LAMUT DI INDRAGIRI HILIR, TRADISI BANJAR DI TANAH MELAYU

ATIKA NURUL FATHIYAH / PBM / F B
 
1.      PENGERTIAN LAMUT
Lamut Indragiri hilir adalah salah satu seni budaya yang berasal dari Kalimantan Selatan yang dikembangkan oleh perantau suku banjar yang bermukim di Indragiri Hilir sebagai kesenian baru Melayu-Banjar. Secara keilmuan, lamut merupakan salah satu bentuk sastra lisan yang apabila dihubungkan dengan pendapat Jan Harold Braunvard sebagaimana dikutip Dananjaya adalah yang termasuk jenis nyanyian rakyat sebagai bagan dari bentuk folklore yang terdiri dari kata-kata dan lagu, beredar secara lisan diantara anggota kolektif tertentu. Berbentuk tradisional dan serta memiliki varian. Berdasarkan teori ini maka lamut dapat digolongkan pada jenis nyanyian rakyat yang bersifat berkisah (Narrative Folksong), yakni nyanyian rakyat yang menceritakan suatu kisah.

            Jika ditinjau dari segi kacamata teater, maka sastra lamut termasuk dalam kategori Teater tutur, karena pencerita/ tukang cerita berperan sebagai Penutur. Sastra lamut menggunakan tempat bertutur (di luar/ dalam rumah atau gedung dan tempat-tempat lainnya; Pertunjukan sastra Lamut mempunyai pendengar dan penonton (audiens); Adanya penutur dan memiliki rangkaian jalan cerita (meskipun tidak tertulis). Selain naratif atau tutur, lamut juga termasuk dalam kategori mitos yang cerita tersebut harus dipercaya. ciri mitos di dalam lamut adalah kisah tokoh-tokoh keramat atau yang dikeramatkan. Cerita-cerita tersebut biasanya diambil dari masa lalu, berhubungan dengan peristiwa masa tertentu, semisal penciptaan dunia, musih, hewan dan tumbuhan. Serta berbagai peristiwa sejenis.
Beberapa tokoh yang terdapat dalam kisah lamut adalah para Dewa, manusia setengah Dewa, maupun makhluk gaib yang lain. Beberapa tokoh yang terlibat dalam lamut adalah :
·         Lamut. Ia adalah tokoh uatama sekaligus sebagai tokoh yang menjadi sentral cerita,. Karakter tokoh ini diserupakan dengan semar dalan kisah pewayangan.
·         Kasan Mandi yang diserupakan dengan Arjuna
·         Galuh Jungmasari adalah Shinta
·         Sultan Aliudin adalah makhluk raksasa yang disamkan dengan Rahwana
·         Labai Buranta serupa dengan Gareng
·         Anglung Anggasina / Anglung Naga Singa adalah Petruk.
·         Palinggang Kurba adalah Cept. Serta tokoh-tokoh lainnya.
Pertunjukkan lamut meliputi dua macam, yaiu lamut batatamba dan lamut beramian. Lamut betatamba merupakan pementasan lamut yang berfungsi sebagai pengobatan, misalnya pada anak-anak yang sakit panas dan tak kunjung sembuh, atau pada orang yang sulit melahirkan. Pertujukan lamut betatamba ini harus disertai dengan beberapa persyaratan, piduduk yang terdiri dari beberapa perangkan sesaji kemenyan, beras kuningm garam, kelapa utuh, gula merah, sepasang benang jarus. Kemudian dilakukan tepung tawar dengan mengundang roh-roh halus, pembacaan doa selamat, dan memandikan si sakit engan menggunakan air yang telah didoakan tersebut. Lamut beramian merupakan pertunjukan lamut yang digelar untuk mengisi acara perkawinan, syukuran, khitanan, dan untuk tujuan hiburan lainnya.

2.      PEMENTASAN LAMUT
Pementasan lamut biasanya dilakukan pada malam hari. Satu kali pementasan biasanya menghabiskan durasi anata 3 sampai 5 jam. Atau biasanya antara jam 22.00 hingga menjelang subuh. Pada waktu mementaskan lamut, pelamutan membawakan cerita sambil duduk bersila di atas meja kecil yang disebut cacampaan berukuran 1,5 X 2 meter sambil memangku gendang sebagai alat musik pengiring lamut. Didepan pelamutan terdapat perapian untuk dupa kemenyan yang selalu berasap dan sebiji kelapa muda sebagai minuman pelamutan. Sementara para penonton duduk melingkar  di sekelilingnya. Pementasan lamut tidak menuntut pelamutan untuk mengenakan pakaian tertentu karena unsur pakaian tidak begitu penting dalam pementasan.
Berikut adalah syair pembuka lamut untaian kalimat ini merupakan hundang-hundang pembuka syair lamut. Hundang-hundang adalah mantra memanggil makhluk-makhluk pilihan yang 'bertahta' di alam jagat ini dalam prosesi lamut penyembuhan (pengobatan). Selain memanggil para malaikat, Nabi dan Rasul, hundang-hundang juga menyebut penguasa dunia seperti Iskandar Zulkarnain (Great Alexander) dan Nabi Khaidir (penguasa alam bawah laut).

