Showing posts with label INDONESIA ZAMAN HINDU-BUDHA. Show all posts
Showing posts with label INDONESIA ZAMAN HINDU-BUDHA. Show all posts

KERAJAAN TARUMANEGARA

ABDULLAH / PIS

Kerajaan Hindu tertua kedua di Indonesia terdapat di Jawa Barat. Kerajaan itu bernama Tarumanegara. Dalam berita Cina, Tarumanegara disebut To-lomo. Berdirinya Kerajaan Tarumanegara diduga bersamaan dengan Kerajaan Kutai, yaitu pada abad ke-5 M. Bukti yang memperkuat pendapat itu adalah ditemukannya tujuh prasasti, yaitu Prasasti Citarum (Ciaruteun), Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Jambu, Prasasti Pasir Awi (Pasir Muara), dan Prasasti Muara Cianten (di Bogor); Prasasti Tugu (di Jakarta); Prasasti Lebak Munjul (di Banten
Selatan). Ketujuh prasasti itu ditulis menggunakan huruf Pallawa dengan menggunakan bahasa Sanskerta.
Bidang Politik
Pada abad ke-5 M telah berdiri Kerajaan Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara diperintah oleh Raja Purnawarman. Raja Purnawarman merupakan raja yang cakap dan berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, rakyatnya hidup makmur dalam suasana aman dan tenteram. Pengaruh agama Hindu dan adanya berita dari Cina membuktikan bahwa Kerajaan Tarumanegara telah mengadakan hubungan dengan luar negeri. Adanya hubungan dengan luar negeri menyebabkan kehidupan masyarakat Tarumanegara bertambah maju, baik bidang ilmu pengetahuan maupun bidang perdagangan.
Bidang Sosial Budaya
Hasil peninggalan kebudayaan dari Kerajaan Tarumanegara berupa arca dan prasasti. Peninggalan kebudayaan berupa tujuh buah prasasti. Prasasti Ciaruteun ditemukan di daerah Ciaruteun, Jawa Barat. Dalam Prasasti Ciaruteun, terdapat bekas pahatan tapak kaki yang menerangkan bahwa sepasang tapak kaki yang dipahatkan tersebut milik Raja Tarumanegara yang digambarkan seperti tapak kaki Dewa Wisnu. Prasasti Kebun Kopi ditemukan di Kampung Muara Hilir, Kecamatan Cibungbulang. Di situ tergambar dua tapak kaki gajah yang diidentikkan dengan gajah Airawata (milik Dewa Wisnu). Pribadi yang Cakap Prasasti yang terpenting adalah Prasasti Tugu yang ditemukan di Cilincing, Jakarta. Prasasti itu berisi, antara lain tentang penggalian sebuah saluran air sepanjang 6.112 tombak (11 km) yang diberi nama Gomati. Pekerjan itu dilakukan pada pemerintahan yang ke-22 dan selesai dalam 21 hari. Prasasti itu juga menyebutkan penggalian Sungai Candrabhaga atau Sungai Bekasi sekarang (menurut penafsiran Prof. Dr. Purbacaraka). Prasasti Jambu ditemukan di Bukit Koleangkak, tepatnya 30 km sebelah barat Bogor. Isi prasasti itu mengagungkan dan menyanjung keperkasaan Raja Purnawarman, baik dalam pemerintahan maupun dalam peperangan. Prasasti Pasir Awi dan Prasasti Muara Cianten belum dapat terbaca. Sementara itu, Prasasti Lebak ditemukan pada tahun 1947. Meskipun sudah terbaca, prasasti itu juga belum dapat diketahui maknanya. Di samping tujuh prasasti itu, ditemukan pula Arca Rajarsi dan dua Arca Wisnu dari Cibuaya yang mempunyai langgam seni Pallawa, India Selatan dari abad ke-7 sampai dengan ke-8 M. Arca itu memiliki persamaan dengan arca yang ditemukan Malaya (Malaysia), Siam (Thailand), dan Kampuchea.
Diperkirakan kehidupan sosial masyarakat Tarumanegara bertumpu pada kegiatan pertanian. Aspek gotong royong menjadi pola hidup mereka. Pembuatan saluran air Gomati merupakan salah satu contoh kehidupan gotong royong yang mereka lakukan. Pemberian 1.000 ekor hewan sapi dari Raja Purnawarman kepada para brahmana juga menunjukkan bahwa peternakan merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat Tarumanegara.
Bidang Ekonomi
Pada masa pemerintahan Raja Purnawarman, rakyat hidup aman dan teratur. Mata pencaharian penduduknya adalah pertanian. Selain itu, untuk kepentingan rakyat, Raja Purnawarman memerintahkan penggalian saluran air yang diberi nama Gomati dengan panjang lebih kurang 11 km. Manfaat saluran tersebut untuk mengairi sawah dan mencegah bahaya banjir. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat kehidupan masyarakat Tarumanegara sudah cukup tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Yamin, Muhammad. 1986. Lukisan Sejarah. Jakarta: Djambatan
Suryandari. 1981. Sejarah Nasional Indonesia untuk SMA I, II. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

