Perkembangan Partai Gerindo

Yulia Sari/ SIV
GERINDO atau Gerakan Rakyat Indonesia merupakan salah satu dari organisasi pergerakan atau partai yang didirikan oleh Sartono. Gerindo berdiri di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937 sebagai akibat bubarnya Partindo. Tokoh-tokoh yang bergabung dengan Gerindo, selain Mr. Sartono yang lain nya yaitu, Adam Malik, A.M. Sipahutar, Sanusi Pane, Sarmidi Mangoensarkoro, Dr Adnan Kapau (A.K) Ghani, Mr. Amir Sjarifoedin, Mr. Mohammad Yamin dan lainnya. Kongres pertama Gerindo dilaksanakan pada bulan Juli 1938 di Jakarta, sedangkan kongres kedua dilaksanakan di Palembang pada bulan Agustus 1939. Pada kongres kedua ini Gerindo memutuskan menerima kaum peranakan (Indo-Eropa), (Indo-Tionghoa dan Indo-Arab) sebagai anggota.
Gerindo mempunyai tujuan utama yaitu terbentuknya parlemen penuh bagi Indonesia, tercapainya Indonesia merdeka, mencapai bentuk pemerintahan berdasarkan kemerdekaan lapangan politik, ekonomi dan sosial. Selain dari itu, Gerindo ini juga mempunyai tujuan diantaranya untuk memperkuat perekonomian Indonesia agar kehidupan masyarakat Indonesia berpindah ke taraf kehidupan yang lebih baik, mengangkat kesejahteraan kaum buruh serta memberi bantuan kepada kaum pengangguran. Tujuan dari Gerindo itu pada dasarnya yaitu untuk menimbulkan rasa nasionalisme didalam hati masyarakat Indonesia.
Pembentukan Gerindo pada Mei 1937 merupakan respon terhadap bahaya fasisme yang mengancam demokrasi. Fasisme yang didasarkan pada ikatan darah, kebudayaan dan keturunan melalui sistem partai tunggal sehingga akhirnya dapat menimbulkan kekacauan situasi dan mengambil alih kekuasaan politik. Menurut analisis Gerindo, para diktator di Eropa berkaitan dengan fanatisme militer di Jepang, dan bersama-sama mereka merupakan hasil wajar dari evolusi kapitalisme. Oleh sebab itu mereka mengancam demokrasi diseluruh dunia. Dan dalam situasi krisis global seperti itu, perlawanan terhadap fasisme lebih penting dari pada perlawanan terhadap kejahatan pemerintahan Kolonial Belanda.
Dengan lahirnya Gerindo, partai sayap kiri Pergerakan Nasional dengan wajahnya yang baru, yaitu kooperasi. Asas Gerindo yaitu kebangsaan kerakyatan. Gerindo berjuang untuk mencapai kemerdekaan Nasional. Asas kebangsaan Gerindo tidak didasarkan atas dasar satu darah, satu turunan. Asas kerakyatan yaitu demokrasi dalam berbagai lapangan masyarakat yaitu demokrasi politik, demokrasi ekonomi dan demokrasi sosial. Menurut Gerindo, yang menjadi pedoman partai adalah asas dan tujuan partai, setiap anggota harus tunduk pada aturan partai.
Aktivitas  pertama kali ditunjukkan dengan sikapnya terhadap Petisi Sutarjo, Gerindo menyokong bagian Petisi yang menuju konferensi imperial, dimana utusan-utusan Belanda dan Indonesia yang mempunyai hak sama untuk memusyawarakan kedudukan Indonesia. Kemudian, sehubungan dengan pecahnya perang antara Jepang dan Tiongkok, umumnya untuk membantu bangsa Tionghoa di Indonesia. Gerindo dalam manifesnya menyatakan sikapnya yang antifasisme. Partai ini juga menyusun kekuatan dalam dewan-dewan, sehingga mengikutsertakan wakil-wakilnya dalam dewan-dewan untuk menjalankan kewajiban sesuai keinginan rakyat. (Warwati Djioened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 2009:378-379).
Mengenai dewan-dewan, Gerindo mempergunakan dewan-dewan sebagai alat perjuangan dan tempat menyusun kekuatannya untuk mempengaruhi kemajuan rakyat. Partai ini tidak puas terhadap susunan dan kekuasaan dewan-dewan yang ada. Gerindo menuntut parlemen yang sejati, penuh dan bertanggung jawab terhadap rakyat. Untuk itu Gerindo menuntut hak untuk memilih umum dan langsung. Partai ini akan menyusun kekuatannya dalam dewan-dewan. Ditetapkan agar semua wakilnya dalam dewan-dewan menjalankan kewajiban sesuai dengan keinginan rakyat. Gerindo menetapkan syarat-syarat dalam mengajukan wakil-wakilnya di dewan-dewan, dan menetapkan disiplin (apa yang harus dilakukan) terhadap anggotanya yang duduk di dewan-dewan.
Sebagai suatu organisasi pergerakan yang baru, Gerindo yang mempunyai tujuan untuk kesejahteraan masyarakat di bidang politik sosial dan ekonomi tentu harus memiliki suatu program kerja agar organisasi itu benar-benar menjadi sebuah organisasi yang peduli akan nasib bangsa untuk kehidupan yang lebih baik.
Gerindo yang didirikan pada tanggal 24 Mei 1937, melaksanakan program kerjanya yaitu mengadakan kongres pertama pada tanggal 20-24 Juli 1938 di Jakarta, kongres itu dilaksanakan sebagai bentuk kerja nyata dari suatu organisasi pergerakan yang peduli terhadap perubahan sosial dalam masyarakat pribumi. Dalam kongres pertama itu, menghasilkan pembentukan PERI (Penuntun Ekonomi Rakyat Indonesia) yang merupakan perkumpulan ekonomi berdasarakan demokratis nasionalisme. Program kerja PERI diantaranya adalah memperbaiki harga-harga hasil bumi dan menurunkan harga-harga barang keperluan rakyat dan perluasan kesempatan kerja.
Pada tanggal 1-2 Agustus 1939, setelah kongres yang pertama, kongres kedua dilaksanakan di Palembang, dalam kongres ini diambillah keputusan berupa penerimaan Peranakan (Peranakan Eropa, Peranakan Tionghoa dan Peranakan Arab) untuk menjadi anggota partai itu. Jelas bahwa usaha Gerakan Rakyat Indonesia ialah memperteguh ekonomi Indonesia untuk memperkuat pertahanan negeri.
Dalam kongres yang kedua, Gerakan Rakyat Indonesia juga berusaha untuk mencapai adanya aturan menentukan batas upah yang rendah dan tunjangan bagi para pengangguran. Keputusan lain yang diambil Gerakan Rakyat Indonesia lainnya adalah menyetujui masuknya Gerakan Rakyat Indonesia kedalam GAPI (Gabungan Politik Indonesia). Setelah kongres yang kedua tahun 1939, pada tanggal 1 Oktober 1940, dipilih pengurus besar yang baru.
