KERAJAAN CHENLA DAN ANGKOR DI KAMBOJA


Putri Amelia/SAT

Chenla (Khmer) yang dikenal sebagai Zhenla di Cina dan Lap Chan di Vietnam adalah awal kerajaan Khmer.Awalnya Negara pengikut Funan, selama 60 tahun mencapai kemerdekaannya dan akhirnya menaklukkan semua Funan, menyerap orang-orang dan budayanya.Melemahnya Negara Funan dapat dijelaskan denga peristiwa-peristiwa seperti runtuhnya Kekaisaran Romawi dan kemudian rute perdagangan antara Laut Tengah dan Cina.
Setelah kerajaan Punan di sapu bersih oleh Chenla, maka Chenla berganti mengambil hegemoni di Asia Tenggara.Awalnya Chenla merupakan daerah vazal Funan.Letak ibukotanya di sebelah utara ibukota Funan.Daerahnya meliputi Mekong hilir dan tengah yaitu dari Stung Treng ke utara, meliputi Kamboja utara dan Laos Selatan.Chenla didirikan oleh Kambu Swayambhuwa.Setelah Bhawawarman dan Citrasena berhasil menguasai Funan, maka yang menjadi raja pertama adalah Bhawawarman, sedangkan Citrasena sebagai panglima perang. Bhawawarman berhak memerintah karena ia kawin dengan Laksmi yaitu putrid keturunan Kambu Svayambhuva. Selama ia memerintah, pecah perang terus menerus yaitu melawan bekas vazal Funan yang tersebar antara Champa sampai ke teluk Benggala.
Pada tahun 598 M Bhawawarman membuat sebuah prasasti yang berisi peringatan pendirian sebuah lingga.Sejak itu namanya tidak terdengar lagi.Pengantinya adalah Citrasena. Ia masih memperkenankan  Funan mengirimkan duta-dutanya ke Cina. Tahun 627 M saat pemerintahan Isanawarman barulah Funan melebur menjadi satu dengan Chenla.Isnawarman dikenal sebagai raja penakluk. Hanya dengan Champa ia memelihara hubugan baik, isanawarman memerintah sampai tahun 635 M. prasasti terakhir yang dikeluarkannya berangka tahun 628 M. [1]
Isanawarman digantikan oleh Jayawarman I yang memerintah sampai tahun 657 M. prasasti yang dikeluarkannya banyak yang bersifat keagamaan.Ekspansinya ke utara sampai ke perbatasan Nanchao.Jayawarman meninggal tanpa meninggalkan seorang putrapun, sehingga Chenla mengalami kekacauan selama satu abad.Chenla pecah menjadi dua yaitu Chenla Selatan dan Chenla Utara.Kerajaan Chenla Utara tidak terdengar beritanya, sedangkan Chenla selatan bisa berkembang.Pada akhir abad ke-8, Chenla Selatan terus diserang dari Jawa, sehingga Chenla Selatan menjadi vazal Jawa.Jayawarman II berhasil melepaskan Chenla Selatan dari kekuasaan Jawa dan dianggap sebagai pendiri kerajaan Angkor.
Diperkirakan Kerajaaan Angkor lahir di lingkungan Khmer, bukan karena Chenla diduduki secara militer.Faktor berdirinta Kerajaan Angkor berasal dari luar yaitu pengaruh dari nusantara.Dengan Sriwijaya memiliki hegemoni perdagangan seperti Funan dan dapat menggantikan dan menguasai laut-laut selatan Tchen-la terpaksa meninggalkan kekuasaan atas laut.Pada seperempat abad ke-8 M, kekuasaan beralih ketangan Jawa Tengah yang berkembang dinasti Syailendra yang kuat.
Raja-raja Syailenra mengaggap dirinya keturunan langsung raja-raja Funan yang berlindung di Jawa setelah negeri ditakhlukkan oleh Tchenla dan mendapat julukan "Raja Gunung" dan menggunakan gelar Maharaja, karena menganggap diri sebagai penakluk dunia.Mereka menjatuhkan raja terakhir Tchen-la yang tengah memudar.Mereka memiliki semacam kekuasaan karena diakui oleh orang Khmer pada waktu pendirian Angkor.