PENINGGALAN KERAJAAN SRIWIJAYA

RAHMAT ARIFAN/PIS

Walaupun dikenal sebagai kerajaan maritim dan sebagai pusat perkembangan agama budha dikawasan asia tenggara dan asia timur pada masanya,tidak banyak peninggalan kerajaan sriwijaya seperti candi-candi maupun arca-arca (patung budha) seperti kerajaan-kerajaan yang bercorak budha lainya yang ada di indonesia.
Berikut ini adalah beberapa prasasti-prasasti peninggalan kerajaan sriwijaya yang berhasil ditemukan dan di ketahui arti dari tulisan-tulisan yang ada pada prasasti tersebut oleh para arkeolog dan ahli sejarah.
1. Prasasti Ligor
 Prasasti Ligor dibuat oleh kerajaan sriwijaya pada tahun 775 masehi,prasati ligor ditemukan di daerah ligor yang sekarang berganti nama menjadi Nakhon Si Thammarat, selatan Thailand. Prasasti ligor memiliki pahatan tulisan pada bagian kedua sisinya, pahatan pertama disebut prasasti Ligor A atau dikenal juga dengan nama manuskrip Viang Sa sedangkan di bagian lainnya disebut dengan prasasti Ligor B.
Isi dari prasasti ligor adalah sebagai berikut.
prasasti Ligor pahatan bagian A tersebut berisikan berita tentang raja Sriwijaya, raja dari segala raja yang ada di dunia, yang mendirikan Trisamaya caitya untuk Kajara. Sedangkan pahatan prasasti Ligor bagian B, bertuliskan berita tentang nama Visnu yang bergelar Sri Maharaja, dari keluarga Śailendravamśa serta dijuluki dengan Śesavvārimadavimathana (pembunuh musuh-musuh yang sombong tidak bersisa).
2. Prasasti Palas Pasemah
Prasasti Palas Pasemah,ditemukan di daerah kawasan Palas Pasemah, di tepi sungai Pisang Lampung. Yang ditulis dengan tulisan aksara Pallawa dan bahasa melayu kuno yang sebanyak 13 baris. Meskipiun tidak ditemukan tahun pembuatannya, namun diperkirakan dari bentuk tulisannya prasasti tersebut diperkirakan dibuat pada akhir abad ke 7 masehi.
Prasasti palas pasemah berisih sebagai berikut.
isi dari prasasti palas pasemah adalah berisih tentang penguasaan daerah lampung dan kutukan bagi yang berbuat jahat.
3. Prasasti Leiden
 Prasasti Leiden ini dibuat oleh kerajaan sriwijaya pada tahun 1005 prasasti ini ditulis pada sebuah lempengan tembaga yang terdiri dari bahasa Sanskerta dan bahasa Tamil. Prasasti tersebut di berinama sesuai dengan tempat berada prasasti itu sekarang yaitu di KITLV Leiden, Belanda.
Prasasti leiden berisi tentang
 Prasasti leiden menceritakan hubungan antara dinasti Sailendra dari Sriwijaya dengan dinasti Chola dari Tamil, selatan India.
4. Prasasti Kota Kapur
 Prasasti kota kapur ditemukan di daearah pesisir barat Pulau Bangka. Prasasti tersebut dibuat oleh kerajaan sriwijaya pada tahun 686 masehi dan prasasti tersebut berinama sesuai tempat ditemukannya yaitu sebuah dusun kecil yang bernama "Kotakapur". Tulisan pada prasasti tersebut ditulis dalam tulisan aksara Pallawa dan menggunakan bahasa Melayu Kuno, prasasti kota kapur merupakan salah satu dokumen tertulis tertua yang berbahasa Melayu. Prasasti tersebut ditemukan oleh seorang arkeolog berkebangsaan belanda yang bernama J.K. van der Meulen pada bulan Desember 1892.
Prasasti kota kapur berisi tentang
Prasasti kota kapur menyebutkan bahwa kerajaan sriwijaya berusaha menaklukkan pulau jawa yang tidak setia pada kerajaan sriwijaya.
5. Prasasti Kedukan Bukit
 Prasasti Kedukan Bukit ditemukan oleh seorang arkeolog yang bernama M. Batenburg pada tanggal 29 November 1920 di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang,Sumatera Selatan, di tepi Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai Musi. Prasasti tesebut berbentuk batu kecil berukuran 45 × 80 cm, dan ditulis dalam aksara Pallawa, menggunakan bahasa Melayu Kuno.
Prasasti kedukan bukit berisi tentang
Prasasti kedukan bukit menceritakan bahwa Dapunta Hyang melakukan sebuah perjalanan suci (sidhayarta) dengan perahu dan membawa 20.000 tentara. Dalam perjalanan tersebut dapunta hyang berhasil menundukkan wilayah minangtamwan (jambi)
6. Prasasti Hujung Langit
 Prasasti Hujung Langit dibuat oleh kerajaan sriwijaya pada tahun 997 masehi,prasasti tersebut  juga dikenal dengan nama Prasasti Bawang, prasasti ini adalah prasasti batu yang ditemukan di desa Haur Kuning, Lampung,. tulisan yang digunakan pada prasasti ini adalah Pallawa dengan bahasa Melayu Kuno.
Prasasti hujung langit berisi tentang
Isi prasasti hujung langit bercerita tentang merupakan pemberian tanah sima.
7. Prasasti Talang Tuwo
Prasasti Talang Tuwo dibuat oleh kerajaan sriwijaya pada tahun 684 masehi ditemukan oleh Louis Constant Westenenk pada tanggal 17 November 1920 di kaki Bukit Seguntang,
Prasasti talang tuwo berisi tentang
 Isi prasasti Talang Tuwo adalah berupa doa-doa dedikasi, dimana hingga kini, doa-doa demikian masih dijalankan dan diyakini. Prasasti ini memperkuat bahwa terdapat pengaruh yang kuat dari cara pandang Mahayana pada masa tersebut, dengan ditemukannya kata-kata seperti bodhicitta, mahasattva, vajrasarira, danannuttarabhisamyaksamvodhi, dimana istilah-istilah bahasa Sanskerta tersebut memang digunakan secara umum dalam ajaran Mahayana.
8. Prasasti Telaga Batu
Prasasti Telaga Batu 1 ditemukan di sekitar kawasan kolam Telaga Biru Sumatera Selatan, pada tahun 1935dan di sekitar lokasi penemuan prasasti ini juga ditemukan prasasti Telaga Batu 2, yang berisi tentang keberadaan suatu vihara di sekitar prasasti. Pada tahun-tahun sebelumnya ditemukan lebih dari 30 buah prasasti Siddhayatra. Bersama-sama dengan Prasasti Telaga Batu.
Prasasti telaga biru berisi tentang
Prasasti telaga batu bercerita  tentang kutukan terhadap siapa saja yang melakukan kejahatan di kedatuan Sriwijaya dan tidak taat kepada perintah dātu.
9. Prasasti Karang Birahi
Prasasti Karang Brahi ditemukan pada tahun 1904 oleh Kontrolir L.M. Berkhout di tepian Batang Merangin. Prasasti ini terletak pada Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Jambi
Prasasti karang birahi berisi tentang
 Prasasti karang birahi bercerita tentang kutukan bagi orang yang tidak tunduk atau setia kepada raja dan orang-orang yang berbuat jahat. Kutukan pada isi prasasti karang birahi mirip dengan isi prasasti yang terdapat pada Prasasti Kota Kapur dan Prasasti Telaga Batu.
CANDI MUARA TAKUS
Selain peninggalan berupa prasasti-prasasti kerajaan sriwijaya juga memiliki peninggalan yang berupa candi yaitu candi muara takus yang terdapat di provinsi riau,Candi tersebut terdapat di kawasan Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Jarak antara komplek candi ini dengan pusat desa Muara Takus sekitar 2,5 kilometer dan tak jauh dari pinggir sungai Kampar Kanan.
Candi Muara Takus merupakan candi terbesar di Sumatera. Stupa candi muara takus tidak seperti stupa yang ada pada  candi aliran Budha lainnya. Umumnya Stupa candi-candi Budha berbentuk lonceng duduk. Kompleks candi ini dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 meter. Sementara candi itu sendiri berukuran 7 x 7 meter.
DAFTAR PUSTAKA
Wayan,I Badrika.2006.sejarah untuk SMA jilid 2 kelas XI program ips.jakarta.penerbit erlangga

