PANDANGAN MATA DUNIA TERHADAP AGRESI MILITER II BELANDA

BENI BOPINDO SI V/A

Serangan pasukan militer gabungan darat,laut dan udara belanda ke djogjakarta dan daerah republik  saat itu, bertumpuh sepenuhnya kepada unsure pendadakan strategis. Bahkan ,agar tidak memancing perhatian Negara-negara lain, serangan militer dengan nama sandi operatie kraai tersebut sengaja dibungkus istilah aksi polisinil. Operasi keamanaan dan ketertiban dalam negeri . selain itu agresi tersebut sengaja dilakukan menjelang hari libur natal, dimana umumnya selalu menjadi liburan panjang akhir tahun ,
sampai usai perayaan tahun baru.

Peluang inilah yang dimanfaatkan secara maksimal oleh letnan jendral simon spoor. Dia telah memperhitungkan,kalaupun sampai muncul reaksi, spoor yakin semuanya bakal terlambat. Dengan demikian, dia akan bisa memaksa masyarakat internasional ,menerima sebuah kenyataan kalau semuanya sudah terlanjur terlaksananya.

Dalam scenario jendral spoor , operasi kraai bersifat sapu bersih. Pasukan indonesia harus dihabisi, agar mereka tidak sempat mengulur-ngulur waktu. Kuncinya bertumpu sepenuhnya kepada unsur pendadakan,"…sekali pukul dan berlangsung cepat."[1]

Sejak awala jendral spoor menyadari bahwa serangan agresi mereka bisa dengan sekali pukul , oleh karena itu dia juga sadar bahwa "mata dunia", tim pemantau genjatan senjata dengan membawa mandate dari dewan keamanan, justru sedang berada di pusat serangan. Tim tersebut terdiri dari perutusan tiga Negara diantaranya adalah amerika serikat,Australia dan belgia,dipimpin secara bergiliran dan pada minggu itu , diplomat senior asal AS, merle Cochran.

Memalukan komentar merle Cochran , sesudah mengetahui tentara belanda , tiba-tiba melanggar perjanjian genjatan senjata renville dan malahan langsung mendobrak garis de markasi. Bisa dipahami , Cochran sangat marah sekali terhadap kegiatan yang dilakukan oleh belanda tersebut, selama beberapa minggu terakhir,dia merelakan diri bolak balik terbang dari Batavia-Jogja, secara mati-matian berusaha untuk mencegah terjadinya kata "putus" dalam dialog antara belanda dan republik.ternyata dia malahan dipaksa untuk menerima kenyataan bahwa peperangan akhirnya berkobar kembali.

Pada tanggal 18-19 desember belanda menguasai daerah djokja tetapi sebelum belanda menguasai daerah Jokja sepenuhnya, dari Batavia merle cochran  bersama TW cuts dsn wakil ketua delegasi Australia , mengirim laporan kepada dewan keamanan di prancis. Sesudah menguraikan sejumlah pelanggaran yang dilakukan tentara belanda,dalam posisinya selaku ketua bergilir KTN , Cochran menegaskan"….calls upon security council to consider basic of the utmost urgency, the outbreakof the hostilities in Indonesian, in violation of renville truce aggrement,17 january1948".

Aksi pendadakan yang dilakukan oleh belanda tersebut yang dilakukan oleh anak buah spoor tersebut menjadi berubah berantakan dan menjadi boomerang dan tidak bisa meraih hasil seperti yang sudah direncanakan oleh mereka.hampir semua Koran di prancis menerbitkan tentang "perang di jawa kembali berkobar".

Kota terbesar kedua republik indonesia tersebut telah terlanjur dibumi hanguskan dan hampir semua bangunan-bangunan penting di daerah jogja sudah dihancurkan . hanya disisikan bangunan rumah sakit dan bagunan keagamaan keraton jogja pada saat itu. Kondisi diatas semakin bertambah buruk, oleh karena itu jendral spoor berharap masyarakat dunia lambat bereaksi terhadap tindakan yang keji yang ia lakukan di indonesia terutama di daerah Jogjakarta.

Tetapi sebaliknya,jendral spoor semakin kaget ,ketika diberi tahu bahwa pada senin pagi waktu prancis , dewan keamanan telah mendesak pemerintah belanda untuk menjamin keselamatan anggota KTN beserta staf mereka, yang sedang terjebak di kaliurang. "bagaimana mereka tahu?" teriak jendral spoor.

