Kabupaten Karimun dari Perspektif Sejarah dan Sosial Ekonomi
DARI RIS KEMBALI KE NKRI
CYNDI DWI RAHMADANI
A. Latar Belakang Terbentuknya RIS
Pada tanggal 15 Juli 1946, Dr. H.J. van Mook memprakarsai penyelenggaraan konferensi di Malino, Sulawesi Selatan. Konferensi ini dihadiri oleh beberapa utusan daerah yang telah dikuasai Belanda. Konferensi Malino membahas pembentukan Negara-negara bagian dari suatu Negara federal. Berawal dari konferensi tersebut, Van Mook atas nama Negara Belanda mulai membentuk negara-negara boneka yang tujuannya adalah untuk mengepung dan memperlemah keberadaan Republik Indonesia. Dengan terbentuknya Negara-negara boneka, RI dan Negara-negara bagian akan dengan mudah diadu domba oleh Belanda. Hal ini merupakan perwujudan dari politik kolonial Belanda, yaitu devide et impera. [1]
AWAL MULA BERDIRINYA KERAJAAN INDERAGIRI
CYNDI DWI RAHMADANI
Nama inderagiri konon katanya berasal dari nama sebuah anak sungai yang terdapat di kawasan itu yang dulunya bernama pangandalandiri. Selain itu nama inderagiri di tulis sesuai dengan tata ejaan mengikuti zaman. Umpamanya dalam peta yang dibuat oleh laksemana perancis Agustin de beaulieu pada abad ke 17 sebagai hasil lawatannya ke Aceh maka nama ini tertulis sebagai Andrigiri. Demikian pula dengan penulisan nama inderagiri dalam bahasa lain dengan tata-ejaan yang berubah-ubah senantiasa mengikuti perkembangan kebudayaan. Dalam sejarah melayu nama inderagiri dapat dijumpai berkali-kali, di dalam salah satu versi Hikayat Hang Tuah terdapat keterangan tentang inderagiri.
SEJARAH KOTA DUMAI
SEJARAH KOTA BERTUAH TANJUNG PINANG
CIFTA AYU OLISSTIOWATI
Pada zaman dahulu, tersebutlah sebuah bandar kecil Anjang Luku di pantai barat Pulau Bintan. Konon disitulah tempat persinggahan Laksamana Hang Tuah, tatkala beliau berlayar dari Malaka Pulau ke Sungai Duyung Ulu Bintan, kampung halamannya.
Menurut yang empuhnya cerita, bandar kecil Anjang Luku itu banyak sekali ditumbuhi pokok pinang. Batang-batang pinang itu berjejer di pinggir pantai, berseleret-leret sejak Tanjung Buntung hingga ke muara Sungai Bintan. Paling subur tumbuhnya berumpun-rumpun, disekitar cabang anak sungai yang menngalir dari bukit ke lembah. Tandanya di situ memiliki sumber air. Air itupun senantiasa mengalir, tidak pernah susut sekalipun musim kemarau.
Tidaklah mengherankan jika sesudah zaman Laksamana Hang Tuah itu pun bandar kecil Ajang Luku masih cukup ramai disinggahi orang. Ada yang berhenti untuk berlindung dari angin ribut yang tengah membadai, dan ada pula pelaut yang singgah mengambil air perbekalannya.