KERAJAAN KUTAI

RAHMAT ARIFAN/PIS

Kerajaan kutai adalah kerajaan pertama yang ada di indonesia dengan aliran agama hindu,berdasarkan sumber-sumber sejarah yang ditemukan bahwa kerajaan kutai terdapat di kalimantan timur yaitu tepat berada di kawasan hulu sungai mahakam. nama kerajaan kutai diberi sesuai dengan daerah ditemukannya prasasti peninggalan kerajaan kutai,pemberian nama tersebut di karenakan tidak ada satu prasasti pun yang menjadi peninggalan kerajaan kutai yang menyebutkan nama kerajaan tersebut.
A.KEHIDUPAN POLITIK
1.Raja kudungga adalah raja pertama yang memerintah kerajaan kutai akan tetapi jika dilihat dari nama kudungga nama tersebut masih menggunakan nama asli indonesia parah ahli sejarah berpendapat bahwa saat pertama raja kudungga memerintah pengaruh hindu baru masuk ke indonesia tepatnya di kalimantan timur,pada awalnya kudungga adalah seorang kepala suku akan tetapi di karenakan masuknya pengaruh hindu ia lalu mengubah struktur pemerintahan menjadi kerajaan dan ia menjadi raja pertamanya.
2.raja aswarman berdasarkan isi dari prasasti yupa menyatahkan bahwa raja aswarman merupakan seorang raja yang sangat kuat dan cakap dalam pemerintahan, hal tersebut terbukti dengan diadakan upacara asmawedha. Upacara tersebut pernah dilaksanakan di india pada masa raja samudragupta ketika ingin memperluas kerajaan nya,upacara tersebut laksanakan dengan cara pelepasan kuda untuk mentukan batas kerajaan kutai dengan kata lain sampai mana telapak kaki kuda ditemukan sampai situhlah batas kerajaan kutai.
3.raja mulawarman,raja mulawarman adalah raja yang terkenal di kerajaan kutai karena pada masa pemerintahannya kerajaan kutai mengalami masa-masa kejayaan dan kegemilangan rakyat kutai hidup sejaterah dan tentram dengan keberhasilannya memerintah raja mulawarman mengadakan upacara korban emas yang amat banyak.
Berikut ini adalah raja-raja yang pernah memerintah kerajaan kutai setelah raja mulawarman
4. Raja Marawijaya Warman
5. Raja Gajayana Warman
6. Raja Tungga Warman
7. Raja Jayanaga Warman
8. Raja Nalasinga Warman
9. Raja Nala Parana Tungga
10. Raja Gadingga Warman Dewa
11. Maharaja Indra Warman Dewa
12. Raja Sangga Warman Dewa
13. Raja Candrawarman
14. Raja Sri Langka Dewa
15. Rraja Guna Parana Dewa
16. Raja Wijaya Warman
17. Raja Sri Aji Dewa
18. Raja Mulia Putera
19. Raja Nala Pandita
20. Raja Indra Paruta Dewa
21. Raja Dharma Setia
B.KEHIDUPAN SOSIAL
Berdasarkan isi dari prasasti-prasasti kutai dapat ketahui bahwa masyarakat kutai telah menerima pengaruh hindu dari negeri india. Masyarakat kutai telah mendirikan kerajaan yang memiliki polah yang teratur rapi menurut polah pemerintahan india,dan pada saat itu masyarakat indonesia telah berkembang mengikuti polah perkembangan zaman yang disesuaikan dengan tradisi asli indonesia.
C.KEHIDUPAN EKONOMI
Jika dilihat dari isi prasasti-prasasti tidak banyak yang bisa diketahui tentang kehidupan perekonomian rakyat kutai akan tetapi jika dilihat dari letak kerajaan kutai yang strategis berada pada jalur aktivitas perdagangan dan pelayaran antara dunia barat dengan dunia timur,dimana secara langsung hal tersebut mempengaruhi perekonomian rakyat kutai dimana berdagang dijadikan sebagai mata pencarian utama rakyat kutai.
D.KEHIDUPAN BUDAYA
Yupa merupakan salah satu hasil peninggalan budaya dari kerajaan kutai. Yupa merupakan sebuah tugu batu untuk mengikat korban pada saat di persembahkan kepada dewa namun sebenarnya tugu tersebut merupakan warisan dari nenek moyang bangsa indonesia pada zaman megalitikum yaitu tepatnya pada zaman menhir.
DAFTAR PUSTAKA
Wayan,I Badrika.2006.sejarah untuk SMA jilid 2 kelas XI program ips.jakarta.penerbit erlangga

PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA HINDU-BUDHA DI INDONESIA

Fatimah/PIS

Melalui hubungan yang dijalin antara Indonesia dan India dalam bidang perdagangan. lambat laun agama Hindu dan Buddha masuk dan tersebar di Indonesia. Dimana  para raja dan para bangsawan menganut agama tersebut.
Bermulai dari lingkungan istana lah agama dan kebudayaan Hindu dan Buddha tersebar ke kalangan rakyat biasa. Jawa, Bali, dan Kalimantan menjadi pusat-pusat agama Hindu, sedangkan di Sumatra menjadi pusat agama Budha.
1.Penyiaran Agama Buddha di Indonesia
Penyiaran agama Buddha di Indonesia lebih duluan dari pada agama Hindu. Hal itu disebabkan karena agama Buddha yang terbuka untuk semua orang dan mempunyai misi penyiaran agama yang disebut dharmadhuta. Dharma ialah apa yang menjadi kewajiban atau beban manusia sebagai anggota masyarakat. Dalam agama Buddha, dharma dipakai dalam arti ajaran-ajaran Buddha, dharma dipakai dalam arti ajaran-ajaran Buddha. Sedangkan Dhuta ialah orang yang menyebarkan.
Diperkiran sejak abad ke-2, ajaran agama Buddha mulai ada di Indonesia. Dibuktikannya dengan penemuan Arca Buddha di daerah Sembaga( Sulewesi Selatan) dan ditemukannya Arca Buddha Perunggu di daerah Jember. Patung-patung itu berlanggam Amarawati, akan tetapi belum diketahui siapa yang membawa dari India Selatan ke Indonesia. Selain itu ditemukan Arca Buddha dari batu di daerah Palembang.pada masa Kerajaan Mataram kuno dan Sriwijaya.
2.Penyiaran Agama Hindu di Indonesia
Ada beberapa teori yang memperkuat atau menjelaskan tentang penyebaran agama Hindu di Indonesia, antara lain sebagai berikut :
a)Hipotesa Waysa
Teori ini dikemukakan oleh sejarawan N.J Krom. Ia menyatakan bahwa penyebara agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh para pedagang yang berkasta waisya yang menetap di Indonesia, bahkan banyak di antara mereka yang menikah dengan orang Indonesia.
Hipotesa ini juga didasarkan pada adanya usaha pedagang India ke Asia Tenggara yna di dukung juga dengan pelayaran para penutur Austronesia kre Indonesia yang telah dimulai sejak beberapa abad pertama masehi.
Menjelang abad kelima masehi, beberapa jalur perdagangan berkembang sehingga menghubungkan kepulauan Indonesia dengan India. Awal perdagangan atau perniagaan India ini terjadi dibeberapa wilayah Barat, yang man wilyah ini merupakan negeri- negeri perdagangan sejak abad kedua masehi, seperti Champa, Funan, Sumatra, jawa bagian Barat serta Bali. Hal ini dibuktikan oleh penemuan arkeologis baru berupa tembikar India di sembiran, Bali.
b) Hipotesa Brahmana
Teori ini dikemukakan  Jc. Van Leur. Menurutnya agama Hindu dan Buddha yang menjadi dasar kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia ini hamper pasti dibawa masuk ke Indonesia oleh Brahmana  dan pemeluk Buddha yang terpelajar. Tapi ada juga dalam sumber  lain yang menyatakan bahwa teori ini dikemukakan oleh FDK.Bosch.
Para Brahmana ini diundang oleh para penguasa nusantara untuk memperkuat kekuasaan mereka dengan upacara keagamaan dan pendirian bangunan yang berarsitektur peradaban besar di dunia. Bahkan melalui para Brahmanalah kosakata bahasa Sanskerta diperkenalkan ke dalam bahsa-bahasa Austronesia.
c) Hipotesa Ksatria
Hipotesa ini dikemukakan oleh F.D.Bosch dan Majundar. Dalam teori ini dikatakan bahwa  agama Hindu-Buddha di Indonesia dibawa oleh golongan Prajurit(kelompok Istana). Ternyata para Ksatria India ini mendirikan Koloni di Indonesia maupun di Asia Tenggara, dan disamping melakukan penaklukan, para Ksatria ini juga menyebarkan Hinduisme. Dalam sumber lain dikatakan bahwa hipotesa ini juga dikemukan oleh C.C Berg.
d) Teori Arus Balik
teori arus balik ini dikatakan bahwa adanya hubungan timbal balik antara Indonesia dan India dalam bidang perdagangan, yang mana pedagang Indonesia banyak mendatangi tempat-tempat penting di India beserta pusat kebudayaannya. Setelah pulang dari India, Disamping  membawa barang dagangan, mereka juga membawa anasir-anasir budaya luar, dan menyebarkan Hinduisme.

Daftar Pustaka
Matroji. 2008. Sejarah 2 SMA/MA. Jakarta : Bumi Aksara
MGMP sejarah provinsi Riau. 2010. Sejarah XI..Pekanbaru: Amara


              
           
Proses Masuk dan Berkembangnya agama Hindu-Buddha di Indonesia
Fatimah/PIS

Melalui hubungan yang dijalin antara Indonesia dan India dalam bidang perdagangan. lambat laun agama Hindu dan Buddha masuk dan tersebar di Indonesia. Dimana  para raja dan para bangsawan menganut agama tersebut.
Bermulai dari lingkungan istana lah agama dan kebudayaan Hindu dan Buddha tersebar ke kalangan rakyat biasa. Jawa, Bali, dan Kalimantan menjadi pusat-pusat agama Hindu, sedangkan di Sumatra menjadi pusat agama Budha.
1.Penyiaran Agama Buddha di Indonesia
Penyiaran agama Buddha di Indonesia lebih duluan dari pada agama Hindu. Hal itu disebabkan karena agama Buddha yang terbuka untuk semua orang dan mempunyai misi penyiaran agama yang disebut dharmadhuta. Dharma ialah apa yang menjadi kewajiban atau beban manusia sebagai anggota masyarakat. Dalam agama Buddha, dharma dipakai dalam arti ajaran-ajaran Buddha, dharma dipakai dalam arti ajaran-ajaran Buddha. Sedangkan Dhuta ialah orang yang menyebarkan.
Diperkiran sejak abad ke-2, ajaran agama Buddha mulai ada di Indonesia. Dibuktikannya dengan penemuan Arca Buddha di daerah Sembaga( Sulewesi Selatan) dan ditemukannya Arca Buddha Perunggu di daerah Jember. Patung-patung itu berlanggam Amarawati, akan tetapi belum diketahui siapa yang membawa dari India Selatan ke Indonesia. Selain itu ditemukan Arca Buddha dari batu di daerah Palembang.pada masa Kerajaan Mataram kuno dan Sriwijaya.
2.Penyiaran Agama Hindu di Indonesia
Ada beberapa teori yang memperkuat atau menjelaskan tentang penyebaran agama Hindu di Indonesia, antara lain sebagai berikut :
a)Hipotesa Waysa
Teori ini dikemukakan oleh sejarawan N.J Krom. Ia menyatakan bahwa penyebara agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh para pedagang yang berkasta waisya yang menetap di Indonesia, bahkan banyak di antara mereka yang menikah dengan orang Indonesia.
Hipotesa ini juga didasarkan pada adanya usaha pedagang India ke Asia Tenggara yna di dukung juga dengan pelayaran para penutur Austronesia kre Indonesia yang telah dimulai sejak beberapa abad pertama masehi.
Menjelang abad kelima masehi, beberapa jalur perdagangan berkembang sehingga menghubungkan kepulauan Indonesia dengan India. Awal perdagangan atau perniagaan India ini terjadi dibeberapa wilayah Barat, yang man wilyah ini merupakan negeri- negeri perdagangan sejak abad kedua masehi, seperti Champa, Funan, Sumatra, jawa bagian Barat serta Bali. Hal ini dibuktikan oleh penemuan arkeologis baru berupa tembikar India di sembiran, Bali.
b) Hipotesa Brahmana
Teori ini dikemukakan  Jc. Van Leur. Menurutnya agama Hindu dan Buddha yang menjadi dasar kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia ini hamper pasti dibawa masuk ke Indonesia oleh Brahmana  dan pemeluk Buddha yang terpelajar. Tapi ada juga dalam sumber  lain yang menyatakan bahwa teori ini dikemukakan oleh FDK.Bosch.
Para Brahmana ini diundang oleh para penguasa nusantara untuk memperkuat kekuasaan mereka dengan upacara keagamaan dan pendirian bangunan yang berarsitektur peradaban besar di dunia. Bahkan melalui para Brahmanalah kosakata bahasa Sanskerta diperkenalkan ke dalam bahsa-bahasa Austronesia.
c) Hipotesa Ksatria
Hipotesa ini dikemukakan oleh F.D.Bosch dan Majundar. Dalam teori ini dikatakan bahwa  agama Hindu-Buddha di Indonesia dibawa oleh golongan Prajurit(kelompok Istana). Ternyata para Ksatria India ini mendirikan Koloni di Indonesia maupun di Asia Tenggara, dan disamping melakukan penaklukan, para Ksatria ini juga menyebarkan Hinduisme. Dalam sumber lain dikatakan bahwa hipotesa ini juga dikemukan oleh C.C Berg.
d) Teori Arus Balik
teori arus balik ini dikatakan bahwa adanya hubungan timbal balik antara Indonesia dan India dalam bidang perdagangan, yang mana pedagang Indonesia banyak mendatangi tempat-tempat penting di India beserta pusat kebudayaannya. Setelah pulang dari India, Disamping  membawa barang dagangan, mereka juga membawa anasir-anasir budaya luar, dan menyebarkan Hinduisme.

