KEBUDAYAAN ADAT UPACARA BALIMAU KASAI



DINI LESTARI/PBM/PF/B

Menurut filsafat kebudayaan, ilmu kebudayaan mempelajari peristiwa dan bentuk-bentuk kebudayaan yang terdapat pada kesatuan-kesatuan yang berbeda-beda. Menurut ruang dan waktu,filsafat kebudayaan mendekati hakekat kebuyaan sebagai sifat esensi yang untuk sebagian mengatasi ruang dan waktu empiris, dimensi sejarah dan setempat. Filsafat kebudayaan memandang kebudayaan dari realisasi kemanusiaan.(J.V.Schall S.J dalam Baker,1984)

1.      SEJARAH MANDI BALIMAU KASAI
Kemungkinan besar menurut informasi narasumber yang kami terima, Balimau Kasai ini berasal dari India yaitu umat hindu di India. Balimau kasai ini dianggap mirip dengan Makara Sankranti, yaitu saat umat Hindu mandi di Sungai Gangga untuk memuja dewa Surya pada pertengahan Januari, kemudian ada Raksabandha sebagai penguat tali kasih antar sesama yang dilakukan pada bulan Juli-Agustus, lalu Vasanta Panchami pada bulan Januari-Februari sebagai penyucian diri untuk menyambut musim semi. Penyucian disini maksudnya dengan mandi balimau kasai dosa-dosa mereka hilang bersama mengalirnya air sungai tersebut dan kemudian agama itu berkembang di Indonesia hingga sampai ke pelosok negeri yang ada di nusantara dan sungai di kampar. Ini membuktikan bahwa adanya agama hindu sampai di kampar.apalagi dengan ditemukannya gugusan candi di muara takus yang terletak di XIII Koto Kampar. Dan setelah masuk di daerah pelalawan berkembangnya Budaya dan Tradisi dan budaya itupun masih berkembang hingga sekarang ini

2.      PENGERTIAN BALIMAU KASAI
Balimau kasai merupakan tradisi yang istimewa bagi masyarakat Kampar dalam menyambut bulan suci ramadhan. Acara dilaksanakan sehari menjelang masuknya bulan puasa. Di samping sebagai lupan gembira,upacara ini merupakan simbol pembersihan diri. Balimau kasai, itu sendiri adalah mandi dengan menggunakan air yang dicampur dengan limau atau jeruk. Limau yang digunakan bermacam-macam kadang limau purut,limau nipis atau limau kapas. Balimau kasai/Mandi potang diwarnai dengan upacara adat yang mengandung nilai sakral yang unik. Acara ini dipusatkan di Desa Batu Belah yang berjarak 58 KM dari Pekanbaru. (Dinas Kebudayaan Kesenian Dan Pariwisata,2006)
Balimau Kasai bagi masyarakat Riau mempunyai makna yang mendalam yakni bersuci sehari sebelum Ramadhan. Biasanya dilakukan ketika petang sebelum Ramadhan berlangsung. Dari kaum yang tua sampai kaum  yang muda  turun ke sungai dan mandi bersama. Balimau sendiri berasal dari bahasa ocu (bahasa Kampar ). Balimau artinya membasuh diri dengan ramuan rebusan limau purut atau limau nipis. Sedangkan kasai yang bermakna lulur dalam bahasa Melayu adalah bahan alami seperti beras, kunyit, daun pandan dan bunga bungaan yang membuat wangi tubuh.
Tradisi ini, berlangsung secara turun temurun di kalangan Melayu Riau. Tradisi dilakukan hampir di seluruh kabupaten/kota yang ada, dengan nama berbeda satu sama lain. Contohnya saja Balimau Kasai  lebih dikenal oleh masyarakat Kabupaten Kampar . Di Pekanbaru, tradisi ini dinamakan Petang Megang sedangkan di Indragiri Hulu cukup dengan nama Balimau saja.
Balimau Kasai artinya mensucikan diri baik lahir dan batin, sebelum datangnya Ramadhan,"menurut masyarakat.  Kebanyakan orang  kegiatan Balimau Kasai ini merupakan ritual wajib yang harus dilakukan. Selain mandi di sungai dengan limau yang dianggap sebagai penyucian fisik, ajang ini juga dijadikan sarana untuk memperkuat rasa persaudaraan sesama muslim dengan saling mengunjungi dan meminta maaf.

