Pelalawan bisa dibilang sebagai kabupaten yang cukup maju.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pariwisata, Profil Pariwisata Kabupaten Pelalawan Tuah Negeri Seiya Sekata, 2007, Pangkalan Kerinci
http://ebbysaputra.blogspot.com/2013/02/sejarah-kabupaten-pelalawan-provinsi_3686.html
No comments:
Post a Comment