KEHIDUPAN SUKU TALANG MAMAK

Oleh: Fitri Vidianingsih/SR

Tanah dan hutan bagi suku Talang Mamak merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dapat di pisahkan. Sejak ratusan tahun lalu, mereka hidup damai menyatu dengan alam. Mata pencarian utama masyarakat Talang Mamak adalah menanam padi di ladang beserta menanam sayuran dan palawija. Para lelaki masih melakukan kegiatan berburu, meramu di hutan dan menangkap ikan di sungai. Selain itu, mata pencaharian lainnya jika hasil ladang sudah habis adalah menyadap getah karet. Semua hasil itu akan dijual melalui  seorang perantara untuk dibawa ke produsen yang lebih besar. Kegiatan bertani dilakukan dengan sistem ladang berpindah. Dimana mereka masih mempercayakan kekuatan gaib yang kuat dan berpengaruh pada pola perpindahan dan pembukaan ladang serta penentuan hari bercocok tanam.
Kegiatan ladang beringsut (ladang berpindah) memang menjadi tradisi suku Talang Mamak sejak dulu. Namun, pola ladang  beringsut ini memiliki kearifan terhadap alam dan hutan. Mereka melakukannya secara baik dan benar dengan siklus tetap. Pada daerah di Dusun Kerampal, masyarakat dari Suku Talang Mamak yang tinggal disana masih tergantung pada tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitarnya dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, khususnya bahan obat.
 Persoalannya, kondisi ini sudah  tidak bisa berjalan sempurna lagi. Hadirnya HPH dan kegiatan konversi lahan lainnya, membuat mereka semakin terdesak.
Bahasa Talang Mamak (serta Bahasa Sakai) termasuk dialek Bahasa Kerinci. Bahasa yang digunakan untuk melakukan komunikasi harian adalah melayu Talang atau melayu tinggi, tidak ada tingkatan bahasa pada komunitas ini. Bahasa ini ada sedikit perbedaan dengan bahasa melayu pada umumnya. Ada beberapa istilah dan sebutan yang berbeda.
Suku Talang Mamak tersebar di tiga kecamatan wilayah kabupaten Indragiri Hulu, Riau yaitu kecamatan Seberida, Kelayang, Rengat Barat. Satu kelompok suku Talang Mamak berada di dusun Simarantihan, desa Suo-Suo, kecamatan PWK Surnai, kabupaten Bungo Tebo, Jambi. Populasi suku Talang Mamak saat ini 1.341 keluarga atau 6.418 jiwa. Mereka bermukim di dalam Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (semenanjung sungai Gangsal) dan di luar taman     (di desa Talang Lakat, Talang Jerinjing dan Tigabalai).

