TARI MAKAN SIRIH (PERSEMBAHAN)

Ulfia Perdani/ PBM/ F B

 
            Tari makan sirih atau yang lebih dikenal dengan sebutan tari persembahan merupakan tari Melayu Klasik yang sering ditampilkan dalam acara menyambut tamu agung atau tamu kehormatan. Tari yang tercipta pada tahun 1957 ini memiliki makna yaitu sebagai ucapan terima kasih yang tulus kepada tamu yang datang dan sebagai tanda bahwa orang Melayu sangat menghargai kekerabatan. Ciri khas dari tarian ini adalah identik dengan pengajuan tepak sirih kepada orang atau tamu yang dihormati untuk memakan sirih yang diberikan.


            Menurut Haji Tengku M. Lah Husny (2001) mengatakan bahwa Tari Makan Sirih sering dipertunjukkan dalam perhelatan-perhelatan besar untuk menyambut tamu. Oleh karena itu, tari ini disebut juga Tari Persembahan Tamu. Adanya tari untuk penyambutan tamu ini menandakan bahwa orang Melayu sangat menghargai hubungan persahabatan dan kekerabatan.



Penari dan Busana

            Penari Makan Sirih biasanya ditampilkan oleh muda-mudi sekitar 5-9 orang (dan seringnya berjumlah ganjil) dengan satu orang yang dianggap spesial karena membawa tepak sebagai persembahan kepada tamu. Filosofi pemberian tepak yang berisi sirih ini sangat tinggi. Karena apabila tamu yang diberi sirih tidak mengambil (memakannya) maka dianggap tidak sopan. Bahkan pada zaman kerajaan dahulu, raja akan murka bila sirih tersebut tidak dimakan.

            Umumnya busana penari sesuai dengan syariat Islam (pakaian tertutup) yang bercirikan Melayu lengkap dengan selendang dan pernak-pernih lain seperti dokoh, anting, gelang, dan hiasan rambut untuk perempuan, kopiah untuk laki-laki dan juga songket untuk keduanya.

Musik Pengiring

            Musik pengiring tarian Makan Sirih ini sangat kental dengan ciri khas Melayu yang rancak. Ada pun penggalan lagu dari musik pengiring tarian Makan Sirih ini adalah :

Makan sirih ujunglah ujungan aduhai lah sayang

Kuranglah kapur tambahlah ludah

Hidupku ini untunglah untungan aduhai lah sayang

Sehari lah senang seharilah susah


Ragam Gerak

            Ragam gerakan tari Makan Sirih berjumlah 8 gerakan, yang terdiri dari 14x8 ketukan. Istilah gerakan seperti igal (menekankan pada gerakan tangan dan badan), liuk (gerakan menundukkan dan mengayunkan badan), lenggang (berjalan sambil menggerakkan tangan), titi batang (berjalan dalam satu garis bagai meniti batang), gentam (menari sambil menghentakkan kaki), cicing (menari sambil berlari kecil), legar (menari sambil berkeliling sejauh 180o), dan lainnya (Sinar, ed., 2009).

            Pada gerakan lenggang, nama gerakan yang digunakan adalah Lenggang Patah Sembilan Tunggal dan Lenggang Patah Sembilan Ganda. Kedua gerakan lenggang ini diambil dari gerakan Tari Lenggang Patah Sembilan.

Gerak Lenggang Patah Sembilan Tunggal

Gerakan kaki

Kaki digerakkan secara bergantian yang dimulai dengan kaki sebelah kiri dan dilanjutkan dengan sebelah kanan sebanyak lima hitungan. Kemudian kaki kanan diserongkan ke kanan pada hitungan antara lima dan enam, lalu kaki kiri menyusul dan diletakkan di belakang tumit kaki sebelah kanan pada hitungan keenam, kaki kanan ditarik / disejajarkan dengan kaki kiri. Selanjutnya pada bilangan tujuh kaki kiri diantarkan serong kiri, di antara bilangan tujuh dan delapan kaki kanan menyusul tanpa ketukan di belakang tumit kaki kiri dan pada bilangan delapan kaki kiri ditarik / disejajarkan dengan kaki kanan.



Gerakan Tangan

            Pada hitungan satu sampai empat tangan diayunkan ke depan dan ke belakang secara bergantian seperti gerakan tangan melenggang biasa. Pada hitungan kelima, tangan kanan dinaikkan setinggi bahu dengan posisi telapak tangan menghadap ke bawah (telungkup). Sedangkan tangan kiri diletakkan di paha kiri seperti sedang mencubit. Kemudian pada hitungan antara kelima dan keenam tangan kanan dikepalkan dan ditelentangkan, pada hitungan keenam kepalan dilepaskan, ujung jari ditelungkupkan menghadap ke atas dan diturunkan. Pada hitungan tujuh dan depalan, gerakannya sama dengan hitungan 5 dan 6 hanya saja menggunakan tangan kiri.



Gerak Lenggang Patah Sembilan Ganda

Gerakan kaki

            Sama dengan gerakan kaki Lenggang Patah Sembilan Tunggal.

