NIA TIARAWATI
Lybia atau juga ditulis dan dibaca Libia adalah sebuah wilayah berada di Magrib Afrika Utara. Berbatasan dengan Laut Tenagh di sebelah Utara, Mesir pada bagian Timur, Sudan di Tenggara, Chad dan Niger di sebelah selatan, serta Aljazair dan Tunisia di sebelah barat. Negara Libya memiliki luas hampir 18 juta kilometer persegi dan berada di urutan empat besar sebagai negara terbesar di benua Afrika. Kota besarnya adalah Tripoli yang mana menjadi tempat tingga 1,7 juta dari 6,4 juta penduduk. Tiga pembagian wilayah tradisional dar negara ini adalh Tripolitania, Fezzan dan Cyrenaica.
Nama Libya berasar dari bahasa Mesir "Lebu", sebutan bagi orang-orang Berber yang tinggal di sebelah barat Sungai Nil, dan diadopsi oleh bahasa Yunani sebagai "Libya". Pada zaman Yunani Kuno, istilah ini memiliki arti yang lebih luas, yang mencakup seluruh Afrika Utara di sebelah Barat Mesir, yang kadang ditunjukkan untuk seluruh benua Afrika. Sebagian besar penduduk Libya adalah orang Arab, Barbara tau orang Arab Barbar dengan beberapa orang Negro. Mayoritas agama di Libya adalah Islam.
Asal muasal keberadaan bangsa Barbar di daratan Libya hingga kini masih diselimuti misteri. Meski be gitu, bukti arkeologi dan lingusitik mengindikasikan suku Barbar berasal dari barat daya Asia. Mereka diduga hijrah ke daratan Afrika Utara pada milenium ke-3 SM. Sejarah mencatat, wilayah Libya selalu menarik perhatian beragam peradaban. Tak heran, jika penguasa negeri itu selalu silih berganti dari zaman ke zaman. Sebelum abad ke-12 SM, wilayah ini sempat dikuasai orang-orang Phoenik.
Masuknya agama Islam pada tahun 642 Masehi di pimpin komando Jendral Muslim, Amar bin Ash, pasukan yang mana pada era kepemimpinan Umar Bin Khatab. Umar bin Khatab pada masa itu berhasil menguasai Libya di kawasan Cyrenaica dan membangun sebuah markas pertahanan di Barce.
Pada abad kedelapan, wilayah Libya, Tripolitania dan Cyrenaica berada di bawah kekuasaan Dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus. Berkuasanya Islam membawa berkah bagi penduduknya. Pada era Dinasti Umayyah, mampu menyatukan kehidupan politik dan agama di bawah payung Kekhilafahan. Pemerintahaan di lakukan berdasarkan syariah (Hukum Islam) yang berpedoman pada Al-Qur'an dan Hadist. Kehidupan masyrakat Libya yang makmur dan tentram di bawah kekuasaan Kekhilafaan Islam termasuk mereka penduduk yang Non-Muslim. Di Cyrenaica, para pemimpin gereja menyambut datangnya Islam, karena telah membebaskan mereka dari penindasan Bizantium. Setelah kekuasaan Dinasti Umayyah berakhir wilayah Libya berada di bawah naungan Kekhilafahan Abbasiyyah.
Pada abad ke-12 Masehi, Libya menjadi bagian dari pemerintahan Al-Muwahidin yang diperintah oleh pemerintahan Hafsiyah sekitar tahun 1207 M dan terus berlanjut menguasai Spanyol pada tahun 1503 M. Dimana diserahkan kepada pasukan berkuda Malta sampai dibebaskan dan dikuasai oleh orang Usmaniyah pada tahun 1554-1911 Masehi. Pada tahun 1911 Masehi, Libya jatuh ke tangan penjajahan Italia yang mana terjadinya perlawanan rakyat Libya dalam memerangi penjajahan dibawah kepemimpinan pemimpin Nasionalis dan pahlawan yang dikenang oleh sejarah seperti Syekh Muhammad Asy Syarif As-Sanusi, panglima Ramadhan dan pahlawan Sayid Umar Mukhtar (1858-1931 Masehi). Penjajahan Italia terus berlangsung hingga perang Dunia II terjadi.
Pada tahun 1951 Masehi, kerajaan Libya mengumumkan kemerdekaan dan kekuasaannya yang dipegang oleh Raja Idris As Sanusi. Desember 1951, Muhammad Idris Al Mahdi Al-Sanusi sebagai kepala negara memproklamirkan negaranya sebagai negara kerajaan yang merdeka. Kepemimpinan Raja Idris, kurang bisa menangkap aspirasi-aspirasi dari generasi muda. Hal ini menyebabkan dia tidak mampu menghadapi tuntutan generasi muda yang terimbas oleh perasaan nasionalisme yang sedang tumbuh. Akhirnya pada tahun 1969 Qadhdafi melakukan kudeta terhadapnya dan menjadi pemimpin Libya selanjutnya.
