KOMUNIS DALAM SAREKAT ISLAM (SI)



Ridho Arif P / SIV
SI (Syarikat Islam) dahulu bernama Sarekat Dagang Islam didirikan pada tanggal 16 Oktober 1905 oleh Haji Samanhudin. Pada awal pendiriannya untuk perkumpulan pedagang-pedagang islam yang menentang masuknya pedagang asing untuk menguasai komplar ekonomi rakyat pada masa itu, selanjutnya tahun 1912 berkat keadaan politik dan sosial HOS Tjokroaminoto menggagas SDI untuk mengubah nama menjadi organisasi pergerakan yang sekarang disebut  SYARIKAT ISLAM. Hal ini dilakukan untuk menyumbangkan semangat perjuangan islam dalam semangat juang rakyat terhadap kolonialisme dan Imperialisme . SI yang mengalami perkembangan pesat, kemudian mulai disusupi oleh paham sosialisme revolusioner. Paham ini disebarkan oleh H.J.F.M Sneevliet yang mendirikan organisasi ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) pada tahun 1914. Pada mulanya ISDV sudah mencoba menyebarkan pengaruhnya, tetapi karena paham yang mereka anut tidak berakar di dalam masyarakat Indonesia melainkan diimpor dari Eropa oleh orang Belanda, sehingga usahanya kurang berhasil. Sehingga mereka menggunakan taktik infiltrasi yang dikenal sebagai "Blok di dalam", mereka berhasil menyusup ke dalam tubuh SI oleh karena dengan tujuan yang sama yaitu membela rakyat kecil dan menentang kapitalisme namun dengan cara yang berbeda. Dengan usaha yang baik, mereka berhasil memengaruhi tokoh-tokoh muda SI seperti Semaonen, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin Prawirodirdjo. Adapun faktor-faktor yang mempermudah infiltrasi ISDV ke dalam tubuh SI antar lain:
  1. Centraal Sarekat Islam (CSI) sebagai badan koordinasi pusat memiliki kekuasaan yang lemah. Hal ini dikarenakan tiap cabang SI bertindak sendiri-sendiri. Pemimpin cabang memiliki pengaruh yang kuat untuk menentukan nasib cabangnya, dalam hal ini Semaoen adalah ketua SI Semarang.
  2. Peraturan partai pada waktu itu memperbolehkan keanggotaan multipartai, mengingat pada mulanya organisasi seperti Boedi Oetomo dan SI merupakan organisasi non-politik. Semaoen juga memimpin ISDV (PKI) dan berhasil meningkatkan anggotanya dari 1700 orang pada tahun 1916 menjadi 20.000 orang pada tahun 1917 di sela-sela kesibukannya sebagai Ketua SI Semarang.
  3. Akibat dari Perang Dunia I, hasil panen padi yang jelek mengakibatkan membumbungnya harga-harga dan menurunnya upah karyawan perkebunan untuk mengimbangi kas pemerintah kolonial mengakibatkan dengan mudahnya rakyat memihak pada ISDV.
  4. Akibat kemiskinan yang semakin diderita rakyat semenjak Politik Pintu Terbuka (sistem liberal) dilaksanakan pemerintah kolonialis sejak tahun 1870 dan wabah pes yang melanda pada tahun 1917 di Semarang.[1]
Dan pada saat itu SI pecah menjadi dua kubu yaitu: SI putih dan Si merah. SI putih berhaluan kanan berpusat di kota yogyakarta dengan tokohnya yaitu: H. Agus Salim, Abdul Muis, Suryopranoto dan Sekarmadji maridjan Kartosoewirjo. Dan SI merah berhaluan kiri berpusat di kota Semarang dengan tokohnya yaitu: Semaoen, Alimin dan Darsono.
Hal ini dapat terjadi semenjak Semaoen dan Darsono di keluarkan dari SI, dan pada akhirnya nanti SI merah melebur kedalam partai Komunis, sejak perpecahan ini SI tidak pernah lagi meraih kebesarannya, seperti yang diraihnya empat tahun pasca kelahirannya.[2]
Selain itu juga karena disebabkan oleh kemenangan lenin di rusia dalam revolusi oktober 1917 dan selogan komunis yang anti penjajah merupakan daya pikat tersendiri bagi sebagian kaum pergerakan untuk bergabung dengan partai komunis Hindia, termasuk beberapa Kyai .[3]
Ini membuktikan bahwa anti penjajahan yang dikumandangkan oleh para komunis, seperti angin segar bagi para pelaku pergerakan untuk membebaskan diri dari tangan penjajah, hal ini mungkin menjadi salah satu sebab mengapa komunis bisa masuk kedalam tubuh SI, karena pada dasarnya keduanya mempunyai tujuan yang sama yaitu bebas dari tangan penjajah, walaupun dengan cara yang berbeda. Tetapi perlu diingat bahwa masuknya kominis dalam tubuh SI bukan semata-mata untuk hal yang demikian, tetapi untuk hal yang lebih besar lagi, seperti mengubah indonesia menjadi negara komunis, namun pada saat itu usaha yang dilakukan oleh H.J.F.M Sneevliet melalui ISDV yang dirasa kurang memuaskan dalam usaha penyebaran paham komunis , karena itu ia mencoba menyebarkan dengan suatu organisasi yang sudah di terima dalam masyarakat nusantara, hal yang pertama ia lakukan iyalah menarik hati para pengurus SI disemarang, yang kebetulan sasarannya adalah SI itu sendiri, walaupun demikian SI sangat terbuka terhadap H.J.F.M Sneevliet dan kawan-kawannya, ini terbukti sering diundangnya H.J.F.M Sneevliet kedalam rapat-rapat SI untuk memberi ceramah tentang kebebasan atau keluar dari penjajahan. Dan pada akhirnya H.J.F.M Sneevliet berhasil memecah belah SI menjadi dua blok.
