Krisis Perekonomian di Asia Timur

Debora Hutagalung

 

Krisis ekonomi yang melanda asia timur pada tahun 1997 merupakan fedomena yang menarik untuk di kaji, bahkan setelah satu decade pascakrisis. Pembangunan ekonomi selama dekade sebelumnya telah mengantarkan negara-negara asia timur mencapai pertumbuhan ekonomi yang fantastis.

Sejak tahun 1960-an hingga 1990-an, perekonomian  negara asia timur tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan negara di kawasan lainya di dunia. Pertumbuhan yang tinggi tersebut juga tercermin dari pesatnya peningkatan PDB per kapita riil dari USD2.000 pada tahun 1965 menjadi USD11.000 Pada fantastis ini telah membawa kawasan di asia timur mendapat julukan sebagai " the asian  tiger ".

            Pencapaian kinerja pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh kinerja ekspornya yang terus meningkat sejalan dengan liberalisasi ekonomi yang dilakukannya pada era 1980-an. Pesatnya pertumbuhan  investasi kelima negara di asia timur mencapai rata-rata di atas 10% pada periode 1990-1996. Dasar pijakan pertumbuhan perekonomian tersebut adalah ( I ) kebijakan pembangunan yang tangguh secara fundamental dan kossisten dalam penerapannya, ( II ) kinerja makroekonomi yang cukup baik dan stabil. ( III ) kebijakan restuktirisasi dan deregulasi system keuangan ( IV ) peningkatan secara cepat kualitas dan produktivitas sumber daya manusia.

            Keberhasilan pencapaian kinerja ekonomi yang fantastis tersebut tampa di dasari menimbulkan sindrom criss of success yang berpotensi menimbulkan kerentanan. Kerentanan tersebut secara umum dapat diidentifikasikasi yaitu daya saing yang rendah karena berbagai fasilitas yang diberikan pemerintah yang tidak market oriented dan kemudahan akses factor produksi, kurangnya tranparansi dalam hubungan industrial, lemahnya system perbankan dan koprasi karena banyak nya peran pemerintah, dan banyaknya pinjaman luar negri jangka pendek untuk pembayaran jangka panjang sehingga berpotensi mismatcb.

Dari " asian miracle " menuju krisis

Sejak tahun 1960-an, asia yang dikenal sebagai kawasan tebesar dan terpadat penduduknya, pertumbuhan sangat pesat dibandingkan negara-negara kawasan lainnya di dunia. Negara yang bergabung di asia timur  mempunyai pertumbuhan ekonomi yang cukup spekakuler dibandingkan negara-negara lain nya di kawasan asia maupun dunia.

            Keberhasilan pencapaian kinerja ekonomi yang fantastis tersebut tampa di dasari menimbulkan sindrom crisis of success yang berpotensi menimbulkan kerentanan . pencapaian fedomenal tersebut telah membuai pengambilan kebijakan yang cenderung mengabaikan perinsip-perinsip governance, pengambilan kebijakan yang kurang hati-hati dan maraknya moral bazard. Adapun bentuk kerentanan tersebut yang dinilai mempunyai potensi yang menimbulkan krisis di kemudian hari antara lain adalah :

1.      daya saing yang rendah karena berbagai fasilitas yang diberikan pemerintah yang tidak market oriented dan kemudahan akses factor produksi

2.       kurangnya tranparansi dalam hubungan industrial

3.       lemahnya system perbankan dan koprasi karena banyak nya peran pemerintah,

4.       banyaknya pinjaman luar negri jangka pendek untuk pembayaran jangka panjang sehingga berpotensi mismatcb.

1.      Potret ekonomi asia timur menjelang krisis

            Peran pemerintah dalam mendukung kesuksesan negara-negara di asia timur, secara umum terdapat dua pandangan dari kelompok ekonomi yang beraliran neoklasik dan revisionis. Menurut aliran neoklasik pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di asia timur dapat tercapai karena terdapat dukungan tenaga kerja, sumber daya manusia, dan modal fisik. Sedangkan aliran revisionis berpendapan bahwa pertumbuhan ekonomi di kawasan asia timur yang cukup tinggi di karenakan peran pemerintah memerankan peran yang sangat penting dalam mendukung kesuksesan kelompok negara-negara asia timur.

