PIMA PUTRIANA/SP
Kedatangan Islam pertama di Indonesia tidak identik dengan berdirinya kerajaan Islam pertama di Indonesia. Mengingat bahwa pembawa Islam ke Indonesia adalah para pedagang, bukan misi tentara dan bukan pelarian politik. Mereka tidak berambisi mendirikan kerajaan Islam. Para pedagang berdagang sambil menyiarkan agama Islam, materi yang diajarkan berawal dari kalimah Syahadat. Barang siapa yang bersyahadat berarti ia telah masuk Islam. Mereka menyiarkan dengan cara damai, tidak ada paksaan sama sekali.
1. Kerajaan islam di Aceh
a. Kerajaan Samudra Pasai
Dari berbagai catatan sejarah bahwa kerajaan islam pertama di Indonesia adalah kerajaan samudra pasai yang di dirikan pada abad ke-10 M dengan raja pertamanya al-Malik Ibrahim bin Mahdum. Seorang pengembara dari Maroko yang bernama Ibnu Batutah pada tahun 1345 M sempat singgaj di kerajaan pasai pada zaman pemerintahan Malik Az Zhahir, saat perjalanannya ke Cina. Ibnu Batutah menuturkan bahwa ia sangat mengagumi akan keadaab kerajaan pasai, dimana rajanya sangat alim dan begitu pula dalam ilmu agamanya, dengan menganut paham Mazhab Syafi'I dan serta mempraktekan pola hidup yang sangat sederhana.
Menurut apa yang di kemukakan Ibnu Batutah tersebut, dapat ditarik kepada system pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan pasai yaitu:
a. Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syariat ialah fiqih mazhab syafii
b. Sistem pendidikannya secara informal berupa majelis taklim dan halaqah.
c. Tokoh pemerintahan merangkap sebagai tokoh ulama.
d. Biaya pendidikan agama bersumber dari Negara.
b. Kerajaan perlak
Berita perjalanan Marco Polo seorang berkebangsaan Italia pengeliling dunia, pernah singgah di perlak pada tahun 1992 M. dia menerangkan bahwa Ibukota perlak ramai dikunjungi pedagang islam dari Timur Tengah, Parsi dan India, yang sekaligus melakukan tugas-tugas dakwah. Menurut riwayatnya, Sultan mahdum Alauddin Muhammad Amin yang memerintah antara tahun 1243-1267 M tercatat sebagai sultan yang ke 6, terkenal sebagai seorang sultan yang arif bijaksana lagi alim sekaligus seorang ulama.dan sultan inilah yang mendirikan semacam perguruan tinggi Islam pada saat itu.
Begitu pula di perlak ini terdapat suatu lembaga pendidikan lainnya berupa majelis talim tinggi.yang dihadirkan khusus oleh para murid yang sudah alim dan mendalami ilmu. Pada majelis talim ini diajarkan kitab-kitab agama yang punya bobot dan pengetahuan tingg, sepertikitab AL Um karangan Imam Syafii dan sebagainya.dengan demikian pada kerajaan perlak ini proses pendidikan berjalan dengan baik.
c. Kerajaan Aceh Darussalam (1511-1874)
Kerajaan Aceh Darussalam yang diproklamasikan pada tanggal 12 Zulkaedah 916 H menyatakan perang terhadap buta huruf dan buta ilmu. Aceh pada saat itu merupakan sumber ilmu pengetahuan dengan sarjana-sarjananya yang terkenal di dalam dan di luar negeri. Bidang pendidikan di kerajaan Aceh Darussalam benar-benar mendapat perhatian. Pada saat itu terdapat lembaga-lembaga Negara yang bertugas dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan, di antaranya:
1. Balai Seutia Hukama, lembaga ilmu pengetahuan, tempat berkumpulnya para ulama, ahli piker dan cendekiawan untuk membahas dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
2. Balai Seutia Ulama, jawatan pendidikan yang mengurusi masalah pendidikan.
3. Balai Jamaah Himpunan Ulama, tempat studi para ualam dan sarjana dalam membahas persoalan-persoalan pendidikan.
Adapun jenjang pendidikan yang ada adalah sebagai berikut:
1. Meunasah/Madrasah, berfungsi sebagai sekolah dasar, terdapat di setiap kampung, materi yang diajarkan: menulis dan membaca huruf Arab, ilmu agama, bahasa Jawi/Melayu, akhlak, dan sejarah Islam.
2. Rangkang, masjid sebagai tempat berbagai aktifitas umat termasuk pendidikan, setingkat dengan Madrasah Tsanawiyah, ada di setiap mukim, materi yang diajarkan: bahasa Arab, ilmu bumi, sejarah, berhitung (hisab), akhlak, fiqih, dan lain-lain.
3. Dayah, setingkat dengan Madrasah Aliyah, ada di setiap daerah Ulebalang dan terkadang berpusat di masjid, materi yang diajarkan: fiqih (hokum Islam), bahasa Arab, tauhid, tasawuf/akhlak, ilmu bumi, sejarah/tata Negara, ilmu pasti, dan faraid.
4. Dayah Teuku Cik, setingkat dengan perguruan tinggi atau akademi, materinya: fiqih, tafsir, hadits, tauhid, tasawuf, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan tata Negara, mantiq, ilmu falaq, dan filsafat.
Melihat lembaga dan jenjang di atas, jelaslah bahwa ilmu pengetahuan dan pendidikan di kerajaan Aceh Darussalam telah mengalami perkembangan yang sangat pesat.