Pemimpin Gerindo pada tahun 1940 dipilih melalui referendum (melalui surat). Tokoh utama Gerindo adalah Dr. Adnan Kapau Gani. Dia dikirim Gerindo pusat untuk mengelola  partai ini di Palembang pada 1941. Bagi A.K. Gani, "Gerindo didirikan sebagai koreksi garis kiri terhadap garis kanan Parindra." [1] Noengtjik A.R., bekas Ketua Partindo, diangkat sebagai Ketua Gerindo Palembang. Samidin, bekas ketua PNI yang kembali ke Palembang pada 1937 dipilih sebagai wakil ketua. A.S. Sumadi, guru-aktivis Yayasan "Perguruan Rakyat" Taman Siswa menduduki jabatan sekretaris. Pengikut Gerindo terdiri dari berbagai berbagai macam latar belakang, sebagian besar pekerja lepas, buruh pelabuhan, dan buruh pasar. Udin Siregar yang sempat dikader Arif Siregar untuk mengembangkan kegiatan politk PARI adalah pekerja perusahaan minyak BPM Plaju. Kgs. Tohir dari Muara Enim dan Mas'oed juga ikut bergabung kedalam Gerindo. [2]
Sampai tingkat tertentu Gerindo Palembang berhasil mempersatukan kembali bekas-bekas PNI lama daerah ini yang sebelumnya terpecah antara Noengtjik A.R. (Partindo) dan Samidin (PNI-Baru). Dalam waktu yang relatif singkat Gerindo tersebar hampir disetiap daerah bahkan sampai kepelosok Muara Rupit, basis SA yang pernah melakukan perlawanan terhadap anasir kolonial pada 1916. Gerindo Palembang memang jauh lebih dinamis ketimbang Parindra.
Kemajuan yang dicapai Gerindo tidak terlepas dari peranan A.K. Gani. Dia belum lama menyelesaikan kuliah kedokteran di Batavia dan memilih karier sebagai dokter swasta di Kota Palembang. Kepindahan tokoh yang berpengalaman dalam dunia pergerakan ke Palembang membuat daya gerak Gerindo Palembang semakin hidup dan sedikit banyak menjadi avantgarde pergerakan nasionalis sekuler daerah ini. Walaupun posisinya "turun" dari pimpinan pusat menjadi pimpinan daerah, Wibawa Gani sebagai bekas pimpinan pusat amat terasa di cabang-cabang Gerindo seluruh Sumatera.
Tidak sampai setahun setelah Gerindo menyelenggarakan Kongres Nasional, PSII mengadakan kongres nasional pada tanggal 20-25 Januari 1940. Mereka menyelenggarakan nya di 4 Ulu, tidak jauh dari 10 Ulu. Tempat Kongres dibuat lebih semarak dengan pemandangan yang amat mencolok. Perkemahan dibangun disekitar pekarangan sekolah yang dapat menampung peserta berjumlah 1.000-2.000 orang. Berbagai perhiasan dipasang di pinggir-pinggir jalan. Mereka juga memancangkan bendera merah-putih serta spanduk besar bertuliskan Parlemen Indonesia. [3]  Semua dikerjakan oleh tenaga sukarelawan SIAP yang didatangkan dari cabang-cabang PSII pedalaman. Pidato-pidato yang disampaikan tidak kalah seru. Namun manuver yang dipertontonkan dalam acara akbar tersebut berbalik menjadi bumerang bagi panitia kongres.
Tanda-tanda perubahan zaman semakin tampak nyata pada tahun-tahun terakhir kekuasaan Belanda di Indonesia. Penguasa kolonial Hindia Belanda di Palembang kian sulit menutup sikap bimbangnya terhadap tuntutan kaum pergerakan yang semakin lantang. Beruntung perpecahan dan persaingan dalam tubuh partai-partai politik pergerakan dapat diredam oleh GAPPI (Gabungan partai-partai politik Indonesia) yang menghimpun hampir semua partai politik di Hindia Belanda (PSII, Gerindo, Parindra, PII dan PAI). [4]
Dalam kondisi genting menjelang Perang Dunia II, kerja sama yang dilakukan antara Gerindo dengan Parindra mampu mengatasi perbedaan diantara kedua partai. Sebagian besar kaum pergerakan yang mengambil posisi "Co" juga memiliki sebuah keyakinan bahwa Belanda akhirnya harus angkat kaki. Kini hanya tinggal soal waktu saja. Gerindo tampil sebagai partai politik yang banyak melakukan kegiatan dan barangkali paling efektif dalam kelompok intelektual perkotaan meski jumlah masanya lebih sedikit ketimbang PSII. Sebaliknya PSII tetap bersikukuh dengan pendirian "berdiri diatas kaki sendiri", sebuah sikap yang mencerminkan ketegaran partai ini pada masa sebelumnya tetapi mungkin ketegaran partai ini pada masa sebelumnya, tetapi mungkin tidak lagi relevan dengan zaman yang tengah berubah.
Seandainya PSII mengambil sikap lebih lentur dan cermat membaca tanda-tanda zaman, suara mereka pasti akan lebih menentukan ketimbang partai manapun di dalam Raad. Sesungguhnya PSII memiliki peluang yang lebih besar dengan menggunakan saluran resmi tersebut demi kepentingan partai. Lembaran baru masa pendudukan Jepang akan menyambut arus yang mengalir sebelumnya dan menentukan bagaimana arus ini dan kekuatan lain di sekelilingnya bertemu dalam situasi dan kondisi yang berbeda dari zaman sebelumnya.
Notes :
[1]. Zed Mestika (2003). Kepialangan politik dan revolusi Palembang 1900-1950. Jakarta. Pustaka LP3S. Hal: 179
[2]. Zed Mestika (2003). Kepialangan politik dan revolusi Palembang 1900-1950. Jakarta. Pustaka LP3S. Hal: 179
[3]. Zed Mestika (2003). Kepialangan politik dan revolusi Palembang 1900-1950. Jakarta. Pustaka LP3S. Hal: 182
[4]. Zed Mestika (2003). Kepialangan politik dan revolusi Palembang 1900-1950. Jakarta. Pustaka LP3S. Hal: 188
DAFTAR PUSTAKA
http://triseptyo.blogspot.com/2012/04/gerakan-rakyat-indonesia.html
Onghokham, 1987. Runtuhnya Hindia Belanda, Jakarta, PT Gramedia
Zed, Mestika. 2003. Kepialangan Politik dan Revolusi. Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia
Poesponegoro, Marwati Djoned. Sejarah Nasional Indonesia V, Jakarta, Balai Pustaka, 1992