Telah disinggung di depan bahwa pada awalnya SI adalah Serikat Dagang Islam, yang didirikan atas pertimbangan komersil ekonomis. Asas komersil ekonomis itu telah tertukar dengan asas nasionalisme , yang sepenuhnya merupakan haluan politik. Nasionalisme yangb dianut SI adalah nasionalisme lunak karena SI mengambil sikap kooperatif terhadap pemerintah, suasana kehidupan politik setelah tahun1920 berbeda dengan kehidupan politik saan SI mulai berdiri. Pengalaman berpolitik selama sepuluh tahun lebih memberi pandangan luas. Pengaruh gerakan politik dari luar pun telah masuk. Demikianlah , sikap partai SI terhadap kerja sama dengan pemerintah jajahan perlu ditinjau kembali. Meskipun demikian setelah timbulnya perpecahan dalam tubuh SI akibat keluarnya golomngan revolusioner sosialistis yangg dipimpin oleh Semaun dan penggabungan berbagai Si lokal dengan PKI, sebenarnya Partai Serikat Islam menjadi setengah lumpuh.
Tenaga-tenaga revolusioner telah meninggalkan Sarekat Islam. Keuntungannya adalah bahwa asas dan tujuan Sarekat Islam dapat diselamatkan dari penyelewengan golongan Seamaun yang jelas menganut  Paham Komunis Internasional. Bagaimanapun untuk mencapai tujuannya, tidak ada lagi pertentangan dan ketegangan didalamnya. Keretakan dan ketegangan antara para anggota dalam suatu organisasi terbukti menghambat kemajuan menuju realisasi tujuan utama organisasi dan akhitnya perpecahan tidak dapat dihindarkan.[4]
Walaupun demikian terpuruknya keadaan SI pasca banyak ditinggal anggotanya yang memilih berhaluan komunis internasional, namun beberapa tokoh SI mulai bangkit untuk mengembalikan keadaan Si seperti semula, seperti yang dilakukan oleh Haji Agus Salim yang melancarkan gerakan Pan-Islamisme, maksudnya adalah mencari hubungan dan menghimpun segala kekuatan islam yang ada di indonesia yang berarti sudah mengacu pada persatuan islam internasional.
Kongres-kongres mulai digelar, hal ini dilakukan untuk mengurangi perselisihan dan bagaimana cara mewujudkan kerja sama yang baik antara kaum muslimin sesuai yang tertera pada kongres pertama yang diadakan di cirebon, dan pada kongres selanjutkan lebih menitik beratkan kepada islam dan perjuangan islam dalam menghadapi kapitalis, walaupun sayap kiri dari SI berhaluan komunis yang bertentangan dengan kapitalis. Karena pada hakikatnya komunis dan kapitalis tidak dapat disatukan , ia ada untuk saling berbenturan. Dan pada akhirnya SI menjalankan sikap kooperatif kepada pemerintah , yang sejak semula ditentukan oleh pimpinan SI , pada kongres kedua tahun 1917.
Bila dilihat ulang perjuangan SI dalam kebangkitan nasional memang cukup berat ini dikarenakan terpecahnya SI menjadi dua kubu berbeda yaitu SI putih dan SI merah, perpecahan ini sedikit mengejutkan karena SI merah justru menggunakan paha komunisme didalamnya, yang memiliki selogan anti penjajahan.walaupun perpecahan di dalam tubuh SI sangat rumit, namun dapat dilihat bahwa ada keunikan yang terjadi, yaitu berjalannya islam dengan kominis dalam jalan yang sama untuk terhindar dari penjajahan, walau pun dengan caranya masing-masing. Tetapi demikian perjuangan kebangkitan yang dilakukan oleh SI adalah salah satu gerakan pertama indonesia untuk menggapai kemerdekaan walaupn sangat lama, namun demikian dala sejarahnya perjuangan SI sangat sulit digantikan dalam sejarah indonesia.
NOTE:
[1] id.wikipedia.org/wiki/sarekat_islam
[2] Maarif, Ahmad Syafii (2009). ISLAM DALAM BINGKAI KEINDONESIAAN DAN KEMANUSIAAN: SEBUAH REFLEKSI SEJARAH. PT Mizan Pustaka.Bandung. Hal : 103
[3] Maarif, Ahmad Syafii (2009). ISLAM DALAM BINGKAI KEINDONESIAAN DAN KEMANUSIAAN: SEBUAH REFLEKSI SEJARAH. PT Mizan Pustaka.Bandung. Hal :104
[4] Muljana, Slamet (2008). KESADARAN NASIONAL.PT LkiS Pelangi Aksara Yogyakarta. Yogyakarta. Hal : 130-131

Budi Utomo


Abdurrahman / SI IV
Budi utomo adalah suatu organisasi pemuda yang didirikan dan disahkan pada hari Rabu 20 Mei 1908. Organisasi Budi Utomo didirikan oleh Dr.Sutomo dan para mahasiswa STOVIA  yaitu Goenawan Mangoenkusumo dan Suraji atas usulan dan gagasan Dr.Wahidin Sudirohusodo dan para pelajar STOVIA lainnya untuk memajukan dan meningkatkan derajat bangsa Indonesia.[1]
Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi dan kebudayaan tetapi tidak bersifat politik. Budi Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia walaupun pada saat itu organisasi ini awalnya ditunjukan bagi golongan berpendidikan Jawa. Budi Utomo mengalami fase perkembangan penting saat kepemimpinan Pangeran Noto Dirjo. Saat itu Douwes Dekker, seorang Indo-Belanda yang sangat properjuangan bangsa Indonesia, dengan terus terang mewujudkan kata "politik" ke dalam tindakan yang nyata. Berkat pengaruhnyalah pengertian mengenai "tanah air Indonesia" makin lama makin bisa diterima dan masu ke dalam pemahaman orang Jawa.[2]
Untuk mengpropagandakan pendiriannya, organisasi pelajar Budi Utomo ini kemudian membuat surat edaran yang ditujukan kepada segala lapisan penduduk Bumiputera dengan memakai bahsa Jawa, Melayu dan bahsa Belanda. Adapun pendirian dari organisasi Budi Utomo ini antara lain : "Jangka pendek akan menyatukan penduduk Bumiputera dan jangka panjang akan membentuk organisasi umum di Jawa ("Algeemen Javasche Bond"), dengan adanya suatu persaudaraan nasional ("Nationale Broederschap), yang tidak memandang perbedaan ras, jenis kelamin dan kepercayaan. Sebagai tujuannya dinyatakan secara samar-samar dalam bentuk semboyan : "Hindia maju, ("Indie Vooruit").