Daftar Pustaka
Matroji. 2008. Sejarah 2 SMA/MA. Jakarta : Bumi Aksara
MGMP sejarah provinsi Riau. 2010. Sejarah XI..Pekanbaru: Amara


              
           

ASAL USUL WANGSA SAILENDRA


Anisa Mutiara Priyadi/PIS

            Istilah Sailendrawangsa di jumpai pertama kali di dalam prasasti Kalasan tahun 700 Saka (778 M). Kemudian istilah itu muncul pula di dalam prasasti dari desa Kelurak tahun 704 Saka (782 M) di dalam prasasti Abhayagiriwihara dari bukti Ratu Baka tahun 14 Saka (792 M), dan di dalam prasasti Kayumwungan tahun 46 Saka (824 M). Yang amat menarik perhatian ialah bahwa istilah Sailendrawangsa itu muncul pula di luar Jawa, yaitu di dalam prasasti Ligor B, Nalanda dan Leyden plates.
            Prasasti-prasasti tersebut semuanya menggunakan bahasa sansekerta, dan tiga diantaranya kecuali prasasti Kayumwungun menggunakan huruf siddham, bukan huruf Pallawa atau huruf Jawa-Kuna. Kenyataan ini ditambah dengan kenyataan bahwa ada beberapa nama wangsa di India dan daratan Asia Tenggara yang sama artinya dengan Sailendra, yaitu raja gunung, menimbulkan beberapa teori tentang asal usul wangsa Sailendra di Jawa. Mengenai asal usul keluarga Sailendra banyak dipersoalkan oleh beberapa sarjana. Berbagai pendapat telah dikemukakan oleh sejarawan dan arkeologis dari berbagai negara. Ada yang mengatakan bahwa keluarga Sailendra berasal dari Sumatra, dari India, dan dari Funan.
Teori India
Majumdar beranggapan bahwa keluarga Sailendra di Nusantara, baik di Sriwijaya (Sumatera) maupun di Jawa berasal dari Kalingga (India Selatan). Pendapat yang sama dikemukakan juga oleh Nilakanta Sastri dan Moens. Moens menganggap bahwa keluarga Sailendra berasal dari India yang menetap di Palembang sebelum kedatangan Dapunta Hyang. Pada tahun 683 Masehi, keluarga ini melarikan diri ke Jawa karena terdesak oleh Dapunta Hyang dengan bala tentaranya.
Teori Funan
George Cœdès lebih condong kepada anggapan bahwa Sailendra yang ada di Nusantara itu berasal dari Funan (Kamboja). Karena terjadi kerusuhan yang mengakibatkan runtuhnya kerajaan Funan, kemudian keluarga kerajaan ini menyingkir ke Jawa, dan muncul sebagai penguasa di Medang pada pertengahan abad ke-8 Masehi dengan menggunakan nama keluarga Sailendra. Namun teori ini tidak terbukti kuat karena beberapa prasasti dan catatan sejarah menyatakan bahwa sebelum bermukim di Jawa, keluarga Sailendra telah bermukim turun-temurun di Sumatera.
Teori Nusantara
Teori Nusantara mengajukan kepulauan Nusantara; terutama pulau Sumatera atau Jawa; sebagai tanah air wangsa ini. Teori ini mengajukan bahwa wangsa Sailendra mungkin berasal dari Sumatera yang kemudian berpindah dan berkuasa di Jawa, atau mungkin wangsa asli dari pulau Jawa tetapi mendapatkan pengaruh kuat dari Sriwijaya.
            Teori Nusantara juga dikemukakan oleh Poerbatjaraka. Pendapat bahwa wangsa Sailendra itu berasal dari luar Indonesia (India dan Kamboja) ditentang oleh R.Ng. Poerbatjaraka. Ia merasa amat tersinggung membaca teori-teori tersebut, seolah-olah bangsa Indonesia ini sejak dahulu kala hanya mampu untuk diperintah oleh bangsa asing. Menurut Poerbatjaraka, Sanjaya dan keturunan-keturunannya itu ialah raja-raja dari keluarga Sailendra, asli Nusantara yang menganut agama Siwa. Tetapi sejak Panamkaran berpindah agama menjadi penganut Buddha Mahayana, raja-raja di Mataram menjadi penganut agama Buddha Mahayana juga.
Pendapatnya itu didasarkan atas Carita Parahiyangan yang menyebutkan bahwa R. Sanjaya menyuruh anaknya R. Panaraban atau R. Tamperan untuk berpindah agama karena agama yang dianutnya ditakuti oleh semua orang. Pendapat dari Poerbatjaraka yang didasarkan atas Carita Parahiyangan kemudian diperkuat dengan sebuah temuan prasasti di wilayah Kabupaten Batang. Di dalam prasasti yang dikenal dengan nama prasasti Sojomerto itu disebutkan nama Dapunta Seilendra, nama ayahnya (Santanu), nama ibunya (Bhadrawati), dan nama istrinya (Sampula).
Di dalam prasasti Sojomerto itu dijumpai nama Dapunta Selendra yang jelas merupakan ejaan Indonesia dari kata Sansekerta Sailendra. Maka sesuai dengan asal-usul nama-nama wangsa yang lain itu dapatlah di sini disimpulkan bahwa Sailendrawangsa itu berpangkal kepada Dapunta Selendra. Kenyataan bahwa ia menggunakan bahasa Melayu Kuna di dalam prasastinya menunjukkan bahwa ia orang Indonesia asli.
DAFTAR PUSTKA :
Djoened, Marwati.1992.Sejarah Nasional Indonesia II.Jakarta : Balai Pustaka.

