RITUAL KEBUDAYAAN MELAYU

NORMA SARI/BML/FP

1.Ritual  Tolak Bala
            Tolak bala adalah ritual orang melayu Rokan Hilir. Tolak bala berasal dari bahasa melayu yaitu tolak dan bala yang artinya tolak adalah menolak dan bala adalah musibah atau bencana. Dari arti kata tersebut dapat disimpulkan bahwa Tolak bala adalah  satu kompleks perlakuan bercorak ritual dengan tujuan menghindari dari kejadian buruk, sial, nasib tidsak baik ,atau apa saja yang tidak diingini berlaku kepada diri sendiri dan komunitas suatu masyarakat. Dari segi individu, perlakuan itu mungkin tidak merupakan ritual, tetapi perlakuan mengawal, mengelak maupun menyisih. Bala tadi tidak saja bencana yang didatangkan oleh sesuatu  tenaga asing atau luar seperti hantu atau jembalang, tetapi oleh nasib atau untung diri sendiri..
            Perlakuan menolak bala bagi individu mungkin merupakan kawalan, seperti memakai azimat atau tangkal pada badan. Tangkal dan azimat tersebut, yang diperbuat dengan cara, dari ayat al-Qur'an hingga kepada logam, dipercayai mempunyai tenaga untuk menangkis  dari bala yang boleh menimpa. Perlakuan mengelak dan menyisih adalah menghindar dari sesuatu. Sama ada menyentuh benda atau melakukan sesuatu. Tangkal dan azimat yang dipakai merupakan pelindung dari kuasa atau tenaga yang bisa mendatangkan bala.
            Antara contoh perlakuan antara contoh perlakuan individu untuk menolak bala adalah menjamah hidangan yang tidak sempat dimakan, memberi tabik sebelum membuang air kecil di tepi jalan, menyelit rumput di belakang telinga apabila berjalan dalam hujan panas, mengetahui firasat tentang  "ketika" dapat menghindari dari bala yang bisa menimpa pada masa tertentu yang sudah ditentukan. Kenduri di mana doa tolak bala dibaca  merupakan ciri agama yang telah meresapa dalam masyarakat Melayu. Kenduri diadakan apabila terjadi wadak atau bencana alam, dan juga apabila  terjadi kemalangan tetapi mangsa terselamat. Di sini konsep tolak bala bertumbang tindih dengan konsep kesyukuran. Kadangkala bubur putih (santan) dan merah (gula melaka) merupakan hidangan bagi kenduri tolak bala tadi. Kemungkinan warna yang berlawanan melambangkan pembagian dua bala (sial) atau untung baik.
            Dalam kepercayaan lama, konsep tolak bala bagi menghindar sial atau kecelakaan lebih diinstitusikan menerusi beberapa ritual seperti bela kampung, menyemah pantai atau puja pantai. Apabila berlaku sesuatu malapetaka, ia lebih merupakan upacara yang dilakukan  berjadwal. Upacara bela kampung bertujuan menjaga kesejahteraan penduduk kampung  dari ditimpa malapetaka yang tidak diingini, sementara menyemah pantai atau puja pantai yang lazim dilakukan oleh komunitas nelayan adalah jaminan