Gerakan Tangan

            Hitungan satu sampai empat sama dengan gerakan tangan Lenggang Patah Sembilan Tunggal. Hitungan 5 tangan kanan diangkat setinggi bahu, telapak tangan ditelungkupkan dan dikepalkan, kepalan ditelentangkan dan dilepaskan  kemudian ujung jari menghadap ke atas dan diturunkan. Di antara bilangan 5 dan 6 tangan kiri diangkat setinggi bahu, telapak tangan ditelungkupkan dan ujung jari menghadap ke atas, lalu diturunkan. Bilangan 7 dan 8 gerakannya sama dengan hitungan 5 dan 6. Hanya saja dimulai dengan tangan kiri dan kaki kiri.



Gerakan Tangan A :

            Pada hitungan 5 tangan kanan  diangkat serong kanan, tangan ditelungkupkan (telapak tanga menghadap ke bawah), di antara bilangan 5 dan 6 putar telapak tangan hingga menghadap ke atas dan dikepalkan sambil diputar ke arah bawah, bilangan 6 kepalan dilepaskan (ujung jari menghadap ke atas) dan diturunkan. Pada bilangan 7 dan 8 gerakannya sama, hanya dimulai dengan tangan kiri dan arah serong kiri.



Gerakan Tangan B :

            Pada hitungan 5 tangan diangkat arah depan dengan posisi telapak tangan menghadap ke bawah, diantara hitungan 5 dan 6 telapak tangan diputar seperti menjentikkan sesuatu, ujung jari menghadap ke atas dan diturunkan. Pada hitungan 7 dan 8 gerakannya sama hanya dimulai dengan tangan kiri.



Gerakan Tangan C :

            Gerakannya sama dengan gerakan A, bedanya pada gerakan C ini dilakukan dengan satu hitungan.



Gerakan Tangan D :

            Pada hitungan 5 tangan kanan diangkat  serong kanan, tangan ditelungkupkan. Telapak tangan menghadap ke bawah. Di antara hitungan 5 dan 6 putar telapak tangan hingga menghadap ke atas dan putar lari hingga menghadap ke bawah. Hitungan 6 kepalan dilepaskan, ujung jari menghadap ke atas dan diturunkan. Pada bilangan 7 tangan kanan disilangkan ke atas tangan kiri arah depan (ujung jari tangan kanan menghadap bawah dan telapak tangan menghadap atas, sedangkan ujung jari tangan kiri menghadap atas dan telapak tangan ke depan), di antara hitungan 7 dan 8 tangan kanan dan tangan kiri digenggam sambil berputar. Hitungan 8 tangan kanan dan kiri melakukan gerakan Patah Sembilan arah lurus ke depan.



Nilai yang Terkandung pada Tari Makan Sirih
  1. Disiplin dan Sabar. Nilai ini tercermin dari ragam gerak tari yang harus dipelajari dengan kedisiplinan dan kesabaran agar dapat menguasai tari ini dengan baik. Salah satu syarat untuk dapat menarikan tari Melayu adalah sang penari dapat menjiwai gerakan, bukan hanya sekadar melenggang.
  2. Hiburan. Tari Makan Sirih menampilkan gerakan yang indah dan alunan musik yang gembira. Tamu akan merasa terhibur dengan tarian penyambutan ini.
  3. Pelestarian budaya. Pementasan tari ini dalam setiap pembukaan acara merupakan upaya pelestarian budaya Melayu. Ketika mementaskan tari ini sebenarnya ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu tari, lagu dan busana.
  4. Seni. Seni Tari Makan Sirih terdapat unsur gerakan, pakaian, musik pengiring yang menunjukkan seni dan keindahan. Unsur-unsur seni ini membentuk satu kesatuan yang utuh dan harmonis.
  5. Olahraga. Dapat dilihat dari gerakan tari Makan Sirih ini yang sangat ritmis dan dinamis sehingga membutuhkan kekuatan, ketahanan, dan kelenturan tubuh si penari.
  6. Kreativitas. Ragam gerak tari ini menunjukkan kekerativitasan orang Melayu dalam berseni dan mengungkapkan keindahan.
  7. Kekeluargaan. Kekeluargaan dari tari ini dapat terlihat dari tujuan tari ini diciptakan yaitu menyambut tamu. Maknanya adalah keterbukaan dalam menerima tamu yang datang bersilaturahmi di tanah Melayu.



Kesimpulan

Tari Makan Sirih atau Tari Persembahan ini merupakan tari yang dimaksudkan untuk menyambut tamu sebagai upaya masyarakat Melayu dalam menumbuhkan rasa kekeluargaan dan juga sebagai ucapan selamat datang dan ucapan terima kasih yang tulus dari masyarakat Melayu.

Dan hendaknya kebiasaan menyambut tamu dengan tari Persembahan ini terus dilakukan agar budaya-budaya Melayu tak hilang di bumi.



Referensi

Haji Tengku M. Lah Husny. 2001. Identitas Tari Melayu Tradisional. Jakarta : Makalah Lokakarya Lembaga Pengembangan Kesenian Melayu-Sumatera Timur.



Tengku Mira Sinar (ed.) 2009. Teknik Pembelajaran Dasar Tari Tradisional Melayu Karya Almarhum Guru Sauti. Medan : Yayasan Kesultanan Serdang bekerjasama dengan Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM) Yogyakarta.

No comments:

Post a Comment