Prinsip memegang adat sangat kuat bagi mereka dan cenderung menolak budaya luar. Ini tercermin dari pepatah " biar anak mati, asal jangan mati adat". Kondisi ini sangat dominan di Tigabalai dan di dalam Taman Nasional. Di sepanjang jalan Lintas Timur Sumatra, hal ini sudah tidak begitu ketat karena banyaknya pengaruh luar.
Masyarakat Talang Mamak memiliki berbagai bentuk Kesenian diantaranya adalah pencak Silat, Tari Badai Terbang, Tari Bulian, dan main Ketebung.  Selain itu, diantaranya adalah berdendang dan bernyanyi, nyanyian dinyanyikan bersama-sama dan sangat tergantung pada situasi (sedih, riang, senang) biasanya disampaikan dalam bentuk pantun. Di tempat lain ada juga tarian Rentak Bulian yang biasa dilakukan secara bersama-sama baik laki-laki maupun perempuan, tetapi tarian ini bukan asli masyarakat talang dan merupakan tari kresasi. Tarian ini dilakukan ketika ada pesta bagawai (pesta pernikahan) dan dalam rangka pengobatan. Selain kesenian di atas, ada juga kesenian pencak silat yang menandai mulai dan mengakhiri kegiatan ritual yang diiringi dengan gendang, main gambus, tari balai terbang.
Dalam kehidupan keseharian suku Talang Mamak sudah mengenal teknologi dalam bentuk yang sederhana terutama yang dipergunakan untuk mengolah pertanian, perkebunan, ladang dan memasak. Dalam mengolah pertanian menggunakan cangkul, beliung (sejenis kampak kecil yang lentur), parang dan pisau (semua berbahan dasar besi). Alat untuk memasak menggunakan kuali, sendok nasi yang terbuat dari kayu dan ujungnya menggunakan batok kelapa. Untuk makan kebanyakan masih menggunakan tangan, walaupun ada juga yang sudah menggunakan sendok. Selain gelas yang digunakan untuk minum, masih banyak yang menggunakan kulit labu air. Masyarakat Talang Mamak pada umumnya bisa menerima pembaharuan dalam penggunaan alat-alat teknologi modern, baik alat rumah tangga, alat telekomunikasi dan trasportasi.
Hampir seluruh penduduk Talang Mamak buta huruf. Salah satu penyebabnya adalah, di dalam Taman Nasioanal, tidak terjangkau sarana pendidikan.  Di sepanjang jalan Lintas Timur Sumatra, sekolah baru ada dan kurang di minati karena pendidkan dirasa tidak dapat memecahkan permasalahan mereka dari tekanan ekonomi. Di Tigabalai, desa Durian Cacar, kecamatan Kelayang, sebagian besar penduduk Talang Mamak menolak pendidikan. Alasannya sistem pendidikan konvensional menyebabkan keluarnya warga mereka dari adat.
Talang Mamak memiliki kepercayaan Animisme dan pendidikan dianggap memaksakan untuk memeluk agama tertentu sehingga meninggalkan kepercayaan  dan budaya mereka. Mereka beranggapan, jika sudah menganut agama berarti bukan Talang Mamak lagi.
Di desa Siambul dan Talang Lakat, kecamatan Seberida, selain masih menjalankan adat, mereka beragama Kristen sinkritis. Mereka menyebut dirinya sebagai orang "langkah lama" yang artinya orang adat. Perbedaan Talang Mamak dangan Melayu adalah jika seseorang telah memeluk agama islamlah mengalih jadi Melayu/Syarak.
Istilah keterasingan membuat suku ini rendah diri, kecuali kelompok Talang Mamak di Tigabalai, justru bangga sebagai Talang Mamak. Mereka masih menggunakan adat langkah lama dan mewarisi budaya leluhur dalam kehidupan. Pria berambut panjang, memakai sorban/songkok. Dalam kehidupan sehari-hari mereka masih melakukan upacara-upacara adat. Jika melanggar akan di denda menurut adat.
Untuk sistem kekerabatan , masyarakat Talang Mamak menganut sistem Matrilineal. Jabatan seperti batin, penghulu, mangku, monti serta warisan harta pusaka diturunkan kepada anak laki saudara perempuan. Rumah tangga terbentuk dari keluarga inti yang membuat rumah di sekitar tempat tinggal orang tua istri. Dalam kehidupan sosial, aturan adat berjalan beriirngan dengan hukum nasional. Meskipun demikian aturan adat tetap mendominasi kehidupan warga. Pergeseran adat mulai terlihat jelas pada masyarakat ini. Ada beberapa ritual adat yang tidak lagi dilakukan atau paling tidak dirubah menjadi lebih sederhana. Denda adat yang seharusnya bisa menekan terjadinya pelanggaran ternyata justru lebih sering berfungsi sebagai pembenaran dan pengesahan atas pelanggaran yang dilakukan.
