PROSES KEDATANGAN BELANDA DAN SEKUTU PASCA KEMERDEKAAN
Keadaan Alam Indonesia Zaman Prasejarah
Biografi Konfusius (Kung Fu-tzu)
Dhea Alvionita Rezha/S.A.T/015A
Kung Fu-tzu dalam bahasa Tionghoa, sedangkan orang-orang barat menyebutnya Konfitsius[1]. Kung Fu-tze yang artinya "Sang Suhu Kung". Sedangkan nama aslinya adalah Kong Chiu. Kong merupakan nama marga atau nama keluarga, sedangkan namanya sendiri adalah Chiu (artinya bukit). Kung Fu-tzu adalah seorang tokoh filsafat Cina yang merupakan orang pertama pengembang sistem memadukan alam pikiran dan kepercayaan orang Cina yang paling mendasar[2]. Kung Fu-tze dilahirkan pada abad ke 6 SM yaitu pada tanggal 27 September 551 SM didesa Chiang Phing, di Qufu negara feodal Lu provinsi Shantung, yaitu pada masa pemerintahan dinasti Chou dan menghabiskan besar hidupnya di wilayah pesisir utara-tengah Cina. Di dalam tubuhnya mengalir darah biru dan ia merupakan keturunan langsung dari penguasa dinasti Shang. Kung Fu-tze adalah seorang guru, editor, politisi, dan filsuf Cina Musim Semi dan Musim Gugur periode sejarah Cina. Konfusius merupakan anak laki-laki pertama dari pasangan Shu Liang-ho yang merupakan seorang pejaba militer rendahan di negara Lu, dengan Yan Zheng-zai yang berasal dari keluarga Yen yang tinggal di daerah Song. Ayahnya telah berusia 70 tahun ketika Konfusius dilahirkan.[3]
PERLAWANAN KESULTANAN BANTEN TERHADAP VOC
AHMAD SUHARLAN
Latar Belakang Belanda Datang Ke Banten
Bangsa Eropa datang ke wilayah Nusantara pada awalnya memiliki tujuan untuk mencari rempah-rempah dan berdagang. Hal tersebut yang dilakukan oleh Portugis, sebagai bangsa Eropa pertama yang datang ke wilayah Nusantara dengan motif ekonomi, petualangan, dan agama. Kedatangan bangsa Eropa ke Nusanta juga dilatarbelakangi oleh jatuhnya kota Konstantinopel sebagai pusat perdagangan rempah-rempah ke tangan Turki Usmani pada tahun 1453. Seiring dengan hal tersebut, pekembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti perkapalan, navigasi, dan kompas di Eropa turut memicu adanya penjelajahan samudra sampai ke wilayah Nusantara.
PERJUANGAN RAKYAT CIREBON DALAM PERANG KEDONGDONG (1802-1818)
DUDY AKBAR / SI IV / 14A
Sejarah Perang Kedongdong
Sebuah pertempuran besar luput dari catatan sejarah nasional. Pertempuran tersebut terjadi di Kedongdong (1793-1808), tujuh belas tahun sebelum pecahnya perang Diponegoro atau yang lebih dikenal dengan Perang Jawa. Kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang menetapkan pajak dengan nilai tinggi kepada rakyat, dinilai sebagai kebijakan yang sangat mencekik, karena saat itu rakyat berada pada kondisi yang miskin dan serba kesulitan. Kebijakan ini mendapatkan tentangan yang sangat kuat dari rakyat, khususnya kaum santri. Saat itu mulailah terjadi perlawanan-perlawanan rakyat terhadap Belanda.
Pendidikan di Ukraiana
SISTEM PENDIDIKAN SINGAPURA
NUZU CHAIRU AKBAR
Pendahuluan : Sejarah Singapura
Singapura merupakan salah satu negara termaju di kawasan Asia Tenggara dan bisa mengalahkan saudara-saudara tuanya di kawasan semenanjung Melayu. Hal tersebut terjadi karena kemajuan sistem pendidikannya. Singapura sebagai negara yang dianggap paling maju di Asia Tenggara, hanya memiliki jarak kurang lebih 40 km dari barat ke timur. Kalau dihitung dengan jumlah penduduk maka negara Singapura yang kurang lebih 5 juta jiwa. Jumlah penduduk yang sedikit dan jarak wilayah yang relatif kecil untuk ukuran sebuah negara bukan menjadi alasan untuk tidak maju. Singapura memulai pembangunan kekuatan dasarnya dengan modal pendidikan. Selain hal tersebut Singapura terletak di persimpangan Asia, di tengah bisingnya kesibukan kota kosmopolitan, Singapura bukan lagi sekedar negara tujuan wisata favorit. Perlahan tapi pasti, Singapura telah menjelma menjadi salah satu pusat pendidikan yang dapat dibanggakan di dunia, Menyatukan yang terbaik hingga timur.
PENDIDIKAN DI SELANDIA BARU
Fera Andini
Pendidikan di Selandia Baru berawal pada tahun 1800-an. Ini di buktikan dengan didirikan sekolah dasar nasional pertama. Pada saat itu sekolah-sekolah dasar didirikan oleh tiap pemerintah provinsi, selain itu ada juga beberapa sekolah yang didirikan oleh gereja-gereja dan ada juga yang dibangun oleh swasta. Pada saat itu penduduk yang ada di pedesaan menganggap bahwa anak-anak lebih baik bekerja dari pada berangkat ke sekolah.
Untuk mengatasi masalah banyaknya anak-anak usia sekolah yang bekerja pemerintah yang berwenang pada saat itu mengeluarkan peraturan wajib belajar. Peraturan wajib belajar mengatur bahwa anak-anak yang berusia 7 hingga 14 tahun diwajibkan mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah yang berwenang berkewajiban untuk membebaskan biaya pendidikan.[1]
Kebijakan ini ternyata bisa menyadarkan penduduk akan pentingnya pendidikan, dan pada akhirnya penduduk
DR. SUN YAT-SEN
DESI WIDIA YANTI
Sun Yat-Sen (Sūn Yì-xian) , lahir 12 November 1866 – meninggal 12 Maret 1925 pada umur 58 tahun) adalah seorang pemimpin kunci revolusi Tiongkok dan diakui secara luas sebagai Bapak Negara Tiongkok Modern, baik di Tiongkok Daratan maupun Taiwan.Pada waktu itu, Tiongkok diperintah oleh seorang kaisar yang memerintah seolah-olah seperti dewa. Sun Yat-sen yakin bahwa Tiongkok perlu ditata dengan cara yang baru melalui revolusi. Pada tahun 1895, ia memimpin suatu pemberontakan di Kanton, tetapi dapat diredam. Secara keseluruhan, ia memimpin sebelas kali revolusi terhadap Dinasti Qing dan akhirnya berhasil menumbangkan kekaisaran, sehingga kaisar harus meletakkan jabatannya. Tiongkok selanjutnya menjadi Republik Tiongkok pada tahun 1911 yang didirikan oleh Sun Yat-sen. Ia juga pendiri partai tertua dalam sejarah modern Tiongkok, Kuomintang (KMT), menjadi pejabat presiden pada tahun 1912, dan presiden pada tahun 1923-1925.Pada tahun 1925, ia meninggal di Tiongkok. Tiga tahun kemudian, salah seorang pengikutnya, Chiang Kai-shek, terpilih menjadi presiden.