            Dari pendirian Budi Utomo tersebut nampak dengan jelas, bahwa para pelajar STOVIA, sebagai pendiri Budi Utomo yang pertama dalam mengungkapkan cita-citanya atau tujuan akhirnya tidak memakai istilah "Jawa maju" (Java Vooruit) seperti yang telah dipakai oleh ketiga putri Jepara :akan tetapi mereka memakai istilah "Hindia maju" (Indie Vooruit). Juga dalam mengungkapkan jangkauan organisasi Budi Utomo mereka tidak memakai istilah "een Algemeen Javaansche Bond" (suatu perserikatan umum orang jawa) atau dalam bahasa inggrisnya "General Javanees Union" atau "the all Javanese Union", tetapi mereka mempergunakan istilah "een Algemeen Javasche Bond" ("suatu perserikatan umum di Jawa") atau dalam bahasa Inggrisnya "General Union in Java". Dengan demikian jelaslah bahwa semula berdirinya Budi Utomo tidak hanya merupakan suatu organisasi perserikatan kebudayaan (orang ) Jawa, melainkan merupakan suatu organisasi untuk umum di Jawa. Memang semula jangkauan geraknya akan terbatas pada penduduk pulau Jawa dan pulau Madura, tetapi kemudian meluas untuk penduduk Hindia (Indonesia) seluruhnya, tanpa memperhatikan perbedaan keturunan, jenis kelamin dan kepercayaan. Hal itu berarti adanya suatu usaha untuk membuat suatu wadah persatuan bagi seluruh penduduk (Bumiputera) di Hindia Belanda (Indonesia). Usaha semacam itu tentunya berlandaskan pada pola berfikir Indonesia-sentris yang mengatasi pola berfikir Regiosentris (kedaerahan) atau ethno-centris (kesukuan). Pola berfikir Indonesia-sentris inilah yang membawa kebangkitan, "Nasionalisme-Indonesia", yang dalam kelakuan manusia menimbulkan sikap Nasionalistis Indonesia. Sikap nasionalistis Indonesia dalam bentuk permulaannya atau "sikap protonasionalistis Indonesia" itu nampak pada sikap para pemimpin pelajar STOVIA pada awal berdirinya Budi Utomo (dari bulan Mei s/d Oktober 1908).
            Demikianlah antara tanggal 3 s/d 5 Oktober 1908 di Yogyakarta berlangsung kongres Budi Utomo yang pertama kali, yang oleh surat kabar Bataviaasch Nieuwsblad dianggap sebagai kongres Nasional yang pertama kali diadakan secara modern di Indonesia. Pada saat itulah pimpinan Budi Utomo beralih dari tangan generasi muda kepada generasi yang lebih tua yang terutama terdiri dari para priyayi rendahan. Pada waktu itu nampak pula adanya dua aliran faham yang berbeda dalam tubuh organisasi Budi Utomo. Disatu pihak menghendaki agar supaya keanggotaannya hanya terbatas pada para ambtenaar terpelajar saja dan bergerak dalam bidang kebudayaan dan bidang sosial, terutama dibatasi sampai urusan pelajaran sekolah di pihak lain berkehendak supaya haluan organisasi menuju ke arah gerakan kebangsaan yang demokratis, yang menuntun agar nasib seluruh rakyat mendapat perhatian. Fihak yang pertama didukung oleh golongan tua dengan Dr.Radjiman Wedyodipuro (kelak Wediyodiningrat) sebagai pemukanya. Fihak kedua dikemukakan oleh golongan muda dengan dr. Tjipto Mangunkusumo dan Surjodiputro sebagai juru bicaranya. [3]
            Setelah perdebatan yang panjang tentang corak Budi Utomo, maka Pengurus Besar memutuskan untuk membatasi jangkauan geraknya kepada penduduk Jawa dan Madura dan tidak akan melibatkan diri dalam kegiatan politik. Bidang kegiatan yang di pilih oleh karena itu ialah bidang pendidikan dan kebudayaan. Karena kebanyakan penduduknya ialah golongan pria rendahan, maka dapat dipahami mengapa Budi Utomo menganggap perluasan pendidikan barat. Pengetahuan bahasa Belanda mendapat prioritas pertama, karena tanpa bahasa itu seseorang tidak dapat mengharapkan kedudukan yang layak dalam jenjang kepegawaian Kolonial. Dengan demikian, maka Budi Utomo cendrung untuk memajukan pendidikan bagi golongan priyayi dari pada bagi penduduk BumiPutera pada umumnya. Sasaran Budi Utomo merubah dari " Kemajuan untuk mempertahankan penghidupan" menjadi " Kemajuan secara serasi". Hal itu menunjukkan pengaruh golongan tua yang moderat dan golongan priyayi yang lebih mengutamakan jabatannya. Dengan demikian, maka sikap "protonasionalistis" dari pada pemimpin pelajar yang kentara pada awal berdirinya Budi Utomo, kini terdesak kebelakang. 
