SEJARAH ISLAM DI TIMOR LESTE

Nurlina/SAT
Timor Leste dahulu adalah salah satu Provinsi di Indonesia, Timor Leste secara resmi merdeka pada tanggal 20 Mei 2002. Sebelumnya, negara ini bernama Timor Timur dan setelah menjadi anggota PBB, mereka memutuskan untuk memakai nama Portugis yaitu Timor Leste sebagai nama resmi negara mereka.[1]
Meski dari dulu di daerah ini umat Islam menjadi minoritas, saat masih menjadi bagian Indonesia, banyak perhatian dan peningkatan aktivitas dakwah di sana. Timor Leste, yang dahulunya bernama Timor Timur, juga sebagian daerah Nusa Tenggara Timur lainnya mayoritas penduduknya adalah Nasrani. Hal ini disebabkan karena daerah ini lama dikuasai Portugis. Padahal, kedatangan Islam di daerah ini lebih dulu tiba. Namun sayangnya Islam banyak terkikis oleh agama Nasrani yang dibawa Portugis dengan semboyan Gospelnya, yaitu menyebarkan agama Nasrani di wilayah kolonialnya.
Islam masuk kewilayah Asia Tenggara melalui berbagai macam cara, terutama melalui jalur perdagangan. Dimana islam masuk melalui pesisir sebagai basis dari para niagawan untuk singgah dan melakukan transaksi disana.
Tak ada literatur ataupun sumber hidup yang pasti yang menyebutkan kapan Islam masuk ke negara yang pernah menjadi bagian dari Indonesia ini. Akan tetapi, setidaknya ada lima pendapat ahli yang menyatakan proses masuknya Islam ke Timor Leste, diantaranya:
1.        Pertama, dikatakan bahwa Islam memasuki Timor Leste bersamaan dengan masuknya Islam di Indonesia. Pendapat ini didukung oleh alur masuknya Islam dari kerajaan Samudra Pasai hingga ke Timur Indonesia dan kemudian ke Timor Leste.
2.        Kedua, penduduk asli Timor Leste mengatakan bahwa Islam masuk lebih awal di bandingkan dengan bangsa Eropa dan agama lain. Maksudnya adalah Islam masuk sebagai agama pertama di Timor Leste dan dibawa oleh pendatang yang kedatangannya jauh lebih awal daripada kedatangan bangsa Eropa ataupun penjajah Portugis.
3.        Ketiga, pendapat lain mengatakan Islam masuk ke Timor Leste bertepatan dengan masuknya Islam di Indonesia yang dibawa para pedagang Hadramaut. Namun, para pedagang dari Hadramaut saat itu belum menetap, mereka mulai menetap di Dili sejak awal abad ke-17 M. Sejumlah sumber memercayai bahwa pedagang dari Hadramaut yang pertama kali menetap di Dili bernama Habib Umar Muhdhar.
4.        Keempat, sebagian orang mengatakan bahwa Islam masuk di Timor Leste bersamaan dengan datangnya para pedagang Eropa, seperti Portugal, Spanyol, dan Belanda. Ketika melakukan pelayaran ke Indonesia dan Asia Pasifik, para pedagang Arab senantiasa berhubungan dengan pedagang-pedagang Eropa. Mereka berlayar ke Timor Leste melaui Pulau Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, dan Kepulauan Maluku.
5.        Kelima, keturunan Arab di Timor Leste pernah mengatakan dari leluhur mereka bahwa para pedagang Arab itu datang di tanah Timor Dili sejak awal abad permulaan Islam Jazirah Arab. Pada dasarnya umat Islam di daerah Dili adalah bagian dari beberapa tokoh sejarah yang berkembang persebaran Islam di daerah tersebut. Menurut informasi-informasi masyarakat setempat dan juga kalangan keturunan Arab Hadramaut, sebelum bangsa Portugis, Belanda, Jepang, Australia, dan Cina.[2]
Dalam masa Integrasi dengan Indonesia, Keberadaan Umat Islam Di Timor Leste amat  naik secara signifikan, dikarenakan banyak berdatangan dari wilayah Indonesia. Tercatat berdasarkan Statistik Umat islam di Timor Leste yang di Keluarkan Cencistil (Centro de Comunidade Islamica  de Timor Leste).