Pelanggaran adat lebih sering terjadi pada hubungan antara lelaki dan perempuan. Perselingkuhan, menikah dengan paman atau bibi, merupakan contoh dari pelanggaran yang terjadi. Denda adat tertinggi yang bisa dilabuhkan adalah seekor kambing dan beras sepuluh gantang. Besaran denda yang dilabuhkan ternyata tidak menghalangi warga untuk melakukan pelanggaran adat. Seringkali adat justru dilanggar untuk merombak struktur masyarakat yang ada terutama jika berkaitan dengan hubungan antara laki-laki dan perempuan. Sanksi sosial yang ada nyaris tidak berlaku membuat pelanggaran terhadap adat menjadi sesuatu yang wajar.
Haus hiburan. Itulah yang bisa dikatakan. Keberadaan televisi dan parabola merupakan hiburan baru bagi warga. Acara televisi seperti sinetron dan film menjadi magnet baru dalam hubungan sosial warga.
 Jika dahulu warga terbiasa tinggal lama di rumah ladang, kini banyak warga yang justru bertahan tinggal di dusun atau pulang hari dari rumah ladang terutama jika ada tontonan. Tua muda, laki-laki perempuan, bahkan bayi pun ikut membaur menjadi satu melihat segala jenis hiburan yang ditawarkan televisi.
Televisi sebenarnya bukan satu-satunya barang modern. Masih ada genset, VCD, sepeda motor, sepeda kayuh, dan radio adalah sedikit contoh perubahan sosial yang telah terjadi di Datai. Tidak ada perubahan tanpa disertai dampak. Ada yang baik dan ada juga yang buruk. Dampak paling mudah bisa dilihat dari pemakaian bahasa yang digunakan.
 "lu, gue" menjadi bagian dari percakapan anak-anak dan kaum muda Datai. Belum lagi dengan acara-acara di televisi yang juga berpengaruh terhadap pola konsumsi warga dan termasuk didalamnya adalah gaya hidup.
Kebanggan terhadap suku Talang Mamak tidak terlepas dari sejarah kepemimpinan Talang Mamak dan Melayu sekitar sungai Kuantan, Cinaku dan Gangsal. Kepemimpinan talang mamak tercermin dari pepatah "sembilan batin Gangsal, sepuluh jan denalah, denalah pasak melintang. Sembilan batin Cinaku, sepuluh jan anak talang. Anak talang tagas binting aduan beserta ranting cawang, berinduk ke Tigabalai, beribu ke Pagaruyung, berbapa ke Indragiri beraja ke Sultan Rengat". Ini menunjukkan bahwa kepemimpinan oarang Talang Mamak disepanjang sungai Gangsal, sungai Cenaku (penduduk melayu) dan daerah lainnya berpusat di Tigabalai, beribu ke kekerajaan Pagaruyung (Minangkabau) dan beraja ke kerajaan Indragiri. Secara politis, mereka ingin mendapatkan legitimasi dan dukungan dua kerajaan tersebut.
Ketegaran Talang Mamak dalam mempertahankan wilayah adat telah dibuktikan Patih Lanian, tokoh tradisional Talang Mamak, penduduk desa Durian Cacar, kecamatan Kelayang. Ia dan kelompoknya tidak rela hutan mereka di serobot perusahaan yang masuk kedesa silih berganti tanpa kompromi. Sudah cukup lama mereka menderita sebagai akibat kebijakan yang diberlakukan, mempromosikan mereka sebagai pihak yang termarginalkan.
Sepanjang Orde Baru, Patih Laman dan kelompoknya harus bergerilya dari tingkat kecamatan, Gubernur sampai Presiden dan Komnas HAM. Berjuang dan memohon agar hutan ulayat desa seluas 11.698 hektar tetap dipertahankan.
Tekanan dan intimidasi mereka terima dengan kesabaran dan keyakinan, sampai akhirnya perjuangan mereka berhasil. Patih Laman contoh keberhasilan satu kelompok suku asli Riau dalam mempertahankan haknya. WWF International memberikan penghargaan WWF Award for Conservation Maret 1999 yang diterima di Kinabalu, Malaysia.
   
