Abdullah
1. Kerajaan Bangko
Sejarah kerajaan bangko Kerajaan rokan ini ialah kerajaan yang baru di kabupaten rokan hilir, dan timbulnya kerajaan ini di karenaka hampir setengah abad tenggelamnya kerajaan pekaitan yang terletak di bagab siapi api. Asal mula berdirinnya kerajaan ini ialah yaitu yang di dirikan oleh ulama asal pasai yang bernama syarif ali dan berdirinya kerajaan ini ± abad XVI. Pada awal XV M ada sebuah negeri yang terletak di muara sungai rokan yang bernama batu hampar, yang menjadi ibu bangko. Disini banyak penduduk yang hidup damai akan tetapi belum seluruhnya menganut agama islam pada waktu itulah datang seorang alim dan warak dari pasai dan mengungsi akibat dari peyerbuan portugis di kerajaan pasai beliau ialah syarif ali yaitu orang yang mendirikan kerajaan, dan konon raja ini ialah keturunan dari sultan malikul saleh. Setelah beliau sampai di batu hampar beliau menetap di batu hampar dan pada ahirnya ia meyebarkan ajaran ajaran agama islam pada penduduk negri bangko.
Hutan tanah sepanjang sungai bangko di bagi bagi mulai dari muara hulu di serahkan kepada siapa yang menjadi pucuk atau kepala negeri mangkanya segala hasil di puulangkan kepada kepala negeri, sedangkan kepala induk di serahkan kepada hutan hutan tanah negri bangko yang terbagi atas tujuh mulai dari sarang lang sebelah hulu sampai ke ujung simbur berbatasan dengan hutan tanah datuk laksemana bukit batu. Begitulah syarif ali mengatur dengan baik hingga kepada harta soko dan benda pusaka di serahkan kepada Dewa Pahlawan sebagai kepala negeri, seteloah beliau mengatur negri dan adat kemudian di serahkan kepada anak anak nya maka beliau tinggal beribadah aja lagi karena ia di kenal alim dan di sebut datuk batu hampar[1].
2. Kerajaan sintong
Kerajaan sintong berada di hulu sungai sintong kira kira satu kilometer dari muara sungai sintong yang bermuara di sungai rokan tidak bayak catatan tentang kerajaan ini selain catatan lisan ada sebuah situs penting dari kerajaan ini sebuah candi yang dapat di gali kebenarannya secara arkeologi namun demikian setelah candi itu di telusuri namun keadaan candi ini sudah sangat rusak dan tidak memungkinkan untuk rekontruksi. Menurut cerita lisan masyarakat setempat situs itu tempat ibadah nenek moyang masyarakat sintong sebelum islam masuk yang datang dari pasai.
Kerusakan bermula pada jaman penjajahan belanda situs ini di gali mastyarakat karena di anggap meyimpan benda berharga berupa harta karun seperti emas intan perak dan batu batu permata yang mahal. Keadaan ini memburuk ketika ada pembangunan mesjid dan di ambil lah batu batu yang ada di candi sintong. Selain situs agama masyarakat sintong masa lalu ada lagi yang menarik yaitu kecantikan putri sintong.
3. Kerajaan pekaitan
Pada abad ke XV sesudah pudarnya kerajaan rokan pertama di kota lama, maka berdiripula lah kerajaan rokan bernama kerajaan pekaitan yang mengambil nama negri itu, yaitu negri pekaitan.raja bergelar yang dipertuan besar sungai daun,namannya asri raja kunto. Letaknya di seberang bagan siapi api di barat daya kampung sungai besar sekarang. Di peta, letaknya di daratan kampung sungai besar, kira kira 5 km dari pinggir muara sungai rokan, dan berhadapan langsung dengan selat malaka. Rajanya terkenal sebagai seorang yang senantiasa ingin bersenang senang dengan rakyatnya, seperti mengadakan pesta jamuan makan sampai 40 hari,40 malam dengan bermacam macam permainan, seperti silat, tari, main catur,dan sebagainya.
Ibu kota kerajaan ini namannya pekaitan. Menurut cerita,k kota pekaitan ini sengat luas dan ramai. Mulai dari pekaitan sampai di siarang arang. Melukiskan ,bumbungan rumah penduduk taut betaut dan sambung meyambung,sehinnga kucing takperlu berjalan di atas tanah cukup berjalan di atas atap dan prabung rumah penduduk mulai dari pekaitan sampai di siarang arang. Kalau di hitung, panjang kota pekaitan kira kira 25 km. Keadaan penduduknya makmur dengan bermacam macam mata pencarian seperti bertani berlayar ke pulau pinag membawa atap dari daun nipa menangkap niakn laut, dan ikan sungai atau danau, mencari rotan damar dan sebagainya.