RUNTUHNYA KERAJAAN MAJAPAHIT

MAMAN KURNIAWAN / PIS
Sebenarnya kerajaan majapahit muncul setelah karajaan singusari mengalami kehancuran, karena akibat dari serangan  karajaan Daha. Raja singusari pada waktu itu adalah raja kartanegara sedangkan patihnya adalah Raden Wijaya.Setelah pertarungan kedua belah pihak kerajaan Singusari akhirnya musnah pada tahun 1292.Sedangkan Raden Wijaya mundur kearah utara dan mendapatkan perlindungan dari kerajaan Madura.Kemudian raden Wijaya mengatur strategi untuk membalas kerajaan Daha atas kematian martua beliau yaitu raja kartanegara dan dari sinilah terbentuklah kerajaan majapahit.
Dengan kerajaan Majapahit yang disahkan oleh Raden Wijaya  dengan gelar sebagai Prabu Kertajasa Jayawardana  selapas dari kehancuran kerajaan Kendiri yang dimusnahakan oleh pasukan dari china (Tiongkok)  oleh Dinasti Ming yang ingin menyerang Prabu Kertanegara namun dapat dipengarui oleh pemerintah Majapahit untuk menyerang Kendiri dan akhirnya kerajaan kendiri di musnahkan.  Setelah itu Majapahit berkembang dan muncul sebagai kuasa besar di Asia Tenggara.Mengikut pandangan sarjarah Majapahit mengalami tiga situasi pemerintahan.Pertama adalah zaman permulaan kedua adalah zaman kegemilangan dan yang terakhir adalah zaman kemerosotan.
Zaman kegemilangan adalah semasa Majapahit diperintah oleh Hayam Wuruk.Dia merupakan anak dari Puteri Djajawisnuwardani dengan Kertawardana. Sebelum kelahiran dia, lahir seorang anak lagi yang akan menjadi nadi kegemilangan Majapahit yaitu Mangkubumi Gajah Mada yang memainkan peranan penting dalam keagungan kerajaan Majapahit. Hayam Wuruk yang mengunakan gelaran Rajasanegara merupakan pemerintahan yang keempat Majapahit yang bermula pada tahun 1328-1389 M.
Zaman pemerintahan Hayam Wuruk yang dibantu oleh Mangkabuminya Patih Gajah Mada mengalami puncak kegemilangan dimana seluruh kawasan nusantara di bawah naungan kerajaan Majapahit.  Dengan bantuan kebijaksanaan dan sumpah Mangkabuminya yang dikenali sebagai sumpah palapa, dimana  majapahit dapat menyatukan seluruh kerajaan di Nusantara termasuk Pahang, Palembang, dan Temasik. Namun baliau telah meninggal dunia semasa Majapahit diambang kemegahan, yaitu pada tahun 1363.
Setelah kehilang perdana menteri yang bijaksana maka politik kerjaan mengalami perubahan karena jabatan yang dipegang mangkabumi tidak mampu menanganinya.Selanjutnya jabatan yang dipegang olehnya dibagikan kepada beberapa adipati untuk diperintah.Setelah itu mulai lemah kerajaan Majapahit walaupun tidak lagi menyeluruh namun, sudah mulai ada kepincangan politik.Dan pada tahun 1389 M merupakan titik tolak kemerosotan kerajaan Majapahit apabila Prabu Rajasanegara (Hayam Wuruk) telah meninggal dunia.Disini keadaan digambarkan keruntuhan seratus tahun yang tidak dapat membangun lagi.Kemangkatan Hayam Wuruk menjadikan kekuasan Majapahit semangkin tidak terkendali akibat bermulanya perebutan tahta kerajaan dan kepincangan politik. Setelah kemangkatan dua tokoh yang agung dalam kegemilangan kerajaan Majapahit yakni Mangkabuminya yang merangkap perdana menteri majapahit Gajah Mada 1364 M dan Hayam Wuruk 1389 M  maka era selepas ini dinamakan sebagai zaman kemerosotan majapahit yang akhirnya membawa keruntuhan kerajaan Majapahit.
Penyebab Keruntuhan Kerajaan Majapahit
Selepas kemangkatan Hayam Wuruk pada tahun 1389  M, maka pemerintahan kerajaan pengganti selanjutnya. Penganti tahta kerajaan sesudah Hayam Wuruk adalah Wirakramawardani yang memerintah dari tahun 1389-1429 M merupakan menantu Hayam Wuruk.Pada pemerintahan Wirakramawardani politik kerajaan mulai merosot akibat ketidakpuasan hati dari saudara keturunan Rajasanegara yang membawa kelemahan kerajaan Majapahit[3]. Perang saudara mula meletus akibat Virabumi tidak tunduk terhadap  penguasa Majapahit. Perang tercetus, ini mengakibatkan kepincangan politik Majapahit dan menyebabkan daerah kawasan majapahit memecahkan diri.Hal ini dibuktikan dengan pembebasan Palembang dari kekuasaan majapahit.Serta kemunculan Melaka pada kurun ke 15 M. Hal ini menunjukan kelemahan raja Majapahit menyebabkan banyak negeri tidak lagi mengiktiraf kerajaan majapahit dan mencoba untuk membuat kerajaan sendiri
Akibat daripada perang saudara diantara Virabumi dan Wirakramawardani menyebabkan Virabumi terbunuh pada tahun 1406 M dan kota Varabumi ditawan. Namun perang tersebut menyebebkan kematian pegawai China.  Hal ini menyebabkan hubungan dengan kerajaan china mulai renggang, walaupun hati maharaja cina dapat diredakan dengan meminta ganti rugi yang dibayar oleh Wikramawardani untuk menebus kematian pegawai cina dalam perang tersebut.Namun Cina menjaga perhubunganya dengan negeri di timur.Pada tahun 1429 M raja Wikramawardani meninggal dunia dan pemerintahan diwariskan kepada anaknya yaitu Ratu Suhita (1429-1447 M).