Qadhdhafi sangat terkenal sebagai tokoh ideologi Arab dan islam radikal. Doktrin revolusionernya yang pertama merupakan kopi dari ideologi Nasseriyah dan Ba'thiyah dan menyerukan persatuan Arab, menentang kolonialisme kepemimpinan bangsa Libya dalam menggalang persatuan dan perjuangan Arab dalam menghadapi Isra'il. Qadhdhafi memproklamirkan sebuah skripturalisme islam yang ekstrem di mana Al-Quran di jadikan satu-satunya sumber otoritas bagi rekonstruksi masyarakat islam, namun hal yang sama tidak diberlakukan terhadap hadist Nabi Muhammad Saw (al-sunnah). Demikian juga moralitas Al-Qur'an di Libya mengharamkan praktik perjudian, alkohol, dan bentuk-bentuk kejahatan "Barat" yang sedang menggejala. Dengan demikian identifikasi Arabisme dan islam berkembang secara luas di timur tengah dan Afrika Utara.
Kesuksesan perluasan wilayah ke negara bekas kekuasaan almarhum Qadafi ini.Selama beberapa abad hingga saat ini, Islam masih sangat kuat dan menjadi mayoritas di kawasan tersebut. Berikut bukti kekuasaan Islam di Libya.
1. Ghadames, Kota Niaga
Kota yang terletak di sebelah barat daya Tripoli, ibu kota Libya ini pernah dikuasai oleh Yunani dan Romawi. Ketika Islam datang, kota tersebut berhasil ditaklukkan di bawah komando Uqbah bin Nafi'. Kota ini pernah mencapai masa keemasannya di bawah pemerintahan Dinasti Ustmaniyah pada abad ke-18. Ghadames menjadi pusat perdagangan dan jalur utama kafilah dagang di kawasan Afrika, hingga akhirnya jatuh ke tangan Italia pada 1924 M.
2. Zuwailah, Permukiman Tertua
Ini merupakan desa sekaligus kawasan tertua yang terletak di barat daya Libya. Daerah ini ditaklukkan oleh Uqbah bin Nafi' sekira 22 Hijriyah. Penaklukan kawasan ini menjadi kunci masuk ekspansi berikutnya, yakni ke wilayah Fazan. Sepanjang sejarah, Zuwailah memiliki hubungan dagang yang kuat dengan Mesir dan Sudan. Selama Dinasti Fatimiyah berkuasa, Khalifah Ubaidillah al-Mahdi menjadikan desa ini sebagai pusat permukiman warganya.
3. Cyrene, Bukti Kedigdayaan Yunani
Kota yang juga dikenal dengan sebutan Shahat ini merupakan peninggalan Yunani. Berlokasi di timur laut Libya, kota ini dijadikan sebagai pusat peradaban Yunani di Libya. Dalam sejarah peradaban Arab, Kyrene, begitu sebutan oleh bangsa Yunani, konon termasuk kategori 12 kota bersejarah tercantik di kawasan Arab. Kota ini disebut dalam Injil dan Taurat versi Arab.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Islam di Libya
· Faktor Sosial-Ekonomi
Libya mempunyai kandungan minyak yang cukup besar dan menjadi Negara penghasil minyak terbesar di benua Afrika. Banyaknya kandungan minyak tidak dibarengi dengan sumber daya manusia (SDM) yang memadai. Oleh karena itu didatangkanlah tim ahli dari luar negeri untuk melakukan pekerjaan. Dengan penjualan minyak yang terus meningkat membuat pendapatan per kapita cukup tinggi yaitu sekitar 8.640 dolar pada tahun 1980 dan terus mengalami kenaikan. Selain migas, di bidang pertanian dan peternakan merupakan penyerap tenaga kerja terbanyak dalam masyarat Libya. Pemerintah Libya mengembangkan teknik pertanian dengan cara hidroponik. Dengan memanfaatkan seproduktif mungkin tanah-tanah negara, terutama di daerah-daerah yang subur air.
· Faktor Politik-Hukum
Sedangkan dalam urusan politik dan pemerintahan Libya merupakan Negara yang berbentuk Republik Sosial Yang dipimpin oleh seorang Presiden. Pada proses demokrasi di Libya menganut satu partai yaitu partai sosialis Arab. Tahun 1969 terjadi perubahan konstitusi dimana telah membentuk Kongres Rakyat Nasional memilih anggota sekretaris Jenderal, cabinet dan penetapan mahkamah agung sebagai kekuatan Yudikatif tertinggi.
Dalam bidang hukum, Libya menetapkan ketentuan-ketentuan hukum pidana berdasarkan Al-Qur'an. Pada tahun 1972 ditetapkan hukum potong tangan untuk kasus pencurian, dan hukum-hukum lainnya sesuai dengan ketentuan Al-Qur'an. Dalam konstitusi negara Libya pasal II tahun 1977 dinyatakan, bahwa Al-Qur'an menjadi syariat masyarakat. Dalam arena internasional, Libya menyerukan jihad melawan imperialisme dan zionisme di Timur Tengah dan Afrika Muslim.
Daftar Pustaka :
Badri, Yatim. 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Press
Thohir, Ajid. 2009. Studi Kawasan Dunia Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
http://id.wiki.org/wiki/islam_libya.html, diakses pada 8 Juni 2015.
http://gavieza.blogspot.com/2011/11/sejarah-islam-di-libya.html, diunduh pada 9 Juni 2015.
No comments:
Post a Comment