            Setelah dua pemimpinnya yang berbeda pendapat dengan anggota Pengurus Besar, yaitu dr. Tjipto Mangunkusumo dan Surjodiputro, berhenti dari badan pengurus (oktober 1909), maka Pengurus Besar Budi Utomo tersebut menjadi lebih seragam. Setelah persetujuan yang diberikan pemerintah kepada Budi Utomo sebagai badan hukum (....1909), maka diharapkan organisasi itu akan melancarkan aktivitasnya secara luas. Tetapi segera Budi Utomo menjadi lamban, yang sebagian disebabkan kesulitan keuangan. Lain dari pada itu Bupati telah mendirikan organisasi sendiri ("Sedio Muljo" th. 1911), para pemuda STOVIA dan anggota lainnya berhenti sebagai anggotanya karena kecewa terhadap jalan yang telah ditempuh Budi Utomo. Walaupun pada akhir tahun 1909 Budi Utomo telah mempunyai cabang 40 tempat dengan numlah anggota lebih kurang 10.000 orang, namun perkembangan selanjutnya usaha Budi Utomo makin lama makin merosot. Bahkan Budi Utomo semakin kehilangan kedudukan monopolinya setalah muncul organisasi nasional lainnya, seperti : Sarekat Islam, yang beraliran nasionalisme, demokartis dengan dasar agama ; Indische Partij yang beraliran Indisch-nasionalisme radikan dan Muhammadiyah yang beraliran keinginan mengadakan pengajaran modern berdasarkan agama serta kebangsaan diluar politik.
Perkembangan selanjutnya merupakan periode yang paling lamban bagi Budi Utomo. Aktivitasnya hanya terbatas pada penerbitan majalah bulanan Goeroe Desa dan beberapa petisi, yang dibuatnya kepada pemerintah berhubung dengan usaha meninggalkan mutu sekolah menengah pertama. Tatkala kepemimpinan pengurus pusat makin lemah, cabang-cabang melakukan aktivitas sendiri yang tidak banyak hasilnya. Pemerintah yang mengawasi perkembangan Budi Utomo sejak berdirinya dengan penuh perhatian dan harapan, akhirnya menarik simpulan, bahwa pengaruh Budi Utomo terhadap penduduk pribumi tidak begitu besar. Bebrapa bagian pemerintahan tampaknya merasa puas karena ketidakmampuan Budi Utomo itu, tetapi G.A.J.Hazeu, penasihat pemerintah untuk urusan pribumi, merasa kecewa karena kelambanan organisasi itu.
Tirtukusumo berhenti padan tahun 1912 dan ketua Budi Utomo yang baru, Pangeran Noto Dirodjo berusaha dengan penuh tenaga mengejar ketinggalan. Dengan ketua yang baru itu, perkembangan Budi Utomo tidak pesat lagi. Hasil-hasil yang pertama dicapainya oleh ketua berketurunan Paku Alam itu ialah perbaikan pengajaran di daerah kesultanan/kesunanan. Budi Utomo mendirikan organisasi dana belajar Darmoworo. Akan tetapi, hasilnya tidaklah begitu besar. Sukses-sukses yang kecil itu makin tidak berarti dan berada dibawah bayangan munculnya organisasi nasional lainnya, terutama:
1.      Serekat Islam, yang didirikan pada tahun 1911, berasaskan dasar hubungan spiritual agama dan kepentingan perdagangan yang sama, berkembang menjadi gerakan rakyat yang pertama dan sebenarnya di Indonesia.
2.      Indische Partij, yang berdiri pada masa bersamaan mempropagandakan "Nasionalisme Hindia" dan bergerak dalam bidang politik.
Kedua partai itu menarik unsur-unsur yang tidak puas dari luar Budi Utomo. Sungguhpun prinsip-prinsip utama tentang netralisasi agama dan aktivitas non-politik Budi Utomo membedakan dirinya dengan organisasi-organisasi lain, ia harus menghadapi kenyataan pahit bahwa selama prinsip-prinsip itu dipertahankan dengan sifat  yang pasif tidaklah dapat diharapkan pengaruhnya akan makin meluas.[4]
Kutipan
1.      Nur Asiah (2009). Pahlawan Nasional Indonesia. Mediantara Semesta. Jakarta. Hal : 19
3.     (2003) Sejarah Kebangkitan Nasioanal Daerah Jawa Timur : Hal 45-48
4.      Poesponegoro,Mawarti Djoened (2012) Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta.Balai Pustaka : Hal 336 – 337
Daftar Pustaka
1.      Poesponegoro,Mawarti Djoened (2012).Sejarah Nasional Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.
2.      Asiah,Nur (2009).Pahlawan Nasional Indonesia.Jakarta: Mediantara Semesta

MANAJEMEN PENDIDIKAN DI BELANDA



Putri Amelia/SP
Pendidikan tinggi di Belanda telah diakui reputasinya di dunia. Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang pernah studi di universitas atau institusi di Pendidikan Tinggi Belanda memiliki kinerja yang sangat baik dimanapun berada. Untuk negara kecil seperti Belanda, orientasi internasional, termasuk pendidikan dan pelatihan merupakan kaharusan untuk dapat bertahan ditengah arus dunia yang semakin internasional. [1]
Pendidikan tinggi di Belanda terkenal berkat kualitasnya yang tinggi dengan lebih dari 1700 progran dan kursus. Pendidikan tinggi di Belanda memiliki program pendidikan berbahasa inggris terbesar di Eropa. Pendidikan tinggi di Belanda juga memiliki sistem biner yang berarti dapat memilih dua jenis pendidikan seperti pendidikan berorientasi pendidikan dan pendidikan profesional tinggi. [2]
Manajemen pendidikan di Belanda :
1.Otorita
Sistem pendidikan Belanda didasarkan pada status yang kuat dan berfungsi sebagai dasar peraturan-peraturan yang lebih rinci dalam bidang-bidang tertentu. Peraturan dibuat menurut urutan atau hierarki. Parlemen dapat menentukan bahwa hasil pembicaraan di dewan pendidikan harus terlebih dahulu disampaikan ke Parlemen sebelum peraturan itu dilaksanakan. Peraturan atau undang-undang ituberkaitan dengan pendanaan dan organisasi pendidikan.Bentuk sistem pendidikan Belanda ialah sentralisasi. Tanggung jawab pemerintah pusat terletak pada hal-hal yang berhubungan dengan organisasi, pendanaan (termasuk status hukum kepegawaian), inspeksi, ujian, dan inovasi promosi. Pejabat-pejabat provinsi bertanggung jawab terutama atas tugas-tugas pengawasan serta mempunyai peran dalam hal pelaksanaan pendidikan orang dewasa, dan juga lebih banyak dilibatkan dalam tugas-tugas perencanaan dan penasihatan.