PENGARUH PARINDRA DI SUMATERA BARAT


SRI WAHYUNINGSIH/ SI IV /B
Yang menjadi penyebab terasanya pengaruh perkembangan Parindra di sumatera barat ialah yang mungkin saja karena disebabkan oleh pusatnya yang pada saat itu berada di Surabaya, dimana tempat itu sangat kurang peminatnya bagi masyarakat perantauan dari sumatera barat waktu itu. Walaupun demikian, disini akan diuraikan sedikit tentang maupun mengenai sejarah anggota dari Parindra itu sendiri.
Awal dari terbentuknya Parindra yang pada mulanya bernama indonesische studie club Surabaya yang dipimpin oleh Dr. Sutomo. Setelah kejadian PNI, dapat dilumpuhkan semuanya oleh pemerintah hindia belanda, maka studie club ini menggambarkan pengaruhnya pada kalangan  masyarakat dengan mengubah mananya menjadi persatuan bangsa Indonesia (PBI) tahun 1931. [1]
Yang pada saat itu bertujuan untuk menyempurnakan derajat bangsa Indonesia dan tanah air. PBI menjalankan taktik koperasi, PBI sering melakukan pendekatan dengan Budi Utomo yang pada waktu itu diketahui oleh wuryaningrat. Fusi menghasilkan " Partai Indonesia Raya" ( Parindra ) dengan ketuanya yang bernama Dr. Sutomo yang bertujuan untuk mencapai Indonesia Raya. Salah seorang anggota di Volksraad adalah M. Husni Tamrin yang dikenal juga dengan julukan Abang Betawi. Tokoh-tokoh Parindra lainnya yang terkenal adalah Wuryaningrat, Sukarjo Wiryopranoto, Susanto Ttirtopsuryo S.H, Panji Suroso dll.
Mungkin karena sikapnya ini lah yang membuat pengaruh Parindra di sumatera barat tak berpengaruh besar, yang kebanyakan partai-partai bersikap non-koperasi dan radikal. Kesekretariatan di Sumatera yang di Jakarta akhirnya menggabungkannya dalam Parindra bersaama-sama dengan beberapa partai-partai lainnya seperti Kesekretariatan Celebes, Kesekretariatan ambun, Kesekretariatan Tirtayasa, Kaum Betawi, dan Timor Verboni. [2]
Partai politik yang lahir pada paro tahun ke 1930-an adalah Parindra ( Partai Indonesia Raya ) dan Gerindo ( Gerakan Rakyat Indonesia). Parindra, partai yang merupakan fusi budi utomo dengan studie club pimpinan Dr, Sutomo sejak awal dasa warsa abad ke-20, berdiri pada tahun 1935.
Cabang dari partai Parindra ini ada yang terletak di Palembang yang di dirikan oleh Dr. Maas, aktivis pergerakan dan dokter ahli mata yang pindah dari Surabaya pada tahun 1936. Dia di angkat sebagai ketua Parindra Palembang di damping Dr. M.Isa, dikter gigi dari Surabaya yang pindah ke Palembang pada tahun yang sama dengan Dr.Maas sebagai wakil ketua.[3]
Parindra pada saat itu mengambil sikap "Co" dan di perkuat oleh M.J. Soe'oed, Salam Astrokusumo, R.M. Akib, dan Azhari. Semuanya adalah tokoh asal Palembang dan sebagian besar dari mereka itu telah duduk dalam " Dewan Perwakilan Kota" ( Gemeenteraad ).
Perindra juga memiliki pengaruh yang besar terhadap lingkungan pegawai kota, guru dan murid-murid taman siswa. Guru-guru taman siswa seperti Anwar Bey dan D.R. Nadjamuddin sebelum bergabung dengan perindra dan pengasuh Indonesia muda ( IM ).
M.J. Soe'oed aktivis Perindra yang bekas pokrol bamboo juga aktif membina keorganisasian panduan dari Suryawirawan. Dia giat memberi ceramah serta kursus politik pada perkumpulan-perkumpulan pemuda seperti taman persahabatan yang mirip dengan "kedai" yang di bina PARI pada saat itu. [4]
Sebagian besar guru di sekolah umum pemerintah dan swasta, jika bukan aktifis utama pergerakan banyak yang menaruh simpati pada pergerakan nasional tersebut. A.H Nasutiaon yang telah mengajar di HIS Tanjungraja, misalnya, meskipun dia tidak terlalu aktif dalam pergerakan " bagai mana pun hamper setiap hari masih siap menyempatkan waktu untuk mendiskusikan dengan kawan-kawan dari kantor pejabat pertanian, perawat, klerk dan anggotanya yang berminat dengan pergerakan".
Beberapa guru yang juga ikut terlibat dalam langsung dalam pergerakan adalah sudiro ( kelak walikota Jakarta ) , Rahman dan A.S. Sumandi. Ketiganya merupakan pendatang dari jawa yang dating ke Palembang sebagai guru sekaligus sebagai penabur benih nasionalisme keindonesiaan lewaat pergerakan yang dilakukan di sekolah-sekolah.