Cemerlangnya kerajaan Budha pada zaman Sailendra mencerminkan perkembangan agama Budha Mahayana yang dimulai pada zaman dinasti Paladi India dan disebarkan oleh orang Jawa dan Sumatera.kesenia itu muncul di Semenanjung Malaya dalam bentuk arca gaya Sriwijaya. Menjelang pertengahan abad ke-8 M, ada dua torso Awalokiteswara yang luar biasa yang ditemukan di Chaiya.Karya-karya ini menunjukkan pengaruh kesenian Jawa dan pengaruh kesenian pala.Patung-patung dikenal oleh seniman Angkor yang pertama.Ritus Kerajaan sailendra dan unsure-unsur Hindu tradisional yang tersembunyi di Jawa Timur.Gelar "Raja Gunung".Pemujaan raja-raja yang telah meninggal dan pemujaan kepada lingga sebagai symbol kekuasaan merupakan salah satu asal usul dari institusi-institusi Kerajaan Angkor. [2]
Sejarah kerajaan Angkor sampai akhir abad ke-10 hanya sedikit yang dapat diketahui karena saat itu Cina mengalami masa kekacauan, sehingga penulis dari Cina tidak sempat melaporkan kejadian-kejadian di luar tanah airnya, sedangkan satu-satunya sumber dalam negeri berupa prasasti hanya memuat soal keagamaan.Suryawarman I adalah raja berikutnya, ia adalah putra raja Tabralingga.Ia tiba di kamboja Timur tahun 1001 setelah berlangsungnya perang saudara. Pada tahun 1010 ia menjadi raja di Angkor. Daerah kekuasaannya mencakup Dvaravati dan Tabralingga.Pada masa pemerintahjannya, candi-candi yang dibangun adalah Phimeanakas (Istana candi) dan ta Keo.Ta Keo adalah yang pertama dari candi-candi Khmer yang dibangun dari batu pasir.Sedangkan phimeanakas bergaya bentuk piramide dengan satu menara sebagai pusatnya.
Suryawarman I digantikan oleh Udayadityawarman I (putranya).Saat itu muncul pemberontakan-pemberontakan dikarenakan raja bersifat diskriminasi terhadap agama Budha.Raja hanya mendirikan agama Hindu, diantaranya yang terindah adalah Buphuon.Pemberontakan tersebut berlangsung sampai masa pemerintahan Udayadityawarman II.
Harshawarman III (1066-1080) menggantikan kakaknya (Udayadityawarman II) berusaha melancarkan politik damai. Namun belum sempat ia diturunkan oleh suatu pemberontakan yang dipimpin oleh Jayawarman, sehingga ia naik tahta dengan gelar jayawarman IV. Karena mendapat banyak kesulitan, jayawarman IV digulingkan oleh keturunan Harshawarman III, sehingga Suryawarman II diangkat menjadi raja tahun 1113-1150, dibawah pemerintahannya Kamboja mengalami masa kejayaan dan kerajaan Champa jatuh ke tangan Kamboja.
Suryawarman dikenal jago berperang, pada masa pemerintahannyadibangun Angkor Wat yang merupakan Borobudurnya Kamboja.Angkor Wat merupakan bangunan keagamaan terbesar di dunia yang sampai sekarang terpelihara dengan baik, pusat tempat suci.Disudutnya menjulang empat menara yang dihubungkan dengan lorong-lorong dan berhubungan dengan tempat suci pusat melalui tangga-tangga yang beratap.Di samping Angkor Wat, bangunan yang terkenal adalah Angkor Thom. [3]
Penghancuran Kerajaan Angkor oleh orang Cham adalah pukulan fatal pada tradisi Hindu yang saat itu telah menyemarakkan peradaban Khmer.Peristiwa itu dapat menandai akhir Kamboja.Peradaban yang dikembangkan mencapai kristalisasi di Angkor menemui jalan buntu.Ia tidak mampu memperbarui diri yang dikembangkan sebanyak-banyaknya. Hal ini diperparah lagi dengan mejunya agama Budha sepanjang abad ke-12 M berdasarkan jumlah patung Sang Bijaksana yang bertambah banyak.Fakta lainnya adalah seorang raja Angkor, Dharanindravarman II, secara ressmi memeluk agama Budha.Setelah kemenangan orang Cham dianggap sebagai bencana supra natural, akhir suatu tatanan yang begitu di gembor-gemborkan karena seolah-olah diciptakan oleh para dewa dan tidak digoyahkan.