Pada pemerintah Ratu Suhita terjadi satu pemberontakan yang dipimpin oleh Bhre Daha.Ini menunjukan lemahnya pemerintah yang mengakibatkan pemberontakan untuk mengulingkan kerajaan.Selepas kematian Ratu Suhita pada tahun 1447 M tahta kerajaan dipegang oleh Raja Kertavijaya yang merupakan saudara laki-laki Ratu Suhita. Ekonomi kerajaan Majapahit semangkin lemah akibat kelemahan pemerintah Majapahit sendiri kerana, banyak daerah yang dulunya menjadi nadi ekonomi majapahit mulai tidak berhubungan dengan kota Majapahit seperti kalimantan timur dan pelembang.
Setelah pemerintahan Raja Kertavijaya kerajaan Majapahit diperintah oleh Seri Radjasawardana pada tahun 1451-1453 M, namun selepas kematian tiada warisan yang memerintah kerajaan Majapahit dan menyebabkan Majapahit tidak punya pemimpin. Dicatatkan bahwa ketika tahun 1453-1456 M Majapahit tidak mempunyai Raja.Sehingga kemunculan Hiang Purwawisjesa.Namun pada masa pemerintahan Hiang Purwawisjesa Majapahit memindahkan pusat pemerintahan ke Tumapil.Hiang Purwawisjesa memerintah selama sepuluh tahun (1465-1466).
Setelah itu kerajaan Majapahit diperintah oleh beberapa orang raja sehingga, tiga orang raja terakhir yang memimpin tahta kerajaan Majapahit yaitu Bera Widjaja yang berkuasa di Majapahit  yang dikenal sebagai Prabu Adipati Udara dan Prabu Maharadja Adipati Unus. Pemerintahan pusat semankin lemah apabila ketenteraan Majapahit mulai lumpuh kerana tidak mampu menepis serangan dari luar lagi, ini menunjukkan betapa lemahnya raja ketika memerintah Majapahit. Perkara ini dibuktikan semasa serangan yang dilakukan oleh demak dalam era pemerintahan Bera Wijaya tidak mampu untuk menepis serangan tersebut yang menyebabkan kota Majapahit di diruntuhkan.
Sehubungan dengan itu juga, kelemahan raja-raja Majapahit yang terakhir yakni Bira Wijaya adalah tidak mampu  mengawal perairan di selat Melaka. Pemerintah Majapahit ketika itu jelas kelihatan runtuh dan terpaksa membuat perjanjian dengan Melaka.Perjanjian yang di lakukan pada tahun 1518 M adalah peristiwa penting kerana terpaksa melakukan satu perjanjian dengan Melaka. hal ini menunjukan kemerosotan  Majapahit apabila melakukan perjanjian dengan pemerintah yang dulunya dibewah kekuasaan Majapahit. Sebelum Negara Majapahit lenyap di Nusantara juga merupakan akibat serangan dari Demak.Peristiwa ini jelas menunjukan bahwa setelah zaman keemasan era pemerintahan Hayam Wuruk maka pemerintah kerajaan menjadi yang lemah, tidak bijaksana dalam menangani permasalahan politik yang menyebabkan kerajaan mejapahit kehilangan kewibawaan sehingga pemerintah terakhir sebelum dimusnahkann oleh kerajaan Demak.Akhirnya kerajaan Majapahit jatuh dan tidak dapat dibentuk lagi.
Keadaan Setelah Gajah Mada dan Hayam Wuruk
Kematian gajah mada pada tahun 1364 M adalah titik tolak kemerosotan politik di pusat pemerintahan Majapahit.Sebelum beliau meninggal dunia keadaan Majapahit yang begitu gemilang kerana Majapahit diambang kejayaan.Namun setelah beliau meninggal, maka jabatan beliau tidak ada yang mampu memikul dan terpaksa diserahkan kepada beberapa adipati, ini mengambarkan tiada yang mampu menlanjutkan kedudukan Gajah Madah.Kematian beliau menyedihkan Prabu Hayam Wuruk sebelum wafat kerana tiada yang mampu mengantikan kebijaksanaanya.  Hal ini menyebabkan jabatan Gajah Mada dipimpin oleh empat orang adipati kerajaan, yaitu Warda Menteri (menteri sapuh), Bernama Pu Tading, Tumenggug (mantjanegera) Pu Nala, Menteri Anom Patih dan Perdana Menteri.
Perkara ini mengambarkan bahwa setelah kemangkatan Gajah Madah, politik kerajaan Majapahit mengalami perubahan yang begitu besar.Majapahit terpaksa berusaha mencari yang terbaik untuk mengantikan jabatan yang ditinggalkan oleh Gajah Mada dan kesan dari kejadian tersebut maka bermulalah kemerosotan Majapahit walaupun tidak lagi nyata hingga kemangkatan Prabu Hayam Wuruk.
Dalam keadaan Majapahit yang menghampiri kemerosotan, akhirnya bermula setelah kematian Hayam Wuruk pada 1389 M setelah dua puluh lima tahun kematian Gaja Madah. Kematiannya membawa kemerosotan Majapahit setelah tahta kerajaan beliau DIwariskan kepada menantunya yakni Wikramawardana.Hal ini mengakibatkan bibit-bibit pergolakan politik bermula walaupun pada permulaanya tidak berlaku.Sehingga timbul persoalan siapa yang berhak menguasai tahta kerajaan dari anak silirnya Wirabumi.
Pergolakan Politik dan Perang Saudara
Faktor lain yang membawa kemerosotan kerajaan majapahit adalah disebabkan oleh perang saudara yang terjadi sesudah kematian Hayam Wuruk. Perang saudara yang dikenal sebagai perang Paregreg itu akibat daripada  persoalan warisan pemerintahan yang lebih layak memimpin kerajaan Majapahit. Perang saudara terjadi akibat dari keinginan untuk menduduki tahta kerajaan. Pada masa Hayam Wuruk masih hidup, dia telah mewasiatkan bahwa sesudah beliau wafat tahta kerajaan akan diteruskan oleh menantunya yakni Wirakramawardana suami dari puteri Kasumawardani. Namun Hayam Wuruk juga meningalkan warisan dari selirnya yang bernama Raja Wirabumi yang ditempatkan disebelah timur Jawa. Maka wujud dua keluarga dari keturunan yang sama.  Hal ini menyebabkan berlaku pergolakan politik diantara kuasa pusat yang diperintah oleh Wirakramawardana dan kuasa peringkat daerah yang diperintah oleh Wirabumi dan akhirnya terjadi perang saudara.