DAFTAR PUSTAKA

Rab, Tabrani. 2002. Nasib Suku Asli di Riau. Pekanbaru: Riau Cultural Institute.


SEJARAH SEBAGAI KISAH

ABDULLAH / PIS

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengarkan istilah kisah. Kisah biasanya berupa penuturan seseorang tentang suatu cerita terhadap orang lain. Ketika orang menuturkan suatu kisah sejarah kepada orang lain, akan diwarnai oleh persepsi si penutur tersebut. Sejarah sebagai kisah ialah cerita berupa narasi yang disusun dari memori, kesan, atau tafsiran menusia terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi atau berlangsung pada waktu lampau atau sejarah serba subjek. Dengan demikian, dalam sejarah sebagai kisah, subjektivitas akan muncul. Hal ini berbeda dengan sejarah sebagai peristiwa. Dalam sejarah sebagai peristiwa orang hanya melihat
fakta sejarah, bukan mendengar atau membaca kisah sejarah. Subjektivitas dalam sejarah kisah akan nampak ketika ada dua orang menuturkan peristiwa sejarah yang sama. Perbedaan ini dapat muncul karena si penutur cerita tersebut memberikan penafsiran terhadap peristiwa yang ia tuturkan. Misalnya ketika kita mewancarai orang-orang yang pernah mengalami atau melihat peristiwa Bandung Lautan Api. Kemungkinan orang-orang yang mengisahkan peristiwa Bandung Lautan Api akan berbeda mengisahkannya antara satu dengan yang lainnya. Apabila yang kita wawancarai adalah seorang prajurit yang terlibat perang melawan Belanda, mungkin ia akan menceritakan peristiwa Bandung Lautan Api dalam perspektif dirinya sebagai seorang tentara yang selalu berperang saat itu. Namun apabila yang kita wawancarai misalnya seorang petani, mungkin dia tidak terlalu menceritakan peristiwa Bandung Lautan Api sebagai bagian dari strategi perjuangan bangsa Indonesia saat itu.
Kisah sejarah yang disajikan dapat berupa lisan dan tulisan. Apabila kita mendengarkan seseorang menceritakan tentang peristiwa Bandung Lautan Api, maka itu termasuk katagori kisah lisan. Tetapi apabila kita ingin mengetahui peristiwa Bandung Lautan Api dengan membaca buku-buku yang bercerita tentang Bandung Lautan Api, maka itu termasuk dalam katagori bentuk kisah tulisan.
Ada kebiasaan pada orang-orang tertentu mencatat dalam buku hariannya tentang peristiwa-peristiwa penting. Misalnya seorang jenderal pemimpin perang, mencatat bagaimana strategi yang dia lakukan ketika menghadapi perang dengan Belanda. Dalam catatannya ini kita dapat menemukan penuturan bagaimana semangat pasukannya, jumlah pasukannya, daerah-daerah perlawannya, kekuatan lawan, senjata yang digunakan, dan hal-hal lainnya. Kemungkinan apabila kita tanyakan kepada anak buahnya tentang perang tersebut, bisa berbeda kesannya dari apa yang dituturkan oleh catatan sang jenderal tersebut.
Akhir-akhir ini kita sering melihat banyak tokoh penting yang menulis biografinya. Buku tersebut biasanya banyak bercerita tentang peristiwa-peristiwa penting yang dilihat atau dialami oleh tokoh itu. Tokoh yang menulis biografi tersebut akan memberikan penilaiannya tersendiri tentang suatu peristiwa. Peristiwa tersebut bisa dinilai sebagai sesuatu yang positif atau negatif. Tetapi, kalau kita baca biografi tokoh yang lainnya tentang suatu peristiwa yang sama sebagaimana yang telah ditulis oleh tokoh sebelumnya, kemungkinan akan memberikan kesan yang berbeda. Misalnya tokoh yang mendukung peristiwa reformasi 1998 di Indonesia akan menyatakan bahwa peristiwa tersebut sebagai sesuatu yang positif dalam membangun demokratisasi di Indonesia. Sebaliknya bagi tokoh yang merasa dirugikan kedudukannya dengan adanya peristiwa reformasi, ada kemungkinan akan memberikan penilaian yang jelek terhadap
peristiwa reformasi.
Buku-buku sejarah yang kamu baca, merupakan salah satu bentuk dari sejarah sebagai kisah. Sejak kamu duduk di bangku Sekolah Dasar sampai dengan SMA atau MA sekarang, pelajaran sejarah sudah diberikan. Bukubuku pelajaran sejarah yang kamu baca di sekolah, banyak menceritakan sejarah bangsa Indonesia, mulai dari zaman prasejarah, sampai dengan perkembangan kontemporer. Cerita-cerita sejarah yang terdapat dalam bukubuku pelajaran sejarah tersebut, merupakan kesan atau tafsiran dari si penulis buku.
DAFTAR PUSTAKA
Notosusanto, N. Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta: Depdikbud. 1992.
Redaksi Ensiklopedi Nasional Indonesia. Ensiklopedi National Indonesia. Jakarta: PT
Cipta Adi Pustaka. 1988.