Kementrian Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan dipimpin oleh seorang Menteri yang bertanggung jawab mengkoordinasikan kebijakan-kebijakan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Menteri dibantu oleh seorang sekretaris negara dengan tanggung jawab khusus atas pendidikan dasar dan menengah. Pada tahun 1990, Inspektorat Pendidikan mempunyai 14 kantor di tingkat regional  dengan 500 orang staf tetap, 237 orang diantaranya adalah inspektur. Tugas kantor inspektorat adalah mengawasi pembangunan, menjaga bahwa semua peraturan berjalan sebagaimana mestinya, meningkatkan pembangunan pendidikan, dan melaporkan kepada menteri, baik diminta atau atas inisiatif sendiri. Inspektor Pendidikan Tinggi juga bertanggung jawabmenyusun dan memberikan dukungan terhadap tim evaluasi universitas saat melakukan evaluasi diri, dan bertanggung jawab juga menyanpaikan laporannya yang independen tentang keadaan pendidikan di parlemen.
Keputusan-keputusan berkenaan dengan struktur sistem pendidikan dibuat di tingkat parlemen nasional berdasarkan proposal pemerintahan pusat. Keputusan mengenai kurikulum dibuat oleh kepala sekolah dan guru-guru, namun tujuan akhir program-program pendidikan dan hampir semua ujian akhir tingkat sekolah menengah mengikuti standar nasional.
Dewan penasihat eksternal memberi nasihat dan saran kepada Menteri Pendidikan dan Ilmu pengetahuan tentang kebijakan yang akan dilaksanakan. Dewan pendidikan dan Penasihat Pendidikan membuat rekomendasi mengenai kebijakan pendidikan secara umum. Menteri membicarakan kebijakan dan perencanaan dengan berbagai konsultatif yang meliputi perwakilan-perwakilan badan pendidikan, dengan orang tua, stafdan siswa atau mahasiswa. Perguruan tinggi HBO dan universitas masing-masing memiliki organisasi sendiri untuk berkonsultasi. Ada empat organisasi besar yang memayungi pendidikan di Belanda, yaitu satu untuk katolik, satu untuk protestan, satu untuk swasta nondenominasi, dan satu untuk sekolah-sekolah negeri yang mewakili orang tua,persatuan guru-guru, organisasi "school boards", pendidikan nonformal, pusat-pusat konsultasitempat orang tua dan staf berpartisipasi.
2. Pendanaan
Pendidikan formal dibiayai oleh Kementrian Pendidikan dan llmu Pengetahuan kecuali pendidikan pertanian yang dibiayai oleh Kementrian Pertanian dan Perikanan. Dana tersebut bersumber dari penghasilan pajak dalam jumlah yang sangat terbatas, dari sekolah, kursus, dan uang sekolah. Lembaga pendidikan tinggi dapat mengumpulkan uang daripengajaran atau penelitian yang dilaksanakan atas dasar kontrak. Pendidikan yang tidak didanai oleh pemerintah juga merupakan sektor yang cukup besar, yang dana seluruhnya dibayar oleh peserta pendidikan, orang tua, atau majikan yang menyekolahkan stafnya. Dana pemerintah dialokasikan untuk pendidikan sesuai persyaratan tertentu. Peraturan yang terpisah mengatur pendanaan untuk staf, investasi, dan untuk biaya operasional. Aspek-aspek pendanaan pendidikan mencakup jumlah murid, lama waktu pendidikan, besarnya kelas, dan skala gaji guru-guru.
Negara Belandamerupakan salah satu anggota OECD (Organization for economic Co-operation and Devolopment) yang menggunakan pesentase tertinggi dari GNP-nya untuk pendidikan (Gross National Products).  Antara tahun 1976 dan 1987 pengeluaran pemerintah untuk pemerintahan terus meningkat.
3. Personalia
Pendidikan guru adalah bagian dari pendidikan tertinggi. Guru-guru sekolah dasar dididik pada perguruan tinggi profesional atau fakultas-fakultas yang khusus untuk pendidikan untuk sekolah dasar (PABO's). Kuliah berlangsung selama 4 tahun, dan memprogramkan agar guru-guru yang mengajar disekolah dasar mampu mengajarkan semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. Mahasiswa yang mendaftar pada lembaga keguruan meningkat dengat cepat (1987:3,000-4,000 orang;1990:6,000) setelah menurun sebelum 1987. Jumlah tamatan juga meningkat (1987:1,700 orang; 1989:2,600 orang).
Guru-guru sekolah menengah harus memiliki kualifikasi "Grade" satu atau kualifikasi "Grade" 2. Guru yang berkualifikasi "Grade" 2 boleh mengajar pada level tiga tahun pertama di VWO dan HAVO, dan di sekolah-sekolah MAVO, VBO, dan MBO. Guru-guru berkualifikasi boleh "Grade" 1 boleh mengajar pada semua kelompok umur pada semua jenis sekolah menengah. Kuliah penuh untuk pendidikan guru-guru "Grade" 2 dalam mata pelajaran umum, diselenggarakan pada perguruan tinggi profesional selama 4 tahun. Mahasiswa mengambil spesialisasi  dalam satu mata pelajaran atau bidang studi dan hanya boleh mengajar, selain bidang keahliannya, mata pelajaran pendukung pada level tertentu. Semenjak tahun 1979, diadakan kuliah eksperimen dfalam mata pelajaran teknik yang berlangsung selama 5 tahun. Jumlah mahasiswa pada program ini meningkat (1987:3,148 orang;1990: 4,427 orang), walaupun jumlah lulusannya menurun (1987: 2,254 orang; 1989: 1,755 orang).