Sambil memaki-maki atas terjadinya kebocoran tersebut , dalam hatinya dia sudah mulai merasa aksi penyergapan di jogja baru saja dimulai tetapi sudah mulai terbongkar. Di dewan keamanan Dr.JH Van Roijen . lewat telefon , dewan keamanan mendesak agar pemerintah belanda bertanggung jawab atas nasib seluruh kontingen antar bangsa yaitu para anggota KTN.[2]

Sementara itu, pendekar delegasi republik yang diantaranya adalah Mr. soedjono, Prof soepomo dan joesoef Ronodipoenegoro,pada dini hari minggu telah selesai merumuskan laporan untuk dikirim kepada duta besar Dr. soedarsono dan menteri keuangan Mr.Alex Maramis di new delhi , sekitar pernyataan belanda yang melanggar perjanjian renville yang telah disepakati oleh pihak belanda dan republik indonesia pada saat itu.laporan tersebut berhasi dikirim ke new delhi pada minggu siang lewat bantuan konsultan india di Batavia. Naskah tersebut berhasil mereka selundupkan keluar rumah pada saat sebelum tentara belanda mengerebek rumah soedjono , sekertaris jendral delegasi indonesia pada saat itu.

Pengerebekan yang dilakukan oleh belanda yang terjadi begitu cepat dan mendadak tersebut langsung mengubah ketiga juru runding republik indonesia itu menjadi tahanan politik belanda pada saat itu.Dan pada minggu sore  ALL INDIA RADIO  telah memberitakan telah terjadinya serangan mendadak yang dilakukan oleh pihak belanda ke djogja berdasarkan realise kedutaan besar republik di new delhi .

Berita tersebut langsung dikutip oleh beberapa radio di berbagai Negara sehingga membuka mata masyarakat dunia bahwa pertempuran telah berkobar di pulau jawa.berita tersebut telah mengejutkan perdana menteri india yang bernama Nehru,oleh karena pesawat terbang yang I kirim ke jogja untuk menjemput presiden soekarno ,masih tertahan di singapura akibat terjadinya kerusakan tekhis .

Tetapi Nehru tidak membiarkan begitu saja jatuhnya pemerintahan republik indonesia jatuh ditangan belanda. Dia langsung melontarkan gagasan melakukan pertemuan antar bangsa  dengan sebuah agenda tunggal yaitu tentang mengutuk agresi militer belanda yang dilakukan oleh belanda di daerah jogja republik indonesia.

Reaksi cepat juga dilkukan oleh colonel Van Langen yang sudah membuka markas darurat di jalan gondolajoe,djogjakarta.sebagai upaya untuk menyelamatkan terpojoknya posisi pemerintahannya, pukul 09.00 rabu tanggal 22 desember 1948 tentara belanda secara tergesa-gesa diberangkatkan ke kaliurang.[3]

Perjalanan dari kaliurang menuju landasan mageuwo pagi itu ternyata masih rawan. Iring-iringan kendaraan yang membawa anggota KTN beserta semua staf mereka, berjalan cepat dengan pengawasan akstra ketat. Dilakukan dengan menempatkan panser berikut bren-carier dibagian depan dan bagian belakang rombongan.

Meski langkah cepat telah langsung dilakukan oleh otoritas militer belanda sebagai upaya mereka untuk memperbaiki keadaan,secara pribadi spoor merasa sangat kecewa sekali, oleh karena pandangan mata dari seluruh masyarakat penjuru dunia justru mulai terpusat kepada dirinya. komentarnya saat itu terasa sangat pahit"…..djogja memang telah rontok sendiri bagaikan sebuah apel busuk .Tetapi, saya sekarang mirip pencuri yang telah tertangkap basah , karena bangun kesiangan"pernyataan spoor yang tidak berlebihan.

Reaksi dunia terhadap penyerangan mendadak yang dilakukan belanda di luar dugaan memang segera memancing reaksi keras.impian masyarakat dunia atas kehidupan yang aman,damai dan tentram , sesudah mengalami kehancuran selama perang dunia empat tahun sebelumnya , ikut memicu tumbuhnya sentiment negative terhada operasi kraai yang dilakukan oleh pihak belanda di indonesia pada saat itu.

Meski pihak belanda berpendapat bahwa operasi agresi militer pertama mereka telah sukses dilaksanakan ternyata dengan cepat telah berubah dan justru menebarkan citra negative pada mata dunia dan sekaligus memalukan pada saat terjadinya agresi militer belanda kedua. [4]

Note:
1.      Julious pour.2010. doorstoot naar djokja, Jakarta; buku kompas hal:171
2.      Julious pour. 2010. doorstoot naar djokja, Jakarta; buku kompas hal:172
3.      Soetanto, Himawan. 2006.yogyakarta 19 desember 1948,Jakarta:gramedia pustaka utama hal:10
4.      Soetanto, Himawan. 2006.yogyakarta 19 desember 1948,Jakarta:gramedia pustaka utama hal:11

Daftar pustaka:
1.      Julious pour.2010. doorstoot naar djokja, Jakarta; buku kompas.
2.      Soetanto, Himawan. 2006.yogyakarta 19 desember 1948,Jakarta:gramedia pustaka utama.

No comments:

Post a Comment