ADAT ISTIADAT SUKU TALANG MAMAK

ELFIDAYATI / SR
Selayang Pandang
            Suku talang mamak adalah suku asli di provinsi Riau, dimana suku ini memilih jalan hidupnya untuk mengasingkan diri. Hampir semua penduduk talang mamak adalah orang yag buta hurup. Mereka hidup di daerah hilir sungai Indra Giri. Mereka tergolong pada Proto Melayu yaitu suku Melayu tua. Suku talang mamak kadang disebut juga dengan suku anak dalam atau Suku Langkah Lama. Talang mamak terdiri dari 2 kata, talang dan mamak. Talang artinya ladang kemudian mamak artinya kerabat ibu yang wajib dihormati. Suku Talang mamak ini sangat memegang teguh akan adat istiadatnya atau tradisinya. Ritual-ritual yang mereka lakukan agak berbeda dengan suku suku lainnya dan mereka memiliki kepercayaan animism. Dan mereka tetap mempertahankan ritual-ritual adat lama.
 Adat istiadat suku talang mamak berisikan upacara-upacara adat seperti gawai yaitu pesta pernikahan, kemantan yaitu pengobatan penyakit, tambat kubur yaitu acara seratus hari kematian dan memperbaiki kuburan untuk peningkatan status social, khitanan, upacara melahirkan dibantu oleh dukun, upacara timbang bayi, upacara beranggul yaitu upacara yang tujuannya untuk menghibur orang yang sedang mengalami kemalangan. Pada tulisan saya ini saya akan menjabarkan tentang upacara gawai gedang yaitu acara pernikahan pada suku talang mamak dan tambat kubur yaitu ritual pemakaman orang yang telah meninggal pada suku talang mamak.
Bahkan adat mereka yang telah menjadi tradisipun bukan hanya ritual-ritual seperti yang telah disebutkan diatas, namun sejak ratusan tahun suku talang mamak telah hidup meyatu dengan alam. Dan kegiatan ladang beringsut pun telah menjadi tradisi bagi mereka. Ladang beringsut adalah ladang berpindah. Dan pola ladang beringsut itu sendiri mereka jalankan secara baik dan benar dan dengan siklus yang tetap. Selain itu adat mereka yaitu adat langkah lama, dimana pria yang berambut panjang memakai sorban atau songkok. Pada kehidupan sehari-hari mereka melakukan upacara adat dan mereka lebih cenderung untuk menolak budaya luar.
Gawai Gedang pada Suku Talang Mamak
Gawai Gedang adalah bagian dari adat suku talang mamak yang telah enjadi tradisi dan dilakukan secara turun temurun yaitu adat ritual pesta pernikahan dari talang mamak yang telah menjadi tradisi pada suku ini. Pesta pernikahan yang disebut Gawai Gedang ini berlangsung selama 3 hari dengan berbagai prosesi. Pada hari pertama dimulai dengan prosesi dimana pada prosesi tersebut ada ritual yang sangat sakral yaitu disebut dengan menegakkan tiang gelanggang. Masyarakat percaya akan kesakralan proses tersebut dan mereka percaya bahwa tiang gelanggang tersebut adalah perwakilan dari tiang aras yaitu yang ada dilangit. Karena mereka menganggap proses ini yang paling sacral, mereka pun melaksanakan proses ini dengan penuh kehati-hatian dan mereka melakukannya penuh dengan keseriusan agar proses tersebt dapat berjalan dengan baik dan lancar.. Ini karena mereka menganggap jika mereka melakukan kesalahan pada proses ini mereka akan mendapatkan karma dan mereka percaya karma yang akan datang akan berlipat ganda kepada mereka. Karma itu akan datang kepada mereka jika mereka melakukan kesalahan pada proses menegakkan tiang gelanggang ini. Nah, setelah proses menaikkan tiang gelanggang ini kemudian ada proses pencak silat dan sabung ayam yang dilakukan dalam  upacara adat tersebut. Masyarakat talang mamak percaya jika mereka melakukan sabung ayam maka setan-setan tidak akan menganggu batin orang-orang yang ada pada acara tersebut. Mereka juga percaya saat itu jugs setan-setan akan menonton sabung ayam tersebut sehingga para batin dapat dengan tenang melaksanakan upacara adat tersebut. Setelah menaikkan tiang gelanggang acara selanjutnya yaitu  para batin akan datang satu persatu dan menuju dan masuk ke dalam kajang serong. Kajang serong itu sendiri adalah berbentuk replica perahu. Sebelum mereka masuk kesana mereka akan mengelilingi tiang gelanggang sebanyak 3 kali secara bersamaan dengan mempeai pria dan wanita, mempelai pria dan wanita ikut di arak mengelilingi juga kemudian