PERANG MAKASAR


Ayu aryanti/A/S3

TujuanVOC untuk memonopoli perdagangan langsng bertentangan dengan prinsip sistem terbuka yang di anut oleh kerajaan Goa yang di mana sistem keterbukaan ini memberi kesempatan pada pedagang-pedangan portugis, prancis, denmark dan belanda untuk datang ke makassar yang di mana kedudukan makassar sebagai pusat perdagangan  dengan hegemoni politik sebagai dukungannya. Konflik semakin memuncak sejak tahun 1660 dengan adanya inisden-insiden dan faktor-faktor sebagai berikut :
1.        Pendudukan benteng Pa"Nakkukang oleh VOC dirasakan sebagai ancaman terus menerus terhadap Makassar
2.       Peristiwa De Walvis pada tahun 1662 , waktu meriam – meriam nya dan barang – barang muatannya disita oleh pasukan Karaeng Tallo , sedang tuntutan VOC untuk mengambalikannya di tolak.
3.        Peristiwa kapal Leeuwin (1664) yang terkandas di pulau Don Duango dimana anak kapal dibunuh dan sejumlah uang disita.
Untuk menghadapi kemungkinan pecahnya perang dengan Belanda , Sultan Hasanudin pada akhir Oktober 1660 mengumpulkan semua bangsawan yang diminta bersumpah setia kepadanya. Meskipun sultan hasanuddin dan kelompok besar bangsawan leberpolitik damai lebih suka jalan damai namun ada partai perang di bawah pimpinan Karaeng Popo. Pertahanan di bagi atas beberapa sektor:
1.       Pasukan sebesar 3000 orang di bawah pimpinan Daeng Tololo saudara laki-laki sultah sendiri, mempertahankan benteng.
2.       Sultan Hasanuddin dan Kareang Tallo menjaga istana Sombaopu
3.       Pertahanan daera Portugis di serahkan kepada Kareang Lengkese
4.       Kareang Karunrung sebagai komandan benteng Ujung Pandang yang di mana wanita dan anak-anak diusingka ke pedalaman sedangkan orang laki-laki di kerahkan untuk mengangkat senjata dan mempertahankan kerajaan. Di kabarkan bahwa pasukan Makassar yang di tempatkan di tepi Sungai Kalak Ongkong ada sekitar 1500 orang,  dan di bantaeng ada 5 sampai 6000 orang.
Kekuatan VOC sangat ditentukan oleh aliansinya dengan Toangke juga dari Soppeng dan Bone yang dengan demikian kekuatan pasukan bisa mencapai jumlah 10 – 18.000 orang.      Sedangkan Goa dan Tallo tergantung pada aliansi dengan kerajaan tetangga di Sulawesi Selatan di tambah dengan vasal-vasalnya di seberang lautan. Akhirnya bangsa melayu yang menjadi kekuatan  yang  andalkan oleh makassar karena jalannya perang menentukan mati-hidupnya mereka.
Jalannya perang di tentukan oleh juga oleh faktor iklim, suatu faktor yang sejal awal di perhitungkan oleh VOC yang di mana apabila musim hujan terjadi di kwatirkan pelabuhan makassar kurang aman bagi kapal-kapal yang akan berperang. Antara tahun 1666-1669 terjadi musim hujan yang di mana tidak banyak di lakukan operasi perang. Konlik bersenjata yang di kobarkan anatara munculnya angkatan perang VOC di pelabuhan Makassar dan jatuhnya Somboapu di tangannya merupakan konflik bedar kedua yang di alami VOC dalam menjalankan penetrasinya di Nusantara. Dari perang makassar ini di perolah bantuan untuk membantu VOC yang memungkinkan kemenangan dengan aliansi dengan Arung Palakan besert Toangkeknya. Berkali-kali VOC akan dapat memanfaatkan konflik atau perpecahan di antara pribumi dengan VOC membentuk aliansi dengan salah satu pihak. Konflik intern yang terdapat pada masyarakat pribumi itu memberi keleluasaan bagi kekuasaan kolonial menjalankan politik DEVIDE ET IMPERA nya.Hal ini membuat VOC tidak hanya berhasil merebut monopoli perdagangan tetapi juga menempatkan kekuasaan politiknya.
Jalannya Perang (Desember 1666 - Juni 1669 )
