PERANG NUKU

Musri indra wijaya/SI3

Asal mula pergolakan yang meliputi seluruh daerah Maluku dan melibatkan sebagian dari daerah papua berkisar sekitar pergantian tahta kerajaan tidore. Skala konflik bersenjata sedemikian besarnya dan berlangsung kurang lebih seperempat abad membenarkan penyebutan pergolakan itu sebagai perang. Tokoh yang menjadi pemeran utamanya adalah nuku dengan saudaranya yakni khamaluddin. Dan tokoh yang juga banyak andil dalam perang I I adalah pata alam. Sepeninggal sultan gaizira pada bulan april 1780 timbul gagasan pada kompeni untuk memasukkan tidore ke dalam wilayahnya yang diperintah langsung akan tetapi akhirnya diangkatlah pata alam sebagai sultan. Sesungguhya diantara para calon nuku dan khamaluddin adalah yang paling terkemuka. Dalam bulan juli 1780 timbul pergolakan sebagai protes yang mereka lancrkan, dimana-mana terjadi perampasan dan pembakaran. Paneran khamaluddin ditangkap akan tetapi p. nuku berhasil melarikan diri dari penangkapan oleh pata alam. Ternyata nuku memiliki aliansi dengan papua dan dengan bangsa inggris. Dengan bantuan angkatan laut papua serta angkatan laut mangindau nuku akan melakukan serangan terhadap tidore. Utusan voc, semat yang dikrim untuk berunding nyaris terhindar dari usaha pembunuhan .
Pada tanggal 17 juli 1780 pata alam dinobatkan sebagai vassal voc dengan kewajiban menjaga keamanan di wilayahnya seperti maba, weda, patani, gebe, salawatti, misool, waiguna, waigeu, negeri-negeri di daratan papua, pulau bo, popa pulau pisang, matara dan sebagainya.
Serangan serentak Maba, Weda, dan Patani memproklamasikan Nuku seagai raja dan bersekutu untuk melwan VOC. Pada ulan Mei para penguasa daerah-daerah itu telah ditundukkan oleh VOC, sementara Nuku kembali berhasil menyelamatkan diri  ke daerah Papua dimana dia merencanakan serangan besar terhadap daerah Bacan, Ternate dan Maykan. Permusuhan mengikuti pola konflik yang telah lama ada di daerah itu, pada satu pihak Patani, Tobello dn Papua dan pihak lain bangsa Alfuru, mereka saling menyerang dengan perompakan-perompakan. Dengan mengadu domba kedua pihak itu. Kekuasaan Ternate dan  VOC dapat dirongrong oleh karena Ternate yang berkuasa menyelenggarakan pengadilan terhadap mereka.
Kedudukan Nuku diperkuat dengan penganngkatannya oleh bangsa papua sebagai sultan dengan gelar sri maha tuan sultan sultan amir muhammmad safiudi syah. Dari basis yang kuat itu Nuku melakukan serangan terhadap Seram yang hendak direbutnya dari kekuasaan sultan Ternate
Pada tahun 1783 Pata Alam menjalankan strategi untuk meraih loyalitas raja-raja papua akan tetai menemui kegagalan total karena para utusan dengan pasukan mereka membalik kepada pihak Nuku, Van Dijk dibunuh dan semua persenjataan dirampas. Diperkuat dengan pasukan yang membalikitu Nuku  mulai mengadakan serangan terhadapa ternate dan tidore. Rakyat tidore menjadi kacau balau dan tanpa ada perlawanan. Di mata VOC ini sangat mencurigakan dan menuduh Pata Alam bersekongkol dengan Nuku,  setelah angkatan laut Nuku meninggalkn Tidore. Pata alam ditangkap dan rakyat dihukum dengan kejam oleh VOC. Peristiwa tersebut sering disebut revolusi tidore (1783)
Untuk mengatur kembali ketertiban di tidore VOC menentukan bahwa semua hubungan dengan Papua, Wega, Maba dan Patani diputuskan. Kemudian Khamaluddin ditunjuk sebagai sultan Tidore sebagai vassal VOC pada tanggl 18 oktober 1784.