Mereka ini kerap kali membekali murid-murid sifat untik lebih kritis terhadap kenyataan masyarakat. Untuk menghindari pengawasan penguasa, mereka melakukan kegiatan pemanduan di luar sekolah. Acara tersebut biasanya di isi dengan berkemah, pertunjukan music, dan drama, dimana mereka dapat menyanyikan lagu "Indonesia raya". [5]
Pada saat itu Parindra juga ada yang berkembang di Aceh, di samping Serikat Islam di Aceh. Juga lahir PARINDRA (Partai Indonesia Raya), kemudian PUSA. Kegiatan Parindra di Aceh untuk menuntut Indonesia Merdeka. Telah cukup memusingkan PID (Politiek Inlicebtingen Dienst) Polisi Rahasia Belanda.
Salah seorang pendiri Parindra di daerah Aceh adalah pemuda Hamid Azwar, yang dimana remajanya banyak memberikan andil dan partisipasinya dalam mengembangkan pergerakan kebangsaan menuntut Indonesia Merdeka.
Parindra merupakan hasil dari peleburan PBI (Barisan Pemuda Indonesia) dan Budi Utomo di bawah pimpinan pusat Dr. Sutomo dan M.H. Thamrin. [6]
Ramalan Djojobojo memainkan peranan yang juga tidak kurang besar di dalam masyarakat dan penilaian-penilaian mereka terhadap situasi yang adadi pengaruhi olehnya. Ramalan itu menyatakan bahwa setelah pemerintahan lama di bawah belanda maka akan datang bangsa kuning(Jepang) dan kemudian timbullah Indonesia merdeka.
Thamrin beserta dengan kawan-kawannya melihat antara perundingan-perundingan yang dilakukan oleh hindia belanda dengan jepang tidak akan berhasil apa-apa, sebaliknya melihat tuntutan-tuntutan jepang dengan perasaan yang agak puas karena mengharapkan perkembangan-perkembangan politik yang baru.
Tentu saja belanda melihat thamrin sebagai seorang yang berpendapat het doel heiligt de middelen ( semua alat baik untuk mencapai tujuan ). Dalam hal ini thamrin katanya tidak akan segan-segan mengorbankan kepentingan-kepentingan anggota Parindra yang duduk dalam pemerintahan sebagai pegawai negeri ( yang banyak jumlahnya ). Terhadap titingkah laku yang keras ini, Soangkupon dari Volksraad memisahkan diri sebab tidak setuju dengan offer theorie ( teori pengorbanan ) Thamrin.
Menurut Thamrin, bila Parindra terdiri dari golongan menengah tinggi dan kaum cendikiawan, maka gerindo lebih terdiri dari golongan menengah kecil serta bakas-bekas pengikut PKI dan Serikat Rakyat. Anggota PNI lama menyebar di semua partai dari Parindra sampai ke PSII dan muhammadiah untuk merebut pimpinan-pimpinan masing-masing sesuai dengan keputusan-keputisan dari kongresnya dalam bulan April 1940.
Dalam bulan juli 1940 partai-partai yang bergabungndalam GAPI terdiri dari 47.300 Anggota sedangkan di MIAI tergabung kira-kira 22.000 anggota, dan di perkumpulan-perkumpulan serta partai-partai lain ( antara perkumpulan social dan partai politik hanya ada sedikit perbedaan ) tergabung 11.400 anggota.
Seluruh dari yang terdaftar sebagai ikut aktif dalam politik adalah 80.700 orang. Pada umumnya di perkirakan oleh ahli hukum tersebut bahwa ada 200.000 orang dalam masyarakat yang aktif berpolitik. Golongan ini sedikit banyak menentang pemerintahan kolonial atau mendorong kea rah cita-cita Indonesia merdeka. Sedangkan di pihak pro kolonial atau yang dengan seratus persen pro belanda hanya sedikit sekali. [7]
Notes :
[1] Anonim. 1978.  Sejarah kebangkitan nasional daerah Sumatra barat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah dan Pencatatan Kebudayaan Daerah : Padang. Hal :  157
[2] Anonim. 1978.  Sejarah kebangkitan nasional daerah Sumatra barat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah dan Pencatatan Kebudayaan Daerah : Padang. Hal : 158
[3] Zed,Mestika. 2003. Kepialangan Politik dan Revolusi Palembang 1900-1950. Pustaka LP3ES Indonesia : Jakarta. Hal : 176
[4] Zed,Mestika. 2003. Kepialangan Politik dan Revolusi Palembang 1900-1950. Pustaka LP3ES Indonesia : Jakarta. Hal : 177
[5] Zed,Mestika. 2003. Kepialangan Politik dan Revolusi Palembang 1900-1950. Pustaka LP3ES Indonesia : Jakarta. Hal : 178
[6] Jokobi,K.A. 1998. ACEH dalam Perang Mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan 1945-1949 dan Peranan TEUKU HAMID AZWAR Sebagai Pejuang. PT Gramedia Pustaka Utama Bekerjasama dengan Yayasan Seulawah RI-001 : Jakarta. Hal : 51
[7] Onghokham. 1989. Runtuhnya Hindia Belanda. PT Gramedia : Jakarta. Hal : 149
  