2. Kerajaan Demak
Tentang sistem pendidikan dan pengajaran agama islam di Demak punya kemiripan dengan yang dilaksanakan di Aceh, yaitu dengan mendirikan masjid di tempat-tempat yang menjadi sentral daerah, di sana diajarkan pendidika agama di bawah pimpinan seorang Badal untuk menjadi seorang guru, yang menjadi pusat pendidikan dan pengajaran serta sumber agama Islam. memang antara kerajaan Demak dengan wali-wali yang Sembilan atau wali songo terjalin hubungan yang bersifat khusus,yang boleh dikatakan semacam hubungan timbal-balik, dimana sangatlah besar peranan para walisongo di bidang dakwah islam, dan juga Raden Fatah sendiri menjadi raja adalah atas keputusan para wali dan dalam hal ini para wali tersebut juga sebagai penasihat dan pembantu raja.
Dengan kondisi yang demikian, maka yang menjadi sasaran pendidikan dan dakwah Islam meliputi kalangan pemerintah dan rakyat umum. Adanya kebijakan wali-wali menyiarkan agama dan memasukan anasir-anasir pendidikan dan pengajaran Islam dalam segala cabang kebudayaan nasional Indonesia,sangat menggembirakan, sehingga agama Islam dapat tersebar di seluh kepulauan Indonesia.
3. Kerajaan Islam Mataram ( 1575-1757)
Kerajaan Demak ternyata tidak bertahan lama, pada tahun 1568 M terjadi perpindahan kekuasaan dari Demak ke Pajang. Namun adanya perpindahan ini tidak menyebabbkan terjadinya perubahan yang berarti terhadap sistem pendidkan dan pengajaran Islam yang sangat berjalan. Baru setelah pusat kerajaan Islam berpindah dari Pajang ke Mataram, terutama di saat Sultan Agung berkuas, terjadi beberapa macam perubahan.
Pada zaman kerajaan mataram, pendidikan sudah mendapat perhatian sedemikian rupa, seolah-olah tertanam semacam kesadaran akan pendidikan pada masyarakat kala itu. Meskipun tidak ada semacam Undang-Undang Wajib Belajar, tapi anak-anak usia sekolah tampaknya harus belajar pada tempat-tempat pengajian di desanya atas kehendak orang tua sendiri.
Ketika itu hamper di seiap desa diadakan tempat pengajian al-qur'an, yang diajarkan huruf jijaiyah,membaca al-qur'an, barzanji, pokok dan dasar-dasar ilmu agama Islam dan sebagainya. Adapun cara mengajarnya adalah dengan cara hafalan semata-mata. Di setiap tempat pengajian dipimpin oleh guru yang bergelar modin.
Selain pelajaran al-qur'an, juga ada tempat pengajian kitab, bagi murid-murid yang telah khatam mengaji al-qur'an.tempat pengajiannya disebut pesantren. Para santri harus tinggal di asrama-asrama yang dinamai pondok, di dekat pesantren tersebut.
Adapun cara yang dipergunakan untuk mengajarkan kitab ialah dengan sistem sorogan,seorang demi seorang bagi murid-murid permulaan, dengan cara bendungan (halaqah) bagi pelajar-pelajar yang sudah lama dan mendalam ilmunya. Sementara itu pada beberapa daerah kabupaten diadakan pesantren besar, yang dilengkapi dengan pondoknya,untuk kelanjutan bagi santri yang telah menyelaskan pendidikan di pesantren desa. Pesantren ini adalah sebagai lembaga pendidikan tingkat tinggi. Kitab-kitab yang diajarkan pada pesantren besar itu ialah kitab-kitab besar dalam bahasa Arab, lalu diterjemahkan kata demi kata ke da;am nahasa daerah dan dilakukan secara halaqah. Bermacam-macam ilmu agama yang diajarkan seperti : fiqih,tafsir,hadis,ilmu kalam,tasawuf dan sebagainya. Selain pesantren besa, juga diselengarakan semacam pesantren takhassus, yang mengajarkan satu cabang ilmu agama dengan cara mendalam atau spesialisasi.
4. Kerajaan Islam di Sulawesi
Seperti halnya poin-poin sebelumnya, system pendidikan di Sulawesi juga pengajian kitab di pondok pesantren. Hal ini tidak lain karena penyebar agama Islam di sana adalah para murid dari ulama-ulama yang sebelumnya juga telah menyebarkan agama Islam melalui pengajian dan pendidikan di pondok pesantren. Kerajaan yang mula-mula berdasarkan Islam di Sulawesi adalah kerajaan Kembar Gowa Tallo pada tahun 1605 M. Dalam dua tahun seluruh rakyat telah memeluk Islam. Mubaligh Islam yang berjasa adalah murid Sunan Giri, yaitu Abdul Qadir Khatib Tunggal yang berasal dari Minangkabau.
Demikianlah bagaimana keadaan pendidikan islam pada masa kerajaan islam,yang jelas pada saat ini slam telah berkembang sedimikian rupa.
DAFTAR PUSTAKA
- Mahmud Yunus, Prof Dr. H.1992.Sejarah Pendidikan Islam Indonesia. Jakarta: mutiara sumber widya.
- Hasbullah,DRS. 1995. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
- Dra. Zuhairini dkk. 2004. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi aksara. Jakarta 133220.
- Abdullah, Mustofa. 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung : CV. Pustaka Setia.
No comments:
Post a Comment