            Kinerja ekonomi negara-negara asia timur yang cukup mengesankan tersebut,  di samping memberikan dampak positif berupa meningkatkan optimisme sekaligus menjadi bumerang yang membahayakan bagi negara –negara itu sendiri. Optimisme yang berlebihan menyebabkan negara-negara tersebut menjadi le1ngah untuk menyadari bahwa dibalik kesuksesan terdapat berapa faktor kerentanan yang dapat menimbulkan krisis di kemudian hari. Potensi kerentanan di asia timur dapat di kelompkan menjadi empat katagori utama yaitu:

1.      Liberalisasi transaksi modal

2.      Jaminan yang bersifat implisit

3.      Kesalahan dalam penempatan

4.      Kelemahan di sector koprasi

Hingga tahun 1990-an potret ekonomi di kawasan asia timur secara umum sangat fonomenal. Hal ini antara lain tercermin dari tingkat pertumbuhan PDB per kapita kawasan asia timur selama lebih dari dua dekade yang menunjukkan performa sangat baik, bahkan meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan kawasan lainnya di dunia. Tingkat PDB kelima negara asia timur apabilah dibandingkan antara tahun 1975 dengan tahun 1997 rata-rata mengalami peningkatan PDB per kapita lebih dari tiga kali lipat.

Sampai dengan tahun 1994, tingkat pertumbuhan PDB kelima negara di kawasan asia tenggara tersebut mencapai level  tertinggi dari tahun-tahun sebelumnya yaitu berada pada tingkat pertumbuhan antara 5% hingga 10% dan tingkat pertumbuhan tersebut hamper merata di semua kawasan asia timur.persentase PDB ini terus mengalami penurunan hingga mencapai titik terendah pada tahun 1997., yaitu ketika krisis ekonomi menerapa hamper seluruh negara di kawasan asia tenggara termasuk korea selatan.

Perkembangan nilai investasi

Berdasarkan data pertumbuhan investasi riil asia timur yang dikutip dari data world bank-compound annual average growth selama kurun waktu 1990-1996, kelima negara di kawasan asia timur dapat di katakan menunjukkan tingkat pertumbuhan investasi yang cukup tinggi ( rata-rata 2 digit ) ( table 2.2 ) disebabkan oleh pengaruh signifikan atas tingginya nilai investasi swasta yang dikombinasikan dengan penikatan sumber daya manusia yang merupakan kompenen terbesar  yang berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan suatu negara. Faktor-faktor tersebut memberikan kontribusi hamper dua pertiga dari tingkat pertumbuhan kelompok negara HPAEs. Kondisi yang cukup mengesankan ini merupakan dampak positif atas keberasilan dalam mengalokasikan arus modal yang ada saat itu menjadi investasi yang memberikan imbal hasil yang tinggi serta keberhasilan dalam meningkatkan negara industry.

Beberapa kebijakan yang nilai turut memberikan stimulus yang cukup besar bagi peningkatan investasi di kawasan asia timur pada masa sebelum krisis secara umum dapat di katagorikan dalam dua kelompok kebijakan, yaitu:

1.      Kebijakan yang bersifat fundamental

2.      Kebijakan intervensi yang bersifat selektif.

Di sisi lain disoroti pula bahwa kualitas iklim investasi pada suatu kawasan memainkan peran yang sangat penting dalam memberikan iklim yang kondusif bagi masuk nya investor asing ke suatu negara. Sejalan dengan pendapat ini, dalam sebuh surve yang dilakukan oleh world bank terkait dengan iklim investasi di empat negara, yaitu memunculkan berbagai spesifik isu selama ini di nilai dapat menjadi perhatian utama di sejumlah perusahaan- perusahaan, isu-isu yang menjadi kendala dalam operasional suatu perusahaan . surve menunjukkan pada berapa sekala ekonomi tertentu, isu-isu yang menjadi perhatian utama di sejumlah perusahaan-perusahaan besar adalah adanya ketidakpastian terkait dengan kestabilan makroekonomi. Selain itu , survey iklim investasi juga menekankan berapa pentingnya investor mengetahui content dari ketidak pastian tersebut dan interpretasi serta implementasi investor atas peraturan dan kebijakan yang digariskan oleh pemerintah pada suatu negara.

2.      Teori yang mendasari terjadinya krisis di asia timur

Krisis keuangan yang terjadi di negara-negara di kawasan asia timur sejak pertengahan tahun 1997 merupakan suatu peristiwa ekonomi yang sangat penting yang melanda suatu kawasan pada dekade terhakir ini. Penyebab muncul nya krisis di asia timur, terdapat beberapa faktor yang secara umum di nilai sangat pontesial menstimulus munculnya krisis di asia timur

1.      Penurunan nilai mata uang regional terhadap  USD

2.      Meningkatnya kerentanan mata uang domestic terhadap external shocks

3.      Kerapuhan system perbankan yang sebabkan oleh besarnya pertumbuhan kredit yang sebagian besar dialokasikan untuk sector non-perdagangan dan beresiko tinggi. Yaitu propeti dan saham

4.   Adanya sentimen pasar dan turunnya kepercayaan investor, yang berdampak pada kondisi berbaliknya secara tiba-tiba arus masuknya modal menjadi arus keluar modal secara mendadak dan besar-besaran

Akar permasalahan mengenai penyebab munculnya krisis tersebut hingga saat ini masih menjadi perdebatan yang menarik.mengenai penyebab krisis secara mendadak melanda di kawasan asia timur yang di nilai mempunyai fundamental ekonomi cukup kuat selama ini

Teori konvensional mengenai krisis

Salah satu model ekonomi yang banyak digunakan oleh ekonom sebagai dasar menganalisis berbagai faktor mengenai penyebab krisis adalah teori ini.