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1978.  Sejarah kebangkitan nasional daerah Sumatra barat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah dan Pencatatan Kebudayaan Daerah : Padang.
Zed,Mestika. 2003. Kepialangan Politik dan Revolusi Palembang 1900-1950. Pustaka LP3ES Indonesia : Jakarta.
Jokobi,K.A. 1998. ACEH dalam Perang Mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan 1945-1949 dan Peranan TEUKU HAMID AZWAR Sebagai Pejuang. PT Gramedia Pustaka Utama Bekerjasama dengan Yayasan Seulawah RI-001 : Jakarta.
Onghokham. 1989. Runtuhnya Hindia Belanda. PT Gramedia : Jakarta.

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DI ANDALUSIA SPANYOL

RAHMAT ARIFAN/SP

1) Awal masuknya islam ke andalusia
Pada periode klasik paruh pertama masa kemajuan ( 650-1000 M), wilayah kekuasaan Islam meluas melalui Afrika Utara ( Aljazair dan Maroko) sampai ke Spanyol di Barat. Spanyol adalah nama baru dari Andalusia zaman dahulu. Nama Andalusia berasal dari suku ( Vendalus ) yang menaklukkan Eropa Barat dimasa lalu sebelum bangsa Goth dan Arab (Islam) Kondisi Andalusia sebelum kedatangan Islam sungguh sangat memprihatinkan, terutama ketika masa pemerintahan raja Ghotic yang melaksanakan pemerintahannya dengan besi. Kondisi ini menyebabkan rakyat Andalusia menderita dan tertekan. Mereka sangat merindukan datangnya kekuatan ratu adil sebagai sebuah kekuatan yang mampu mengeluarkan mereka saat itu, kerinduan mereka akhirnya menemukan momentumnya ketika kedatangan Islam di Andalusia.
Ketika Dinasti Umayah dipegang oleh Khalifah al- Walid bin Abdul Malik (al-Walid I ) (naik takhta 86 H atau 1705 M ), khalifah VI. la menunjuk Musa bin Nusair sebagai gubernur di Afrika Utara Pada masa kepemimpinan Musa bin Nusair, Afrika sebagian barat dapat di kuasai kecuali Sabtah (Ceuta ) yang pada waktu itu berada di bawah kekuasaan Bizantium. Ketika inilah pasukan Islam mampu menguasai bagian barat sampai Andalusia.
Penaklukan Islam di Andalusia  tidak terlepas dari kepiawaian tiga pahlawan Islam, yaitu Tharif Ibn Malik, Thariq bin Ziyad, Musa bin Nushair. Perluasan bani umayyah ke Andalusia  diawali oleh rintisan Tharif ibn Malik yang berhasil menguasai ujung paling selatan eropa, upaya ini kemudian dilanjutkan oleh Thariq bin Ziyad yang berhasil menguasai ibu kota Andalusia, Toledo. Kemudian ia juga menguasai Archidona, Elfiro dan Cordova. Bahkan raja Roderick (raja terakhir Vichigothic) berhasil ia kalahkan pada tahun 711 M
Keberhasilan Thariq dalam melumpuhkan penguasa di Andalusia dalam sejarah Islam dicatat sebagai acuan resmi penaklukan Andalusia oleh Islam. Kemudian ekspansi ini dilanjutkan pada waktu yang sama oleh Musa bin Nushair yang akhirnya mampu menguasai Andalusia bagian barat yang belum dilalui oleh Thariq, tanpa memperoleh perlawanan yang berarti. Keberhasilan ekspansi ini akhirnya bermuara dengan dikuasainya seluruh wilayah Andalusia ke tangan Islam. Pada saat itu kekhalifahan dinasti umayyah pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik hanya menjadikan daerah Andalusia sebagai sebuah keamiran saja. Ia menunjuk Musa bin Nushair sebagai amir di sana yang berkedudukan di Afrika Utara. Ketika dinasti umayyah di damaskus runtuh, perkembangan Andalusia kemudian dipegang oleh seorang pangeran umayyah Abdurrahman Ibn Mu’awiyah ibn Hisyam yang berhasil lolos dari buruan bani abbas. Tokoh inilah yang kemudian berhasil mendirikan kembali bani umayyah di Andalusia.
Islam masuk ke Spanyol (Cordova) pada tahun 93 H (711 M) dibawah pimpinan Tariq bin Ziyad yang memimpin angkatan perang Islam untuk membuka Andalusia dengan membawa 7000 orang pasukan. Dengan kekuatan tambahan, Thariq yang mengepalai 12.000 pasukan, pada 19 Juli 711  berhadapan dengan pasukan Raja  Roderick di mulut Sungai Barbate dipesisir laguna janda dan berhasil mengalahkan tentara Gotik yang merupakan kemenangan penting untuk memudahkan pasukan muslim melintasi dan penaklukan kota-kota Spanyol lainnya tanpa mengalami perlawanan berarti. [1]

2.      Pola Pendidikan Islam Pada Masa Dinasti Umayah Di Andalusia
Islam di Andalusia telah mencatat satu lembaran peradaban dan kebudayaan yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyebrangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad XII. Minat terhadap pendidikan dan ilmu pengetahuan serta filsafat mulai dikembangkan pada abad IX M selama pemerintahan penguasa Bani Umayah yang ke-5, Muhammad ibn Abd Al-Rahman (832-886 M).
Adapun pola pendidikan Islam di Andalusia secara garis besar adalah sebagai berikut:
A)      Kuttab
Umat muslim Andalusia telah menoreh catatan sejarah yang sangat mengagumkan dalam bidang intelektual, banyak perestasi yang mereka peroleh khususnya perkembangan pendidikan Islam. Pertumbuhan lembaga-lembaga pendidikan Islam sangat tergantung pada penguasa yang menjadi pendorong utama bagi kegiatan pendidikan. Menurut Abuddin Nata, di Andalusia menyebar lembaga pendidikan yang dinamakan Kuttab. Kuttab termasuk lembaga pendidikan terendah yang sudah tertata dengan rapi dan para siswa mempelajari berabagai macam disiplin Ilmu Pengetahuan diantaranya Fiqih, Bahasa dan sastra, serta musik dan kesenian :
1)      Fiqih
Pemeluk islam diandalusia menganut mazhab Maliki, maka para ulama memperkenalkan materi-materi fikih dari mazhab maliki. Tokoh-tokoh yang termansyur disini diantaranya tersebut nama Ziyad ibnu Abd. Ar-Rahman dan dilanjutkan oleh ibnu yahya. Yahya sempat menjadi kadi pada masa hisyam ibn abd rahman, dan masih banyak nama-nam lain, seperti abu Bakar, ibn al-Qutiyah, munjir ibn Sais al-Baluthi, dan ibnu Hazm yang sangat popular pada saat itu. Santri pada kutab mendapat pelajaran yang cukup lengkap dan ulama-ulama yang ahli pada bidang ilmunya, sehingga para siswa-siswanya lebih cepat menyerap ilmu pengetahuan yang dipelajarinya, sehingga menumbuhkan minat belajar dikala itu.
2)      Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa resmi dan bahasa administrasi dalam pemerintah Islam di Andalusia. Bahasa Arab ini diajarkan kepada murid-murid dan para pelajar, baik yang Islam maupun non-Islam. Dan hal ini dapat diterima oleh masyarakat, bahkan mereka rela menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, sehingga mereka terampil dalam berbicara maupun dalam tatabahasa. Di antara ahli bahasa tersebut yang termasyhur ialah Ibnu Malik pengarang kitab Alfiah, Ibn Sayyidih, Ibn Khuruf, Ibn Al-Haj, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan Al-Garnathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra banyak bermunculan, seperti al-iqd al-Farid karya Ibn Abidin Rabbih, al-Dzakhirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Basam, kitab al-Qalaid buah karya Al-Fath Ibn Khaqan dan banyak lagi yang lainnya.
3)      Musik dan Kesenian
Sya’ir merupakan ekspresi utama dari peradaban Andalusia. Pada dasarnya sya’ir mereka didasarkan pada model-model sya’ir Arab yang membangkitkan semangatt prajurit dan interes faksional para penakluk Arab. Dalam bidang musik dan suara, Islam di Andalusia mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. Ia selalu tampil mempertunjukan kebolehannya. Kepiawaiannya bermusik dan seni membuat ia menjadi orang terkenal pada masa itu, ilmu yang dimilikinya diajarkan kepada anak-anaknya, baik laki-laki maupun perempuan dan juga kepada para budak, sehingga kehebatannya tersebar luas.[2]
B)     Pendidikan Tinggi
Tidak dapat dipungkiri bahwa islam di spayol merupakan tonggak sejarah peradaban, kebudayaan dan pendidikan pada abad kedelapan dan akhir abad ketiga belas. Universitas Cordova berdiri megah dan menjadi simbol Spayol, sehingga terkenal keseluruh dunia. Universitas ini tegak bersanding dengan mesjid Abdurrahman III, yang pada akhirnya berkembang menjadi lembaga pendidikan tinggi yang terkenal yang setara dengan Universitas al-azhar di Cairo dan Universitas Nizamiyah di bagdhad. Perguruan tinggi ini telah menjadi pilihan utama bagi generasi muda yang mencintai ilmu penetahuan, baik dari belahan asia, Eropa, Afrika, dan belahan dunia lainnya.