Pada zaman itu rajannya sangat adil dan pemurah. Pelabuhannya sangat ramai di singgahi kapal layar dan tongkang tongkang yang berdatangan dari pelabuhan pasai dan malaka. Cerita kebesaran pelabuhan pekaitan ini dapat di sandingkan dengan kebesaran pelabuhan pasai dan malaka yang tersohor itu. Seperti halnya pelabuhan pasai dan malaka, cerita kebesaran pelabuhan pekaitan dapat di sandingkan dengan kebesaran pelabuhan pasai dan malaka yang tersohor itu. Selain itnu juga dapat di singgahi oleh orang portugis dan dari negara eropa lainnya india juga bahkan tiongkok.mereka datang mengisi air minum dan membeli hasil bumi dari tanah kerajaan pekaitan.
Dari ke pekaitan ini negara eropa dan orang orang eropa langsung ke malaka dan ke jawa makasar dan sebaliknya. Untuk menjaga dan memungut cukai yang ada di sungai daun. Ialah yaitu dengan gelar datuk syahbandar gelar ini masih ada di kalangan penduduk rokan dan tambusai dan rambah.
Kerajaan ini di tata pemerintahannya dengan baik jalan jalan baik dengan dermaga di bangun dengan baik. Pada tiap tiap tahunya di adakan pacuan kuda.uda pemuda di perintah kan belajar memacu kuda dan berlatih mengunakan tombak dan keris, terutama bagi kalangan anak raja raja di lingkungan istana. Rakyat di latih menggunakan senjata seperti, tombak,keris pedang dan lelo atau meriam.pertahanan kerajaan di perkuat dengan memperbayak hulubalang para hulubalang ini di pimpin oleh seorang panglima. Panglimannya bergelar panglimanayan dan salah seorang hulubalangnya yang termasuk datuk penjarang.
Panglima nayan sangat terkenal namanya hingga sekarang,dan ia mempunyai cerita sendiri di kalangan rakyat. Tentang kegagahan melawan portugis , dapat pula di sandingkan dengan lanksamana hangtuah yang termashur di malaka.ceritanya konon,panglima nayan ini sanggup melompat setinggi 3 depan 2 hasta, tebal kulitnya setebal kulit gajah, kebal tahan besi tajam,badannya tinggi tegap,kulitnya hitam legam. Pada jaman portugis, nama panglima nayan ini sangat terkenal dan di takuti oleh peringgi yaitu sebutan portugis di rokan. Begitu pulalah dengan datuk penjarang, hulubalang kerajaan rokan ini badannya tinggi , berkulit kuning, alismata seumpama bulan sabit, dan dadanya berbulu. Budi bahassannya sangat halus pembicaraan ya menawan hati bagi siapa yang mendengarkan pasti hatinya tenang. Kekuatannya sangat luar biasa bila di perintah oleh yang tuan untuk sesuatu keperluan di tempat lain, dengan memakai perahu yang bernama seludang pinang, ia segera menunaikan perintah dan berjalan dengan perahunya[2].
4. Kerajaan kubu
Kerajaan kubu merupakan kerajaan atau daerah yang ada di kabupaten rokan hilir. Menurut sejarah kubu kerajaan ini di dirikan tahun 1667 – 1084 H tuanku raja hitam ialah adalah seorang bangsawan negri rawo atau negeri rawa, sumatra barat. Tuanku raja hitam datang kedauereah ini di dampingi para penasehat dan para pembantunnya, yakni datuk penghulu musa datuk merah pelangi dan datuk kecil. Di samping itu, dalam rombongan tuanku raja hiam, terdapat tiga orang hulubalang, yaitu panglima sati, panglima sutan kalingo, dan panglima hundero. Pada waktu tuanku raja hitam dantang di kubu waktu itu namannya sungai baung. Tuanku raja hitam mendirikan pemukiman yang akan menjadi sebuah negeri yang di berinama KUBU. Tuanku raja hitan di nobatkan menjadi raja di negeri itu.
Pada tahun 1679, suatu rombongan dari johor datang ke kubu. Rombongan inilah yang di sebut PUAK HAMBA RAJA. Dengan kepala suku bernama datuk gafar, dalam rombongan itu, turut pula beberapa petinggi seperti datuk latih panglima kedono, datuk abdullah dan datuk aman.- datuk gafar ini pandai di bidang atsministrasi negara. Kemudian menjadi bean tuanku raja hitam, anaknya tunriti menikah dengan anak tuanku raja hitam bernama megat mahkota atau mogek nekoto. Berselang beberapa saat, datuk gafar di angkat menjadi datuk bendahara. Magkin lama kubu semangkin ramai, hasil hutan merimpah luah, perdagangan erjalin dengan negeri lain, seperti batu bara, atau sumut siak dan lainnya. Tuanku raja hitam wafat pada tahun 1708 digantikan dengan anaknya mogegmekoto dengan gelar raja megat mahkota. Sementara datuk gafar meninggal pada 1710. Pada tahun 1730, negeri ini pertama sekali bergabung dengan siak sriindra pura. Kerajaan ini kubu ini naik hingga lahirnya kenegaraan republik indonesia. Pada era kemerdekaan, kubu berubah menjadi status kecamatan di kabupaten bengkalis dan kini masuk wilayah kabupaten rokan hilir yang baru di mekarkan berdasarkan uu 53 tahun 1999. Data mengenai eksistensi kerajaan kubu lebih jelas di bandingkan kerajaan lain. Ada peninggalan berupa manuskrif, mengenai berdiri dan pertumbuhan ini yang di tulis SUKU HAMBA RAJA. Yang mendiami daerah iu yang di beri judul sejarah negri kubu di lampiran naskah hukum negreri kubu yang berisikan aturan aturan tentang hak dan kewajiban wargannya. Itulah sejarah dari negeri kubu[3].