Krisis yang dikemukakan dalam model the first generation of crisis adalah krisis nilai tukar atau krisis neraca pembayaran. Asumsi yang digunakan dalam model tersebut adalah negara dengan kondisi smalI open economy serta nilai tukar yang dianut adalah nilai tukar tetap, dalam model ini dikemukakan bahwa pemerintah dalam menghadapi defisit nrraca keuangannya diasumsikan akan mengunakan cadangan devisa yang terbatas dimiliki untuk melakukan peg terhadap nilai tukar mata uang lokalnya. Kebijakan ini tentusaja akan menyebabkan kondisi ekonomi menjadi tidak stabil, yang pada akhirnya akan mendorong para spekulan untuk secara besar-besaran melepaskan mata uang local ketika cadangan devisa negara tersebut mulai merosot tajam tampa titik tertentu.

            Adapun model the second generation of crisis atau generasi kedua, adalah monel yang digunakan untuk menjelaskan krisis yang menyebabkan oleh adanya aksi spekulasi sebagai dampak dari adanya perubahan yang kurang menguntungkan dari adanya sentimen pasr yang tidak ada keterkaitan langsung dengan kondisi fundamental ekonomi suatu negara, ini menyebabkan munculnya krisis yang disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa mempertahankan  adalah lebih besar biayanya apabila pada saat itu pasar mencapai bahwa kebijakan tersebut akan gagal.

            Dalam implementasinya, ketika pada tahun 1997 krisis menyerang negara-negara di asia timur , ternyata model krisis generasi keduan tersebut tidak dapat menjelaskan fedomena krisis yang terjadi pada saat itu. Krisis yang terjadi di kawasan asia timur di nilai sangat kompleks dan lebih parah karna menyebabkan collapse-nya ast di pasar domestic, jatuhnya perbankan, bangkrutnya perusahaa-perusahaan besar serta memberikan efek tular yang sangat cepat terhadap ekonomi negara lainnya di kawasan

            Model krisis generasi ketiga merupakan model yang dikembangkan untuk memberikan penjelasan mengenai penyebab terjadinya krisis di asia timur pada pertengahan tahun 1997 yang belum dapat dipaparkan oleh model krisis generasi pertama dan generasi kedua. Krisis generasi ketiga merupakan gabungan antara krisis nilai tukar dengan krisis perbankan..

Teori open economy oleh bernanke-gertler ( 1989 )

            Teori open economy oleh bernanke-gertler memukakan bahwa investasi sering dianggap sebagai constraint dari kekayaan, hal ini karena adanya keterbatasan asset dalam suatu perusahaan. Oleh karena itu tingkat investasi suatu perusahaan sangat di pengaruhi oleh kondisi ekonomi pemilik perusahaan iti sendiri. Hal tersebut mendorong perusahaan-perusahaan tersebut degan berbagai alasan mencari pinjaman dalam valas untuk meningkatkan likuiditadnya.

            Model tersebut secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

1.      Untuk menerangkan mengenai model makroekonomi terbuka

2.      Agar model tersebut dapat lebih menrangkan mengenai krisis.

Pada saat nilai tukar dalam kondisi terdepresiasi tajam, beberapa perusaan akan menghadapi kendala dalam manajemen asset dan kewajibannya. Depresiasi nilai tukar membuat beban bunga dan nilai pokok utang dalam denominasi valas meningkat dratis.

            Untuk krisis yang terjadi di asia timur, teori ini berpendapat bahwa telah terjadi suatu yang menyebabkan terjadinya ketidakstabilan politik, kemudian adanya krisis keuangan yang terjadi dinegara lain yan diduga oleh para investor akan terjadi pada negara lain, adanya manipulasi pasar oleh spekulan-spekulan besar yang menyebabkan terjadinya depresiasi nilai tukar secara mendadak. Selanjutnya depresiasi tersebut menyebabkan terjadinya kehancuran dalam neraca pembayaran, sehingga berdampak pada terjadinya krisis.

 

Daftar Pustaka

-          Ahmal.2013.Masyarakat Asia Timur Dalam Pusaran Sejarah.Pekanbaru.

-          Arifin,Syamsul.2008.Perekonomian Asia Timur.Elex Media Kompetindo.Jakarta.

 

No comments:

Post a Comment