Keadaan jumlah penduduk muslim di Timor Leste mengalami perkembangan yang signifikan, dikatakan bahwa jumlah Muslim pada tahun 1990-an mencapai 31579  jiwa, dimana terdapat 13 Mesjid, 30 Mushala, 21 Madrasah, 20 Lembaga Islam dan 116 Ustazd. Namun perbedaan terjadi disaat Timor Leste berpisah dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, jumlah Muslim Mengalami penurunan yang amat drastis, dianataranya 5.011 Muslim, 3 Mesjid, 5 Mushala, 5 Madrasah, 7 Lembaga Islam dan 21 Ustadz.[3]
Perkembangan umat Islam di Timor Leste saat bergabungnya dengan Indonesia dapat di lihat dari pembangunan istitusi Islam, Madrasah, maupun Mesjid yang ada di Timor Leste. Salah satu Mesjid yang dibangun dan menjadi Icon dari Islam Timor Leste adalah Masjid An'nur yang sempat hancur disaat terjadi serangan Jepang pada Perang Dunia II dan di bangun kembali setelahnya.
Sejak tahun 1977 sampai 1979, Madrasah Diniyah An-Nur mulai menunjukan perkembangan karena hanya Madrasah An-Nurlah satu-satunya Madrasah tempat menggodok generasi muda di timor Leste, dengan demikian fasilitas dari umat Islam Dili selalu mengalir, anak didik sering mendapatkan bantuan alat-alat tulis dari beberapa pihak, dalam tahap perkembangan selanjutnya dari awal berdirinya madrasah ini pada tahun 1976, kebanyakan pengurus-pengurus madrasah An-Nur ini adalah orang-orang dari Sulawesi Utara, hal ini ada sedikit informasi mengenai beberapa tokoh dari Sulawesi Utara yang pernah menjadi pejabat di madrasah ini, diantaranya:
·           Usman Huwole ( Kepala Madrasah An-nur)
·           Salman Maspeke ( Kepala Madrasah An-Nur 1979)
·           Muhsin Kanon ( pernah menjadi Kepala Madrasah An-Nur)
·           Rustam Timole ( Guru Madrasah An-Nur)
·           Piris Iko (Guru Madrasah An-Nur)
·           Gafar Kioana (pernah menjadi Kepala Madrasah An-Nur)
Semangat Keislaman tetap tumbuh di Timor Leste, walaupun sudah tidak bergabung kedalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Muslim Timor Leste tetap berusaha meraih hak-hak warga negara di tengah kehidupan negara yang baru pada masa sebelum masa campur tangan PBB. Melalui UNTAET Muslim Timor Leste telah mempersiapakan diri  dengan membentuk Lembaga Islam Timor Leste dengan nama CENCISTIL.
CENCISTIL adalah singkatan dari Centro da Comunidade Islâmica de Timor-Leste. Dalam bahasa Indonesianya adalah Pusat Komunitas Islam Timor-Leste. Lebih kurang Islamic Centre of Timor-Leste dalam bahasa Inggris. CENCISTIL didirikan pada tanggal 10 Desember 2000 (sebelum masa UNTAET) di Dili, Timor-Leste.[4]
Tujuan utama pendirian CENCISTIL adalah sebagai sebuah wadah pengayomi Umat sebagai satu-satunya corong Suara Komunitas Islam Timor-Leste. Untuk usaha menjawab kesulitan Umat paska kemerdekaan ketika itu, kini dan akan datang. Dengan Misi Utama Menegakkan prinsip-prinsip Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW disamping Memperhatikan undang-undang Negara setempat (Konstitusi Republik Demokrasi Timor Leste). Dalam rangka mengakomodir Kepentingan Umat Islam Timor Leste baik Internal maupun Ekternal.
VISI CENCISTIL
1.        Ingin melahirkan pribadi-pribadi Muslim yang berakhlaqul karimah seperti Nabi Muhammad SAW, cakap, tangguh dan mapan di seluruh aspek kehidupan beragama dan bernegara.
