Budi Utomo


Abdurrahman / SI IV
Budi utomo adalah suatu organisasi pemuda yang didirikan dan disahkan pada hari Rabu 20 Mei 1908. Organisasi Budi Utomo didirikan oleh Dr.Sutomo dan para mahasiswa STOVIA  yaitu Goenawan Mangoenkusumo dan Suraji atas usulan dan gagasan Dr.Wahidin Sudirohusodo dan para pelajar STOVIA lainnya untuk memajukan dan meningkatkan derajat bangsa Indonesia.[1]
Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi dan kebudayaan tetapi tidak bersifat politik. Budi Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia walaupun pada saat itu organisasi ini awalnya ditunjukan bagi golongan berpendidikan Jawa. Budi Utomo mengalami fase perkembangan penting saat kepemimpinan Pangeran Noto Dirjo. Saat itu Douwes Dekker, seorang Indo-Belanda yang sangat properjuangan bangsa Indonesia, dengan terus terang mewujudkan kata "politik" ke dalam tindakan yang nyata. Berkat pengaruhnyalah pengertian mengenai "tanah air Indonesia" makin lama makin bisa diterima dan masu ke dalam pemahaman orang Jawa.[2]
Untuk mengpropagandakan pendiriannya, organisasi pelajar Budi Utomo ini kemudian membuat surat edaran yang ditujukan kepada segala lapisan penduduk Bumiputera dengan memakai bahsa Jawa, Melayu dan bahsa Belanda. Adapun pendirian dari organisasi Budi Utomo ini antara lain : "Jangka pendek akan menyatukan penduduk Bumiputera dan jangka panjang akan membentuk organisasi umum di Jawa ("Algeemen Javasche Bond"), dengan adanya suatu persaudaraan nasional ("Nationale Broederschap), yang tidak memandang perbedaan ras, jenis kelamin dan kepercayaan. Sebagai tujuannya dinyatakan secara samar-samar dalam bentuk semboyan : "Hindia maju, ("Indie Vooruit").
            Dari pendirian Budi Utomo tersebut nampak dengan jelas, bahwa para pelajar STOVIA, sebagai pendiri Budi Utomo yang pertama dalam mengungkapkan cita-citanya atau tujuan akhirnya tidak memakai istilah "Jawa maju" (Java Vooruit) seperti yang telah dipakai oleh ketiga putri Jepara :akan tetapi mereka memakai istilah "Hindia maju" (Indie Vooruit). Juga dalam mengungkapkan jangkauan organisasi Budi Utomo mereka tidak memakai istilah "een Algemeen Javaansche Bond" (suatu perserikatan umum orang jawa) atau dalam bahasa inggrisnya "General Javanees Union" atau "the all Javanese Union", tetapi mereka mempergunakan istilah "een Algemeen Javasche Bond" ("suatu perserikatan umum di Jawa") atau dalam bahasa Inggrisnya "General Union in Java". Dengan demikian jelaslah bahwa semula berdirinya Budi Utomo tidak hanya merupakan suatu organisasi perserikatan kebudayaan (orang ) Jawa, melainkan merupakan suatu organisasi untuk umum di Jawa. Memang semula jangkauan geraknya akan terbatas pada penduduk pulau Jawa dan pulau Madura, tetapi kemudian meluas untuk penduduk Hindia (Indonesia) seluruhnya, tanpa memperhatikan perbedaan keturunan, jenis kelamin dan kepercayaan. Hal itu berarti adanya suatu usaha untuk membuat suatu wadah persatuan bagi seluruh penduduk (Bumiputera) di Hindia Belanda (Indonesia). Usaha semacam itu tentunya berlandaskan pada pola berfikir Indonesia-sentris yang mengatasi pola berfikir Regiosentris (kedaerahan) atau ethno-centris (kesukuan). Pola berfikir Indonesia-sentris inilah yang membawa kebangkitan, "Nasionalisme-Indonesia", yang dalam kelakuan manusia menimbulkan sikap Nasionalistis Indonesia. Sikap nasionalistis Indonesia dalam bentuk permulaannya atau "sikap protonasionalistis Indonesia" itu nampak pada sikap para pemimpin pelajar STOVIA pada awal berdirinya Budi Utomo (dari bulan Mei s/d Oktober 1908).
            Demikianlah antara tanggal 3 s/d 5 Oktober 1908 di Yogyakarta berlangsung kongres Budi Utomo yang pertama kali, yang oleh surat kabar Bataviaasch Nieuwsblad dianggap sebagai kongres Nasional yang pertama kali diadakan secara modern di Indonesia. Pada saat itulah pimpinan Budi Utomo beralih dari tangan generasi muda kepada generasi yang lebih tua yang terutama terdiri dari para priyayi rendahan. Pada waktu itu nampak pula adanya dua aliran faham yang berbeda dalam tubuh organisasi Budi Utomo. Disatu pihak menghendaki agar supaya keanggotaannya hanya terbatas pada para ambtenaar terpelajar saja dan bergerak dalam bidang kebudayaan dan bidang sosial, terutama dibatasi sampai urusan pelajaran sekolah di pihak lain berkehendak supaya haluan organisasi menuju ke arah gerakan kebangsaan yang demokratis, yang menuntun agar nasib seluruh rakyat mendapat perhatian. Fihak yang pertama didukung oleh golongan tua dengan Dr.Radjiman Wedyodipuro (kelak Wediyodiningrat) sebagai pemukanya. Fihak kedua dikemukakan oleh golongan muda dengan dr. Tjipto Mangunkusumo dan Surjodiputro sebagai juru bicaranya. [3]
            Setelah perdebatan yang panjang tentang corak Budi Utomo, maka Pengurus Besar memutuskan untuk membatasi jangkauan geraknya kepada penduduk Jawa dan Madura dan tidak akan melibatkan diri dalam kegiatan politik. Bidang kegiatan yang di pilih oleh karena itu ialah bidang pendidikan dan kebudayaan. Karena kebanyakan penduduknya ialah golongan pria rendahan, maka dapat dipahami mengapa Budi Utomo menganggap perluasan pendidikan barat. Pengetahuan bahasa Belanda mendapat prioritas pertama, karena tanpa bahasa itu seseorang tidak dapat mengharapkan kedudukan yang layak dalam jenjang kepegawaian Kolonial. Dengan demikian, maka Budi Utomo cendrung untuk memajukan pendidikan bagi golongan priyayi dari pada bagi penduduk BumiPutera pada umumnya. Sasaran Budi Utomo merubah dari " Kemajuan untuk mempertahankan penghidupan" menjadi " Kemajuan secara serasi". Hal itu menunjukkan pengaruh golongan tua yang moderat dan golongan priyayi yang lebih mengutamakan jabatannya. Dengan demikian, maka sikap "protonasionalistis" dari pada pemimpin pelajar yang kentara pada awal berdirinya Budi Utomo, kini terdesak kebelakang. 
            Setelah dua pemimpinnya yang berbeda pendapat dengan anggota Pengurus Besar, yaitu dr. Tjipto Mangunkusumo dan Surjodiputro, berhenti dari badan pengurus (oktober 1909), maka Pengurus Besar Budi Utomo tersebut menjadi lebih seragam. Setelah persetujuan yang diberikan pemerintah kepada Budi Utomo sebagai badan hukum (....1909), maka diharapkan organisasi itu akan melancarkan aktivitasnya secara luas. Tetapi segera Budi Utomo menjadi lamban, yang sebagian disebabkan kesulitan keuangan. Lain dari pada itu Bupati telah mendirikan organisasi sendiri ("Sedio Muljo" th. 1911), para pemuda STOVIA dan anggota lainnya berhenti sebagai anggotanya karena kecewa terhadap jalan yang telah ditempuh Budi Utomo. Walaupun pada akhir tahun 1909 Budi Utomo telah mempunyai cabang 40 tempat dengan numlah anggota lebih kurang 10.000 orang, namun perkembangan selanjutnya usaha Budi Utomo makin lama makin merosot. Bahkan Budi Utomo semakin kehilangan kedudukan monopolinya setalah muncul organisasi nasional lainnya, seperti : Sarekat Islam, yang beraliran nasionalisme, demokartis dengan dasar agama ; Indische Partij yang beraliran Indisch-nasionalisme radikan dan Muhammadiyah yang beraliran keinginan mengadakan pengajaran modern berdasarkan agama serta kebangsaan diluar politik.
Perkembangan selanjutnya merupakan periode yang paling lamban bagi Budi Utomo. Aktivitasnya hanya terbatas pada penerbitan majalah bulanan Goeroe Desa dan beberapa petisi, yang dibuatnya kepada pemerintah berhubung dengan usaha meninggalkan mutu sekolah menengah pertama. Tatkala kepemimpinan pengurus pusat makin lemah, cabang-cabang melakukan aktivitas sendiri yang tidak banyak hasilnya. Pemerintah yang mengawasi perkembangan Budi Utomo sejak berdirinya dengan penuh perhatian dan harapan, akhirnya menarik simpulan, bahwa pengaruh Budi Utomo terhadap penduduk pribumi tidak begitu besar. Bebrapa bagian pemerintahan tampaknya merasa puas karena ketidakmampuan Budi Utomo itu, tetapi G.A.J.Hazeu, penasihat pemerintah untuk urusan pribumi, merasa kecewa karena kelambanan organisasi itu.
Tirtukusumo berhenti padan tahun 1912 dan ketua Budi Utomo yang baru, Pangeran Noto Dirodjo berusaha dengan penuh tenaga mengejar ketinggalan. Dengan ketua yang baru itu, perkembangan Budi Utomo tidak pesat lagi. Hasil-hasil yang pertama dicapainya oleh ketua berketurunan Paku Alam itu ialah perbaikan pengajaran di daerah kesultanan/kesunanan. Budi Utomo mendirikan organisasi dana belajar Darmoworo. Akan tetapi, hasilnya tidaklah begitu besar. Sukses-sukses yang kecil itu makin tidak berarti dan berada dibawah bayangan munculnya organisasi nasional lainnya, terutama:
1.      Serekat Islam, yang didirikan pada tahun 1911, berasaskan dasar hubungan spiritual agama dan kepentingan perdagangan yang sama, berkembang menjadi gerakan rakyat yang pertama dan sebenarnya di Indonesia.
2.      Indische Partij, yang berdiri pada masa bersamaan mempropagandakan "Nasionalisme Hindia" dan bergerak dalam bidang politik.
Kedua partai itu menarik unsur-unsur yang tidak puas dari luar Budi Utomo. Sungguhpun prinsip-prinsip utama tentang netralisasi agama dan aktivitas non-politik Budi Utomo membedakan dirinya dengan organisasi-organisasi lain, ia harus menghadapi kenyataan pahit bahwa selama prinsip-prinsip itu dipertahankan dengan sifat  yang pasif tidaklah dapat diharapkan pengaruhnya akan makin meluas.[4]
Kutipan
1.      Nur Asiah (2009). Pahlawan Nasional Indonesia. Mediantara Semesta. Jakarta. Hal : 19
3.     (2003) Sejarah Kebangkitan Nasioanal Daerah Jawa Timur : Hal 45-48
4.      Poesponegoro,Mawarti Djoened (2012) Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta.Balai Pustaka : Hal 336 – 337
Daftar Pustaka
1.      Poesponegoro,Mawarti Djoened (2012).Sejarah Nasional Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.
2.      Asiah,Nur (2009).Pahlawan Nasional Indonesia.Jakarta: Mediantara Semesta

MANAJEMEN PENDIDIKAN DI BELANDA



Putri Amelia/SP
Pendidikan tinggi di Belanda telah diakui reputasinya di dunia. Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang pernah studi di universitas atau institusi di Pendidikan Tinggi Belanda memiliki kinerja yang sangat baik dimanapun berada. Untuk negara kecil seperti Belanda, orientasi internasional, termasuk pendidikan dan pelatihan merupakan kaharusan untuk dapat bertahan ditengah arus dunia yang semakin internasional. [1]
Pendidikan tinggi di Belanda terkenal berkat kualitasnya yang tinggi dengan lebih dari 1700 progran dan kursus. Pendidikan tinggi di Belanda memiliki program pendidikan berbahasa inggris terbesar di Eropa. Pendidikan tinggi di Belanda juga memiliki sistem biner yang berarti dapat memilih dua jenis pendidikan seperti pendidikan berorientasi pendidikan dan pendidikan profesional tinggi. [2]
Manajemen pendidikan di Belanda :
1.Otorita
Sistem pendidikan Belanda didasarkan pada status yang kuat dan berfungsi sebagai dasar peraturan-peraturan yang lebih rinci dalam bidang-bidang tertentu. Peraturan dibuat menurut urutan atau hierarki. Parlemen dapat menentukan bahwa hasil pembicaraan di dewan pendidikan harus terlebih dahulu disampaikan ke Parlemen sebelum peraturan itu dilaksanakan. Peraturan atau undang-undang ituberkaitan dengan pendanaan dan organisasi pendidikan.Bentuk sistem pendidikan Belanda ialah sentralisasi. Tanggung jawab pemerintah pusat terletak pada hal-hal yang berhubungan dengan organisasi, pendanaan (termasuk status hukum kepegawaian), inspeksi, ujian, dan inovasi promosi. Pejabat-pejabat provinsi bertanggung jawab terutama atas tugas-tugas pengawasan serta mempunyai peran dalam hal pelaksanaan pendidikan orang dewasa, dan juga lebih banyak dilibatkan dalam tugas-tugas perencanaan dan penasihatan.
Kementrian Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan dipimpin oleh seorang Menteri yang bertanggung jawab mengkoordinasikan kebijakan-kebijakan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Menteri dibantu oleh seorang sekretaris negara dengan tanggung jawab khusus atas pendidikan dasar dan menengah. Pada tahun 1990, Inspektorat Pendidikan mempunyai 14 kantor di tingkat regional  dengan 500 orang staf tetap, 237 orang diantaranya adalah inspektur. Tugas kantor inspektorat adalah mengawasi pembangunan, menjaga bahwa semua peraturan berjalan sebagaimana mestinya, meningkatkan pembangunan pendidikan, dan melaporkan kepada menteri, baik diminta atau atas inisiatif sendiri. Inspektor Pendidikan Tinggi juga bertanggung jawabmenyusun dan memberikan dukungan terhadap tim evaluasi universitas saat melakukan evaluasi diri, dan bertanggung jawab juga menyanpaikan laporannya yang independen tentang keadaan pendidikan di parlemen.
Keputusan-keputusan berkenaan dengan struktur sistem pendidikan dibuat di tingkat parlemen nasional berdasarkan proposal pemerintahan pusat. Keputusan mengenai kurikulum dibuat oleh kepala sekolah dan guru-guru, namun tujuan akhir program-program pendidikan dan hampir semua ujian akhir tingkat sekolah menengah mengikuti standar nasional.
Dewan penasihat eksternal memberi nasihat dan saran kepada Menteri Pendidikan dan Ilmu pengetahuan tentang kebijakan yang akan dilaksanakan. Dewan pendidikan dan Penasihat Pendidikan membuat rekomendasi mengenai kebijakan pendidikan secara umum. Menteri membicarakan kebijakan dan perencanaan dengan berbagai konsultatif yang meliputi perwakilan-perwakilan badan pendidikan, dengan orang tua, stafdan siswa atau mahasiswa. Perguruan tinggi HBO dan universitas masing-masing memiliki organisasi sendiri untuk berkonsultasi. Ada empat organisasi besar yang memayungi pendidikan di Belanda, yaitu satu untuk katolik, satu untuk protestan, satu untuk swasta nondenominasi, dan satu untuk sekolah-sekolah negeri yang mewakili orang tua,persatuan guru-guru, organisasi "school boards", pendidikan nonformal, pusat-pusat konsultasitempat orang tua dan staf berpartisipasi.
2. Pendanaan
Pendidikan formal dibiayai oleh Kementrian Pendidikan dan llmu Pengetahuan kecuali pendidikan pertanian yang dibiayai oleh Kementrian Pertanian dan Perikanan. Dana tersebut bersumber dari penghasilan pajak dalam jumlah yang sangat terbatas, dari sekolah, kursus, dan uang sekolah. Lembaga pendidikan tinggi dapat mengumpulkan uang daripengajaran atau penelitian yang dilaksanakan atas dasar kontrak. Pendidikan yang tidak didanai oleh pemerintah juga merupakan sektor yang cukup besar, yang dana seluruhnya dibayar oleh peserta pendidikan, orang tua, atau majikan yang menyekolahkan stafnya. Dana pemerintah dialokasikan untuk pendidikan sesuai persyaratan tertentu. Peraturan yang terpisah mengatur pendanaan untuk staf, investasi, dan untuk biaya operasional. Aspek-aspek pendanaan pendidikan mencakup jumlah murid, lama waktu pendidikan, besarnya kelas, dan skala gaji guru-guru.
Negara Belandamerupakan salah satu anggota OECD (Organization for economic Co-operation and Devolopment) yang menggunakan pesentase tertinggi dari GNP-nya untuk pendidikan (Gross National Products).  Antara tahun 1976 dan 1987 pengeluaran pemerintah untuk pemerintahan terus meningkat.
3. Personalia
Pendidikan guru adalah bagian dari pendidikan tertinggi. Guru-guru sekolah dasar dididik pada perguruan tinggi profesional atau fakultas-fakultas yang khusus untuk pendidikan untuk sekolah dasar (PABO's). Kuliah berlangsung selama 4 tahun, dan memprogramkan agar guru-guru yang mengajar disekolah dasar mampu mengajarkan semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. Mahasiswa yang mendaftar pada lembaga keguruan meningkat dengat cepat (1987:3,000-4,000 orang;1990:6,000) setelah menurun sebelum 1987. Jumlah tamatan juga meningkat (1987:1,700 orang; 1989:2,600 orang).
Guru-guru sekolah menengah harus memiliki kualifikasi "Grade" satu atau kualifikasi "Grade" 2. Guru yang berkualifikasi "Grade" 2 boleh mengajar pada level tiga tahun pertama di VWO dan HAVO, dan di sekolah-sekolah MAVO, VBO, dan MBO. Guru-guru berkualifikasi boleh "Grade" 1 boleh mengajar pada semua kelompok umur pada semua jenis sekolah menengah. Kuliah penuh untuk pendidikan guru-guru "Grade" 2 dalam mata pelajaran umum, diselenggarakan pada perguruan tinggi profesional selama 4 tahun. Mahasiswa mengambil spesialisasi  dalam satu mata pelajaran atau bidang studi dan hanya boleh mengajar, selain bidang keahliannya, mata pelajaran pendukung pada level tertentu. Semenjak tahun 1979, diadakan kuliah eksperimen dfalam mata pelajaran teknik yang berlangsung selama 5 tahun. Jumlah mahasiswa pada program ini meningkat (1987:3,148 orang;1990: 4,427 orang), walaupun jumlah lulusannya menurun (1987: 2,254 orang; 1989: 1,755 orang).
Untuk mendapatkan guru-guru yang berkualifikasi "Grade" 1, mahasiswa yang telah menyelesaikan satu program gelar nonkependidikan di universitas, perlu mengikuti pendidikan satu tahun di perguruan tinggi keguruan. Pendidikan guru yang terdiri dari dua lapis padsa pendidikan tinggi sepenuhnya didanai oleh pemerintah. Untuk mengajar pada pendidikan khusus diperlukan mengambil pendidikan dua tahun setelah mendapatkan kualifikasi mengajar HBO. Kuliah paruh waktu juga disediakan padaperguruan tinggi profesional untuk program kualifikasi "Grade" 1 dan "Grade" 2. Jumlah peminat untuk program keguruan kenyataannya menurun. Ulasan negatif di  media masa menyebutkan bahwa gaji rendah, sedikit kesempatan untuk promosi serta kurangnya mobilitas telah membuat profesi ini menjadi kurang menarik. Sebagai konsekuensinya, rekrutmen guru-guru baru menjadi masalah dan meminta pemikiran yang sungguh-sungguh.
Guru-guru sekolah dasar normalnya bekerja 40 jam seminggu. Pada sekolah menengah, standar beban mengajar guru adalah 29 jam pelajaran. Tugas guru mencakup mengajar dan tugas lainnya (nonteaching). Guru-guru yang dibebani tugas-tugas ekstra, dibebaskan sebagian dari tugas mengajar. Dosen-dosen perguruan tinggi diatur dengan satu bentuk peraturan sendiri didasarkan pada peraturan pegawai negeri, tetapi dimodifikasi sesuai keadaan di universitas. [3]
Kebebasan pendidikan yang digariskan undang-undang dasar memerlukan standar yang telah ditetapkan oleh Kementrian dan Ilmu Pendidikan. Standar ini mencakup mata pelajaran yang di wajibkan untuk jenis sekolah tertentu, dan peraturan yang mengikat lainnya mengenai isi ujian-ujian sekolah. Hampir semua sekolah di Belanda, murid-murid naik secara otomatis dari "Grade" ke "Grade" yang lebih tinggi.Penelitian pendidikan berupa investigasi atas pendidikan yang diberikan dan tingkat keberhasilan dapat membantu kegiatan mengontrol kualitas. [4]
Sesudah perang 80 tahun berakhir pemerintah Belanda mendirikan 4 universitas, seperti di Leinden (1575), Franeker (1585), Groningen (1614), Utrecht (1636) dan 10 buah sekolah Gymnasium. Pembukaan sekolah dasar tidak ketinggalan, tapi usaha mendirikannya tyerutama didorong oleh gereja. Wewenang pemerintah dalam soal pendidikan dan hak gereja dalam soal pelajaran agama adalah hasil perjuangan gagasan perpisahan gereja dan negara dalam abad ke-18 di daratan Eropa dan dimenangkan oleh Revolusi Perancis.
Pendidikan agama di sekolah diwajibkan menurut undang-undang dari tahun 1806. Sumbernya terletak pada tempat lain, yang memaksa pemerintah menjadi bersikap "netral" karena tuntutan guruharus memperlihatkan contoh kehidupan beragama tidak dapat dipenuhi. Raja Williem II berikhtiar menghilangkan hambatan-hambatan yang menyampaikan usul-usul dengan membentuk satu komisi yang menyampaikan usul-usul perbaikan. Hasil komisi ini dikeluarkan Keputusan Raja tahun 1842, yang tidak memenuhi harapan golongan-golongan yang tidak puas. Sebab komisi ini telah mengusulkan untuk meneruskan permohonan pengesahan sekolah kepada raja kalau ditolak oleh pemerintah kotapraja, tapi usulan tidak menjadi bagian dari keputusan Raja. Di tanah jajahan di Indonesia soal otorisasi sekolah-sekolah swasta dihidupkan pada akhir masa jajahan dalam bentuk pembatasan sekolah-sekolah swasta melalui pengesahan oleh wakil pemerintah Belanda seperti kontrolir menurut syarat-syarat tertentu. Hal itu ditentang oleh semua organisasi sekolah swasta, istimewa oleh almarhum Ki Hadjar Dewantara. [5]
Disisi lain, Belanda diakui dunia sebagai negara yang memiliki standar internasional. Pendidikan di Belanda sangat ditekankan dan menjadi salah satu masalah prioritas pemerintah mulai dari tingkat pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi/universitas. Dunia sendiri mengakui prestasi Belanda didunia pendidikan, terbukti 11 dari universitas di Belanda masuk rangking 200 universitas terbaik dunia.
DaftarPustaka :
[1] http://cor-amorem.blogspot.com/2010/06/pendidikan-di-belanda.html
[2] http://www.nesoindonesia.or.id/sistem-pendidikan
[3] Syah Nur,Agustiar (2001). Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Lubuk Agung. Bandung. Hal : 83
[4] http://rifnihayati97.blogspot.com/2012/05/sistem-pendidikan-di-belanda.html
[5] Said, M (1981). Pendidikan Abad Kedua puluh Dengan Latar Belakang Kebudayaannya. Mutiara. Jakarta. Hal : 82

SISTEM PENDIDIKAN DI BELANDA



Anisa Mutiara Priyadi/SP
Sistem pendidikan di Belanda sangat berbeda dengan sistem pendidikan di Asia, Amerika, bahkan di sebagian besar wilayah Eropa. Adapun beberapa negara yang menerapkan pendidikan yang hampir sama dengan Belanda adalah Jerman dan Swedia. Salah satu perbedaan sistem pendidikan di Belanda adalah penjurusan yang sudah dimulai sejak pendidikan di tingkat dasar dengan mempertimbangkan minat dan kemampuan akademis siswa yang bersangkutan.[1]
Akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 di Belanda merupakan masa mengkristalnya pola pengaruh dan kekuasaan menjadi dua, pertama garis politik dan kedua garis agama.Pola inilah yang terefleksi dalam kehidupan sosial masyarakat di Belanda.Kebebasan di bidang pendidikan telah digariskan dalam Konstitusi Belanda dan ini tergambar dalam sistem pendidikan.
Majelis atau dewan pendidikan (school boards) diizinkan atas hak-hak sebagai berikut:
1.      Kebebasan mendirikan, yaitu kebebasan mendirikan sekolah berdasarkan ideologi atau keperluan masyarakat apa saja : ini berkaitan dengan kriteria kuantitatif, bukan kualitatif.
2.      Kebebasan ideologi, yaitu kebebasan bagi pejabat yang kompoten pada sekolah yang diasuh oleh denominasi agama untuk menyelenggarakan pendidikan berdasarkan prinsip penentuan sendiri jenis ideologi yang dianut.
3.      Kebebasan struktur, yaitu kebebasan bagi pejabat yang kompoten untuk menentukan isi dan metode pendidikan. Kebebasan ini dibatasi oleh negara dengan memberikan persyaratan-persyaratan kualitatif. [2]
Kesamaan kesempatan berpendidikan, perbaikan kualitas pendidikan, dan pengembangan tanggung jawab individu dan kewarganegaraan merupakan tujuan umum politik pendidikan Belanda. Secara lebih khusus, sistem pendidikan Belanda berusaha mencapai tujuan pendidikan sebagai berikut :
1.      Melaksanakan keadilan terhadap berbagai ideology yang terdapat dalam masyarakat,
2.      Meningkatkan persamaan kesempatan belajar bagi berbagai kelompok masyarakat yang berbeda-beda,
3.      Meningkatkan pertukaran kultural,
4.      Meningkatkan mobilitas dan integrasi sosial,
5.      Mempertahankan dan mengembangkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat,
6.      Mendidik ahli-ahli dan mengembangkan keahliannya pada level-level yang berbeda,
7.      Meningkatkan demokratisasi dan emansipasi,
8.      Meningkatkan desentralisasi administrasi dan manajemen,
9.      Meningkatkan inovasi budaya.[4]
Secara umum, sistem pendidikan di Belanda  dapat dikategorikan sebagai berikut :
  1. Pendidikan Tingkat Dasar dan lanjutan (Primary and Secondary Education)
  2. Pendidikan Tingkat Menengah Kejuruan (Senior Secondary Vocational Education and Training)
  3. Pendidikan Tingkat Tinggi (Higher Education)
Berikut keterangan dari masing-masing sistem pendidikan tersebut :
  1. Pendidikan Tingkat Dasar dan Lanjutan (Primary and Secondary Education)
·         Wajib sejak berumur 5 tahun
·         Berlangsung selama kurang lebih 8 tahun
·         Di tahun terakhir, para siswa sudah dianjurkan untuk memilih pendidikan lanjutan yang akan mereka jalani.
2.      Pendidikan Tingkat Menengah Kejuruan
·         Dimulai sejak siswa berumur 12 tahun, dan diwajibkan sampai umur 16 tahun.
3.      Pendidikan Tingkat Tinggi
·         VMBO (Program 4 tahun) memberikan pendidikan yang merupakan gabungan dari pendidikan umum dan kejuruan (Senior Secondary Vocational and Training)
·         HAVO (5 tahun) dan VWO (6 tahun) merupakan pendidikan selektif. Dua jenis pendidikan yang memberikan akses langsung ke sistem pendidikan tingkat tinggi (HigherEducation). [1]
Pendidikan dasar diatur dengan undang-undang tahun 1920, dan undang-undang tentang Taman Kanak-kanak ditetapkan tahun 1955. Parlemen menyetujui undang-undang baru tentang Pendidikan Dasar pada tahun 1981, dan berlaku mulai tahun 1985 dan pada saat inilah Taman Kanak-kanak dan sekolah dasar digabungkan menjadi satu sehingga merupakan satu format pendidikan dasar baru bagi anak-anak mulai usia 4 tahun sampai 12 tahun. Pendidikan adalah wajib mulai usia 5 sampai 17 tahun yang ditetapkan dengan Undang-undang Wajib Belajar tahun 1975, dan antara umur ini ternyata 100% anak-anak mengikuti pendidikan. Sekolah dasar berlangsung selama 8 tahun. Sekolah-sekolah di Belanda terbagi dalam beberapa kategori, yaitu : sekolah pemerintah atau negeri (dengan jumlah murid 31% dari keseluruhan murid sekolah dasar), sekolah swasta yang bukan bersifat keagamaan (nondenominational) dengan jumlah murid 5%, sekolah Katolik Roma (32%), dan sekolah Protestan (32%). [4]
Anak-anak yang dijadikan pusat perhatian, bukan lagi bahan pelajaran.Bahan pelajaran tidak lagi ditetapkan untuk satu tahun pelajaran tertentu.Menurut pengaturan ini tidak ada lagi anak-anak yang tinggal kelas, walaupun begitu masih ada sekolah yang menerapkan sistem kenaikan kelas dan tidak naik kelas. Pelajaran diberikan disekitar 4 obyek:
1.      Kecakapan instrumental dan kebudayaan, yang mengutamakan pelajaran bahasa, termasuk bahasa inggris, menulis dan berhitung.
2.      Pengenalan dunia (sejarah, geografi, biologi, fisika, hygiene dan lalu lintas).
3.      Saluran-saluran berekspresi (kerajinan tangan, music, dan menggambar).
4.      Olahraga. [3]
Di Belanda pendidikan khusus tercatat 20 macam, mulai dari sekolah bagi anak-anak yang mengalami ketidakmampuan belajar sampai pada anak-anak dengan cacat ganda. Pendidikan khusus ini melayani anak-anak dari usia 3 tahun yang membutuhkan pertolongan lebih banyak dari anak-anak biasa, baik yang berada di sekolah dasar maupun di sekolah menengah. Pada prinsipnya, sekolah khusus disediakan bagi anak-anak pada kelompok umur yang sama. Usia yang dapat diterima pada sekolah khusus bervariasi tergantung pada jenis sekolah, dan biasanya antara usia 3 dan 6 tahun. Pada sekolah menengah umur 12 tahun ke atas dengan batas maksimum 20 tahun.Pengecualian hanya dilakukan terhadap kasus-kasus luar biasa.
Kira-kira 60% anak-anak  yang tamat dari sekolah khusus melanjutkan sekolahnya ke sekolah menengah, 6% masuk ke sekolah dasar, dan selebihnya tidak meneruskan pendidikannya. Bantuan untuk transisi dari sekolah khusus sampai mereka mendapatkan pekerjaan dikelola pada tingkat lokal.Ada usaha yang sungguh-sungguh untuk mengintegrasikan siswa-siswa cacat ke dalam kelas dan sekolah-sekolah biasa.
Struktur sekolah menengah umum dirombak seluruhnya melalui Undang-undang tentang Pendidikan Menengah (Secondary Education Act) tahun 1968 yang disebut "Mammoth Act". Semenjak itu, sekolah menengah umum terdiri dari empat jenis sekolah, yaitu :
1.      Pendidikan prauniversitas (secondary grammar school)
2.      Sekolah menengah kejuruan tingkat pertama dan tingkat atas
3.      Akademi vokasional
4.      Dan sekolah jenis lain, seperti kursus-kursus sosial bagi pekerja-pekerja muda yang diselenggarakan baik secara paruh waktu atau purna waktu.
Yang terakhir ini sesungguhnya bukanlah pendidikan nonvokasional, dan dimaksudkan bagi anak-anak muda yang pendidikan wajibnya tidak dapat diselesaikan sepenuhnya. Terdapat juga bentuk pendidikan vokasional khusus dengan pola pemagangan (apprenticeships) : siswa-siswa pengikut program menerima pendidikan teori di sekolah atau pusat pendidikan vokasional, dan pendidikan praktek dilaksanakan diperusahaan tempat mereka bekerja. Dengan pola pemagangan ini, pendidikan utama (teori) berlangsung selama dua tahun, sedangkan pendidikan praktek selama satu tahun.
Dalam tahun 1982, pendidikan menengah pada umumnya diatur secara vertikal, dengan asumsi bahwa anak-anak usia 12 tahun dapat diseleksi dan diarahkan untuk berbagai tipe pendidikan atas dasar kecenderungan atau bakat akademiknya (scholastic aptitude). Kelas transisi, tahun pertama pada sekolah menengah, menjembatani kepincangan antara sekolah dasar dan sekolah menengah, dan menentukan arah ke berbagai jenis sekolah menengah.
Pendidikan prauniversitas (VWO) berlangsung selama 6 tahun dan mempersiapkan anak-anak untuk memasuki universitas atau akademi-akademi yang lebih bersifat professional (HBO).Sekolah menengah umum tingkat atas (HAVO) berlangsung selama 5 tahun, dan sekolah menengah umum tingkat pertama (MAVO) 4 tahun.HAVO disusun terutama untuk mempersiapkan murid-murid memasuki pendidikan professional.Setelah menamatkan MAVO siswa dapat memasuki HAVO tahun keempat, dapat juga masuk ke sekolah menengah kejuruan tingkat atas (MBO), masuk ke program pemagangan, atau masuk ke pendidikan nonformal secara paruh waktu.
Pendidikan tinggi terdiri dari tiga jenis : sekolah tinggi professional, universitas, dan universitas terbuka. Sekolah tinggi professional (HBO) memberikan pendidikan teori dan praktek untuk pekerjaan yang menuntut kualifikasi keterampilan yang tinggi.Sekolah ini menerima lulusan dari berbagai sekolah menengah tingkat atas (HAVO, VWO, dan MBO).Dalam tahun-tahun 1960-an, sekolah tinggi professional yang diatur dengan Undang-undang Pendidikan Sekolah Menengah, makin dianggap sebagai bentuk pendidikan tinggi.Statusnya seperti itu diakui pada tahun 1986, dan pada tahun 1992 dengan undang-undang pendidikan.
Pendidikan universitas merupakan pendidikan akademik yang didapat secara independen dan sebagai persiapan untuk tugas-tugas dalam masyarakat yang menuntut gelar atau kualifikasi universitas. Universitas memberikan hamper 100 macam bidang studi yang menawarkan gelar, yang dapat dipilih dan disusun oleh mahasiswa, baik yang mata kuliahnya bersifat wajib atau opsional. Oleh karena terbatasnya tempat, maka keputusan dibuat setiap tahun, apakah jumlah penerimaan mahasiswa baru untuk bidang tertentu perlu dibatasi atau tidak.
Semenjak tahun 1982, pendidikan tinggi terdiri dari sistem dua lapis, lapis pertama berupa "undergraduate" yang dapat diselesaikan sampai 4 tahun, dan lapir kedua tingkat "graduate" atau Pascasarjana (1-4 tahun). Ada 14 universitas di Belanda, 10 universitas negeri, 1 universitas punya kotapraja, dan 3 buah universitas swasta.Yang dapat masuk ke universitas adalah tamatan VWO dan HBO. [4]


DAFTAR PUSTAKA :
[1] http://handinisuwarno.wordpress.com
[2] http://rifnihayati97.blogspot.com
[3] Said, M,1981,Pendidikan Abad ke-20, Jakarta : Penerbit Mutiara
[4] Nur Syah Agustiar,2002,Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara,Bandung : Lubuk  Agung

KEDEKATAN BUDI UTOMO DENGAN TAREKAT MASON DI INDONESIA

MUHAMMAD FIKRI MUZAKI  /  SI 4  /  B

Dari sekian banyaknya tanggal yang berada pada bulan-bulan tertentu dalam satu tahun, khususnya bulan Mei, mempunyai sekelumat sejarah yang amat penting bagi Bangsa Indonesia. ada dua peristiwa bersejarah yang ada pada bulan Mei. Dua peristiwa besar yaitu Hari Kebangkitan Nasional dengan berdirinya Kongsi Dagang Belanda yakni VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). Kembali pada Hari Kebangkitan Nasional, Bangsa Indonesia memperingati hari tersebut setiap tanggal 20 Mei. Peringatan ini mengacu pada organisasi Boedi Oetomo (BO) yang didirikan pada 20 Mei 1908.
Di Indonesia juga tedapat banyak organisasi-oerganisasi yang berdiri dari sebelum kemerdekaan dan juga sesudah kemerderkaan Indonesia. Organisasi yang pertama kali berdidi yaitu Budi Utomo atau dalam ejaan Bahasa Indonesia yang lama yakni Boedi Oetomoe.
Budi Utomo (Boedi Oetomo) adalah sebuah organisasi pergerakan nasional yang paling berpengaruh di Indonesia. Organisasi ini didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh sejumlah mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) seperti Soetomo, Gunawan, Cipto Mangunkusumo, dan R.T Ario Tirtokusumo. Tanggal berdirinya Budi Utomo, 20 Mei, sampai sekarang diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional kerena organisasi ini dianggap sebagai organisasi kebangsaan yang pertama. Organisasi ini bertujuan sebagai berikut:Tujuan yang hendak dicapai dari pendirian organisasi Budi Utomo tersebut antara lain:
a.       Memajukan pengajaran.
b.      Memajukan pertanian, peternakan dan perdagangan.
c.       Memajukan teknik dan industri.
d.      Menghidupkan kembali kebudayaan.

Sebelum menjadi salah satu organisasi pergerakan yang bersifat nasional, Budi Utomo sebenarnya adalah sebuah perkumpulan kedaerahan Jawa. Ini terlihat sebelum diadakanya kongres.Namun sejak kongres di Batavia tahun 1931, keanggotaan Budi Utomo dibuka untuk semua orang Indonesia. Budi Utomo juga membuktikan diri sebagai sebuah organisasi yang bersifat nasional dengan cara bergabung di PBI (Persatuan Bangsa Indonesia). Penggabungan inilah yang kemudian membentuk sebuah organisasi baru bernama PARINDRA (Partai Indonesia Raya).
Akan tetapi perlu kita sadari bersama, bahwa Budi Utomo mempunyai hubungan dengan organisasi Freemason yang tak pernah diungkap sejarah selama ini. Yang hanya menyampaikan informasi masa lalu bagaimana pembentukan Budi Utomo, tujuan yang dicapai, serta pengaruhnya dalam Nasionalisme bangsa ini.Cita-cita Boedi Oetomo sejatinya tidak berlandaskan pada nasionalisme yang dikehendaki rakyat banyak. Cita-cita Boedi Oetomo yang tertuang dalam kongresnya yang menolak hasil Kongres Pemuda I tahun 1926 adalah: mengembangkan bahasa Jawa, kesenian Jawa, dan agama Jawa, dalam lingkup Jawa Raja.
 Banyak dokumen-dokumen yang mengungkapkan kedekatan antara Freemason yang ada di Indonesia pada masa Kolonial dengan Budi Utomo, salahsatu dari fakta sejarah tersebut ialah buku yang ditulis oleh  Dr. Th Stevens penulis buku Vrijmetselarij en Samenlaving in Nederlands Indie en Indonesie 1764-1962 (Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962) menyebutkan bahwa Freemasonry memperoleh aktualitas yang besar dengan munculnya gerakan nasionalis modern di Jawa.
Kata pengantar buku ini yang ditulis oleh Dr. Th Stevens ini menyebutkan dengan jelas, bahwa Freemason menjalin hubungan dengan satu organisasi politik Indonesia pertama ”Budi Utomo” .[1]
Nama Boedi Oetomo diambil dari bahasa sansakerta, ”Bodhi” atau ”Buddhi” yang berarti keterbukaan jiwa, pikiran, kesadaran, akal, dan daya untuk membentuk dan menjunjung konsepsi ide-ide umum. Sedangkan Oetomo berasal dari kata ”Uttama” yang berarti tingkat kebajikan utama. Jadi, Budo Utomo bisa disebut sebagai organisasi yang mengedepankan keterbukaan akal sebagai tingkat kebajikan utama. Mereka menyebut ”budi” sebagai puncak kegiatan moral manusia dan mengendalikan akal dan watak seseorang.
Boedi Oetomo adalah organisasi yang kental dengan nilai-nilai kebatinan.Para aktivisnya mengaku ingin menyatukan antara kultur dan tradisi Jawa dengan pendidikan Barat. Budi Utomo ingin memadukan antara modernisasi Barat dan mistis Timur.Kedekatan Budi Utomo dengan organisasi Freemason dan Theosofi juga bisa dilihat setahun setelah berdirinya organisasi tersebut. Buku Soembangsih Gedenkboek Boedi Oetomo 1908-1918 yang diterbitkan di Amsterdam, Belanda, untuk mengenang 10 tahun berdirinya Budi Utomo, memuat laporan bahwa pada 16 Januari 1909, di Loge de Ster in het Oosten (Loji Bintang Timur), Batavia, ratusan anggota Budi Utomo berkumpul untuk mendengarkan pidato umum dari Dirk van Hinloopen Labberton, orang Belanda yang disebut oleh aktivis Budi Utomo sebagai ”Bapak Kebatinan” yang kemudian menjadi Ketua Nederlandsche Indische Theosofische Vereeniging (Theosofi Cabang Hindia Belanda). [2]
Dalam pidato berjudul ”Theosofische in Verband met Boedi Oetomo” (Theosofi dalam Kaitannya dengan Boedi Oetomo), Labberton bicara tentang masalah agama, tujuan Theosofi, dan hubungannya dengan hari depan bangsa Jawa.Bukti lain mengenai kedekatan Budi Utomo dengan Freemason bisa dilihat dari kiprah Paku Alam V, yang merupakan anggota Freemason, yang banyak membantu terselenggaranya kongres Boedi Oetomo di Surakarta. Kongres yang pernah diadakan di loge milik Freemason banyak dihadiri oleh para aktivis kebangsaan yang juga anggota Freemason.Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Abdurachman Surjomihadrjo, dalam Kata Pengantar buku ”Bangkitnya Nasionalisme Indonesia: Budi Utomo 1908-1918”, karya peneliti Jepang, Akira Nagazumi, mengatakan, “Paku Alam memberikan pengaruh pada terselenggaranya kongres-kongres Boedi Oetomo, khususnya mereka yang ada hubungannya dengan gerakan Mason (Freemasonry).”[3]
Banyaknya pembesar-pembesar Budi Utomo yang menjadi pengikut dari Freemason. Salahsatu nya adalah Radjiman menjadi ketua Budi Utomo pada periode 1914-1915. Ia masuk menjadi anggota Freemason pada 1913, selain juga aktif dalam perkumpulan Theosofi. Radjiman adalah orang pribumi yang mendapat kehormatan dari Freemason Hindia Belanda dengan dimuatnya artikel karyanya berjudul ”Een Broderketen Volks (Persaudaraan Rakyat)” dalam buku ”Kenang-Kenangan Freemason di Hindia Belanda 1767-1917”.[4]
Adapun ketua-ketua Budi Utomo lainnya juga adalah anggota Freemasonry, seperti R.A. Tirtokoesoemo, ketua Budi Utomo pertama (1908-1911) yang juga pernah menjadi bupati Karang Anyar, Pangeran Ario Notodirodjo (Ketua Budi Utomo kedua tahun 1911-1914), dan R.M.A Soerjosoeparto alias Mangkunegara VII (Ketua Budi Utomo keempat tahun 1915-1916). RM Tirtokoesoemo dan Pengeran Ario Notodirodjo adalah anggota Freemasonry Loge Mataram Yogyakarta.Ketua Budi Utomo selanjutnya, meski tak menjadi anggota Freemason, tetapi menjadi anggota Theosofi, seperti M Ng Dwijo Sewojo (1916), dan R.M.A Woerjaningrat (1916-1921).
Catatan lain memuat ketua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yakni Dr. Radjiman Wediodiningrat tercatat sebagai tokoh pribumi yang gencar mengampanyekan gerakan kemasonan (istilah yang digunakan penduduk lokal dalam menyebut gerakan freemasonry). Radjiman sangat dekat dengan lingkar dalam kekuasaan keraton. Selama 30 tahun dirinya mengabdi sebagai dokter di Keraton Surakarta Hadiningrat. Radjiman adalah anggota Freemason, tercatat tahun masuknya adalah 1913. Setahun kemudian, Radjiman memimpin Budi Utomo. Namanya tercatat dalam dokumen ‘The Freemason in Boedi Oetomo’ ditulis C G van Wering.[5]
Ini sudah jelas menggambarkan bagaimana tindak-tanduk pemimpin-pemimpin Budi Utomo juga aktif didalam keanggotaan Freemason yang pada saat itu. Sejatinya Freemason sendiri sudah memulai pergerakan ini sejak tahun 1760an. Kejelasan ini bisa kita bukti dengan adanya buku Kenang-kenangan Freemason di Hindia Belanda 1767-1917, yang memuat secara lengkap operasional, para tokoh, dokumentasi foto, dan aktivitas loge-loge yang berada langsung di bawah pengawasan Freemason di Belanda. Buku setebal 700 halaman yang ditulis oleh Tim Komite Sejarah Freemason ini adalah bukti tak terbantahkan tentang keberadaan jaringan mereka di seluruh Nusantara.[6]
Ada beberapa catatan yang memperjelas Budi Utomo tidak dekat dengan islam, bahkan melakukan pelecehan. Goenawan Mangoenkoesoemo pun menulis sebuah artikel yang berisi pelecehan terhadap ajaran Islam dalam buku kenang-kenangan Boedi Oetomo 1908-1918. Berikut beberapa kutipannya:
“……..Jika kita berlutut dan bersembahyang, maka bahasa yang boleh dipakai adalah bahasanya bangsa Arab. Gamelan kita nasibnya tidak lebih beruntung. Dia sudah dikutuk dan dibuang. Kita hanya boleh menunjukkan kegembiraan hati dengan musik padang pasir, agaknya hanya terbanglah yang mampu membawakan suara yang membuat hati Allah berkenan. Namun demikian dan bagaimanapun juga, di sinilah Islam sebenarnya menderita kekalahan besar terhadap kita. Sebab, gamelan tetap merupakan musik kesayangan bagi lingkungan tua….......Kemana larinya bakat dasar kita, hadiah Tuhan yang dahulu telah menciptakan dan membangun Borobudur dan banyak candi-candi lainnya? Bukankah candi-candi itu juga dipersembahkan kepada Tuhan? Tidakkah bakat dasar itu masih tetap tinggal dan berkembang di Pulau Bali? Hasil-hasil karya yang banyak ahli seni dan pujangga kagum melihatnya? Begitulah kita saksikan. Bagaimanapun tinggi nilai kebudayaan Islam, ternyata kebudayaan itu tidak mampu menembus hati rakyat. Bapak penghulu boleh saja menuntut supaya kita mengucapkan syahadat: Hanya ada satu Allah dan Muhammad-lah nabi-Nya”, tetapi dia tidak akan dapat berbuat apa-apa, bila cara hidup kita, jalan pikiran kita masih tetap seperti sewaktu kekuasaan Majapahit dihancurkan secara kasar oleh Demak.”
Kritik terhadap dijadikannya Budi Utomo sebagai landasan kebangkitan nasional tak hanya datang dari umat Islam. Peneliti Robert van Niels juga mengatakan, “Tanggal berdirinya Budi utomo sering disebut sebagai Hari Pergerakan Nasional atau Kebangkitan Nasional. Keduanya keliru, karena Budi Utomo hanya memajukan satu kelompok saja. Sedangkan kebangkitan Indonesia sudah dari dulu terjadi…Orang-orang Budi Utomo sangat erat dengan cara berpikir barat.Bagi dunia luar, organisasi Budi Utomo menunjukan wajah barat.” [7]
organisasi ini mati tahun 1935 dan tiba-tiba seolah dihidupkan kembali tahun 1946 lewat keputusan Kabinet Hatta yang menjadikannya sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Ini lah seajrah yang tidak kita ketahui selama ini tentang suatu kebenaran yang tersembunyi rapat.
Notes :
[1] Dr. Th Stevens,1764-1962. Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Hal : 18
[2] Dr. Th Stevens, 1764-1962. Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Hal
[3] Abdurachman Surjomihadrjo, Kata Pengantar buku ”Bangkitnya Nasionalisme Indonesia: Budi Utomo 1908-1918”,
[4] Mansur Surya Negara, 1767-1917. Kenang-kenangan Freemason di Hindia Belanda. Jakarta : hal 7
[5] C G van Wering, 1920. ‘The Freemason in Boedi Oetomo’
[6] Artawijaya, Jaringan Yahudi Internasional di Nusantara” dan “Gerakan Theosofi di Indonesia”, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta
[7] Robert van Niels, Munculnya Elit Modern Indonesia, hal. 82-83