supaya bala dalam bentuk apapun dapat dihindari. Penyatuan unsur-unsur kepercayaan lama dengan tuntutan islam kerap dilihat apabila kedua-dua unsur ini bercampur aduk. Doa dan ayat al-Qur'an dibaca semasa kenduri yang diadakan, di samping mengenakan larangan (taboo) serta sajian untuk penunggu dan menabur garam disetiap penjuru kampung. Tujuan mengadakan upacara tersebut ialah untuk menolak bala supaya bencana tidak singgah kepada penduduk dan harta benda meraka.
            Dalam acara adat pernikahan melayu juga dilaksanakan ritual mandi tolak bala. Ritual mandi tolak bala yaitu memandikan pengantin dengan menggunakan air bunga 5,7, atau 9 jenis bunga agar terlihat segar dan berseri. Kegiatan ini harus dilakukan sebelum waktu sholat ashar. Mandi tolak bala kadang disebut juga dengan istilah mandi bunga. Tujuan mandi ini adalah menyempurnakan kesucian, menaikkan seri wajah, dan menjauhkan dari segala bencana. Dalam ungkapan adat disebutkan:
Mandi bunga atau mandi tolak bala
bukan sekedar untuk mengharumkan raga
 namun agar jiwa bersih suci, jauh dari iri dengki
Hakekat mandi tolak bala menolak segala petaka
menolak segala celaka menolak segala yang berbisa
supaya menjauh dendam kesumat
supaya menjauh segala yang jahat
supaya menjauh kutuk dan laknat
supaya setan tidak mendekat
supaya iblis tidak melekat
supaya terkabul pinta dan niat
supaya selamat dunia akhirat.
            Salah satu ritual tolak bala adalah acara sesemahan. Semah merupakan sebuah upacara persebatian dengan alam ghaib yang berdiam di suatu wilayah. Kegiatan ini dilakukan oleh para ahli disebut bomo, dengan dilakukan acara penyemah makhluk ghaib penunggu tidak lagi mengganggu aktivitas manusia yang berada didaerah tersebut. Salah seorang pemuka adat rohil mengemukan bahwa ritual sesemahan dilakukan dengan membawa sesajian berupa makanan pokok seperti beras, telur, kelapa muda dan lain-lain..Pada saat peaksanaan ritual tolak bala tidak semua masyarat diizinkan untuk melihat. Hal ini dikhawatirkan terjadinya semacam kemasukan roh halus karena tak kuatnya  jiwa orang itu. Biasanya anak-anak  dan perempuan tidak diikutkan dalam ritual sesemahan.
            Ritual sesemahan di daerah rokan hilir biasanya dilakukan saat pembuatan jembatan. Orang melayu percaya bahwa ada roh halus penunggu jembatan tersebut. Dengan  melakukan  ritual sesemahan maka orang melayu berharap roh halus penunggu jembatan tersebut tidak mengganggu orang-orang yang melewati jembatan tersebut. Ritual sesemahan juga dilakukan orang melayu ketika kendaraan mereka menabrak benatang ataupun ketika mobil orang melayu membawa mayat. Hal ini bertujuan untuk menghilang sial dan juga menghilangkan rasa ketakutan bagi pengendaranya.