Kebesaran raja-raja Angkor dasarnya adalah organisasi pengairan yang teratur baik, yang memungkinkan adanya persawahan-persawahan yang tidak tergantung pada musim semata.Pusat Angkor adalah tempat yang baik untuk pusat pengaturan air itu.Dengan demikian, Angkor sebagai pusat pusat pemerintahan juga sebagai pusat pengaturan pengairan.Pengaturan air adalah dharma raja, sebagai dewa yang member kemekmuran kepada rakyatnya.Bangsa kamboja (Khmer) belajar mengatur pengairan dari bangsa Mo.
Pada  pertengahan abad ke-13 kerajaan Angkor mengalami kemunduran, terutama pada pemerintahan Jayawarman VIII (1243-1295), disebabkan karena munculnya kerajaan-kerajaan bangsa Thai di Menam hulu. Kerajaan itu awalnya jajahan Angkor lalu manyatakan diri sebagai negara merdeka.Diantaranya kerajaan Sukhotai yang terletak di Menam tengah.Merosotnya Angkor juga disebabkan karena munculnya ajaran agama Budha aliran Therawadha yang mengajarkan prinsip hidupb sederhana, rakyat pemeluk agama Budha segera membebaskan dari kekuasaan rajanya yang bernama Siwa, sehingga raja tidak mampu lagi mendirikan bangunan-bangunan suci.
Setelah Jayawarman VII, di Angkor tidak ada lagi yang patut di catat. Ibukota masih ada dan penampilan tidak berubah.Teks-teks Cina, Tcheu Takuan, pengembara terkenal yang mengunjungi Kamboja pada tahun 1295 M masih menggambarkan sebagai kota terkaya, rajanya yang paling berkuasa di laut-laut Selatan. Pada tahun 1430, raja Khmer tetap memerintah di Angkor.Penyebab lainnya dalam bidang ekonomi.Kerajaan Angkor berada dalam keadaan bahaya.System hidrolisis yang dimiliki Angkor perlu pemeliharaan dan perkembangan agar tidak dipenuhi lumpur dan macet.dengan melemahnya kekuasaan raja maka terjadi kebangkrutan ekonomi, karena hanya raja yang mampu mengelola jaringan raksasa ini.pertanian di Angkor semakin menurun dan berakibat pada menurunnya jumlah penduduk. Selain itu wabah penyakit malaria ikut memperparah kejatuhan Angkor. [4]
Kehilangan Angkor dipercepat oleh serbuan Thai yang bertubi-tubi dan merusak.Setelah kota-kota di Angkor dapat direbut dan kekayaan kerajaan Angkor dirampas dandi bakar oleh musuh.Saat Angkor semakin lemah itu, ditambah lagi dengan munculnya dua ancaman yaitudari kerajaan Champa dan Ayuthia.Kerajaan Champa sibuk menghadapi Vietnam, sehingga tahun 1394 Ayuthia yang menduduki Angkor. Namun tahun 1401 Angkor mampu mengusia Ayuthia, tetapi tahun 1434 ibukota Angkor direbut sehingga bangsa Khmer membangun ibukota baru di Phnom Penh.
Daftar Pustaka:
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Kamboja
[2] http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/04/kamboja-artikel-lengkap.html
[3] Hatmosuprobo, Suhardjo (1983). Asia Tenggara Zaman Pranasionalisme.Universitas Sanata Dharma.Yogyakarta. Hal: 48
[4] http://as-teng.blogspot.com/2012/03/kerajaan-chenla-dan-angkor.html 

No comments:

Post a Comment