2.        Menjadikan umat Islam layaknya nahl (kehidupan lebah) yang telah diterangkan dalam alQur'an.
3.        CENCISTIL adalah Lembaga Legal umat Islam Timor Leste
4.        CENCISTIL adalah Lembaga Tertinggi Umat Islam Timor Leste
5.        CENCISTIL adalah payung bagi seluruh umat Islam Timor Leste
6.        CENCISTIL adalah payung bagi seluruh ORMAS Islam TimorLeste
7.        CENCISTIL adalah suara umat Islam Timor Leste
MISI CENCISTIL
1.        Berjuang merealisasikan kepentingan untuk Umat Islam Timor Leste
2.        Berinteraksi aktif dan intenstif ke Grass Root dan pemerintah
3.        Merealisasikan beasiswa, pemberdayaan ekonomi umat, berjuang menyediakan fasilitas pelatihan-pelatihan, mengsponsor ibadah haji, membela dan meringankan beban kaum lemah, fakir, miskin, yatim, piatu, yatim-piatu, janda, duda, jompo, cacat, dan pesakit
4.        Membawa suara umat Islam Timor Leste ke Nasional dan Internasional
5.        Berdialog dan berinteraksi secara konstruktif dan positif ke non-muslim
6.        Menyediakan semua dokumen resmi Umat Islam Timor Leste
7.        Membantu menyelesaikan masalah umat Timor Leste
8.        Menyediakan kantor dan fasilitas bagi umat Islam di Distrik
9.        Mendeteksi dan mendata jumlah umat Islam Timor Leste, fasilitas Islam dan aset-aset potensial umat Timor-Leste
10.    Mengajak investor Islam menanam modal di Timor Leste
11.    Berdiplomasi aktif dengan luar negeri
12.    Menanamkan kesadaran tentang prinsip dasar Islam kepada seluruh Umat Islam Timor Leste.
Keberadaan CENCISTIL lahir sebagai mitra pemerintah dalam pengurusan mengenai kepentingan Umat Islam, sejak didirikan CENCISTIL mendapat subsidi dari pemerintah, namun sejak tahun 2009 subsidi tersebut tidak lagi cair. Dalam urusan keamanan badan aparatur Negara seperti polisi dan intel bekerja sama dengan CENCISTIL dalam mencegah gangguan yang datang dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, dalam hal tempat ibadah misalnya pemerintah menolong CENCISTIL dengan mengawasi pro-kontra pembangunan gedung TPA di Maliana.
Presiden dan Wakil Perdana Menteri Republik Demokrasi Timor Leste sangat memerhatikan keberadaan umat Islam di negaranya, terutama dalam hal urusan sosial. Melalui pemerintah, pasal 12 dan 45 dalam Konstitusi Republik Demokrasi Timor Leste menjamin kebebasan beragama di Timor Leste. Selain itu, pemerintah juga menghormati Muslim dengan menjadikan hari-hari besar Islam, seperti Idul Fitri dan Idul Adha sebagai hari libur Nasional. Sedangkan untuk hari besar Maulid Nabi, Isra' Mi'raj, dan 1 Muharram masih diperjuangkan, termasuk waktu istirahat pekerja Muslim pada hari Jumat untuk melaksanakan shalat Jumat.
Perkembangan Muallaf di Timor Leste pada 2011 kemudian tercatat bertambah 500 orang. Jumlah ini terhitung mengingat sedikitnya tenaga Dakwah, 'Alim Ulama, dan Ustadz yang memberikan pembinaan kepada para Muallaf. Meskipun demikian, lembaga-lembaga keislaman dan ahli agama di Timor Leste terus menyebarkan Islam melalui kegiatan-kegiatan di bawah CENCISTIL yang berbentuk kesosialan. Di samping itu, sekolah-sekolah dan sarana belajar lainnya yang berbasis Islam terus didirikan dan dikembangkan demi bertahan dan berkembangnya Islam di negeri ini.
Meski sedikit, umat Islam di Timor Leste ini tidak boleh dipandang sebelah mata. Mereka terus berdakwah dan menegakkan syariat Islam meski menjadi minoritas. Walaupun menghadapi tantangan berat karena fasilitas dan jumlah Muslim yang semakin berkurang, semangat untuk menjalankan syariat Islam tidak pernah pudar.
Daftar Pustaka
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Negara_di_Asia_Tenggara
[2] Bazher, Ambarak (1995). Islam di Timor Timur. Gema Insani Press. Jakarta.
[3] http://darikitauntukindonesia.blogspot.com/2013/03/islam-timor-timur-islam-timor-
leste.html
[4] http://muzakki.com/pengetahuan/dunia-islam/885-semangat-islam-di-timor-leste.html

No comments:

Post a Comment