3.      TATA CARA PELAKSANAAN MANDI BALIMAU
Ø  ALAT DAN BAHAN
Adapun peralatan dan bahan-bahan yang digunakan dalam upacara ini adalah :
a)      Baju enam warna, yaitu : putih, hijau, merah, kuning, hitam dan kelabu. Pakaian berwarna putih secara khusus digunakan oleh pemimpin upacara. Sedangkan sisanya digunakan oleh pembantunya.
b)      Guci atau kendi. Guci yang digunakan adalah guci khusus yang telah berumur ratusan tahun. Guci ini digunakan sebagai tempat ramuan khusus yang akan digunakan dalam upacara Mandi Balimau.
c)      Ramuan khusus. Ramuan ini terbuat dari campuran air yang diambil dari sumur kampung yang telah dibacakan mantera dan dicampur dengan :
·         Jeruk nipis 7 buah. Buah ini melambangkan penguasaan terhadap ilmu sakti sebagai mana penguasaan Akek Pok.

·         Pinang 7 Butir. Melambangkan kesucian batin pendekar, sebagaimana Depati Baherein.

·         Bonglai kering 76 iris. Melambangkan sikap pemberani, pemberantas jin dan iblis, serta ahli politik sebagaimana sifat dan keahlian Akek Jok.

·         Kunyit 7 mata. Benda ini mempunyai arti bahwa orang yang rajin musuhnya iblis, dan orang malas kawannya iblis sebagaimana yang ditujukkan oleh Akek Sak.

·         Mata Mukot 7 jumput dan bawang merah 7 biji. Melambangkan sifat penurut sebagaimana sifat akek Daek.