digendong oleh pihak keluarga masing-masing. Mempelai pria dan wanita kakinya tidak boleh menginjak tanah, karena itu kedua mempelai digendong diarak mengelilinginya sebanyak 3 kali. Setelah itu mereka makan nasi manis. Nasi manis tersebut terbuat dari ketan yang dimasak dengan gula merah atau biasa disebut dengan wajik. Nah, proses tadi dinamakan dengan acara makan behidang. Ssetelah makan behidang tadi mereka kembali lagi ke kajang serong untuk membuka gulungan daun daun yang berisikan barang yang diperuntukkan untuk mempelai pria dan wanita. Isi gulungan gulungan tersebut adalah sirih dan rokok. Nah, begitulah ritual hari pertama, selanjutnya ritual hari kedua dimulai dengan Basipat. Basipat itu sendiri adalah acara penyerahan mas kawin. Mas kawin berupa tombak, kain putih 13 lembar, gelang perak dan sirih. Setelah penyerahan mas kawin selanjutnya acara makan gadang. Makan gadang adalah acara makan bersuap-suapan antara wanita dan priayang berpasang-pasangan sebanyak 3 pasang.. Pada acara makan gadang ini, dipersiapkan 3 pasangan yang akan mengikutinya, Namun ritual ini memiliki pantangan tersendiri yang dapat membuat penontonnya menjadi senang dan ritual ini sangat seru untuk ditonton, karena memiliki tantangan tersendiri, dimana yang isi pantangannya adalah jika salah satu pasangan yang ikut pada ritual ini melakukan kesalahan, maka mereka akan dinikahkan saat itu juga. Otomatis mereka yang mengikuti ritual ini pastilah akan lebih berhati-hati dalan menjalankan prosesi ritual makan gadang tersebut. Setelah itu acara selanjutnya yaitu ijab Kabul, mereka melakukan ijab kabul tidak dengan menggunakan syariat islam yaitu melainkan dengan minum pengangsi. Minum pengangsi itu sendiri adalah minum bersama antara kedua mempelai. Minuman itu adalah air gula yang sebelumnya sudah didoakan. Acara di hari kedua ini berlangsung sampai larut malam dan ditutup dengan sembah ajar dan teguh ajar. Disini maksudnya agar kedua mempelai dapat megetahui agar fungi dan kedudukan mereka jika menjalankan suatu rumah tangga. Istilahnya sama dengan mereka mendapat nasihat bagaimana fungsi dan kedudukan jika nanti telah menjalankan suatu rumah tangga. Selanjutnya di hari ketiga yaitu acara penutupan, pada acara penutupan ini dilakukan hampir sama dengan proses pada hari pertama. Hanya saja yang membuat berbeda adalah pada hari terakhir ini acaranya yaitu menurunkan tiang gelanggang. Sabung ayam tetap dilakukan pun fungsinya tetap sama yaitu agar setan-setan menonton pertunjukkan sabung ayam agar tidak mengganggu proses penurunan tiang gelanggang tersebut. Kemudian silat juga dilakukan pada acara penutupan tersebut.
Tambat Kubur pada Suku Talang Mamak
            Upacara tambat kubur termasuk upacara yang bisa dikategorikan dengan upacra yang sangat membutuhkan biaya besar pada suku mereka, ini dilihat dari waktu yang minimal dibutuhkan dua atau bahkan sampai tiga bulan setelah seseorang meninggal. Kemudian jika uang telah terkumpul maka dengan waktu yang sudah ditentukan oleh sang ahli waris, maka upacara ini akan dilakukan dan berkumpul dirumah duka. Kemudian ada sebuah patung, dan patung tersebut terbuat dari kayu lumpung setelah itu patung tersebut dikafani. Setelah dikafani, patung itu selanjutnya diletakkan diruang tengah. Mereka menganggap bahwa patung yang mereka kafani tersebut adalah sebagai pengganti atas orang yang telah meninggal. Seluruh kerabat akan mengantarkan sampai kekubur, sedangkan yang bukan kerabat tetap berada dirumah duka dan tidak ikut dalam pengantaran patung tersebut. Selanjutnya setelah sampai di kuburan mereka membuat tambak kubur yang dibuar berbentuk tingkat tiga. Kemudian dipersiapkan 2 binatang yaitu kambing dan ayam yang harus disembelih dan darahnya akan disiramkan keatas kubur tersebut. Upacara ini mereka anggap penting. Mereka menganggap agar orang yang meninggal tersebut dapat berada disisi sang penciptanya dan menuju dunia yang abadi. Ini berarti jika upacara ini tidak dilakukan maka arwah orang yang meninggal tersebut akan bergentangan.
Daftar Pustaka
Rab, Tabrani, 2002. Nasib Suku Asli di Riau. Pekanbaru : Riau Cultural Institut