Banyak yang pantas dilihat pada daerah ini, khususnyta dalam bidang pendidikan. Perpustakaan pada masa itu tidak ada tandingnya, yang menampunng kurang lebih empat juta buku yang mancakup berbagai disiplin ilmu. Buku-buku itu dikonsumtifkan untuk seribu lebih mahasiswa yang sedang menuntut ilmu. Selain itu terdapat juga Universitas Sevilla, Malago, dan Granada. Pada perguruan tinggi ini diajarkan ilmu kedokteran, astronomi, hukum islam, kimia dan lain-lain. Pada lembaga ini terdapat pengajar yang cukup dikenal diantaranya, yaitu Ibnu Qutaibah yang dikenal sebagai ahli tatabahasa, Abu Ali Qali yang ahli pada Biologi. Namun secara garis besar pada perguruan tinggi di Spayol terdapat dua konsentrasi ilmu pengetahuan yaitu

1)      Filsafat
                  Universitas Cordova mampu menyaingi Bagdhad, salah satu diantaranya karena mampu mengimpor ilmu filsafat dari belahan timur dalam jumlah besar, sekalipun bagdhad termaksud pusat ilmu pengetahuan islam. Sehingga beberapa waktu sesudahnya melahirkan filosof-filosof besar dengan karya-karya emasnya.Ibnu Bajjah adalah filosof muslim yang pertama dan utama dalam sejarah kefilsafatan di Andalusia. Nama lengkapnya adalah Muhammad ibnu yahya ibnu Al-sha’ig, yang lebih terkenal dengan nama ibnu Bajjah. Orang barat menyebutnya Avenpace. Ia dilahirkan di saragosa (spayol) pada akhir abad ke-5H/abad ke-11 M.Tokoh yang lainnya terdapat  nama Abu Bakar ibnu thulafail, penduduk asli wadi asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut pada tahun 1158 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay Ibn Yaqzhan.Pada akhir abad ke-12 masehi muncul seorang pengikut aristoteles yang terbesar dari kalangan filsafat islam ia adalah Abu Al-Walid Muhammad Ibnu Ahmad Ibnu Muhammad Ruyd, dilahirkan di Cordova, Andalusia pada tahun 510 H/1126M, yang terkenal dengan nama Ibnu Rusyd.dengan Kepeawaiannya yang luar biasa dengan ilmu hokum sehingga ia diangkat menjadi ketua mahkama agung di Cordova (Qadhi Al-Qudhati). Karya besarnya yang termansyur adalah bidayah Al-Mijtahid.

2)      Bidang Sains
                   Sedangkan di bidang sains tercatat nama Abbas Ibnu Farnas yang terkenal dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia adalah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Perkembangan sains pada daerah ini di ikuti pula oleh ilmu kedokteran, matematika, kimia, serta musik dan llmu lainnya, bahkan ada ilmuwan wanita yang ahli kedokteran, yaitu Ummu al-Hasan binti Abi jafar [3]
3) Faktor Pendukung Kemajuan Pendidikan Di Andalusia

a)  Adanya dukungan dari para penguasa. Kemajuan Andalusia Islam sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa serta mencintai ilmu pengetahuan, juga memberikan dukungan dan penghargaan terhadap para ilmuawan dan cendekiawan.
b)   Didirikannya sekolah-sekolah dan universitas-universitas dibeberapa kota di Spanyol oleh Abd Al-Rahman III Al-Nashir, dengan universitasnya yang terkenal di Cordova. Serta dibangunnya perpustakaan-perpustakaan yang memiliki koleksi buku-buku yang cukup banyak
c)   Banyaknya para sarjana Islam yang datang dari ujung Timur sampai ujung Barat wilayah Islam dengan membawa berbagai buku dan bermacam gagasan. Ini menunjukkan bahwa meskipun umat Islam terpecah dalam berbagai kesatuan politik, terdapat apa yang disebut kesatuan Budaya Islam.
d)   Adanya persaingan antara Abbasiyah di Bagdhad dan Umayah di Spanyol dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Kompetisi dalam bidang ilmu pengetahuan dengan didirikannya Universitas Cordova yang menyaingi Universitas Nizhamiyah di Bagdhad yang merupakan persaingan positif tidak selalu dalam bentuk peperangan [4]

NOTES
[1] Hitti,Philip K.2002.History of the Arabs.edisi ringkas london dan new york.terbitan oleh Macmillan.( diterjemahkan oleh usuludin hutagalung dan O.D.P sihombing )
[2] Suwito, et al, Sejarah Sosial Pendidikan Islam , (Ed. I, Cet. II; Jakarta: Kencana, 2008),h.111.