Bismillahi rahmanir rahiim
Sangaja aku mambakar dupa putih
kukus manyan astagina
yang harum samarbak tujuh lapis langit
dan bumi bahkan samasta sakalian alam

Assalamu alaikum ya Jibril
Assalamu alaikum ya Mikail
Assalamu alaikum ya Israfil
Assalamu alaikum ya Izrail

Assalamualikum ya arhal mukadisiyyah
agi sunabi kawatillah ya Ghaust, ya Qutub
ya nawaituna agi sunabi hormatillah
Sayidina Muhammad Rasulullah SAW

            Keberadaan Juru Cerita atau Pelamut sesuai dengan teori cerita atau naratologi menunjukkan kedudukan atau tempat juru cerita (penutur) terhadap ceritanya. Dalam hal kedudukan ini, terdapat tiga fungsi pelamut yaitu: Mengisahkan, menyampaikan cerita sebagaimana yang telah tersistematis secara konvensional yang disampaikan melalui tradisi oral; Mendialogkan, membahaskan dialog para tokoh sesuai dengan karakter sebagaimana yang dikehendahaki oleh jalan cerita dan melukiskan, memberikan gambaran suasana tempat, ruang dan waktu serta aksi dan reaksi para tokoh dalam cerita. Atas dasar ini, maka pelamut sebagai penutur merupakan orang yang paling terakui secara abash oleh para pendukung seni tradisi ini karena kemampuan khusus yang dimaksud tidak dapat diturunkan melalui proses pembelajaran maupun latihan, melainkan melalui cara yang tidak lazim, yakni secara laduni / melalui proses pewarisan yang bersifat religio-magico.
3.       ASAL MUASAL DAN PERKEMBANGAN LAMUT
            Seni tradisional sastra lisan lamut selain berkembang di daerah asalnya Kalimantan Selatan juga menyebar ke berbagai daerah di sekitarnya, terutama daerah yang mempunyai kesamaan bahasa dan budaya Banjar. Khusus di Indragiri Hilir mempunyai persoalan tersendiri, karena berkembang tidaknya Lamut di suatu daerah tidak semata hanya tergantung pada sedikit banyaknya komunitas masyarakat pendukung seni budaya tersebut, tetapi terletak pada pelaku kesenian itu sendiri dan apresiasi masyarakat pendukungnya.
            Cukup banyak masyarakat Melayu-Banjar yang masih sangat antusias menyaksikan pementasan lamut, tetapi kerena terbatasnya jumlah pelamutan, menyebabkan seni tradisi sastra lisan ini jarang dipentaskan. Pelamutan yang terdapat di Indragiri Hilir sejak tahun 1950 an antara lain : Sama, syukur, Mastura, dan Husin. Selanjutnya diteruskan oleh Dari yang mewariskan kepada Hasyim ( penutur lamut sekarang). Sedangkan jalur pelamutan yang lain adlah dari Ahmad darmawi ditutunkan kepada anakanya Masran. Pada saat ini pelamutaan hanya tinggal dua orang yaitu Hasyim dan Masran.
            Menurut pelamut Masran, sebelum menyampaikan persembahan lamut ia terlebih dahulu membuka pintu untuk berhubungan dengan alam dan makhluk ghaib dengan melakukan ritual membakar dupa / kemenyan disertai bacaan mantra. Selanjutnya mengasapi gendang lamut dengan asap kemenyan dan berwudu dengan mengusap seluruh anggota wudu dengan asap kemenyan. Hal ini dilakukan guna memperoleh semangat untuk memasuki dan menghubungi makhluk gaib yang akan dikisahkan karena ia mengakui bahwa kerika berlamut bukan dia yang menyampaikan seluruh rangkaian cerita. Melainkan makhluk ghaib yang merasuki dirinya. Dengan kata lain, semangatnya telah diambil oleh suatu kekuatan ghaib dan kekuatan ghaib itu pulalah yang menceritakan –bukan pelamut- kerena pelamut tidak sadar selama proses persembahan lamut.
            Apabila ditengah prosesi terjadi gangguan yang mengakibatkan terputusnya hubungna antara pelamut dengan dunia ghaib yang disebabkan oleh tidak fokusnya konsentrasi pelamutyang ditandai oleh tersendatnya jalan cerita, maka pelamut dengan segera mendekatkan telapak tangannya ke asap kemenyan dan kemudian menempelkan telapak tangan ke dahinya seprti gerakan memasukkan fikiran. Hal ini merupakan upaya pelamut memanggil kembali semangat dan kekuatan ghaib. Apabila semangatnya telah kembali dan kekuatan ghaib kembali menguasai dirinya, cerita dapat diteruskan.
            Bukti adanya pengeruh semangat dan kekuatan gahib yang menguasai diri pelamut selama berlamut adalah ketika ia selesai menceritakan suatu cerita dan mengakhiri perhubungannya dengan dunia ghaib dan setelah ia sadar, ia tidak ingat apa yang telah diceritakan selama berlamut. Ia tidak dapat menirukan ciri khas suara pencerita saat belamut.
4.      KESIMPULAN
Lamut yang merupakan seni bertutur pada dasarnya bukan merupakan kesenian melayu, melainkan kesenian suku Banjar. Akan tetapi karena banyaknya suku banjar yang bermigrasi ke Indragiri Hilir, lambat laun menjadikan kesenian ini terkenal dan sering dibawakan di daerah melayu. Kesenian ini mengandung banyak nilai luhur dan budi pekerti yang dengan mudah diterima oleh masyarakat Melayu. Maka jadilah lamut sebagai kesenian Banjar yang membumi di negeri Melayu.

DAFTAR PUSTAKA
Darmawi, Ahmad. 2006. Sastra Lisan Lamut Indragiri Hilir. Pekanbaru: Lembaga Seni Budaya Melayu dan Sultan Teater Riau.
Piah, harun Mat. 2002. Traditional Malay Literature. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Rohman, Mujibur. 2010. "Pertunjukan Lamut Kabupaten Indragiri Hilir". http://melayuonline.com diakses pada tanggal 10 Mei 2015

No comments:

Post a Comment