Pada wal pemerintahannya ada usaha mendekati golongan Papua antara lain untuk membujuk mereka agar membatalkan serangannya terhadap Seram, kepada Nuku ditawarkan suatu pengampunan, bahkan Khamaluddin sendiri berusaha langsung bertemu dengan Nuku. Sementara itu nuku secara aktif memperkuat dukungannya, diadakan kontak terus dengan raja-raja Tidore, Maba, Wega, dan patani. Disamping itu diadakan pula hubungan baikdengan pihak inggris di Bengalen. Dia juga menri bantuan dari Banjarmasin dan golongan Magindanao. Pengaruh Nuku semakin meluas, sehingga dalam perundingannya dengan VOC menuntut agar mengakui dirinya sebagai sultan Seram. Sementara kepulauan Kai dan Aru juga masuk dalam lingkungan pengaruhnya pula. Siasat Nuku ialah agar dengan mengadakan perundingan itu dia mengulur untuk mengosongkan lidasi kekuatannya.
Perjuangan Nuku mengalami pasang surut, dia terpaksa berpidah-pindah kedudukan, suatu strategi gerilya yang cukup menylitkan lawannya. Kekuasaan di pelbagai pulau silih berganti, yang jelas ialah ekspedisi VOC bersama Ternate dan Tidore tidak berhasil untuk menakhlukan Nuku. Pada pertengahan 1790, pengaruh Nuku mulai merosot, banyak penguasa antara lain misool, waigamu, kecil bagus dan kecil kamasan, salawatti, maba, weda,  dan patani bersumpah setia tunduk kepda VOC dan sultan ternate karena di Papua dan seram sudah tidak aman lagi baginya maka ia pindah ke Goram, dimana dibangunnya pertahanan yang kuat, sehinnga dapat bertahan selama dua tahun lebih.
Tahun 1974 membawa keuntungan bagi Nuku, antara lain gerakannya mendapat dukungan dari pihak innggris, dan banyak juga rakyat Tidore memihak kepadanya. Pangeran Jamaludin yang telah kembali dari Sailan beserta angkatannya menggaungkan diri dengan Nuku. Tambahan pula dari sebagian para penguasa dari papua yang menghindari hubungan dengan Ternate dan VOC turut serta dalam gerakan perjuangan Nuku. Telah tersebar desas desus baha dengan bantuan bangsa Papua dan rakyat Patani, pasukan Nuku akan menyerang dan menakhlukan Ternate dan Tidore. Pada bulan februari 1795 di Ternate telah tersiar berita bahwa angkatan laut di bawah pimpinan Abdulghafur anak Nuku mendekati Tidore. 
Dengan dukungan dari Inggris, Nuku merasa kuat dan pasti akan kemenangannya. Ia memerintah Tidore bersama Kamaludin dan akan memakai gelar paduka sri sultan saidul johas Muhammad mabus amirudi syeh kecil perang.
Di ternate VOC mulai gelisah, antara lain karena pergolakan di Manado dan Gorontalo sangat memabahayakan VOC, terutama disebabkan gangguan dari perompak atau bajak laut. Dalam keadaan itu VOC lebih cenderung untuk mengadakan prerundingan dengan Nuku. Jawabannya sangat tegas, bahwa ia tidak mau berurusan sama sekali dengan VOC. Hal ini memberi alasan kepada VOC untuk memperlakukan Nuku sebagai musuh dan tidak mau berdamai. Anjuran Nuku agar rakyat, sultan dan pembesar-pembesar dari tidore meninggalkan huungan dengan VOC oleh karena itu nuku dengan bantuan inggris akan berkuasa di bumi Tidore. Kekuasaan kamaludin tidak efektif lagi, rakyat menolak untuk memerangi Nuku, bahkan penasehatnya sendiri bersekongkol dengan Nuku.
Pada tangal 12 April 1779 angkatan laut Nuku yang terdiri dari 79 kapal dan sebuah kapal inggris muncul di Tidore. Hamper seluruh pembesar menyerah, hanya sultan kamaludin beserta pengawalnya menyelamatkan diri ke Ternate sementara tidore diduduki oleh Nuku.