Wirabumi tidak patuh terhadap kerajaan pusat kerana Wirakramawardana hanyalah menantu Hayam Wuruk, sedangkan Wirabumi adalah anak dari selir dari Prabu Hayam Huruk.Ini merupakan awal Wirabumi tidak tunduk kepada kerajaan yang berpusat di Majapahit.Maka setelah pergolakan diantara dua keluarga maka, terjadilah perang saudara pada tahun 1404-1406 M yang dikenal sebagai perang Paregreg.
Akibat perang saudara mengakibatakan saling menjatuhkan antara saudara satu dengan yang lainnya.Keadaan ini terbukti pada Ratu Suhita menaiki tahta kerajaan Majapahit pada tahun 1429M. Pemerintahannya berat sebelah karena golongan yang dulu melawan Wirabumi.Hal ini menunjukandendam dikalangan keluarga pemerintah kerajaan yang mengakibatkan pemerintahan pusat tidak lagi aman.
Berdirinya Pecahan Kerajaan Mejapahit
Munculnya Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Fatah telah mengalahkan pertahanan Majapahit, banyak faktor yang membawa kemenangan Demak terhadap Majapahit. Faktor-faktor yang mempengarui terhadap kemenangan Demak adalah disebabkan oleh, fungsi Demak dapat mengusai perdagangan di dua pelabuhan utama yaitu pelabuhan Japara dan Gerisik.Dengan menguasai pelabuhan, Demak dapat menguasai kawasan dataran penanaman padi yang terbentang luas di kawasan tersebut.Kekuasan kerajaan Demak diteruskan oleh Raden Fateh yakni Pati Yunus dia tidak memerintah lama lalu digantikan oleh saudaranya yaitu Teranggana.Pada  pemarintahan Teranggana Demak diambang kegemilangan dan telah mengunakan gelaran sultan.
Kemunculan Demak sebagai kerajaan islam di tanah Jawa  menyebabkan Majapahit semakin terhimpit dalam situasinya yang semakin dalam. Majapahit tidak mampu mempertahankan kewibawaanya dari semua serangan luar.Pada pemerintahan raja terakhir Majapahit, yakni Raja Udara pada tahun 1518 M Majapahit diserang oleh Dipati Yunus yang berkuasa di Demak yang meruntuhkan pusat kerajaan Majapahit. Perkara ini menunjukan Majapahit tidak lagi berdaya untuk mempertahankan kerajaanya walaupun di serang kerajaan kecil yang tidak mempunyai pasukan yang banyak, ini mengambarkan kemerosotan Majapahit yang tidak mampu lagi.
Selain itu, juga diakibatkan munculnya Melaka pada tahun 1400 M. juga karena faktor kemerosotan dan keruntuhan kerajaan Majapahit. Melaka yang disahkan oleh raja Palembang yaitu Paramiswara merupakan anak Sang Aji yang telah membebaskan diri dari lingkungan kerajaan Majapahit setelah dia berkeyakinan akan dapat mewujudkan kerajaan Sriwijaya. Mulai kelihatan kemerosotannya, dia merupakan wakil kerajaan Majapahit untuk memerintah Palembang disamping itu dia adalah menantu Hayam Wuruk.Paramiswara yang telah melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit dengan melakukan penyucian diri yang dikenal sebagai abheseka.Melalui penyucian tersebut Paramiswara telah mengelarkan dirinya sebagai Sri Tri Buana yang membawa makna Maharaja Tiga Buana.  Dengan itu Majapahit menyerang paramiswara ketika di Palembang, lalu melarikan diri ke Temasik (pulau Singgapura) untuk mendapatkan perlindungan dari pemerintah temasik yang merupakan wakil kerajaan Ayudhya di Thailand. Namun beliau akhirnya berpindah ke Muar dimanadia  mendapatserangan dari tentera Ayudhya karena beliau telah membunuh pemerintah Temasik ketika menjadi wakil kerjaan Majapahit. Sehingga sampai ke muara di Bertam lalu mendirikan kerajaan disana.
Setelah beberapa lama akhirnya Melaka muncul sebagai satu kerajaan yang unggul di selat Melaka dan terkenal sebagai pusat perdagang.Kerajaan Malaka mengukuhkan diri dengan bekerjasama terhadap kerajan Cina, hal ini menyebabkan tidak ada kerajaan lain yang berani menyerang Melaka ketika itu termasuklah Majapahit. Kunjungan wakil Maharaja Yung-Lo ke Melaka pada tahun 1404 M mengukuhkan kedudukan Melaka.Perkara ini menandakan bahwa kerajaan Majapahit telah hilang pengaruh di selat Melaka dalam kegiatan perdagangan.Melaka yang terkenal dengan pelabuhan enterpotnya menyebabkan ekonomi Majapahit sudah menurun kerana pelabuhan yang dibawahi kekuasan Majapahit tidak lagi menjadi perhatian oleh para pedagang kerana pelabuhan di bawah Kerajaan Melaka.
Daftar Pustaka
                Slamet Muljana, 2005. Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, (Yogyakarta: Lkis.
            Soejono, R.P. (Ed. dkk.). 2010. Jaman Kuno. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: P.N. Balai Pustaka.
M.C. Ricklefs, 1989. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
            Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid IIJakarta: Balai Pustak.
             Nengah  Bawa  Atmadja, 2010. Genealogi Keruntuhan  Majapahit, Islamisasi, Toleransi, dan Pemertahanan  Agama Hindu di Bali. Yogyakarta: Pustaka belajar.