PERANG GOWA VS BONE

Andi aminah riski/PIS
Pada masa pemerintahan Raja Bone VI, La Uliyo Botee Matinroe ri Itterung (1519 – 1544) dan Raja Gowa IX, Daeng Matanre Karaeng Tumapakrisika Kallonna (1512-1548). Ulu Adae ri Tamalate yang terjadi pada Tahun 1540 ini merupakan perjanjian persahabatan antara Gowa dengan Bone. Pasal – pasal dalam Perjanjian ini melukiskan betapa indahnya persaudaraan antara Bone dengan Gowa, dua kerajaan terkemuka penguasa semenanjung barat dan timur jazirah Sulawesi Selatan. Namun masa damai antara keduanya hanya berlangsung selama 24 Tahun (1538 – 1562), sebelum terjadinya serangan militer pertama Gowa ke Bone pada tahun 1562 yang didahului dengan peristiwa sabung ayam 'Manu Bakkana Bone vs Jangang Ejana Gowa'. (lihat catatan : Manu') Sebagaimana perangnya yang luar biasa, masa perang Gowa Vs Bone berlangsung dari tahun 1562 – 1611 sampai tiba masanya Arung Palakka menggandeng Speelman (Belanda) memerdekakan Bone-Soppeng dari Penjajahan Gowa, persahabatan yang dilalui Gowa dan Bone juga sangat luar biasa. Peristiwa pembukaan hubungan diplomatik pertama antara Gowa dan Bone (1538) bahkan diupacarakan dengan acara memperhadapkan senjata sakti kedua kerajaan, Lateariduni (kelewang arajang, senjata pusaka) Bone dan Sudanga (kelewang kalompoang, senjata pusaka) Gowa di Laccokong dimana Raja Gowa pertama kali menginjak Tana Bone. Kunjungan balasan Raja Bone, La Uliyo Botee ke Gowa inilah yang kemudian melahirkan "Ulu Adae ri Tamalate" yang bunyi perjanjiannya juga sangat luar biasa :
1. Narekko engka perina Bone, maddaungngi tasie naola Mangkasae, Narekko engka perina Gowa makkumpellei bulue' naoia to Bone.(Kalau Bone terancam bahaya musuh, maka berdaunlah lautan dilalui orang Makassar, kalau Gowa terancam bahaya musuh maka ratalah gunung dilalui orang Bone).
2. Tessinawa – nawa majaki, tessipatingarai kanna Bone Gowa, tessiacinnaiyangngi matasa pattola malampe.(Tidak akan saling berprasangka buruk, tidak akan saling menyerang, Bone-Gowa, dan tidak akan mencampuri urusan dalam negeri).
3. Iyyasi somperengngi Gowa, iyyasi manai ada torioloe, iyyasi somperengngi Bone, iyyasi manai ada torioloe'.(Siapa saja yang melayarkan bahtera Gowa, maka dialah yang mewarisi amanat leluhur ini dan siapa saja yang melayarkan bahtera Bone, maka dialah yang mewarisi amanat leluhur ini).
4. Niginigi temmaringngerang riada torioloe, mareppai urikkurinna, lowa – lowanna, padai tello riaddampessangnge ri batue tanana.(Siapa saja yang tidak mengingat amanat leluhur ini maka pecahlah periuk belanganya, negeri, seperti telur dihempaskan ke atas batu).
Perjanjian ini saya anggap suatu perjanjian yang luar biasa, butir – butir perjanjian ini seandainya dilaksanakan oleh penerus takhta Gowa dan Bone, sejarah akan bercerita lain. Namun, kata banyak orang, perjanjian memang dibuat untuk dilanggar. Dan di banyak catatan lontaraq, akhirnya kitapun mendapati puluhan perjanjian yang mengiringi Ulu Adae ri Tamalate ini. Ada perjanjian yang disebut Ulu Kanayya ri Caleppa (Bugis : Ulu Adae ri Caleppa) sebagai buntut serangan militer keempat Gowa ke Bone (1565) yang berakhir dengan gencatan senjata. Perang yang dimenangkan oleh Bone tersebut kemudian diperbaharui lagi perjanjiannya lewat suatu kesepahaman bersama, yang oleh Gowa disebut Kana-kanayya iwarakanna Bone (Perjanjian di Utara Bone).Perjanjian – perjanjian lainpun terus berlanjut. Pihak Bone pun kemudian memprakarsai pembentukan triaple alliance, "Mattellumpocoe ri Timurung" (1572), antara Bone, Soppeng dan Wajo sebagai penyatuan kekuatan bugis mengantisipasi serangan Gowa yang semakin menggila ingin menjadi penguasa tak tertandingi di semenanjung barat dan timur Sulawesi Selatan. Berdasarkan pengalaman pahit dari tahun ke tahun yang harus dilalui Bone akibat serangan militer Gowa dan gangguan militer Luwu, maka Raja Bone La Tenrirawe Bongkangnge didampingi oleh penasehat ulung kerajaan, Kajao Laliddong, berupaya memperkuat benteng pertahanan Bone untuk menghadapi kemungkinan serangan militer Gowa dan Luwu. Dengan pendekatan diplomatik La Tenrirawe Bongkangnge berhasil membentuk kekuatan bersama antara Bone, Soppeng dan Wajo, di Kampung Bunne Timurung, Bone Utara pada tahun 1572.
Upacara pembentukan triple alliance tersebut dihadiri oleh delegasi dari masing – masing kerajaan dari Bone, Soppeng dan Wajo : Kerajaan Bone, diwakili langsung oleh rajanya La Tenrirawe Bongkangnge, pensehat kerajaan Kajaolaliddong dan pembesar – pembesar Kerajaan Bone lainnya, Kerajaan Wajo, dipimpin langsung oleh La Mungkace Touddamang Arung Matowa, Pillae, Cakkuridie, Pattolae, dan pembesar – pembesar Kerajaan Wajo lainnya, dan Kerajaan Soppeng, diwakili oleh La Mappaleppe Pong Lipue, Datu Soppeng Arung Bila, Arung Pangepae, dan Arung Paddanrenge".Tellumpoccoe ri Timurung menetapkan prinsip – prinsip kesepakatan sebagai berikut :
1. Malilu sipakainge, rebba sipatokkong, siappidapireng riperi nyameng ;
(Memperingati bagi mereka yang tidak mentaati kesepakatan, saling menegakkan jika ada yang tersungkur dan saling membantu dalam suka duka).
2. Tessibaiccukang, tessiacinnaiyang ulaweng matasa, pattola malampe, waramparang maega pada mallebang risaliweng temmallebbang ri laleng. (Tidak akan saling mengecilkan peran, tidak akan saling menginginkan perebutan takhta dan penggantian putera mahkota dan tidak saling mencampuri urusan dalam negeri masing – masing).
3. Teppettu – pettu siranreng sama – samapi mappettu, tennawawa tomate jancitta, tennalirang anging ri saliweng bitara, natajeng tencajie. Iya teya ripakainge iya riduai, mau maruttung langie, mawoto paratiwie, temmalukka akkulu adangetta, natettongi Dewata Seuwae .
(Tidak akan putus satu – satu melainkan semua harus putus, perjanjian ini tidak batal karena kita mati dan tidak akan lenyap karena dihanyutkan angin keluar langit, mustahil terjadi. Siapa yang tidak mau diperingati, dialah yang harus diserang kita berdua. Walaupun langit runtuh dan bumi terbang, perjanjian ini tidak akan batal dan disaksikan oleh Dewata SeuwaE).
4. Sirekkokeng tedong mawatang, sirettong panni, sipolowang poppa, silasekeng tedong siteppekeng tanru tedong.(Saling menundukkan kerbau yang kuat, saling mematahkan paha, saling mengebirikan kerbau. Artinya mereka akan saling memberikan bantuan militer untuk menundukkan musuh yang kuat).
5. Tessiottong waramparang, tessipalattu ana parakeana.(Tidak akan saling berebutan harta benda dan berlaku bagi generasi penerus).Substansi kesepakatan perjanjian diatas menunjukkan bahwa ketiga kerajaan, Bone, Soppeng dan Wajo secara sadar membentuk pakta pertahanan militer untuk menghadapi musuh bersama mereka. Dengan demikian Tellumpoccoe ri Timurung merupakan kekuatan ketiga di kawasan Sulawesi Selatan disamping Gowa dan Luwu pada masa itu.Perjanjian "Mattelempoccoe ri Timurung" pun mengalami pasang surut kesepahaman diantara ketiga kerajaan tersebut hingga melahirkan lagi perjanjian – perjanjian kecil seiring perkembangan kekuasaan di semenanjung timur serta ekspansi yang luar biasa dari Kerajaan Gowa. Di belakang hari, Wajo memisahkan diri dan mengakui Karaeng Gowa sebagai penguasa atasannya. Arung Palakka sendiri sebelum melarikan diri ke Buton masih sempat mengadakan perjanjian di Atappang yang disebut "Pincara Lopie' ri Atappang" (1660) sebagai upaya mempersatukan kembali Bone dan Soppeng dalam melawan Gowa.Raja Gowa Sultan Alauddin (Daeng Manrabia Tumenanga ri Gaukanna) sendiri memakai Ulu Ada' (Perjanjian) masa lalu, antara kerajaan Makassar dengan Kerajaan-kerajaan Bugis di semenanjung timur yang menyebutkan bahwa "Siapa saja kelak yang mendapatkan petunjuk dan jalan hidup yang lebih baik, maka yang satu harus memberitahukan yang lain". Atas dasar Ulu Ada' inilah yang dipakai sebagai alasan perang pengislaman yang dalam sejarah disebut "Bundu Kasallangan" (Bugis : Musu Sellenge') untuk mengislamkan kerajaan – kerajaan lain yang belum memeluk Islam.
Raja Gowa (Karaeng Gowa)  menganggap bahwa Ulu Ade' itu harus diberlakukan dan ditaati, dan jalan hidup yang lebih baik itu adalah Islam. Meskipun Raja Bone La Tenrirua memahami dan menyetujui maksud pengislaman tersebut namun rakyat dan Dewan Hadat Bone tidak menaatinya. Bagi rakyat Bone, dengan serangan militernya bertahun – tahun sampai kemudian ditaklukkan Bone oleh Gowa (1611) menganggap bahwa apa yang dilakukan Karaeng Gowa tak lebih dari sebuah bentuk penjajahan suatu negara terhadap negara yang berdaulat. Belum lagi pengerahan tenaga kerja paksa sebanyak 40.000 rakyat Bone – Soppeng ke Gowa dalam membangun Benteng – benteng Makassar adalah fakta lain yang sangat menyakitkan Bone – Soppeng.Penindasan dan kerja paksa ribuan rakyat Bone – Soppeng inilah yang kemudian membangkitkan semangat perlawanan Arung Palakka dalam membebaskan negerinya dari penjajahan Gowa. Dalam Sejarah perlawanan dan pelarian Arung Palakka baik di negeri sendiri, di Buton maupun saat berada di Batavia, ada begitu banyak perjanjian / ikrar dan sumpah yang tercipta, sebagai bentuk penegasan rakyat dan kesetiaannya atas tekad dan semangat Petta Malampeq Gemmekna ini.Keberhasilan Arung Palakka menggandeng Speelman (Belanda) yang kemudian cerita sejarah ini berakhir pada "Cappaya ri Bungaya" (Perjanjian Bungaya), tahun 1660.
Pada saat itu, imperium besar, kerajaan terbesar di Indonesia Timur, Kerajaan Gowa perlahan – lahan menuju titik kehancuran.
Daftar pustaka

PERANG PUPUTAN MARGARANA

Andi Aminah Riski/PIS
Latar belakang munculnya puputan Margarana sendiri bermula dari Perundingan Linggarjati. Pada tanggal 10 November 1946, Belanda melakukan perundingan linggarjati dengan pemerintah Indonesia. Salah satu isi dari perundingan Linggajati adalah Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura. Selanjutnya Belanda diharuskan sudah meninggalkan daerah de facto paling lambat tanggal 1 Januari 1949.
Pada tanggal 2 dan 3 Maret 1949 Belanda mendaratkan pasukannya kurang lebih 2000 tentara di Bali yang diikuti oleh tokoh-tokoh yang memihak Belanda. Tujuan dari pendaratan Belanda ke Bali sendiri adalah untuk menegakkan berdirinya Negara Indonesia Timur. Pada waktu itu Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai yang menjabat sebagai Komandan Resiman Nusa Tenggara sedang pergi ke Yogyakarta untuk mengadakan konsultasi dengan Markas tertinggi TRI, sehingga dia tidak mengetahui tentang pendaratan Belanda tersebut.

Di saat pasukan Belanda sudah berhasil mendarat di Bali, perkembangan politik di pusat Pemerintahan Republik Indonesia kurang menguntungkan akibat perundingan Linggajati, di mana pulau Bali tidak diakui sebagai bagian wilayah Republik Indonesia. Pada umumnya Rakyat Bali sendiri merasa kecewa terhadap isi perundingan tersebut karena mereka merasa berhak masuk menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Terlebih lagi ketika Belanda berusaha membujuk Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai untuk diajak membentuk Negara Indonesia Timur. Untung saja ajakan tersebut ditolak dengan tegas oleh I Gusti Ngurah Rai, bahkan dijawab dengan perlawanan bersenjata Pada tanggal 18 November 1946. Pada saat itu I Gusti Ngurah Rai bersama pasukannya Ciung Wanara Berhasil memperoleh kemenangan dalam penyerbuan ke tangsi NICA di Tabanan. 
Karena geram, kemudian Belanda mengerahkan seluruh kekuatannya di Bali dan Lombok untuk menghadapi perlawanan I Gusti Ngurah Rai dan Rakyat Bali. Selain merasa geram terhadap kekalahan pada pertempuran pertama, ternyata pasukan  Belanda juga kesal karena adanya konsolidasi dan pemusatan pasukan Ngurah Rai  yang ditempatkan di Desa Adeng, Kecamatan Marga, Tabanan, Bali. Setelah berhasil mengumpulkan pasukannya dari Bali dan Lombok, kemudian Belanda berusaha mencari pusat kedudukan pasukan Ciung Wanara.
Puncak Peristiwa Pada tanggal 20 November 1946 I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya (Ciung Wanara), melakukan longmarch ke Gunung Agung, ujung timur Pulau Bali. Tetapi tiba-tiba di tengah perjalanan, pasukan ini dicegat oleh serdadu Belanda di Desa Marga, Tabanan, Bali.Tak pelak, pertempuran sengit pun tidak dapat diindahkan. Sehingga sontak daerah Marga yang saat itu masih dikelilingi ladang jagung yang tenang, berubah menjadi pertempuran yang menggemparkan dan mendebarkan bagi warga sekitar. Bunyi letupan senjata tiba-tiba serentak mengepung ladang jagung di daerah perbukitan yang terletak sekitar 40 kilometer dari Denpasar itu.Pasukan pemuda Ciung Wanara yang saat itu masih belum siap dengan persenjataannya, tidak terlalu terburu-buru menyerang serdadu Belanda. Mereka masih berfokus dengan pertahanannya dan menunggu komando dari I Gusti Ngoerah Rai untuk membalas serangan. Begitu tembakan tanda menyerang diletuskan, puluhan pemuda menyeruak dari ladang jagung dan membalas sergapan tentara Indische Civil Administration (NICA) bentukan Belanda. Dengan senjata rampasan, akhirnya Ciung Wanara berhasil memukul mundur serdadu Belanda.Namun ternyata pertempuran belum usai. Kali ini serdadu Belanda yang sudah   terpancing emosi berubah menjadi semakin brutal. Kali ini, bukan hanya letupan senjata yang terdengar, namun NICA menggempur pasukan muda I Gusti Ngoerah Rai ini dengan bom dari pesawat udara. Hamparan sawah dan ladang jagung yang subur itu kini menjadi ladang pembantaian penuh asap dan darah.
Perang sampai habis atau puputan inilah yang kemudian mengakhiri hidup I Gusti Ngurah Rai. Peristiwa inilah yang kemudian dicatat sebagai peristiwa Puputan Margarana. Malam itu pada 20 November 1946 di Marga adalah sejarah penting tonggak perjuangan rakyat di Indonesia melawan kolonial Belanda demi Nusa dan Bangsa.
 Daftar pustaka
kusnandar,amir.2006.IPS 5.Jakarta:Grasindo

GERAKAN ANGKATAN PERANG RATU ADIL (APRA)

SHALEHATUL MAWADDAH/PIS

            Pada bulan Januari 1950 di Jawa Barat muncul gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang dipimpin oleh mantan Kapten Raymond Westerling dalam dinas tentara kerajaan Belanda (KNIL). Gerakan ini memanfaatkan kepercayaan rakyat akan datangnya Ratu Adil. Westerling memahami penderitaan rakyat Indonesia selama masa penjajahan Belanda dan Jepang yang mendambakan adanya kemakmuran seperti yang terdapat dalam Ramalan Jayabaya. Menurut ramalan tersebut akan datang seorang pemimpin yang disebut Ratu Adil yang akan memerintah dengan adil dan bijaksana sehingga rakyat menjadi makmur dan sejahtera. Adapun tujuan sebenarnya dari gerakan APRA adalah :
1.       Tetap berdirinya Negara Pasundan
2.      APRA sebagai tentara Negara Pasundan
3. mempertahankan bentuk negara Federal di Oindonesia dan memiliki tentara tersendiri pada negara-negara begian RIS
.Pada tanggal 23 Januari 1950,pasukan APRA pembunuhan terhadap setiap anggota TNI yang ditemuinya.Markas Divisi Siliwangi berhasildidudukinya.Pasukan APRA membunuh setiap regu jaga termasuk Letkol Lembong.
Melihat keadaan seperti ini,Pemerintah RIS segera mengirimkan pasukannya ke kota Bandung.Di Bandung Kepala Staf Divisi Siliwangi Letnan Kolonel Eri Sudewo menemui Panglima Divisi C tentara Belanda, Mayor Jendral Engels (Komandan Tentara Belanda) dan hasilnya Mayor Jendral Engels mendesak agar APRA segera meninggalkan kota Bandung. Setelah meninggalkan kota Bandung gerombolan APRA menyebar ke berbagai tempat dan terus dikejar oleh tentara APRIS dan dengan bantuan penduduk gerombolan tersebut berhasil dilumpuhkan.
Sementara itu Perdana Menteri RIS,Moh.Hatta segera mengadakan perundingan dengan Komisaris Tinggi Belanda di Jakarta.Westerling didesak untuk meninggalkan kota Bandung dan pasukan APRA meninggalkan kota Bandung pada sore harinya.pasukan APRA semakin terdesak dan terus dikejar oleh pasukan APRIS bersama dengan rakyat.akhirnya gerakan APRA berhasil dilumpuhkan.
Kemudian diketahui,bahwa dalang gerakan APRA adalah Sultan Hamid II,seorang Menteri Negara pada Kabinet RIS.Rencana sebenarnya dari gerakan itu adalah menculik Menteri Pertahankan Keamanan,Sri Sultan Hamengku Buwono IX Sekjen Pertahanan Mr.Ali Budiardjo dan pejabat Kepala Staf Angkatan Perang,Kolonel T.B.Simatupang.Dengan keberhasilan pasukan APRIS menumpas Gerakan APRA,maka keamanan diwilayah Jawa Barat berhasil dipulihkan kembali
          
            Kegagalan gerakan APRA menyebabkan perasaan anti federal semakin meningkat. Pada 30 Januari 1950, R.A.A Wiranatakusumah, mengundurkan diri sebagai Wali Negara Pasundan. Pada 8 Februari 1950, Perdana Mentri Moh. Hatta mengangkat Sewaka sebagai penggantinya dengan jabatan Komisaris RIS di Pasundan.
Sumber: Sumber:Wayan,I Badrika.2006.Sejarah Untuk  SMA Kelas xll.Jakarta.Penerbit Erlangga
mkssej6.blogspot.com/.../angkatan-perang-ratu-adil-a.

DAFTAR NAMA PARPOL PESERTA PEMILU 2009

Rinaldi Afriadi Siregar / PIS

Setiap lima tahun sekali normalnya di Indonesia diadakan perhelatan akbar pemilu (pemilihan umum) dan pilpres (pemilihan presiden) untuk memilih Presiden, anggota DPR, anggota DPD, dll. Sebelum diadakan pemilihan umum diadakan seleksi parpol yang boleh ikut Pemilu.
Pada tahun 2008 telah terpilih 34 nama partai politik yang ikut serta pemilu 2009, yaitu adalah :
A. 16 Parpol lolos pemilu berdasarkan pasal 315 & 316 UU Pemilu No. 10 Tahun 2008 :
1. Partai Golkar (Partai Golongan Karya)
2. PDI-P (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)
3. PPP (Partai Persatuan Pembangunan)
4. Partai Demokrat
5. PAN (Partai Amanat Nasional)
6. PKB (Partai Kebangkitan Bangsa)
7. PKS (Partai Keadilan Sejahtera)
8. PBB (Partai Bulan Bintang)
9. PBR (Partai Bintang Reformasi)
10. PDS (Partai Damai Sejahtera)
11. Partai Nasional Indonesia Marhaenisme (PNI Marhaenisme)
12. Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan (PPDK)
13. Partai Pelopor
14. Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB)
15. Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI)
16. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)
B. 18 Parpol lolos pemilu yang memenuhi verifikasi faktual KPU :
1. Partai Hanura (Partai Hati Nurani Rakyat)
2. Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN)
3. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
4. Partai Pemuda Indonesia (PPI)
5. Partai Matahari Bangsa (PMB)
6. Partai Demokrasi Pembaruan (PDP)
7. Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia (PNBKI)
8. Partai Persatuan Daerah (PPD)
9. Partai Patriot
10. Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU)
11. Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia (PPPI)
12. Partai Karya Perjuangan (PKP)
13. Partai Barisan Nasional (PBN)
14. Partai Republik Nusantara (PRN)
15. Partai Perjuangan Indonesia Baru (PPIB)
16. Partai Kedaulatan
17. Partai Indonesia Sejahtera (PIS)
18. Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI)
C. 4 Partai lolos hasil keputusan PTUN
1. Partai Buruh
2. Partai Sarikat Indonesia (PSI)
3. Partai Merdeka
4. Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia (PNUI)
D. Daftar 6 Nama Parpol Lokal NAD Nanggoe Aceh Darussalam :
1. Partai Rakyat Aceh
2. Partai Aceh
3. Partai Bersatu Atjeh
4. Partai Suara Independen Rakyat Aceh
5. Partai Aceh Aman Seujahtera
6. Partai Daulat Atjeh
=====
Daftar Nomer / Nomor Urut Partai Politik / Parpol Peserta Pemilihan Umum / Pemilu Tahun 2009 :
Partai Hanura mendapat : 1
Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) : 2
Partai Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia : 3
Partai Peduli Rakyat Nasional : 4
Partai Gerindra : 5
Partai Barisan Nasional : 6
Partai Keadian dan Persatuan Indonesia : 7
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) : 8
Partai Amanat Nasional (PAN) : 9
Partai Indonesia Baru : 10
Partai Kedaulatan : 11
Partai Persatuan Daerah : 12
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) : 13
Partai Pemuda Indonesia : 14
Partai Nasional Indonesia Marhaenis : 15
Partai Demokrasi Pembaruan (PDP) : 16
Partai Karya Perjuangan : 17
Partai Matahari Bangsa : 18
Partai Penegak Demokrasi Indonesia : 19
Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan (PPDK) : 20
Partai Republik Nusantara nomor 21
Partai Pelopor : 22
Partai Golkar : 23
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) : 24
Partai Damai Sejahtera : 25
Partai Nasional Banteng Kerakyatan Indonesia : 26
Partai Bulan Bitang (PBB) : 27
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) : 28
Partai Bintang Reformasi : 29
Partai Patriot : 30
Partai Demokrat : 31
Partai Kasih Demokrasi Indonesia : 32
Partai Indonesia Sejahtera : 33
Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) : 34
Partai Merdeka : 41
Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia (PNUI) : 42
Partai Syarikat Indonesia (PSI) : 43
Partai Buruh : 44
=====
Sebelumnya terdapat 51 partai politik yang mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum / KPU untuk dapat turut serta dalam Pemilu tahun 2009, yaitu :
A. 7 Parpol berdasarkan pasal 315 UU Pemilu :
1. Partai Golkar (Partai Golongan Karya)
2. PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)
3. PPP (Partai Persatuan Pembangunan)
4. Partai Demokrat
5. PAN (Partai Amanat Nasional)
6. PKB (Partai Kebangkitan Bangsa)
7. PKS (Partai Keadilan Sejahtera)
B. 9 Parpol yang memenuhi pasal 316 huruf D Undang-Undang Pemilu :
1. PBB (Partai Bulan Bintang)
2. PBR (Partai Bintang Reformasi)
3. PDS (Partai Damai Sejahtera)
4. Partai Nasional Indonesia Marhaenisme (PNI Marhaenisme)
5. Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan (PPDK)
6. Partai Pelopor
7. Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB)
8. Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI)
9. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)
C. 35 parpol baru yang lolos verifikasi administratif KPU :
1. Partai Hanura
2. Partai Peduli Rakyat Nasional
3. Partai Pemersatu Bangsa
4. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
5. Partai Pemuda Indonesia
6. Partai Demokrasi Kebangsaan Bersatu
7. Partai Matahari Bangsa
8. Partai Republiku Indonesia
9. Partai Demokrasi Pembaruan
10. Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia
11. Partai Persatuan Daerah
12. Partai Buruh
13. Partai Nurani Umat
14. Partai Patriot
15. Partai Kebangkitan Nasional Ulama
16. Partai Kristen Demokrat
17. Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia
18. Partai Karya Perjuangan
19. Partai Barisan Nasional
20. Partai Republik Nusantara
21. Partai Perjuangan Indonesia baru
22. Partai Bhinneka Indonesia
23. Partai Kedaulatan
24. Partai Nusantara Kedaulatan Rakyat Indonesia
25. Partai Kasih Demokrasi Indonesia
26. partai Merdeka
27. Partai Kristen Indonesia 1945
28. Partai Reformasi
29. Partai Pembaruan bangsa
30. Partai Indonesia Sejahtera
31. Partai Demokrasi Perjuangan Rakyat
32. Partai Indonesia Tanah Air Kita
33. Partai Persatuan Sarikat Indonesia
34. Partai Kasih
35. Partai Kongres
D. Daftar 11 parpol yang tidak lolos verifikasi KPU :
1. Partai Islam
2. Partai Kristen Demokrasi indonesia
3. Partai Tenaga Kerja Indonesia
4. Partai Masyarakat Madani
5. Partai Pemersatu Nasional Indonesia
6. Partai Republik
7. Partai Bela Negara
8. Partai Nasional Indonesia
9. Partai Persatuan Perjuangan Rakyat
10. Partai Kerakyatan Nasional
11. Partai Reformasi Demokrasi
E. 2 partai politik mengundurkan diri tidak berbadan hukum Depkum HAM :
1. Partai Kemakmuran Rakyat
2. Partai Islam Indonesia Masyumi
Tambahan daftar istilah / singkatan pemilu by organisasi.org :
- Pemilu Luber : Langsung Umum Bebas Rahasia
- Pemilu Jurdil : Jujur dan Adil
- KPU : Komisi Pemilihan Umum
- KPUD : Komisi Pemilihan Umum Daerah
- Pemilu : Pemilihan Umum

DAFTAR PUSTAKA :

PAHLAWAN DARI SULAWESI SULAWESI UTARA SAM RATULANGI


Andri/SI3/A

     SIAPAKAH SAM RATULANGI ITU ?
DR. Ratulangi ini adalah perintis, penegak, dan pembela kemerdekaan Republik Indonesia. Ia adalah pahlawan Kemerdekaan Nasional yangtelah menyerahkan seluruh jiwa raganya untuk mengejar cita –cita Indonesia merdeka, bersatu, adil dan makmur.
Dr. Ratulangi dilahirkan di Tondano, Sulawesi Utara pada tanggal 5 November 1890. Lebih tepat dilahirkan di distrik Kasendukan, Ayahnya bernama Jizias Ratulangi dan ibunya Gerungan. Jadi nama lengkapnya adalah Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi (G.S.S.J. Ratulangi). Rakyat Minahasa dan Kawan-kawannya memanggilnya dengan nama, singkatan dari Samuel. Orang tua Ratulangi orang yang terpandang di daerahnya. Ia mempunyai kedudukan sebagai kepala distrik daerah Kasendukan. Ayah Ratulangi adalah seorang yang Nasionalis yang senantiasa menjunjung tinggi kepribadian bangsa. Ia termasuk orang­­ yang rajin membaca buku
RIWAYAT dan PERJUANGANYA
Kasendukan adalah daerah pegunungan di tepi sebuah danau diMinahasa. Daerah itu memiliki pemandangan yang sangat indah. Sebagaimana orang lain di daerah itu, orang tua Ratulangi tinggal di sebuah rumah yang besar. Rumah keluarga semacam itu terbuat dari kayu. Tiap generasi memperluas rumah itu sehingga semakin lama semakin besar. Di rumah keluarga inilah Ratulangi lahir dan dibesarkan. Ia bebas bergaul dengan pembantu-pembantu ayahnya yang banyak itu.
Di kasendukan terdapat sekolah dasar Belanda, namanya Europeesche Lagere School (ELS). Pada usia enam tahun Ratulangi di masukan ke sekolah itu. Ia senang dengan semua guru-gurunya, akan tetapi ia kurang senang dengan sekolahnya. Ia lebih senang membantu kawan-kawannya di kebun atau mengembalakan kuda dan sapi di padang-padang rumput. Walaupun demikian ia tidak pernah ketinggalan pelajaran di sekolah. Setelah tamat dari Sekolah Dasar, Ratulangi di terima di Hoofdenschool, Tondano. Ia termasuk murid-murid yang terpandai di sekolanya. Ia berhasil memperoleh beasiswa untuk melanjutkan pelajaran di Jawa.
Pada tahun1904, Ratulangi meninggalkan tanah Minahasa. Pada waktu itu ia berusia 14 tahun. Di Jakarta ia memasuki sekolah teknik, Koningin Wihelmina School (KWS). Dalam waktu empat tahun (1904-1908) ia berhasil mendapat ijazah KWS, dengan nilai-nilai yang sangat tinggi. Setelah tamat dari Koningan Wihelmina School Ratulangi bekerja sebagai ahli mesin pada pembangunan kereta api di Priangan Selatan. mula-mula ia merasa gembira bekerja di sana, akan tetapi kegembiraan yang di rasakan itu tidak berlangsung lama, dikarenakan pihak belanda berlaku tidak adil kepadanya, orang Indonesia asli menerima gaji lebih rendah dari pada kawan-kawan sekolahnya yang termasuk golongan  Indo-Belanda. Padahal angka-angka yang diperoleh mereka di segala bidang jauh lebih rendah dari apa yang telah di peroleh Ratulangi. Dalam keadaan menyedihkan ini Ratulangi berjanji kepada dirinya sendiri. Ia harus memperolehilmu lebih banyak dari orang orang Belanda, hanya dengan inilah deratat dan martabatnya terangkat.
Malang tak dapat di tolak, beberapa bulan kemudian ia mendapat kabar duka orang tuanya meninggal dunia, ia pulang kekampung halamanya. Setelah menyelesaikan urusan  keluarganya, Ratulangi bersama-sama dengan Samsi, Gunawan Mangunkusumo , Samud, W. Laoh dan, T.G. Mulia, berangkat ke belanda untuk melanjutkan pendidikan mereka. Tahun 1913-1915 Ratulangi belajar di Universitas Amsterdam. Setelah menyelesaikan pendidikanya pada tahun 1915 ia memperoleh ijazah guru, yaitu" Middelbare Acte en Paedagogiek."
Ia adalah seorang yang tak pernah puas dengan ilmu pengetahuannya setelah tamat belajar di Belanda ia melanjutkan pendidikanya di Universitas Zurich, Swiis pada tahun 1915. Setelah menyelesaikan pendidikanya selama empat tahun 1915-1919 di Universitas Zurich, Ratulangi mendapat gelar Doktor dalam Ilmu Pasti dan Ilmu Alam dari Universitas Zurich.
Setelah menyelesikan  pendidikannya di Eropa, Dr Ratulangi mengabdikan dirinya dalam lapangan pendidikan dan asuransi bagi negri tercinta yaitu Indonesia.  Di tahun 1919-1922  Ratulangi menjadi guru sekolah menengah pertama di Yogyakarta. Ia merupakan orang Indonesia pertama yang menduduki jabatan guru di masanya. Dan Pada tahun 1922-1924 Dr Ratulangi diangkat menjadi Direktur Maskapai Asuransi Indonesia di Bandung. Di tahun yang sama beliau diangkat sebagai Sekretaris Dewan Minahasa di Manado. Dr. Ratulangi berhasil menghapuskan "Herendienst" dan membuka transmigrasi baru di Modoinding dan Kanarom. Tanggal 16 Agustus 1927 ia bersama-sama dengan Dr. Tumbelaka mendirikan partai Persatuan Minahasa. Partai ini mulanya bersifat lokal; tujuanya untuk mempertinggi kehidupan rakyat Minahasa. Tetapi di bawah pimpinan Dr. Ratulangi partai politik Perstuan Minahasa berkembang menjadi partai besar.
Nama Dr. G.S.S.J. Ratulangi semakin terkenal di kalangan rakyat Minahasa. Terutama setelah ia menduduki jabatan Sekretaris Dewan Minahasa. Banyak tindakan Dr. Ratulangi yang menguntungkan rakyat Minahasa. Ia berhasil menghapuskan kerja paksa(rodi), menyelenggarakan transmigrasi, mendirikan yayasan dana belajar dan sebagainya semua tindakannya bitu untuk menarian taraf hidup rakyat di daerahnya.
Setelah beberapa bulan kemudian,di tahun 1927 rakyat Minahasa memilih Dr. Ratulangi menjadi wakilnya untuk duduk sebgai anggota Volksrad (Dewan Rakyat). Ketika itu perjuangan bangsa Indonesia sedang mendapat cobaan dan mencapai puncaknya. Kemudian atas kebijaksanaan Dr. Ratulangi, partai politik Persatuan Minahasa yang di pimpinya menjadi anggota Gabungan Politik Indonesia (Gapi), yang terkenal dengan tuntutanya "Indonesia Berparlemen". Gapi merupakan suatu front kebangsaan, suatu federasi yang mempersatukan semua partai politik di Indonesia. Tujuannya menyelenggarakan kongres rakyat dan menyelenggarakan tindakan bersama dalam lapangan politik, ekonomi, social. Kesatuan aksi tersebut ditunjukan untuk mencapai "Demokrasi dan Pemerintahan sendiri". Dr. Ratulangi termasuk salah seorang penggerak dan pendiri Gapi. Ia ikut memainkan peranan penting dalam mengembangkan usaha-usaha Gapi.
Teman- teman seperjuangan Dr. Ratulangi yang paling akrab adalah Muhammad Husni Thamrin dan Sutardjo Kartodihadikusumo. Ketiga-tiganya merupakan tiga serangkai yang selalu menghadapi wakil- wakil Belanda.
Pemerintah Belanda berusaha menjatuhkan nama Dr. Ratulangi. Usaha tersebut gagal, Orang- orang Belanda menamakan Dr. Ratulangi sebagai "Pembenci Belanda'. Tetapi sebenarnya tidak demikian. Ia tidak pernah membenci Belanda tetapi senantiasa berjuang melawan kekuasaan belanda di Indonesia.
Di masa kependudukan jepang, Pada tahun 1943 Dr. Ratulangi menerima tawaran Jepang. Ia diangkat sebagai penasehat pemerintah bala tentara Jepang di Jakarta. Pada tahun1944 ia di pindahkan ke Ujung Pandang untuk menduduki jabatan penasehat angkatan laut. Dr. Ratulangi senantiasa mempergunakan kedudukan resminya untuk membina semangat rakyat. Ia mendirikan organisasi Sumber Daerah Rakyat (Sudara). Dalam kehidupan yang sangat sulit pemerintah Jepang menjanjikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.
Pada permulaan bulan Agustus 1945, Dr. Ratulangi memimpin misi Sulawesi ke Jakarta untuk mengikuti sidang Panitia Persiapan  Kemerdekaan Indonesia. Setelah Republik Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus. Dr. Ratulangi diangkat menjadi Gubernur Sulawesi dan ibukota pemerinthannya berada di Ujung Pandang. Namun pemimpin-pemimpin pergerakan nasional di Sulawesi belum dapat mengambil tindakan. Mereka masih menunggu kedatangan Dr. Ratulangi dari Jakarta. Baru pada tanggal 19 Agustus 1945, gubernur Ratulangi mengumumkaan secara resmi kemerdekaan republik Indonesia di depan rakyat Sulawesi. Untuk mempertahankan tegaknya Republik Indonesia Gubernur Ratulangi membentuk badan perjuangan rakyat yang di beri nama Pusat Keselamatan Rakyat. Seluruh lapisan masyarakat di Sulawesi mendukung segala kebijaksanaan Dr. Ratulangi. Ia juga membuat petisi kepada PBB, yang di tandatangani oleh 540 pemuka rakyat Sulawesi. Petesi itu menyatakan bahwa Sulawesi tidak dapat di pisahkan dari Republik Indonesia.
Tahun 1946-1948 Dr. Ratulangi dengan stafnya di penjarakan di Ujung Pandang lalu di buang ke Serui, di pulau japen, dekat Irian Jaya. Penduduk Serui menamakan Dr. Ratulangi beserta stafnya " Tuan-tuan Merdeka. Dengan diam-diam Dr. Ratulangi berhasil mendirikan Partai Kemerdekaan Irian. Setelah rombongan Dr. Ratulangi dibebaskan, dari Irian Jaya rombongan di angkut dengan menggunkan pesawat terbang ke Surabaya. Dengan menumpang kereta api rombongan sampai di ibukota Republik Indonesia, Yogyakarta. Di Yogyakarta Dr. Ratulangi mendapat tugas baru. Beliau di angkat menjadi penasehat pemerintah pusat dan menjadi anggota delegasi Indonesia dalam perundingan yang dilangsungkan antara pemerintah Republik Indonesia  dengan pemerintah Belanda pada tahun 1948-1948.
Dr.G.S.S.J. Ratulangi telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya pada tanggal 30 Juni 1949, pada saat itu Perang Kemerdekaan kita hampir mencapai kemenangan.
 Demikianlah perjuangan-perjungan Dr.G.S.S.J. Ratulangi untuk Negara tercinta ini "INDONESIA" hampir separuh hidupnya, buah pikiranya, perjuangannya dan dedikasinya untuk Indonesia. Seluruh bangsa Indonesia berhutang budi kepadanya. Atas jasanya terhadap Nusa dan Bangsa, pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan almarhum Dr.G.S.S.J. Ratulangi sebagai Pahlawan Nasional. Dan pemerintah telah menganugrakan gelar Anumerta berurut-turut :                                                                         1. Bintang Gerilya pada tanggal 10 November 1958
2. Bintang Mahaputra pada tanggal 17 Agustus 1960
3. Satyalencana Peringatan Perjungan Kemerdekaan pada tanggal 20 Mei 1961
Dr. Ratulangi merupaka sumber inspirasi dan suri tauladan yang mejulangb tinggi beliau telah berkorban, demi cita-cita, kemerdekaan, persatuan, keadilan sosial, dan perikemanusiaan. Dr. Ratulangi termasuk dalam barisan manusia- manusia besar Indonesia yang berjajar menghiasi layar sejarah perjuangan rakyat Indonesia
  
 Buku seri Pahlawan, Sutrisno Kutoyo dkk, penerbit Mutiara Jakarta 1979.
DAFTAR PUSTAKA
1.      Kutoyo sutrisno dkk, 1979, buku seri pahlawan, Jakarta; Buku seri pahlawan
2        .http://id.wikipedia.org/wiki/Sam_Ratulangi