Dari Tidore pasukan Nuku berkali-kali serangan terhadap Ternate tetapi selalu gagal, meskipun serangan dapat dielakkan tetapi keadaan di tempat itu menjadi parah, kekurangan bahan makanan dan persenjataan. Karena pengepungan yang kuat terputuslah hubungan dengan pihak luar. Antara 1800 dan 1801, terjadi serangan dari kedua belah pihak akan tetapi Ternate tetap bertahan. Perantaraan pangeran Hasan, putra dari jamaludin sebagai utusan mondar mandir tidak menghasilkan perdamaian. Pembesar VOC budach dan cransens tetap menolak untuk menyerahkan Ternate kepada Nuku dan Inggris. Baru pada tanggal 21 januari 1781 Ternate diserahkan ole oleh aud kepada inggris. Dengan sendirinya Nuku mendapat pengakuan resmi sebagai sultan Tidore, Dalam pada itu Tidore didaulukan daripada Ternate, nuku memerintah sampai 1805, yaitu waktu ia meninggal di atas tahta kerajaan Tidore yang diperolehnya lewat perjuangan gigih.  
Perang Nuku sebagai erakan yang berskala besar serta berlingkup luas dapat dipandang sebagai gerakan melawan panjajahan pada umumnya, dan kolonialisme khususnya. Meskipun dalam gerakannya melawan voc mendapat bantuan dari inggris, ernyata itu hanya strategi saja dan bukan maksudnya mengakui suzereinitas dari inggris. Yang menjadi tujuannya adalah hendak menghidupkan kembali empat kerajaan Maluku kuno yang merdeka. Menurut tradisi itu ada hubungan erat antara Maluku dengan Seram serta Papua. Lagipula kerajaan Jailolo mandiri sebagai Negara sendiri. Di sini kita menghadapi suatu nativisme sebagai ideology tradisional yang memang lazim dalam masyarakat trasdisional berfungsi sebagai ideology melawan penjajahan barat. Mengingat beberapa sifat dan dimensi gerakan Nuku it menyebutnya juga sebagai protonasionalisme.
Dari sikap Nuku yang secara mutlak menolak perundingan untuk berdamai dengan belanda tampak jelas anti kolonialismenya. Kebencian terhadap ternate antara lain disebabkan karena sikap ternate yang pro kompeni dan tak sudi mengakui suzereinitasnya. Selama pemerintahan interim inggris pun Nuku memujuk sultan Ternate agar meninggalkan penguasa barat itu dan mengungsi ke Helmahera.
Dengan gerakannya Nuku dapat memobilisasi unsur-unsur yang terdesak oleh hegemoni VOC dan menurut peristilahannya perompak atau bajak laut, seperti orang Mangindanao, Papua, dan sebagainya. Jaringan komunikasi yang tidak hanya terbatas pada daerah Maluku, mecerminkan suatu proses integrsi yang cikup tinggi.
Bukanlah gejala yang ganjil apabila dalam rangka pengintegrasian kelompok etnis dan territorial pada fase awal sifat dan omunikasi adalah seba penuh kekerasan dan berwujud sebagai peperangan, pendominasian satu unsur oleh unsur lain. Solidaritas terbentuk dalam menghadapi musuh besama, ialah penjajah asing. Sehubungan dengan itu perlu dicatat bahwa hambatan etnis, kultural, dan kepentingan politik menimbulan pertentanngan dan perpecahan. Sangat  menarik dalam hal ini peranan VOC yang dengan kehadirannya di Maluku menimbulkan perpecahan. Dalam keadaan itu politik evide at imperanya dengan mudah dapat dijalankan dipandang dalam konstelasi politik yang menakup hubungan antara entitas poitik  yang otonom, disini kerajaan-kerajaan, maka kontak-kontak dengan VOC yang bersifat bilateral, tidak mengganggu terbentuknya aliansi-aliansi pro atau anti belanda.
Daftar pustaka:
1.      Poesponegoro, Marwati Djoened. 1993. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Balai Pustaka
2.      Prof. Dr. Nasution, S, M.A. 2011. Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
3.      Madjid, Nurholish, 2003. Indonesia Kita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
4.       Id.wikipedia.org/wiki/Nuku_Muhammad-Amiruddin

No comments:

Post a Comment