CARA MASYARAKAT PRA AKSARA MEWARISKAN MASA LALUNYA

Fatimah/Pis

Ada beberapa bentuk tradisi pada masyarakat prasejarah, seperti dalam bentuk foklor, Mitos, Legenda, dongeng,Upacara, dan lagu dari berbagai daerah. Seperti yang kita tau bahwa masyarakat praaksara ini, masyarakatnya itu belum mengenal tulisan.Ssehingga pada masa itu cara mewariskan budayanya itu dengan cara lisan kepada generasi selanjutnya.
1.Foklor
 Foklor ini merupakan bentuk dari kebudayaan yang diwariskan secara tradisional, bisa dengan cara lisan, maupun nonlisan  dengan contoh yang disertai dengan gerak isyarat,bisa juga dengan alat pembantu pengingat.
Ada beberapa cirri-ciri foklor yang bisa kita ketahui, antara lain :
1.Pewarisannya itu biasanya dilakukan secara lisan. yakni melalui tutur kata dari mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi berikutnya.
2.sifatnya itu tradisional. yakni diwariskan dalam bentuk yang tetap ataupun dalam bentuk standar
3.perkembangannya dalam versi yang berbeda-beda. kenapa bisa berbeda? Karna pewarisannya itu secara lisan, jadi foklornya ini mudah mengalami perubahann, tapi bentuk dasarnya(awalnya) tetap bertahan
4.mempunyai sikap anonom. artinya si pembuat foklor ini tidak  dapat diketahui lag
5.Mempunyai bentuk yang berpola. Dalam foklor ini biasanya menggunakan kata pembuka tertentu.misalnya"Menurut empunya cerita".
6.mempunyai manfaat dalam kehidupan kolektif. Artinya cerita rakyat berguna bagi rakyat, misalnya belajar rakyat,protes,penerangan dsb.
7.sifatnya itu pralogis. Artinya bahwa foklor ini punya logika tersendiri
8.menjadi milik bersama,untuk anggota masyarakatnya
9.biasanya itu foklor itu sifatnya lugu, sehingga kelihatan terlalu sopan
            Foklor ini dapat dibedakan menjadi 3, menurut  Jan Harold( ahli foklor dari AS) antara lain :
1.Foklor Lisan
a) Nyanyian rakyat,seperti Soleram dari Riau
b)Prosa rakyat seperti Sangkuriang,atau raden Baterang
2. Foklor sebagian lisan
a)Kepercayaan dan tahayul
b) Permainan dan hiburan rakyat setempat
c) Teater rakyat
d) Tari rakyat
e)Adat kebiasaan
f) Upacara tradisional
g) Pesta rakyat Indonesia
3.foklor buka Lisan
a) Arsitektur bangunan rumah tradisional
b) Seni kerajinan tangan tradisional
c) Pakaian tradisional
d) Makanan dan Minuman khas daerah
e) Alat-alat tradisional
f) Peralatan dan senjata yang khas tradisional
g) Obat-obat tradisional
2.Mitos
            Mitos yaitu cerita rakyat yang tokohnya itu para dewa atau makluk setengah dewa yang Pada masa lampau diyakini benar-benar terjadi oleh penganutnya. Biasanya yang dikisahkan itu adalah petualangan para dewa, misalnya kisah percintaannya. Contoh yang lain adalah mitos tentang Dewi sri dari jawa. Namun  ada juga mitos dari negara lain contohnya, mitos Hercules dari yunani, legenda Ular putih di cina dsb.
3. legenda
            Legenda yaitu cerita rakyat dalam bentuk prosa yang oleh pemilik cerita di yakini benar-benar terjadi. Legenda dikelompoknya menjadi 4 menurut Harold Brunvan ,yakni :
a)Legenda Keagamaan, ( menceritakan tentang orang-orang suci. Misaknya legenda tentang wali songo, legenda Syekh Siti Jenar)
b) Legenda Alam Ghaib( menceritakan tentang alam ghaib yang dialami seseorang dan diyakini benar-benar  terjadi. Contohnya itu sundel Bolong, Genderuwo dsb)
c) Legenda Perseorangan (menceritakan tentang seseorang tikig tertentu yang dianggap bener-benar ada. Contonya legenda Ande-ande Lumut, Si Pitung dsb)
d) Legenda Setempat(menceritakan tentang hal yang menyangkut asal mulanya suatu tempat baik dalam bentuknya, maupun nama serta cirri khas suatu daerah ditempat tertentu. Contohnya legenda tangkuban perahu, legenda Giunung batok, legenda Danau Toba dsb)
4. Dongeng
            dongeng bias diartikan sebagai cerita pendek yang termasuk sebagai sastra lisan yang berbentuk prosa dan dianggap benar-benar terjadi.funsi dari dongeng dongeng ini adalah biasanya sebagai hiburan yang berisikan kebenaran,pelajaran, ataupun sindiran. Penggolongan dongeng dapat digolongkan sebagai berikut :
a)      Dongeng tentang hewan,contohnya seperti, kancil mencuri timun dsb
b)      Dongeng tentang kehidupan sosial. Penokohannya itu di tokohi manusia, biasanya itu tentang suka duka kehidupan. Contohnya bawang merah dan bawang putih
5. Upacara Adat
            Upacara adat ini didasari oleh adanya kepercayaan tertentu yang mereka anut. Bisa kepercayaan animisme maupun dinamisme. Contohnya itu seperti upacara bersih laut(labuhan), upacara adat bersih desa, upacara kasodo.yang bertujuan untuk mendatangkan berkah, ataupun untuk menghindari musibah.

Daftar pustaka :
 Listiyani Ari Dwi.2009. Sejarah SMA/MA X. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional..
Tim MGMP Sejarah Provinsi Riau.2010. Sejarah untuk SMA/MA kelas X. Pekanbaru: Amara..

SEJARAH SEBAGAI ILMU

ABDULLAH / PIS
Sejarah dikatakan sebagai ilmu karena merupakan pengetahuan masa lampau yang disusun secara sistematis dengan metode kajian secara ilmiah untuk mendapatkan kebenaran mengenai peristiwa masa lampau. Menurut C.E. Berry, sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan, tidak kurang dan tidak lebih. Adapun menurut York Powell, sejarah bukanlah hanya sekadar suatu cerita indah, instruktif, dan mengasyikkan, tetapi merupakan cabang ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan harus dibuktikan secara keilmuan dengan menggunakan metode metode dan berbagai standar ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.
 Kebenaran itu dapat dibuktikan dari dokumen yang telah diuji sehingga dapat dipercaya sebagai suatu fakta sejarah. Sejarah dianggap sebagai ilmu sebab sejarah memiliki syarat-syarat ilmu, antara lain ada masalah yang menjadi objek, ada metode, tersusun secara sistematis, menggunakan pemikiran yang rasional, dan kebenaran bersifat objektif.
Jika melihat hal tersebut, sejarah sebagai ilmu dapat memenuhinya, dikarenakan:
a. objek kajian sejarah ialah kejadiankejadian di masa lalu yang merupakan sebab akibat;
b. adanya metode sejarah yang menghubungkan bukti-bukti sejarah;
c. kisah sejarah tersusun secara sistematis
dan kronologis;
d. kebenaran fakta diperoleh dari penelitian sumber yang disusun secara rasional dan kritik (penilaian) yang sistematis;
e. fakta bersifat subjektif karena tiap orang melihat masa lampau dengan cara yang berbeda. Kebenaran hanya "milik" peristiwa ini sendiri. Namun kebenaran fauna adalah juga objektif, maksudnya kebenaran harus diakui oleh intersubjektivitas atau diakui oleh banyak sejarawan dan masyarakat luas.
            Jadi sejarah bukan hanya untuk di pelajari saja melaikan di dalam sejarah itu tercantum ilmu yang sangat kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Ari Listiyati.2009.Sejarah untuk SMA/MA Kelas X.Jakarta:Pusat pembukuan Departemen Pendidikan Nasional.