PROSES BERDIRINYA DAN PENGARUHNYA PARTAI NASIONAL INDONESIA (PNI) DI NUSANTARA


DARLIS S GULTOM / A / SI IV
A.    Latar Belakang
Partai  Nasional Indonesia (PNI) merupakan partai politik tertua di Indonesia. Lahirnya PNI dilatarbelakangi oleh situasi dan kondisi sosio-politik yang semakin kompleks, sehingga memaksa organisasi baru ini untuk menyesuaikan dengan situasi baru. Sesudah PKI dinyatakan sebagai partai terlarang oleh pemerintah akibat pemberontakannya tahun 1926/1927, membangkitkan semangat baru untuk menyusun kekuatan baru. Melihat pengalaman yang sudah berlangsung perlu kiranya diadakan perbaikan organisasi dan sistem kerjanya. Dan yang paling penting adalah kekosongan kekuatan nasional yang harus segera diisi.
Pengambil inisiatif gerakan ini adalah Ir. Soekarno pada tahun 1925, mendirikan Algemeene Studie Club di Bandung. Pada tahun 1926, dua tahun setelah terbitnya karya H.O.S Tjokroaminoto tentang islam dan Sosialisme, Ir. Soekarno memasukkan unsur kekuatan ketiga yaitu nasionalisme dalam karangannya "Nasionalisme,Islamisme, Marxisme". Ketiga kekuatan ideologi itu merupakan landasan pergerakan nasional secara garis besarnya. Dan Ir. Soekarno menganggap dapat dipakai sebagai alat pemersatu pergerakan rakyat Indonesia. Ketiga kekuatan ideologi tersebut kemudian hari terkenal dengan singkatan NASAKOM.
Pada tanggal 4 Juli 1927 di Bandung atas inisiatif Aglemeene Studie Club diadakanlah rapat pendirian Perserikatan Nasional Indonesia. (1)  Rapat pembentukan partai ini dihadiri oleh Ir. Soekarno, dr. Tjipto Mangunkusumo, Soedjadi, Mrs. Iskaq Tjokrohadisurjo, Mr.Budiarto dan Mr. Sunario. Pada tahun 1928 nama perserikatan diganti menjadi partai, sehingga lahirlah nama baru yakni Partai Nasional Indonesia. Dan hal ini pundidukung oleh kaum nasionalis yang mendukung berdirinya partai ini. Tujuan PNI adalah untuk mencapai Indonesia Merdeka, sedangkan asas berdirinya diatas kaki sendiri, nonkoperasi, dan marhaenisme. Ketiga asas itu kemudian dipakai sebagai prinsip PNI. Anggaran dasar organisasi diambil dari cita-cita PI. Ketuanya dipercayakan kepada Ir. Soekarno dan dalam waktu dekat akan di selenggarakan kongres.
Yang dapat menjadi anggota PNI adalah semua orang Indonesia yang sekurang-kurangnya telah berumur 18 tahun. Orang-orang Asia lainnya dapat juga menjadi anggota PNI tetapi hanya sebagai anggota luarbiasa.
B.     Perkembangannya
Soekarno selalu memperingatkan sebaiknya bangsa Indonesia bersatu dalam satu organisasi supaya tidak dapat dipatahkan. Dengan berdirinya PNI diharapkan semua rakyat bersatu dan dapat menjalankan usaha yang sudah dirancang untuk melenyapkan kekuasaan jajahan dengan cara yang aman. Semua itu akan dicapai dengan berbagai usaha, antara lain :
(1). Usaha politik, yaitu dengan cara memperkuat rasa kebangsaan persatuan dan kesatuan, memajukan pengetahuan sejarah kebangsaan, mempererat kerjasama dengan bangsa-bangsa Asia dan menumpas segala perintang kemerdekaan dan kehidupan politik. Dalam bidang politik, PNI berhasil menghimpun organisasi-organisasi pergerakan lainnya kedalam satu wadah yang disebut Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia.
(2). Usaha ekonomi, yaitu dengan memajukan perdagangan rakyat, kerajinan atau industri kecil, bank-bank, sekolah-sekolah, dan terutama koperasi.
(3). Usaha sosial, yaitu dengan memajukan pengajaran yang bersifat nasional, mengurangi pengangguran, mengangkat derajat kaum wanita, meningkatkan transmigrasi dan memperbaiki kesehatan rakyat. (2)
Oleh karena itu PNI selalu mengusahakan supaya bukan hanya terdapat orang-orang yang pandai akan dibidang itu, tetapi banyak orang-orang yang menjadi anggota dari PNI. Untuk menjadi anggota tidak langsung diterima begitu saja melainkan harus mengikuti syarat-syarat yang diberikan oleh ketua-ketua daerah. Bahkan untuk anggota biasa pun juga akan diberikan latihan-latihan supaya mahir sesuai dengan peranannya di PNI.
Cita-cita persatuan yang selalu diimpikan oleh dan ditekankan dalam rapat-rapat umum PNI ternyata dalam kurun waktu yang singkat dapat diwujudkan. Dalam rapat tanggal 17-18 Desember 1927di Bandung, PNI, Partai Sarekat Islam, Boedi Oetomo, Pasundan, Soematranenbond, Kaum Betawi, Indonesisiche Studieclub dan Algeemene Studieclub, sepakat untuk mendirikan suatu federasi yaitu Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Selanjutnya dalam rapat PNI di Bandung tanggal 24-26 Maret disusunlah azas dan daftar usaha suatu anggaran dasar PNI, yang kemudian disahkan pada Kongres PNI I di Surabaya pada tanggal 27-30 Mei 1928. Tujuan Kongres adalah untuk mensahkan anggaran dasar, program azas dan rencana kerja PNI. Selain itu Kongres juga bertujuan untuk memperkenalkan diri lebih jauh kepada masyarakat dan dihadiri oleh wakil-wakil organisasi pergerakan. (3)
Pengaruh PNI dalam usaha mempersatukan seluruh kekuatan Indonesia dan persatuan Indonesia tidak hanya dalam organisasi politik saja tetapi juga dalam pergerakan pemuda. Ada dua macam tindakan yang dilakukan oleh PNI untuk memperkuat diri dan pengaruhnya di dalam masyarakat, yaitu; kedalam, mengadakan usaha-usaha terhadap dan untuk lingkungan sendiri, yaitu mengadakan  kursus-kursus, mendirikan sekolah-sekolah, bank-bank dan sebagainya. Keluar, memperkuat publik opini terhadap tujuan PNI, antara lain melalui rapat-rapat umum dan menerbitkan suratkabar-suratkabar Banteng Priangan (di Bandung) dan Persatoean Indonesia (di Jakarta).