·         Arang using. Melambangkan sifat sabar, pandai menyimpan rahasia, dan kuat melakukan jihad fisabilillah. Sebagaimana ditunjukkan oleh Akek Dung.
Kain lima warna yang dipajang ditempat pelaksanaan. Adapun warna dan maknanya adalah
·         Kain warna merah, mempunyai arti panglima- Isrofil istana jantung Daging Usman.
·         Kain warna kuning mempunyai arti pengrajin- Mikail Istana Urat Umar.
·         Kain warna kelabu mempunyai arti pemberani- Isroil istana Jantung Tulang Ali.
·         Kain warna hitam mempunyai arti Sabar penyimpan Rahasia, Bersatu Jihad-Jibroil Istana Lidah Darah Abu Bakar.
·         Kain warna putih mempunyai arti kesucian-titis Nur Muhammad SAW Al Ulama Miswhatul Mursyid.
Ø  TATA PELAKSANAAN
Sementara itu tata cara pelaksanaan tradisi mandi Balimau Ini antara lain yaitu :
  1. Sehari menjelang pelaksanaan mandi Balimau, orang-orang mengadakan ziarah ke makam tokoh masyarakat setempat yakni Makam Depati Bahrein yang terletak di wilayah Lubuk Bunter sebagai bentuk Nampak tilas pada perjuangan beliau.
  2. Setelah sasmpai dimakam, para peziarah berdoa didampingi tokoh agama.
  3. Kemudian para peserta upacara langsung menuju ke dermaga Lubuk Bunter lebih kurang 3 meter dari lokasi makam.
  4. Selanjutkan menyebrangi sungai Jada
  5. Sementara itu sang pemimpin upacara menyiapkan ramuan khusus, yaitu air yang diambil dari sumur kampung yang telah dibacakan mantera dan dicampur dengan ramuan yang terdiri dari jeruk nipis, pinang, bonglai, kunyit, bawang merah, kenanga dan bunga mawar. Dimana ia juga harus menyiapkan 5 kain dengan warna berbeda yang melambangkan kekuatan pengawal Depati Bahrein. Lalu ramuan keramat tersebut dibungkus dan dimasukkan dalam tas berisi kain lima warna.
  6. Pada hari berikutnya, pemimpin upacara menuju tempat pelaksanaan upacara dengan menggunakan pakaian putih dengan dikawal oleh para pengawal yang mengenakan pakaian berwarna hitam, abu-abu, kuning, merah dan hijau.
  7. Setelah semua persiapan cuku, acara balimau dimulai.
  8. Dan kemudian peserta mengucapkan niat sebelum memulai.
  9. Kemudian pemmimpin upacara dengan didampingin lima laki-laki dengan mengenakan kain hijau, merah, kuning, hitam dan kelabu membaca doa dan memantrai air ramuan yang ada dalam kendi. Setelah itu air ramuan tersebut disiramkan kepada warga.
  10. Acara pemandian dimulai dengan membasahi telapak tangan kanan dan dilanjutkan dengan tangan kiri, jika dalam upacara ini hadir pejabat penting, maka para pejabat tersebut dimandikan terlebih dahulu.
  11. Kemudian dilanjutkan dengan membasuh kaki kanan lalu kaki kiri.
  12. Setelah itu membasahi ubun-ubun.
  13. Kemudian dilanjutkan dengan seluruh badan.
  14. Setelah semua peserta upacara selesai mandi. Kemudian dipentaskan tarian Nampi.
  15. Setelah itu dilanjutkan dengan pelaksanaan tradisi adat Sepintu Sedulang, yaitu membawa makanan secara bergotong-royong di suatu tempat, seperti masjid.
  16. Dan setelah itu acara selesai.
Adapun doa dan mantra yang digunakan antara lain yaitu :
  • Surat Yasin, ketika melakukan ziarah ke makam Depati Bahrein
  • Mantra untuk membuat ramuan keramat
  • Doa memulai mandi
·         Balimau Kasai adalah sebuah upacara tradisional yang istimewa bagi masyarakat Kampar di Provinsi Riau untuk menyambut bulan suci Ramadan. Acara ini biasanya dilaksanakan sehari menjelang masuknya bulan puasa. Upacara tradisional ini selain sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan memasuki bulan puasa, juga merupakan simbol penyucian dan pembersihan diri. Balimau sendiri bermakna mandi dengan menggunakan air yang dicampur jeruk yang oleh masyarakat setempat disebut limau. Jeruk yang biasa digunakan adalah jeruk purut, jeruk nipis, dan jeruk kapas.
·         Sedangkan kasai adalah wangi- wangian yang dipakai saat berkeramas. Bagi masyarakat Kampar, pengharum rambut ini (kasai) dipercayai dapat mengusir segala macam rasa dengki yang ada dalam kepala, sebelum memasuki bulan puasa.
·         Sebenarnya upacara bersih diri atau mandi menjelang masuk bulan ramadhan tidak hanya dimiliki masyarakat Kampar saja. Kalau di Kampar upacara ini sering dikenal dengan nama Balimau Kasai, maka di Kota Pelalawan lebih dikenal dengan nama Balimau Kasai Potang Mamogang. Di Sumatera Barat juga dikenal istilah yang hampir mirip, yakni Mandi Balimau. Khusus untuk Kota Pelalawan, tambahan kata potang mamogong mempunyai arti menjelang petang karena menunjuk waktu pelaksanaan acara tersebut.
·         Tradisi Balimau Kasai di Kampar, konon telah berlangsung berabad- abad lamanya sejak daerah ini masih di bawah kekuasaan kerajaan. Upacara untuk menyambut kedatangan bulan Ramadan ini dipercayai bermula dari kebiasaan Raja Pelalawan. Namun ada juga anggapan lain yang mengatakan bahwa upacara tradisional ini berasal dari Sumatera Barat. Bagi masyarakat Kampar sendiri upacara Balimau Kasai dianggap sebagai tradisi campuran Hindu- Islam yang telah ada sejak Kerajaan Muara Takus berkuasa.
·         Keistimewaan Balimau Kasai merupakan acara adat yang mengandung nilai sakral yang khas. Wisatawan yang mengikuti acara ini bisa menyaksikan masyarakat Kampar dan sekitarnya berbondong-bondong menuju pinggir sungai (Sungai Kampar) untuk melakukan ritual mandi bersama. Sebelum masyarakat menceburkan diri ke sungai, ritual mandi ini dimulai dengan makan bersama yang oleh masyarakat sering disebut makan majamba.
4.      NILAI FILOSOFIS DARI MANDI BALIMAU
Mandi Balimau kasai tersebut bukanlah termasuk sunnah rosulullah, melainkan hanya sebagai tradisi semata yang memiliki nilai filosofis yang tinggi bagi masyarakat pelalawan dan sekitarnya, Selain momen membersihkan diri secara zahir, mandi Balimau Kasai juga merupakan momentum untuk menjalin silaturrahmi dan acara saling maaf memaafkan dalam rangka menyambut tamu agung yaitu Syahru Ramadan Syahrus Siyam, jadi bukanlah sebuah keyakian yang memiliki dalil naqli  secara qat'i. tapi ini lebih kepada sebuah adat yang bersendikan syara' (Syariat Islam) syara' bersandikan Kitabullah yang secara filosifisnya tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Tidak dapat kita pungkiri bahwa kemajuan zaman hari ini secara langsung maupun tidak memberikan dampak negative terhadap kehidupan kita dalam kerangka adat istiadat, banyak terjadi distorsi sejarah, salah interpretasi terhadap nilai-nilai adat yang telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan kita, termasuk mandi Balimau Kasai.Bisa kita lihat dari tahun ketahun kegiatan mandi Balimau Kasai telah dinodai dengan tindakan yang  yang berseberangan dengan syariat islam diantaranya berhura-hura, berboncengan laki-laki dan perempuan yang bukah muhrim, mandi massal yang bercampur antara laki-laki dan perempuan, mabuk-mabukan sampai kepada musik yang menjauhkan masyarakat dari mengingat Allah Swt.
Padahal dulunya, tradisi ini merupakan hal yang tergolong urgen dan sakral. Sebelum memasuki bulan puasa atau sebelum magrib, anak kemenakan dan menantu atau juga yang tua serta murid akan mendatangi orang tua, mertua, mamak (paman), kepala adat, atau guru ngaji  mereka datang dalam rangka meminta maaf menjelang masuk bulan suci.