Kehidupan masyarakat yang ada di kerajaan kerajaan yang ada di kabupaten rokan hilir sangat membaik karena raja raja yang ada di kerajaan ini sangat piawan dalam melakukan tindakan.
Dan Kubu adalah salah satu kota terpencil yang berada di Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau, karena letak dan jalan yang rusak sehingga tidak memungkinkannya sarana pendidikan yang bermutu, tempat ini sangat jauh dari keramaian hiruk pikuk kota, tempat ini sangat tertinggal entah siapa yang mau disalahkan pemerintah atau penduduk yang tidak memperdulikan tempat tinggalnya, pembangunan harus dibarengi dengan pembangunan dalam pendidikan. Bilamana hal ini tidak sejalan maka akan terjadi ketimpangan antara laju pertumbuhan ekonomi dengan keadaan pendidikan yang ada.
Penduduk Kubu terutama hidup sebagai nelayan, sebagian besar penduduk berpendidikan rendah yakni hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat sekolah dasar, sebagian lagi pendudukan sebagai pedagang atau buruh atau pegawai negeri atau peteni. Sisi lain permasalahan yang dihadapi nelayan, pedagang, bruh dan petani rata-rata tingkat pendidikan mereka pada umumnya rendah dan ketrampilan terbatas, sehingga mereka tidak mempunyai alternative pekerjaan lain selain sector perikanan, perdagangan, pertanian dan menjadi buruh apalagi semakin hari kehidupan ekonomi khususnya mayoritas nelayan dikalahkan oleh nelayan besar yang menggunakan teknologi modern dengan meningkatkan efesiensi penggunaan teknologi modern mengakibatkan penurunan produksi bagi nelayan kecil dari waktu ke waktu semakin bertambahnya armada penangkapan yang beroperasi diperairan, keadaan ini memberikan indikasi bahwa kehidupan nelayan semakin keras persaingannya, sehingga memiliki potensi terlemah.
Kondisi ekonomi nelayan diperparah dengan maraknya pencurian ikan yang dilakukan nelayan luar, kenaikan BBM tahun lalu sehingga biaya yang dikeluarkan semakin besar yang meliputi pembelian alat-alat dan biaya operasional keadaan ekonomi nelayan yang serba susah menyebabkan terjadinya perpindahan nelayan kedaerah baru, membuat kubu kurang dikenal lagi[4].
Permasalahan yang muncul yang dihadapi penduduk dan pemerintah kubu saat ini adalah :
Kondisi ekonomi nelayan, pedagang, buruh dan petani yang tidak memungkinkannya untuk menyekolahkan anak mereka, walaupun sebagian dari mereka tumbuh kesadaran untuk menyekolahkan anaknya, namun selalu terdapat benturan antara pemenuhan kebutuhan primer, terutama pangan, dengan keinginan untuk memperoleh pendidikan
Sebagian mereka sudah merasa cukup puas apabila sudah bisa membaca dan menulis, sehingga rata-rata tingkat pendidikan mereka hanya tamat sekolah dasar. Pendidikan bagi mereka bukan suatu hal yang harus diperjuangkan, karena lapangan pekerjaan yang tersedia hanya perikanan atau pedagang, buruh dan petani yang tidak mensyaratkan pendidikan tertentu, terutama bagi anak-anaknya yang harus membantu orang tuanya karena penghasilan orang tuanya semakin merosot, sehingga mau tidak mau mereka harus berusaha disektor perikanan yang semakin terpuruk, sebagai pedagang, buruh dan petani dengan cucuran keringat mereka sendiri untuk bertahan hidup
Mereka tidak yakin bahwa pendidikan yang lebih tinggi akan menjamin pekerjaan yang lebih baik bila dibandingkan dengan sector perikanan, pedagang, buruh, dan petani
Pada umumnya sarana pendidikan yang tersedia dengan fasilitas gedung serta peralatan cukup memadai tetapi kurang dalam dukungan Guru yang professional [5].
DAFTAR PUSTAKA
[1] Elmustian,2005,identifikasi kebudayaan tradisional kabupaten rokan hilir,dinas pariwisata seni budaya dan olahraga kabupaten rokan hilir,bagansiapiapi.
[2] Hery Suryadi,2008, Gerakan Riau Merdeka: Menggugat Sentralisme Kekuasaan Yang Berlebihan,Alaf Riau.
[3] Nonim, tanpa tahun,sejarah negri kubu, ( dokumentasi sudirno mahyudin)
[4] Suwardi Mohammad Saumin, 2008, Peranan Budaya Melalu Dalam Memproleh Identitas Dan Jati Diri Bangsa, Universitas Michigan.
[5] http://sapbro.blogspot.co.id/2015/05/sejarah-kabupaten-rokan-hilir.html
No comments:
Post a Comment