2.Upacara Upah-Upah
            Ritual lainnya yang konsepnya juga sama dengan tujuan tolak bala adalah ritual upah upah. Upacara upah-upah dilakukan oleh syeikh atau orang keramat didaerah desa itu. Berdasarkan hasil wawancara saya dengan salah satu tokoh masyarakat desa sekeladi Rokan Hilir mengatakan bahwa upacara upah-upah ini dilakukan untuk membangkitkan semangat yang sudah hilang pada seseorang. Akan tetapi pada saat ini upacara upah-upah tidak hanya dilakukan kepada orang yang kehilangan semangat hidup tapi juga kepada setiap orang agar hidupnya lebih tenang dan bersemangat atau bergairah. Dalam upacara; upah-upah biasanya makanan atau bahan-bahan yang disediakan seperti nasi kunyit, ayam satu ekor, dan bakar kemenyan.
            Dalam upacara upah-upah pelaksanaannya adalah ayam kampung yang telah dipanggang dan disertai dengan nasi kunyit dimasukkan kedalam sebuah talam atau piring yang besar, nasi kunyit dibawahnya dan ayam panggang berada diatasnya. Setelah itu, syeikh atau orang keramat didaerah itu mengangkat sesajian tadi diatas kemenyan yang sudah dibakar. Kemudian sesajian itu diputar diatas kepala sambil membaca sejumalah doa atau nasehat.
            Berdasarkan fungsi dan tujuannya, upah-upah dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu sebagai berikut :
1.      Upah-upah hajat tercapai, yaitu upah-upah dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur kerena cita-cita, hajat, harapan, ataupun permintaan tercapai. Misalnya, upah-upah bagi anak yang sudah meraih kesuksesan dalam bekerja, berhasil dan lulus dari sekolah, atau berhasil dalam usaha lainnya.
2.      Upah-upah sembuh sakit, yaitu upah-upah yang dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur karena harapan sembuh dari sakit telah dicapai. Upah-upah jenis ini umumnya dilaksanakan seseorang yang sembuh dari penyakit kronis tertentu.
3.      Upah-upah selamat, yaitu upah-upah yang dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur karena selamat dari suatu musibah alam atau gangguan orang. Misalnya, upah-upah bagi seseorang yang dari bencana hanyut disuatu sungai pada waktu banjir.
4.      Upah-upah khusus, yaitu upah-upah yang dilaksanakan saat seseorang melalui fase kehidupan tertentu. Misalnya, upah-upah bagi seseorang yang dikhitan, dinikahkan, atau dilantik memangku suatu jabatan.
Tata laksana upah-upah untuk acara besar rangkaian kegiatannya mencakup sebagai berikut :
1.      Semua hadirin, termasu pelantun upah-upah yang lazim disebut si pengupah memasuki tempat pelaksanaan kegiatan. Umumnya mereka duduk membentu lingkran atau persegi panjang.
2.      Kemudian orang-orang yang akan diupah-upah diminta duduk bersila di tengah-tengah lingkaran atau mengambil bagian lingkaran dengan menghadap para hadirin.
3.      Bahan upah-upah yang telah dipersiapkan diletakkan di depan orang yang akan diupah-upah dengan ditutup kain selendang.
4.      Upah-upah masuk dalam perhelatan besar maka prosesinya dipimpin oleh seorang protocol.
5.      Acara dibuka oleh protocol kemudian orang yang punya rumah atau hajat menyampaikan sepatah dua patah kata kepada hadirin dengan maksud menyampaikan tujuan diadakannya acara upah-upah.
6.      Berikutnya adalah acara inti, yaitu penyampaian kalimat upah-upah. Sipengupah mengambil posisi berdiri atau duduk berhadapan dengan orang yang akan diupah-upah, dan bahan upah-upah berada diantara mereka. Posisi sipengupah adakala berdiri atau duduk disamping orang yang akan diupah-upah. Hal ini tergantung pada kondisi ruangan.
7.      Sipengupah melantunkan kata-kata upah-upah yang biasanya berupa bait-bait doa yang penuh makana dan nasihat.
Upacara upah-upah ini berkembang pesat sampai sekarang di Rokan Hilir sehingga telah menjadi sebuah kebudayaan didaerah tersebuit, meskipun kebudayaan ini berasal dari Rokan Hulu awalnya.
KESIMPULAN
1.     Tolak bala adalah suatu ritual untuk menolak bala atau musibah. Tolak bala sampai  sekarang masih dilaksanakan di daerah melayu Rokan Hilir. Dalam pelaksanaannya ritual tolak bala ini ada berbagi macam misalnya ritual mandi tolak bala atau sesemahan yang tujuannya juga untuk menolak atau menghindar dari musibah atau bala.
2.     Upacara upah-upah yaitu suatu acara dengan tujuan untuk membangkitkan semangat dalam hidup. Berdasarkan tujuan dan fungsinya upah-upah dibagi menjadi empat jenis yaitu:
1.      Upah-upah hajat tercapai
2.      Upah-upah sembuh sakit
3.      Upah-upah selamat
4.      Upah-upah khusus
DAFTAR PUSTAKA
Irwan Effendi, Baron Lubis, Muslim Nasution. 2008. Upah-Upah;Tradisi Membangkit Semangat Dalam Masyarakat Melayu. Yogyakarta: Penerbit Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu Bekerja sama dengan Penerbit Adicita Karya Nusa
Koentjaningrat. 2002. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan

No comments:

Post a Comment