Kegiatan PNI yang dengan cepat dapat menarik massa itu, sangat mencemaskan pemerintah kolonial. Meskipun mendapat peringatan halus dari kolonial cabang-cabang PNI tumbuh diseluruh Indonesia. Tujuh cabang pertama adalah di Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Pekalongan dan Palembang. Hingga akhir tahun 1929 kandidat anggota PNI berjumlah kira-kira 10.000 orang diantaranya 6.000 di daerah Priangan.
Pada tanggal 18-20 Mei 1929 diadakan Kongres PNI yang kedua di Jakarta. Dan mengambil keputusan sebagai berikut :
1). Bidang ekonomi/sosial menyokong perkembangan Bank Nasional Indonesia, mendirikan koperasi-koperasi, studiefonds dan fonds korban atau partijfonds (untuk semua anggota-anggota yang kena tindakan pengamanan pemerintah), dan serikat-serikat sekerja, mendirikan sekolah-sekolah dan rumahsakit-rumah sakit.
2). Bidang politik : mengadakan hubungan dengan Perhimpunan Indonesia (PI) di Negeri Belanda dan menunjuk PI sebagai wakil PPPKI diluar negeri.
Semenjak Kongres kedua ini kegiatan PNI makin meningkat terutama untuk konsolidasi kekuatan. Kepada anggota diadakan kursus-kursus yang terbagi atas dua :
a). Kursus pinjaman, bisa diikuti oleh 10-12 orang. Hanya diadakan di Bandung, dan guru-gurunya adalah Ir. Soekarno, Mr. Iskaq Tjokrohadisoerjo, Mr. Ali Sastroamidjojo dan Manaldi.
b). Kursus biasa di daerah-daerah yang diadakan oleh "Cursus Commissie" dimana pelajaran diberikan secara sederhana dan mudah dimengerti. Semua yang mengikuti kursus ini diuji dan bila lulus maka diterima jadi anggota.
Bila dibandingkan dengan jumlah anggota Sarekat Islam, anggota PNI sampai bulan Desember 1929 hanya lebih kurang 10.000 orang. Tetapi pengaruh Ir. Soekarno sebagai pemimpin PNI dan pemimpin Indonesia telah meluas dan meresap diseluruh Indonesia dan didalam seluruh lapisan masyarakat.
C.    Bubarnya PNI
Kemajuan-kemajuan yang diperoleh PNI dalam usahanya membawa rakyat untuk memperoleh kemerdekaan telah menguatirkan orang-orang reaksioner Belanda di Indonesia, yang kemudian membentuk suatu organisasi bernama Vaderlandsche Club tahun 1929 yang mendesak pemerintah segera mengambil tindakan tegas terhadap PNI. Begitu pun surat kabar Belanda mengadakan kampanye yang aktif melawan PNI. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1929 mengeluarkan ancaman-ancaman terhadap PNI. Walaupun ada ancaman dan provokasi PNI tetap jalan terus malah semakin berkembang subur.
Hingga Gubernur Jendera dalam pembukaan sidang Dewan Rakyat pada tanggal 15 Mei 1928 memandang perlu memberikan peringatan kepada pemimpin PNI supaya menahan diri dalam ucapan propagandanya. Namun para pemimpin PNI tidak menghiraukan peringatan itu dan pemerintah memberikan peringatan kedua pada bulan Juli 1929. (4) Pada akhir tahun 1929 tersiar kabar yang bersifat provokasi bahwa PNI akan mengadakan pemberontakan pada awal tahun 1930. Berdasarkan berita provokasi itu pemerintah mengadakan penggeledahan dan menagkap pemimpin PNI yaitu Ir. Soekarno, Maskun, Gatot Mangkupraja, dan Supriadinata pada tanggal 24 Desember 1929. Soekarno sendiri ditangkap sepulang dari menghadiri Kongres PPPKI di Surakarta yang pada waktu itu masih ada di Yogyakarta.
Namun perkara Ir. Soekarno dan kawan-kawan itu baru sembilan bulan berikutnya yaitu 18 Agustus 1930 di ajukan ke pengadilan Landraad Bandung. Meskipun tentang rencana pemberontakan itu tidak terbukti apa-apa, tetapi karena menurut keadaanya tidak dapat dituduh, bahwa mereka itu mengusahakan pemberontakan. Tetapi mereka sudah dihukum sebab oleh hakim dengan anggapan :
a). Sudah ikut pada suatu perkumpulan yang bertujuan hendak melakukan kejahatan.
b). Sudah menghasut.
Dan hasil keputusan Landraad di Bandung yakni menghukum Ir. Soekarno 4 tahun penjara, GatotMangkuprojo 2 tahun, Markoen Soemadiredja 1 tahun 8 bulan, dan Supradinata 1tahun 3bulan. Pengadilan menjatuhkan hukuman berdasarkan pasal 153 dan 169 KUHP. Keputusan itu ditetapkan oleh Raad Van Justitie pada 17 April 1931. Dampak dari hukuman terhadap para pemimpin PNI ini juga mengandung pengertian bahwa barang siapa melakukan tindakan seperti pemimpin PNI itu maka dapat dituduh melakukan kejahatan dan dapat dijatuhi hukuman. Hal ini menyebabkan anggota PNI yang masih meneruskan jejak dan langkah PNI dalam keadaan bahaya. Dan juga hilangnya tokoh yang sangat berpengaruh, Oleh sebab itu atas pertimbangan ini khususnya dari segi keselamatan dari ancaman dan hukuman maka pengurus besar PNI memutuskan pembubaran PNI pada 25 April 1931 karena keadaan terpaksa. (5) Biarpun PNI itu masih muda namun pengaruhnya amatlah besar daripada organisasi-organisasi lain.
Notes :
(1). Marywati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Sartono Kartodirdjo.(1975). "Sejarah Nasional Indonesia V". DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Hal : 214
(3). Marywati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Sartono Kartodirdjo.(1975). "Sejarah Nasional Indonesia V". DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Hal : 217
(5). Marywati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Sartono Kartodirdjo.(1975). "Sejarah Nasional Indonesia V". DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Hal : 221
Daftar Pustaka :
Marywati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Sartono Kartodirdjo.(1975). "Sejarah Nasional Indonesia V". DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN.