PERADABAN CINA KUNO


Rinaldi Afriadi Siregar / PIS

Sebagian besar wilayah negeri Cina terdiri dari pegunungan. Di sebelah utara mengalir Sungai Hoang Ho atau Sungai Kuning. Di sebelah selatan mengalir Sungai Yang Tse Kiang. Di lembah Sungai Hoang Ho inilah berkembang kebudayaan Cina Kuno.
Nama Tiongkok berasal dari kata Chung Kuo yang berarti "Negeri Tengah". Orang Cina Kuno mengenggap negerinya berada di tengah-tengah dunia. Penduduknya disebut Chung Hua yang berarti "Penduduk Negeri Tengah". Dari kata Chung kuo berubah menjadi Tiongkok, sedangkan dari kata Chung Hua menjadi Tionghoa.
Kehidupan masyarakat Cina Kuno dapat dilihat dari dua sisi kehidupan, yaitu kehidupan ekonomi dan sosial. 
Kehidupan Ekonomi
Pada masa Dinasti Shang, mata pencaharian penduduk Cina Kuno sebagai petani. Para petani saat itu sudah menggunakan bajak untuk mengolah tanah. Selain itu, ada juga yang beternak, berburu dan menangkap ikan. Pada masa Dinasti Chou, kehidupan masyarakat semakin berkembang. Ada yang menjadi pedagang, penenun, pengrajin, penebang kayu dan buruh. Pada masa Dinasti Chin, mata pencaharian utama penduduk adalah petani dan penenun.
Kehidupan Sosial
Dalam kehidupan sosial masyarakat Cina Kuno diatur dalam aturan feodalisme. Kelompok bangsawan berkuasa atas rakyat. Rakyat wajib membayar upeti/pajak kepada bangsawan. Masyarakat Cina Kuno menghormati beberapa kekuatan gaib. Penghormatan itu ditujukan kepada:
  1. Dewa Langit (Syangit) sebagai dewa tertinggi.
  2. Kekuatan alam.
  3. Arwah leluhur.
Sedangkan sistem pemerintahan yang lazim digunakan di Cina ketika itu adalah sistem dinasti. Sistem ini menganut pergantian kekuasaan secara turun-temurun. Dinasti-dinasti yang pernah berkuasa di Cina adalah:
  1. Dinasti Shang
  2. Dinasti Chou
  3. Dinasti Chin
  4. Dinasti Han
  5. Dinasti Tang
  6. Dinasti Shung
Mari kita bahas satu-persatu:
1. Dinasti Shang
Pemerintahan Dinasti Shang dipusatkan di kota Anyang di dekat Sungai Kuning. Kota ini merupakan kota tertua dan terpenting di Cina pada masanya. Corak pemerintahan Dinasti Shang dititik beratkan pada bidang militer. Oleh karena itu, prajuritnya ahli dalam berperang dengan menggunakan kereta berkuda yang disertai busur dan anak panah.
2. Dinasti Chou
Pada masa ini, raja-raja menyerahkan tugas pemerintahan kepada para bangsawan. Tugas pemerintahan itu meliputi pengurusan pajak, keamanan dan lain-lain. Sebagai imbalannya para bangsawan memperoleh sebidang tanah yang disebut vazal. Sistem vazal akhirnya merugikan pemerintah, karena sering terjadi kekacauan antar bangsawan meupun pemberontakan. Kemudian Dinasti Chou melemah, dan sebagai gantinya adalah berkuasa Dinasti Chin.
3. Dinasti Chin
Raja yang terkenal pada dinasti ini ialah Kaisar Shin Huang Ti. Dia sangat memperhatikan kemakmuran rakyat. Dalam bidang perdagangan, raja membuat ukuran timbangan yang seragam. Dia merintis hubungan dagang dengan India. Untuk menghadapi serangan bangsa Syung-Nu, dibuatlah tembok raksasa. Tembok raksasa itu kini dikenal dengan sebutan "Great Wall" atau "Tembok Besar Cina".
4. Dinasti Han
Raja yang terkenal pada dinasti ini adalah Han Hwu Tie. Agama Konfusionisme dijadikan sebagai agama negara. Pedagangan dengan negara-negara lain ditingkatkan. Masyarakat pada dinasti ini sudah dapat membuat kertas. Bahannnya terbuat dari kulit kayu dan kain-kain bekas.
5. Dinasti Tang
Dinasti Tang mengalami kejayaan waktu diperintah oleh Li Shih Min Tang tai Tsung. Bidang seni syair dan seni lukis mengalami kemajuan yang baik.
6. Dinasti Shung
Raja-raja Dinasti Shung sangat memperhatikan bidang seni dan ilmu pengetahuan. Kerajinan porselin juga berkembang dengan bak.
Tiongkok diserang bangsa Mongol di bawah pimpinan Jenghis Khan. Bangsa Mongol berhasil menduduki Tiongkok. Pada abad 14, bangsa Mongol berhasil dikalahkan Tiongkok. Setelah itu Tiongkok diserang oleh bangsa Mansyuria.
Seni sastra
Seni sastra Cina Kuno bersumber pada ajaran-ajaran filsafat. Pada masa Dinasti Chou muncul filsuf-filsuf besar seperti, Lao Tse, Kong Fu Tse dan Meng Tse. Pengaruh ajaran tersebut menjadikan keadaan pemerintahan yang semula kacau menjadi baik.

Lao Tse mengajarkan agar manusia mengikuti jalan yang ditentukan oleh alam dan menolak kehidupan duniawi. Menurut ajaran ini, terdapat kekuatan gaib yang mengatur alam semesta.. Kekuatan gaib ytersebut dinamakan Tao. Keadilan dan ketentraman akan tercapai bila setiap orang tunduk pada Tao. Oleh karena itu, ajaran Lao Tse terkenal dengan nama Taoisme. Tao artinya "jalan". Ajaran Lao Tse dimuat dalam buku yang berjudul Tao Te Ching.

Kong Fu Tse mengajarkan agar orang-orang Cina kembali pada kehidupan lama, sebagaimana tradisi atau kebiasaan para leluhur. Selain itu, Kong Fu Tse mengajarkan orang harus mengutamakan akhlak yang baik. Ajaran ini dinamakan "Konfusianisme Kong Fu Tse", atau disebut Konfusius.

Meng Tse mengajarkan ajaran yang menyangkut soal pemerintahan. Ia berpendapat bahwa setiap manusia mempunyai pembawaan yang baik. Bila seseorang berbuat jahat, hal itu akibat tidak puas atas pemerintahan yang buruk. Menurut dia, rakyat mempunyai hak untuk memberontak jika kaisar yang berkuasa tidak memperhatikan kesejahteraan rakyat.

Bangsa Cina kuno telah mengenal tulisan sejak zaman Dinasti Shang. Tulisan-tulisan biasanya terdapat pada kulitpenyu, tulang-tulang binatang atau pada piring-piring. Tulisannya berbentuk gambar atau lambang (pictograf). Pada masa Dinasti Chou, tulisan dipahatkan pada potongan-potongan bambu. Tiap daerah mempunyai bentuk tulisan sendiri. Pada Dinasti Chin, tulisan Cina berhasil disatukan.

Dibidang seni bangunan, bangsa Cina Kuno telah memiliki keahlian yang tinggi. Hal ini terbukti dari hasil-hasil seni bangunan seperti Kuil Langit, Tembok Besar atau Pintu Gerbang Kuil. Kuil Langit dibangun untuk menghormati Dewa Langit ini terdapat di Peking.

Tembok Besar Cina dibangun pada masa Dinasti Chin. Tembok Besar ini merupakan salah satu keajaiban dunia. Tembok ini disebut besar atau raksasa karena ukurannya. Panjangnya 2.430 Km, lebar 8 m, dan tinggi 16 m. Tembok ini dibangun selama 20 tahun dengan tenaga 1.000.000 orang. Tembok Besar dibangun untuk menahan serangan dari suku-suku Barbar di sebelah utara, seperti suku Hsiung-Nu.

Pada masa peradaban Cina Kuno, Peking adalah tempat kediaman Kaisar. Di situ banyak istana dan kuil. Pintu gerbang kuil Kong Fu Tse sangat bagus buatannya. Dinding-dindingnya dihiasi tegel berwarna-warni. Atapnya berbentuk melengkung ke atas. Pintu gerbang ini merupakan jalan masuk menuju kuil. Kuil itu merupakan tempat untuk menghormati arwah guru besar bangsa Tionghoa.
DAFTAR PUSTAKA :

PENINGGALAN SEJARAH ISLAM DI INDONESIA


Rinaldi Afriadi Siregar / PIS
Peninggalan-peninggalan sejarah Islam di Indonesia sangat beraneka ragam, karena jaran Islam mencakup semua segi kehidupan. Peninggalan tersebut sebagian besar merupakan hasil perpaduan kebudayaan Islam dengan kebudayaan setempat. Banyaknya bentuk perpaduan kebudayaan Islam dengan kebudayaan setempat menurut para ahli antropologi sebagai tanda bahwa penyebaran Islam di Indonesia dengan cara damai, tanpa adanya usaha menghapuskan kebudayaan yang telah ada sebelumnya.
Kenyataan ini juga berlaku di negara-negara lain, seperti di Mesir dan Irak. Kedatangan Islam di negara-negara tersebut tidak menghilangkan peninggalan-peninggalan sebelumnya, bahkan melindungi dan merawatnya. Hal ini sangat berharga, karena kita masih dapat menyaksikan karya besar manusia di masa lampau.
Peninggalan-peninggalan sejarah Islam di Indonesia antara lain dalam bentuk masjid, keraton, nisan, kaligrafi dan karya sastra. Mari kita bahas satu-persatu.
1. Masjid
Peninggalan sejarah Islam di Indonesia yang berupa masjid adalah sebagai berikut ini:
a. Masjid Demak
Masjid ini merupakan satu-satunya peninggalan Kerajaan Demak Bintoro. Masjid ini didirikan para wali pada masa pemerintahan Raden Patah. Bentuk atap bangunan masjid ini seperti meru. Contohnya wantilan di Bali dan joglo di Jawa. Meskipun masjid tersebut telah mengalami pemugaran, namun tidak mengubah bangunan dan bentuk aslinya. Masjid Demak terletak di tengah kota Demak,dan sekarang masih dalam keadaan utuh. Sehingga masih dapat dipergunakan sebagai pusat ibadah.
b. Masjid Indrapura Aceh
Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Kerajaan Islam Aceh. Dilihat dari bentuk atapnya, seni arsiteknya merupakan hasil perpaduan kebudayaan Islam dengan kebudayaan Hindu Sumatera.
c. Masjid di Aceh
Masjid ini merupakan peninggalan kerajaan Islam di Aceh. Bantuk atapnya bersusun menyerupai pura Hindu. Kenyataan ini menggambarkan bahwa Islam disebarkan dengan cara damai yaitu dengan memadukan kebudayaan Islam dengan kebudayaan setempat.
d. Masjid Sunan Ampel
Masjid tersebut dibangun pada masa kehidupan Sunan Ampel yang terletak di Ampeldhenta, Surabaya. Di sinilah Sunan Ampel memberikan pendidikan agama kepada para santrinya.
e. Masjid Kudus
Masjid ini dibangun pada masa kehidupan Sunan Kudus. Bangunan menara dan pagar masjid ini menyerupai bangunan candi Hindu.
Ada beberapa pendapat mengenai asal-usul bentuk menara yang menyerupi candi Hindu ini. Ada pendapat yang mengatakan, bahwa bangunan ini dikerjakan oleh arsitek Islam yang sebelumnya telah menguasai arsitek bangunan Hindu. Ahli kebudayaan memandang bangunan tersebut sebagai hasil perpaduan kebudayaan Islam dengan kebudayaan sebelumnya dan sengaja dibentuk semacam itu. Tahun pembuatan Masjid Kudus ini kemudian ditetapkan sebagai "Hari jadi Kota Kudus".
2. Keraton
a. Keraton kaibon (Banten)
Keraton ini merupakan peninggalan kerajaan Islam di Banten. Kerajaan Islam Banten didirikan oleh Faletehan setelah memisahkan diri dari Demak abad ke-16. Peninggaln ini masih dapat dilihat karena mash dalam keadaan utuh.
b. Keraton Kasepuhan Cirebon
Keraton Kasepuhan Cirebon ini merupakan peninggalan Kerajaan Islam Cirebon. Kerajaan tersebut pecah menjadi 2, yaitu Kasepuhan dan Kanoman. Keraton Kasepuhan ini juga masih dapat dilihat, karena bangunannya masih berdiri tegak.
3. Makam
Peninggalan Sejarah Islam yang berupa makam adalah sebagai berikut:
a. Makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik
Maulana Malik Ibrahim adalah wli pertama di Jawa yang berasal dari negara asing. Ada beberapa pendapat mengenai asal mula Maulana Malik Ibrahim. Ada yang berpendapat dari Persia, sehingga mendapat sebutan "Maulana Maghribi" yang berarti ulama dari barat. Sedangkan pendapat lain menyebutkan bahwa dia berasal dari daerah Maghribi Maroko, Afrika Utara.
Makam tersebut bercirikan khas Islam dan berpahatkan huruf Arab, dapat dijumpai di daerah Gresik, Jawa Timur.
b. Makam Islam Talo
Makam ini merupakan peninggalan sejarah Islam di Makasar dan diperkirakan dibangun  pada tahun 1616 Masehi. Makam tersebut sebagai bukti bahwa sejak awal bad 17 Islam telah berkembang di Talo, Sulawesi Selatan.
c. Makam Sunan Bayat di Kalten
Bentuk gapura makam Sunan Bayat seperti bangunan candi Hindu, sehingga oleh masyarakat disebut Candi Bentar. Dari bangunan ini dapat disimpulkan bahwa kebudayaan Islam banyak berpadu dengan kebudayaan pra-Islam.
d. Nisan pada kuburan Raja Islam
Batu nisan ini memberikan petunjuk bahwa raja-raja nusantara memeluk agama Islam sejak awal berkembangnya Islam di Indonesia.
4. Peninggalan-peninggalan lain
Peninggaln lain yang merupakan peninggalan Islam adalah seperti berikut:
a. Benteng
Benteng ini dibangun pada masa pemerintahan kerajaan Islam di Banten, yang merupakan bagian pertahanan Banten dalam menghadapi serangan musuh.
b. Meriam
Meriam Ki Amuk merupakan senjata andalan Banten yang telah beberapa kali dipergunakan dalam pertempuran melawan musuh. Menurut beberapa sumber sejarah, meriam tersebut dibuat oleh Kerajaan Banten sendiri dengan mendatangkan para ahli meriam dari Turki.
5. Kesusastraan
Hasil kesusastraan peninggalan sejarah Islam berisi ajaran khusus seperti tasawuf atau budi pekerti yang baik, maupun filsafat kemasyarakatan. Kesusastraan juga ditulis dalam beberapa bentuk , yaitu:
  • Suluk: adalah kitab-kitab yang berisi ajaran tasawuf. Beberapa suluk yang terkenal antara lain: Suluk Sukarsa, Suluk Wujil, dan Suluk Malang Sumirang.
  • Syair: beberapa karya sastra syair peninggalan sejarah islam Indonesia karya Hamzah Fansuri antara lain: Syair Perahu dan Syair si Burung Pingai.
  • Hikayat: beberapa hikayat peninggalan sejarah Islam Indonesia antara lain; Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Bakhtiar, Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat Jauhar Manikam dan Hikayat Hang Tuah.
  • Babad: adalah cerita sejarah yang biasanya lebih bersifat cerita daripada nilai sejarahnya. Karya-karya babad yang ditemukan andata lain; Sejarah Negeri Kedah, Sejarah Melayu (Salawat Usalatin), Babad Tanah Jawi, Babad Gianti, Babad Banten dan Sejarah Raja-raja Riau.
  • Kitab ajaran Budi pekerti: kitab-kitab ini antara lain Nitisruti, Nitisastra dan Astabrata.
  • Kitab politik pemerintahan: kitab tentang politik pemerintahan antara lain adalah Sastra Gending.
Berbagai bentuk karya budaya peninggalan sejarah Islam menunjukkan bahwa bangsa kita adalah bangsa yang memiliki daya cipta dan kreativitas yang tinggi. Peninggalan-peninggalan tersebut menjadi kebanggan kita semua.
DAFTAR PUSTAKA :

KEHIDUPAN SUKU LAUT MASA KINI

MARA ANJANI / SR

Masyarakat paling asli di Kepulauan Riau adalah Orang Laut. Masyarakat ini memiliki peran khusus dalam sejarah karena daerahnya meliputi ratusan pulau dengan perairan yang sangat rumit tepat di bibir selat Malaka. Pihak yang menguasai wilayah ini juga menguasai arus perdagangan lewat selat yang amat strategis ini. Dukungan dari masyarakat asli kepulauan – dulu disebut sebagai Orang Pesukuan – pada momen tertentu dalam sejarah telah merupakan faktor penting bagi pihak yang merebut daerah ini. Ternyata, berkembang suatu sistem yang secara simbolis mengikat suku-suku Laut kepada kerajaan di daerah ini lewat kerahan atau tugas yang statusnya berbeda-beda. Akibatnya, suku-suku Laut di kepulauan termasuk pada hierarki sosial, di mana lapisan teratasnya terasimilasi pada jati diri orang Melayu melalui Islam.
Orang Laut yang masih asli adalah lapisan terendah dan hingga sekarang masih dio kucilkan, walaupun telah menetap di Pantai. Pencaharian mereka adalah memanfaatkan ikan-ikan di karang dengan tombak, paning, mencari teripang, berburu duyung, bahkan memburu mangsa di hutan dengan bantuan anjing peliharaan. Sumberdaya dan kondisi kerja mereka sangat dipengaruhi musim, sehingga masyarakat ini pada dasarnya hidup berkelana di sampan. Pada musim tertentu biasanya saat hasil laut berkurang mereka bekerja menebang bakau untuk dapur arang. Ada kelompok yang akhirnya menggantungkan hidup pada pekerjaan ini dan menjadi kelompok masyarakat menetap.
Hidup berkelana di Laut adalah sejarah masyarakat suku Laut. Dengan sampan berkajang yang berfungsi sebagai rumah dan lambing kesatuan sebuah keluarga, kehidupan seperti itu berlangsung berabad lamanya. Semua aktifitas kehidupan berlangsung di dalam sampan dengan laut sebagai pemenuh segala kebutuhan hidup.
Sebutan lain untuk Orang Laut adalah Orang Selat. Orang Laut kadang-kadang dirancukan dengan suku bangsa maritim lainnya, Orang Lanun . Secara historis, Orang Laut dulunya adalah perompak, namun berperan penting dalam Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Malaka dan Kesultanan Johor. Mereka menjaga selat-selat, mengusir bajak laut, memandu para pedagang ke pelabuhan Kerajaan-kerajaan tersebut, dan mempertahankan hegemoni mereka di daerah tersebut
Sampai pada sekitar dua puluhan tahun yang lalu, kelompok suku ini mendapat perhatian dari beberapa pihak yang berambisi merubah cara hidup mereka. Pihak pemerintah melalui Departemen Sosial dengan program PKMTnya, kelompok misionaris dengan ajaran agamanya, juga pihak lembaga swasta lainnya seperti K3S (Koordinator Kegiatan Kesejahteraan Sosial) yang berlomba memberikan sentuhan "peradaban" bagi kelompok masyarakat ini. Berdasarkan penilaian terhadap cara kehidupan yang selama ini dijalani, dua hal penting sebagai kriteria peradaban dalam misi tersebut adalah hidup menetap dan beragama.
Pemerintah melalui PKMT memberikan pembinaan untuk hidup menetap dan membangun rumah bagi mereka, sekaligus memasukkan mereka sebagai penganut Islam. Namun tidak semua kelompok suku ini terjaring dalam program tersebut. Program PKMT ada di Pulau Bertam dan Pulau Gara di kecamatan Belakang Padang, di Kampung Air Klubi, kecamatan Bintan Timur, di pulau Lipan, kecamatan Lingga, juga ada di SeiBuluh, kecamatan Singkep serta di Pulau Talas / Linau, kecamatan Senayang.
Kelompok lainnya di luar PKMT tersebar di kecamatan Belakang Padang dan Batam Timur, kotamadya Batam, di kecamatan Bintan Timur, Bintan Utara, Galang, Kundur, Lingga, Singkep dan Senayang yang termasuk wilayah Kepulauan Riau. Jumlah keseluruhan mereka saat ini sekitar 944 keluarga atau 4.970 jiwa. Mereka yang tidak tersentuh program itu umumnya mendapat perhatian dari kaum misionaris dengan kompensasi menjadi umat Kristen Katolik atau Protestan.
Ternyata gelombang peradaban itu justru menyeret mereka ke dalam arus dilemma kehidupan yang berkepanjangan. Hidup menetap dan beragama tidak lantas begitu saja mengangkat derajat kehidupan mereka sama seperti kelompok masyarakat lainnya. Orang-orang di sekitar mereka terutama orang Melayu yang merupakan kelompok mayoritas telah terlanjur menganggap kelompok ini sebagai kelompok terasing yang liar, kotor, bau dan memiliki ilmu hitam. Mereka yang dikenal dengan sebutan orang Mantang, Barok, Tambus dan orang Sampan menjadi kelompok yang tersingkir dari pergaulan sehari-hari dengan masyarakat lainnya.
Padahal dengan hidup bersama kelompok suku laut, nelayan-nelayan lain di sekitar mereka banyak mengetahui cara-cara memanfaatkan jenis biota laut tertentu yang menjadi andalan seperti gamang dan tripang. Berbagi pengetahuan dengan orang lain dengan sendirnya telah membuat mereka kehilangan kesempatan untuk sebanyak mungkin mendapat hasil laut.
Namun masih ada hal yang justru lebih buruk, yakni mengeksploitasi sumber daya laut dengan cara yang illegal. Seperti penggunaan pukat harimau, pemboman terumbu karang dan peracunan ikan. Kegiatan tersebut hampir terjadi di seluruh wilayah perairan kepulauan Riau yang berdampak buruk bagi perekonomian nelayan-nelayan tradisional. Permasalahan lingkungan lain adalah pencemaran air laut oleh limbah industri yang banyak tersebar di kotamadya Batam yang merupakan pusat industri. Pengerukan dasar laut oleh perusahaan galangan kapal, pertambangan bauksit, pertambangan timah dan pengerukan pasir laut wilayah perairan Kepulauan Riau.
Bagi nelayan tradisional temasuk suku laut kegiatan yang terus berlangsung itu, ancaman yang dapat menghancurkan kehidupan perekonomian mereka. Bila sebelum hidup menetap dapat pergi kemana saja mendapatkan rezeki, maka sekarang hal tersebut tidak dapat lagi dilakukan. Dengan sendirinya kehidupan sekarang telah membatasi ruang gerak mereka. Jarak yang dapat ditempuh menjadi terbatas karena adanya ikatan untuk kembali ke rumah. Ditambah lagi peralatan yang digunakan masih sangat sederhana. Sebagian besar dari mereka masih menggunakan sampan dan ada beberapa yang menggunakan pompon dengan kekuatan mesin yang relative kecil. Alat tangkap yang digunakan biasanya adalah pancing, jaring, tombak dan bambu.
Ketika desakan ekonomi semakin menghimpit, sebagian dari mereka terpaksa mencari solusi lain dengan pergi bertandang. Bertandang adalah kegiatan turun ke laut dengan sampan berkajang menuju tempat yang dianggap masih memiliki hasil lumayan terutama gamat dan teripang. Seluruh anggota keluarga di dalamnya dalam waktu berminggu-minggu lamanya. Tetapi kegiatan ini justru membuat citra mereka sebagai masyarakat terasing semakin sulit dihilangkan.
Mau tidak mau resiko itu terpaksa diterima, bahkan ada sekelompok orang Laut di Air Mas kecamatan Batam Timur yang dahulunya tetap mempertahankan budaya bertandang ini.Kelompok ini menghabiskan lebih banyak waktu dengan berpindah-pindah ke laut walaupun harus di pandang primitif oleh orang lain bahkan oleh kelompoknya sendiri, tidak ada pilihan lain untuk mempertahankan hidup. Hidup menetap-pun tidak membuat mereka lebih baik secara ekonomi maupun sosial.
Dalam bidang pendidikan bagi kelompok yang bertandang merupakan suatu masalah baru lagi bagi mereka. Secara umum tingkat pendidikan masyarakat suku Laut masih sangat rendah, sebagian besar mereka masih buta huruf. Bagi anak-anak suku laut bersekolah di sekolah umum di desa cenderung mendapat perlakuan yang deskriminatif. Guru sendiri terkadang sering memperlakukan mereka dengan kasar karena dianggap nakal. Hal ini menjadi trauma yang berkepanjangan sehingga mereka lebih memilih untuk tidak bersekolah.
Kalaupun ada sebagian beruntung yang tidak mendapat perlakuan buruk dari sekolah, maka kemerosotan ekonomi akan muncul sebagai kendala. Sekalipun mereka tidak memimpikan untuk mendapat pendidikan yang tinggi, yang utama adalah baca tulis saja. Agar dengan demikian mereka tidak semakin termarginal dalam segala hal. Tetapi dengan keadaan sosial ekonomi sekarang ini sulit bagi Suku Laut untuk menempuh jenjang pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
·         Rab, Tabrani, 2002. Nasib Suku Asli di Riau. Pekanbaru : Riau Cultural Institut