Untuk mendapatkan guru-guru yang berkualifikasi "Grade" 1, mahasiswa yang telah menyelesaikan satu program gelar nonkependidikan di universitas, perlu mengikuti pendidikan satu tahun di perguruan tinggi keguruan. Pendidikan guru yang terdiri dari dua lapis padsa pendidikan tinggi sepenuhnya didanai oleh pemerintah. Untuk mengajar pada pendidikan khusus diperlukan mengambil pendidikan dua tahun setelah mendapatkan kualifikasi mengajar HBO. Kuliah paruh waktu juga disediakan padaperguruan tinggi profesional untuk program kualifikasi "Grade" 1 dan "Grade" 2. Jumlah peminat untuk program keguruan kenyataannya menurun. Ulasan negatif di  media masa menyebutkan bahwa gaji rendah, sedikit kesempatan untuk promosi serta kurangnya mobilitas telah membuat profesi ini menjadi kurang menarik. Sebagai konsekuensinya, rekrutmen guru-guru baru menjadi masalah dan meminta pemikiran yang sungguh-sungguh.
Guru-guru sekolah dasar normalnya bekerja 40 jam seminggu. Pada sekolah menengah, standar beban mengajar guru adalah 29 jam pelajaran. Tugas guru mencakup mengajar dan tugas lainnya (nonteaching). Guru-guru yang dibebani tugas-tugas ekstra, dibebaskan sebagian dari tugas mengajar. Dosen-dosen perguruan tinggi diatur dengan satu bentuk peraturan sendiri didasarkan pada peraturan pegawai negeri, tetapi dimodifikasi sesuai keadaan di universitas. [3]
Kebebasan pendidikan yang digariskan undang-undang dasar memerlukan standar yang telah ditetapkan oleh Kementrian dan Ilmu Pendidikan. Standar ini mencakup mata pelajaran yang di wajibkan untuk jenis sekolah tertentu, dan peraturan yang mengikat lainnya mengenai isi ujian-ujian sekolah. Hampir semua sekolah di Belanda, murid-murid naik secara otomatis dari "Grade" ke "Grade" yang lebih tinggi.Penelitian pendidikan berupa investigasi atas pendidikan yang diberikan dan tingkat keberhasilan dapat membantu kegiatan mengontrol kualitas. [4]
Sesudah perang 80 tahun berakhir pemerintah Belanda mendirikan 4 universitas, seperti di Leinden (1575), Franeker (1585), Groningen (1614), Utrecht (1636) dan 10 buah sekolah Gymnasium. Pembukaan sekolah dasar tidak ketinggalan, tapi usaha mendirikannya tyerutama didorong oleh gereja. Wewenang pemerintah dalam soal pendidikan dan hak gereja dalam soal pelajaran agama adalah hasil perjuangan gagasan perpisahan gereja dan negara dalam abad ke-18 di daratan Eropa dan dimenangkan oleh Revolusi Perancis.
Pendidikan agama di sekolah diwajibkan menurut undang-undang dari tahun 1806. Sumbernya terletak pada tempat lain, yang memaksa pemerintah menjadi bersikap "netral" karena tuntutan guruharus memperlihatkan contoh kehidupan beragama tidak dapat dipenuhi. Raja Williem II berikhtiar menghilangkan hambatan-hambatan yang menyampaikan usul-usul dengan membentuk satu komisi yang menyampaikan usul-usul perbaikan. Hasil komisi ini dikeluarkan Keputusan Raja tahun 1842, yang tidak memenuhi harapan golongan-golongan yang tidak puas. Sebab komisi ini telah mengusulkan untuk meneruskan permohonan pengesahan sekolah kepada raja kalau ditolak oleh pemerintah kotapraja, tapi usulan tidak menjadi bagian dari keputusan Raja. Di tanah jajahan di Indonesia soal otorisasi sekolah-sekolah swasta dihidupkan pada akhir masa jajahan dalam bentuk pembatasan sekolah-sekolah swasta melalui pengesahan oleh wakil pemerintah Belanda seperti kontrolir menurut syarat-syarat tertentu. Hal itu ditentang oleh semua organisasi sekolah swasta, istimewa oleh almarhum Ki Hadjar Dewantara. [5]
Disisi lain, Belanda diakui dunia sebagai negara yang memiliki standar internasional. Pendidikan di Belanda sangat ditekankan dan menjadi salah satu masalah prioritas pemerintah mulai dari tingkat pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi/universitas. Dunia sendiri mengakui prestasi Belanda didunia pendidikan, terbukti 11 dari universitas di Belanda masuk rangking 200 universitas terbaik dunia.
DaftarPustaka :
[1] http://cor-amorem.blogspot.com/2010/06/pendidikan-di-belanda.html
[2] http://www.nesoindonesia.or.id/sistem-pendidikan
[3] Syah Nur,Agustiar (2001). Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Lubuk Agung. Bandung. Hal : 83
[4] http://rifnihayati97.blogspot.com/2012/05/sistem-pendidikan-di-belanda.html
[5] Said, M (1981). Pendidikan Abad Kedua puluh Dengan Latar Belakang Kebudayaannya. Mutiara. Jakarta. Hal : 82

SISTEM PENDIDIKAN DI BELANDA



Anisa Mutiara Priyadi/SP
Sistem pendidikan di Belanda sangat berbeda dengan sistem pendidikan di Asia, Amerika, bahkan di sebagian besar wilayah Eropa. Adapun beberapa negara yang menerapkan pendidikan yang hampir sama dengan Belanda adalah Jerman dan Swedia. Salah satu perbedaan sistem pendidikan di Belanda adalah penjurusan yang sudah dimulai sejak pendidikan di tingkat dasar dengan mempertimbangkan minat dan kemampuan akademis siswa yang bersangkutan.[1]
Akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 di Belanda merupakan masa mengkristalnya pola pengaruh dan kekuasaan menjadi dua, pertama garis politik dan kedua garis agama.Pola inilah yang terefleksi dalam kehidupan sosial masyarakat di Belanda.Kebebasan di bidang pendidikan telah digariskan dalam Konstitusi Belanda dan ini tergambar dalam sistem pendidikan.
Majelis atau dewan pendidikan (school boards) diizinkan atas hak-hak sebagai berikut:
1.      Kebebasan mendirikan, yaitu kebebasan mendirikan sekolah berdasarkan ideologi atau keperluan masyarakat apa saja : ini berkaitan dengan kriteria kuantitatif, bukan kualitatif.
2.      Kebebasan ideologi, yaitu kebebasan bagi pejabat yang kompoten pada sekolah yang diasuh oleh denominasi agama untuk menyelenggarakan pendidikan berdasarkan prinsip penentuan sendiri jenis ideologi yang dianut.
3.      Kebebasan struktur, yaitu kebebasan bagi pejabat yang kompoten untuk menentukan isi dan metode pendidikan. Kebebasan ini dibatasi oleh negara dengan memberikan persyaratan-persyaratan kualitatif. [2]
Kesamaan kesempatan berpendidikan, perbaikan kualitas pendidikan, dan pengembangan tanggung jawab individu dan kewarganegaraan merupakan tujuan umum politik pendidikan Belanda. Secara lebih khusus, sistem pendidikan Belanda berusaha mencapai tujuan pendidikan sebagai berikut :
1.      Melaksanakan keadilan terhadap berbagai ideology yang terdapat dalam masyarakat,
2.      Meningkatkan persamaan kesempatan belajar bagi berbagai kelompok masyarakat yang berbeda-beda,
3.      Meningkatkan pertukaran kultural,
4.      Meningkatkan mobilitas dan integrasi sosial,
5.      Mempertahankan dan mengembangkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat,
6.      Mendidik ahli-ahli dan mengembangkan keahliannya pada level-level yang berbeda,
7.      Meningkatkan demokratisasi dan emansipasi,
8.      Meningkatkan desentralisasi administrasi dan manajemen,
9.      Meningkatkan inovasi budaya.[4]
Secara umum, sistem pendidikan di Belanda  dapat dikategorikan sebagai berikut :
  1. Pendidikan Tingkat Dasar dan lanjutan (Primary and Secondary Education)
  2. Pendidikan Tingkat Menengah Kejuruan (Senior Secondary Vocational Education and Training)
  3. Pendidikan Tingkat Tinggi (Higher Education)
Berikut keterangan dari masing-masing sistem pendidikan tersebut :
  1. Pendidikan Tingkat Dasar dan Lanjutan (Primary and Secondary Education)
·         Wajib sejak berumur 5 tahun
·         Berlangsung selama kurang lebih 8 tahun
·         Di tahun terakhir, para siswa sudah dianjurkan untuk memilih pendidikan lanjutan yang akan mereka jalani.
2.      Pendidikan Tingkat Menengah Kejuruan
·         Dimulai sejak siswa berumur 12 tahun, dan diwajibkan sampai umur 16 tahun.
3.      Pendidikan Tingkat Tinggi
·         VMBO (Program 4 tahun) memberikan pendidikan yang merupakan gabungan dari pendidikan umum dan kejuruan (Senior Secondary Vocational and Training)
·         HAVO (5 tahun) dan VWO (6 tahun) merupakan pendidikan selektif. Dua jenis pendidikan yang memberikan akses langsung ke sistem pendidikan tingkat tinggi (HigherEducation). [1]
Pendidikan dasar diatur dengan undang-undang tahun 1920, dan undang-undang tentang Taman Kanak-kanak ditetapkan tahun 1955. Parlemen menyetujui undang-undang baru tentang Pendidikan Dasar pada tahun 1981, dan berlaku mulai tahun 1985 dan pada saat inilah Taman Kanak-kanak dan sekolah dasar digabungkan menjadi satu sehingga merupakan satu format pendidikan dasar baru bagi anak-anak mulai usia 4 tahun sampai 12 tahun. Pendidikan adalah wajib mulai usia 5 sampai 17 tahun yang ditetapkan dengan Undang-undang Wajib Belajar tahun 1975, dan antara umur ini ternyata 100% anak-anak mengikuti pendidikan. Sekolah dasar berlangsung selama 8 tahun. Sekolah-sekolah di Belanda terbagi dalam beberapa kategori, yaitu : sekolah pemerintah atau negeri (dengan jumlah murid 31% dari keseluruhan murid sekolah dasar), sekolah swasta yang bukan bersifat keagamaan (nondenominational) dengan jumlah murid 5%, sekolah Katolik Roma (32%), dan sekolah Protestan (32%). [4]
Anak-anak yang dijadikan pusat perhatian, bukan lagi bahan pelajaran.Bahan pelajaran tidak lagi ditetapkan untuk satu tahun pelajaran tertentu.Menurut pengaturan ini tidak ada lagi anak-anak yang tinggal kelas, walaupun begitu masih ada sekolah yang menerapkan sistem kenaikan kelas dan tidak naik kelas. Pelajaran diberikan disekitar 4 obyek:
1.      Kecakapan instrumental dan kebudayaan, yang mengutamakan pelajaran bahasa, termasuk bahasa inggris, menulis dan berhitung.
2.      Pengenalan dunia (sejarah, geografi, biologi, fisika, hygiene dan lalu lintas).
3.      Saluran-saluran berekspresi (kerajinan tangan, music, dan menggambar).
4.      Olahraga. [3]
Di Belanda pendidikan khusus tercatat 20 macam, mulai dari sekolah bagi anak-anak yang mengalami ketidakmampuan belajar sampai pada anak-anak dengan cacat ganda. Pendidikan khusus ini melayani anak-anak dari usia 3 tahun yang membutuhkan pertolongan lebih banyak dari anak-anak biasa, baik yang berada di sekolah dasar maupun di sekolah menengah. Pada prinsipnya, sekolah khusus disediakan bagi anak-anak pada kelompok umur yang sama. Usia yang dapat diterima pada sekolah khusus bervariasi tergantung pada jenis sekolah, dan biasanya antara usia 3 dan 6 tahun. Pada sekolah menengah umur 12 tahun ke atas dengan batas maksimum 20 tahun.Pengecualian hanya dilakukan terhadap kasus-kasus luar biasa.
Kira-kira 60% anak-anak  yang tamat dari sekolah khusus melanjutkan sekolahnya ke sekolah menengah, 6% masuk ke sekolah dasar, dan selebihnya tidak meneruskan pendidikannya. Bantuan untuk transisi dari sekolah khusus sampai mereka mendapatkan pekerjaan dikelola pada tingkat lokal.Ada usaha yang sungguh-sungguh untuk mengintegrasikan siswa-siswa cacat ke dalam kelas dan sekolah-sekolah biasa.
Struktur sekolah menengah umum dirombak seluruhnya melalui Undang-undang tentang Pendidikan Menengah (Secondary Education Act) tahun 1968 yang disebut "Mammoth Act". Semenjak itu, sekolah menengah umum terdiri dari empat jenis sekolah, yaitu :
1.      Pendidikan prauniversitas (secondary grammar school)
2.      Sekolah menengah kejuruan tingkat pertama dan tingkat atas
3.      Akademi vokasional
4.      Dan sekolah jenis lain, seperti kursus-kursus sosial bagi pekerja-pekerja muda yang diselenggarakan baik secara paruh waktu atau purna waktu.
Yang terakhir ini sesungguhnya bukanlah pendidikan nonvokasional, dan dimaksudkan bagi anak-anak muda yang pendidikan wajibnya tidak dapat diselesaikan sepenuhnya. Terdapat juga bentuk pendidikan vokasional khusus dengan pola pemagangan (apprenticeships) : siswa-siswa pengikut program menerima pendidikan teori di sekolah atau pusat pendidikan vokasional, dan pendidikan praktek dilaksanakan diperusahaan tempat mereka bekerja. Dengan pola pemagangan ini, pendidikan utama (teori) berlangsung selama dua tahun, sedangkan pendidikan praktek selama satu tahun.
Dalam tahun 1982, pendidikan menengah pada umumnya diatur secara vertikal, dengan asumsi bahwa anak-anak usia 12 tahun dapat diseleksi dan diarahkan untuk berbagai tipe pendidikan atas dasar kecenderungan atau bakat akademiknya (scholastic aptitude). Kelas transisi, tahun pertama pada sekolah menengah, menjembatani kepincangan antara sekolah dasar dan sekolah menengah, dan menentukan arah ke berbagai jenis sekolah menengah.
Pendidikan prauniversitas (VWO) berlangsung selama 6 tahun dan mempersiapkan anak-anak untuk memasuki universitas atau akademi-akademi yang lebih bersifat professional (HBO).Sekolah menengah umum tingkat atas (HAVO) berlangsung selama 5 tahun, dan sekolah menengah umum tingkat pertama (MAVO) 4 tahun.HAVO disusun terutama untuk mempersiapkan murid-murid memasuki pendidikan professional.Setelah menamatkan MAVO siswa dapat memasuki HAVO tahun keempat, dapat juga masuk ke sekolah menengah kejuruan tingkat atas (MBO), masuk ke program pemagangan, atau masuk ke pendidikan nonformal secara paruh waktu.
Pendidikan tinggi terdiri dari tiga jenis : sekolah tinggi professional, universitas, dan universitas terbuka. Sekolah tinggi professional (HBO) memberikan pendidikan teori dan praktek untuk pekerjaan yang menuntut kualifikasi keterampilan yang tinggi.Sekolah ini menerima lulusan dari berbagai sekolah menengah tingkat atas (HAVO, VWO, dan MBO).Dalam tahun-tahun 1960-an, sekolah tinggi professional yang diatur dengan Undang-undang Pendidikan Sekolah Menengah, makin dianggap sebagai bentuk pendidikan tinggi.Statusnya seperti itu diakui pada tahun 1986, dan pada tahun 1992 dengan undang-undang pendidikan.
Pendidikan universitas merupakan pendidikan akademik yang didapat secara independen dan sebagai persiapan untuk tugas-tugas dalam masyarakat yang menuntut gelar atau kualifikasi universitas. Universitas memberikan hamper 100 macam bidang studi yang menawarkan gelar, yang dapat dipilih dan disusun oleh mahasiswa, baik yang mata kuliahnya bersifat wajib atau opsional. Oleh karena terbatasnya tempat, maka keputusan dibuat setiap tahun, apakah jumlah penerimaan mahasiswa baru untuk bidang tertentu perlu dibatasi atau tidak.
Semenjak tahun 1982, pendidikan tinggi terdiri dari sistem dua lapis, lapis pertama berupa "undergraduate" yang dapat diselesaikan sampai 4 tahun, dan lapir kedua tingkat "graduate" atau Pascasarjana (1-4 tahun). Ada 14 universitas di Belanda, 10 universitas negeri, 1 universitas punya kotapraja, dan 3 buah universitas swasta.Yang dapat masuk ke universitas adalah tamatan VWO dan HBO. [4]


DAFTAR PUSTAKA :
[1] http://handinisuwarno.wordpress.com
[2] http://rifnihayati97.blogspot.com
[3] Said, M,1981,Pendidikan Abad ke-20, Jakarta : Penerbit Mutiara
[4] Nur Syah Agustiar,2002,Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara,Bandung : Lubuk  Agung