Angkatan perang VOC yang berangkat pada tanggal 24 November 1666. Berdasarkan instruktur Dewan VOC di Batavia segera di kirim oleh utusan untuk menyampaikan surat kepada Kareang Goa berisi tuntutan agar di berikan penggantian dan di penuhi tuntutan Voc secara memuaskan. Tuntutan itu di sertai ancaman bahwa sikap dendam akan di hadapi dengan kekerasan. Tuntutan itu di tolak oleh Sultan Hasanuddin, yang hanya bersedia memberi ganti rugi apa yang di derita oleh VOC. Karena kegagalan itu, speelman kemudian memerintahkan untuk melakukan pemboman terhadap Makassar untuk melakukan intimidasi.
Meskipun Arung Palaka mendesak untuk segera melakukan serangan, Speelman memutuskan untuk menunda operasi itu. Ekspedisi bergerak menuju ke arah Butung, perjalanan itu melampaui Bathaeng, di mana terdapat persediaan beras dan di serang tempat itu sampai hancur lebur. Di Buntung terdapat pasukan Makassar di bawah pimpinan Karaeng Bottomarannu, Sultan Bima, dan Opu Cening Luwu yang di perkirakan jumlahnya lima belas ribu orang. Angkatan laut belanda berlayar ke maluku sedangkan Arung Palaka denan pasukannya beroperasi di Butung. Berita tentang peristiwa di butung  menggelisahkan rakyat makassar maka dari itu persiapan pertahanan di tingkatkan. Di Bone peristiwa itu di sambut dengan antusiasme, semangat rakyat bangkit kembali, lebih-lebih setelah Arung Bela dam Arung Kaju tiba dengan pasukan dari Butung. Persiapan dilakukan untuk mengadakan ofensif terhadap Goa.
Sementara itu kunjungan Speelman ke maluku berhasil mengajak Sultan Ternate ikut serta dalam perang. Agar mobilitas pasukan Bugis dapat di perlancar serta semangat rakyat dapat di kobarkan untuk mendukung perjuangan melawan Goa, maka Arung Palaka berkunjung ke Bone yang di mana pemuka Bone dan Soppeng di adakan sumpah setia berdasarkan perjanjian Attapang. Tujuan ofensif pasukan VOC-Bugis terarah kepada Gelesong, suatu kunci strategis sebagai pertahanan terakhir dari Makassar.
Serangan pasukan VOC-Bugis disertai pertempuran sengit untuk merebut benteng di Galesong akhirnya dapat memukul mundur pasukan Makassar dan pada akhir Agustus 1667 Galesong di kosongkan dan mereka mundur ke Makassar. Setelah Galesong jatuh, suatu deretan benteng-benteng pertahanan antara Besombong da Tallo perlu di hancurkan. Di sana pasukan VOC-Bugis menghadapi perlawanan yang gigih. Tetaoi semanngat itu menurun ketika mendengan berita invasi pasukan Mkassar ke Bone dan juga bantuan dari Batavia todak banyak karena adanya perang antara negeri belanda dan inggris. Bantuan itu datang dari pasukan Soppeng setelah beberapa bangsawan Soppeng bergabung dengan Arung Palaka. Pada saat itu sudah banyak raja-raja serta para  bangsawan yang menyesuaikan diri dan menyatakan loyalitasnya kepada Arung Palaka.
Sewaktu pasukan VOC-Bugis mengadakan pengepungan Makassar, timbullah perbedaan pendapat antara Arung Palaka dan Speelman dari satu pihak serta dewan di Batavia di lain pihak. Pihak yang pertama bertekad untuk meneruskan penyerangan, sedangkan pihak kedua ingin berdiplomasi mencari perdamaian. Suatu pertempuran besar terjadi  pada tanggal 26 oktober 1667 di mana pasukan makassar mengalami kekalahan. Suatu gencatan senjata selama tiga hari terjadi dan pada akhirnya Karaeng lengkese dan karaeng bontosungu dengan kekuasaan dari Sultan Hasanuddin datang berunding. Perundingan itu di mulai tanggal 13 november 1667 di desa bongaya dekat besombong. Tujuan peridungan itu untuk menimbulkan keseimbangan dan hidup berdampinan secara serasi dalam suasana persaudaraan.
DAFTAR PUSTAKA
Kartodirdjo, Sartono, 1987, pengantar sejarah indonesia baru 1500-1900, Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama

No comments:

Post a Comment