5.      PERUBAHAN NILAI DARI MANDI BALIMAU KASAI
Sekarang tradisi ini semakin menyalahi aqidah, dahulu ada batasan antara lelaki dan perempuan. Sekarang semua bercampur baur. musik yang dihadirkan pun bukan lah yang bernuansa Islami. Melainkan musik dangdut dengan goyangan yang membangkitkan gairah.Tak ayal, ajang yang semula dijadikan penyucian diri berubah makna menjadi ajang cari jodoh dan mandi bersama pasangan yang bukan muhrim. Balimau Kasai dijadikan hari terakhir sebelum hari semuanya dilarang pada keesokan hari.
Untuk menuju Balimau Kasai ini, orang akan , menempuh satu jam perjalanan. Namun hal ini sebanding dengan keriangan yang ia dapatkan. Ia tak memungkiri, jika Balimau Kasai dijadikan sebagai ajang untuk berkenalan dengan gadis dari daerah lain.

6.      PANDANGAN TOKOH AGAMA TERHADAP UPACARA BALIMAU KASAI
·         Tradisi Balimau (mensucikan diri dengan mandi di sungai) menjelang Ramadhan, akan menodai Ramadhan itu sendiri, karena tidak ada dalam ajaran Islam. "Tradisi balimau yang masih dilaksanakan masyarakat sangat keliru, karena ibaratkan musik tidak ada notnya, sehingga tidak memberikan arti apa-apa".(Prof Dr.Duski Samad:2011)
·         Termasuk dalam balimau kasai diharamkan mandi bareng karena itu bukanlah tradisi yang Islami.( Mawardi:2011)
 Islam sama sekali tidak pernah mengajarkan ketika memasuki bulan suci ramadhan agar mandi menyiram sekujur tubuhnya (mirip mandi junub),didalam agama islam sebelum memasuki bulan ramadhan sangat dianjurkan untuk saling mema'afkan satu sama lainnya, karena ramadhan adalah bulan untuk bertaubat, sementara ampunan Allah terhalang jika urusan sesama manusia belum diselesaikan, disamping iitu, kaum muslimin dianjurkan untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin secara fisik dan fisikis, agar memperoleh hasil secara optimal dalam menjalankan ibadah puasa. Dan bukan dengan mandi balimau kasai yang pada umumnya dilakukan oleh masyarakat riau.Balimau kasai yang sudah dilaksanakan di kampar bertahun-tahun menimbulkan pro dan kontra dimasyarakat, karena dinilai sudah jauh menyimpang dari makna yang sebenarnya.
KESIMPULAN
Balimau kasai adalah upacara adat yang dilakukan untuk menyambut bulan suci ramadhan dan dilaksanakan sehari sebelum datangnya bulan ramadhan. Balimau artinya mandi menggunakan limau dan kasai artinya membersihkan diri. Jadi upacara balimau kasai ini bertujuan untuk membersihkan diri. Adapun pelaksanaan balimau kasai sudah diatur oleh adat. Namun seiring dengan perkembangan yang modernisasi nilai-nilai yang terkandung dalam upacara balimau kasai ini berubah,sehingga upacara balimau kasai ini memiliki pandangan yang negatif dikalangan masyarakat. Namun sebagian besar masyarakat Kampar  masih percaya dengan upacara balimau kasai ini sehingga mereka masih melestarikan budaya ini hingga sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
Adriandro.Ritual Mandi Balimau.blogspot.com/html. Diakses pada tanggal 1 Mei 2015
Amaliyahnovinda.Archive.blogspot.com/html. Diakses Pada Tanggal 5 Mei 2015
Indonesia Ultimate in diversity.2006.Profil Pariwisata Riau. Pekanbaru :Dinas
Kebudayaan Kesenian Dan Pariwisata.
Koentjaraningrat,Dkk.2007.Masyarakat Melayu Dan Budaya Melayu Dalam
Mizaneducation.Mandi Balimau Kasai. blogspot.com/html.Diakses pada tanggal 5 Mei 2015
            Perubahan.Yogyakarta : Balai Kajian Dan Pengembangan Budaya Melayu.


No comments:

Post a Comment