Tokoh Inspirasi Hj. Roslaini dari Pasir Pengaraian

Liza Kusnilawati


Hj. Roslaini terlahir sebagai puteri dari bapak Djadin bin Pinang dan ibu Baiyah binti Muhammad Karim. Djadin bin Pinang lahir di Pasir Pengaraian pada tahun 1912 dan berprofesi sebagai pedagang yang cukup sukses di Pasir Pengaraian pada masa itu. Ibu Hj. Roslaini yang bernama H. Baiyah binti Muhammad Karim lahir di Pasir Pengaraian pada tahun 1914. Hj. Roslaini lahir di Pasir Pengaraian Tanggal 27 September 1938.  Hj. Roslaini merupakan anak ke-3 dari lima bersaudara. Waktu keci Hj. Roslaini serta keluarganya bertempat tinggal dekat pasar lama, yang saat ini terletak di Jalan Diponegoro, Pasir Pengaraian. Pada saat usia balita Hj. Roslaini belum mengenyam pendidikan TK di Pasir Pengaraian. [1]

Hj. Roslaini menempuh pendidikan saat berusia 7 Tahun, Pada masa pendudukan Jepang.  Hj. Roslaini masuk Sekolah Rakyat (SR) Pasir Pengaraian. Selanjutnya, Hj. Roslaini sekolah ke Pesantren

Biografi H. Tengku Said Noerdin Pahlawan dari Pelalawan

T. Nurfauzan


Seorang tokoh pahlawan dari Kabupaten Pelalawan bernama Tengku Said Noerdin yang dikenal sebagai pejuang tiga zaman terlahir dari keluarga Kerajaan Pelalawan dengan nama ayahandanya Tengku Said Osman dan nama ibundanya Tengku Syarifah Khatijah dan memiliki seorang abang yang bernama Tengku Comel Said Idrus dan memiliki adik berjumlah 4 orang. Tengku Said Noerdin diasuh dalam keluarga yang diamanahkan sebagai pemimpin. Pada umur 6-15 tahun, Tengku Said Noedin memasuki sekolah desa dan sekolah agama pada sore harinya. Kemudian melanjutkan pendidikan di Wester Lager Onderwijs (WLO) serta magang di kantor Controleur Selat Panjang dan bekerja di kantor Asisten Resident Bengkalis.[1]

Dalam membentuk karakter diri Tengku Said Noerdin diajarakan teknik-teknik kepemimpinan dari ayahandanya dan ia juga belajar dalam wadah persatuan pemuda Pelalawan seperti belajar untuk

Hj. Syamsidar Yahya, Tokoh Perempuan Pendidikan di Riau (1960-an)

Dini Islami


Pendahuluan

Pada masa setelah kemerdekaan di Pekanbaru bidang pendidikan mulai digencarkan. Menjelang Propinsi Riau berdiri, cukup besar upaya dari pemerintah dan masyarakat untuk membangun bidang pendidikan. Pada masa pembenahan wilayah dan  kondisi pendidikan yang masih memprihatinkan  karena itulah YKWI turutserta memberikan pendidikan bagi kaum perempuan Riau dan anak-anak, khususnya kepada mereka yang berada di Pekanbaru. 

YKWI didirikan pada tanggal 6 Juli 1952  oleh  Hj. Syamsidar Yahya dan kawan-kawan. Pada tahun 1954 KWI ditingkatkan menjadi yayasan dengan akte no. 6 tahun 1954 tanggal 5 Juli 1954. YKWI merupakan organisasi sosial keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan dengan mendirikan lembaga pendidikan seperti sekolah dalam berbagai jenjang, kursus, wirid pengajian, dan lain-lain.[1]

K.H Umar Usman Pahlawan Kemerdekaan dari Teluk Kuantan

Wiwen indayani


Kabupaten Kuantan Singingi merupakan sebuah Kabupaten pemekaran dari Kabupaten Indragiri Hulu yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 53 Tahun 1999 dengan Ibu Kota Teluk Kuantan. Jarak antara Teluk Kuantan dengan Pekanbaru sebagai Ibu Kota Provinsi Riau Pekanbaru adalah 160 km. Batas wilayah administrasi Kabupaten Kuantan Singingi adalah sebagai berikut :

        ·         Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kampar dan Pelalawan Provinsi Riau

        ·         Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Jambi

        ·         Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera

KECAMATAN TAMPAN

Eis Yani


Kecamatan Tampan adalah salah satu kecamatan yang berada di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Kecamatan ini terletak di daerah perbatasan atau pinggiran Kota Pekanbaru. Kecamatan Tampan pada awalnya merupakan bagian wilayah dari Kabupaten Kampar. Dan pada tahun 1987 (Orde Baru), wilayah kecamatan Tampan ini masuk dan bergabung kedalam wilayah kota Pekanbaru. Kecamatan Tampan dibentuk berdasarkan  Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 1987 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekanbaru dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Kampar pada tanggal 14 Mei 1988 dengan luas wilayah lebih kurang 199.792 km2 dan menurut Peraturan Pemerintah (PP) tersebut, pusat pemerintahan Kecamatan Tampan berada di Desa Simpang Baru.

Pada awal terbentuknya Kecamatan Tampan dan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 1987 tentang perubahan batas wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekanbaru dengan

K.H. Muhammad Ichsan Seorang Pejuang Pada Perang Soh-Soh

Lailatul Khairani

 

Sebelum tahun 1945, tak pernah ada indonesia, yang ada hanyalah sekumpulan pulau yang membentang di garis khatulistiwa yang oleh belanda di satukan ke dalam Hindia Belanda (the Netherland East Indies). Bagaimana rasanya bagi orang Belanda yang menguasai kepulauan indonesia yang sedemikian luas? Orang-orang belanda menjadi sebuah kelas istimewa, kelas sosial atas di Hindia- tentara, administratur, manajer, guru, perintis. Mereka hidup berhubungan tetapi terpisah dari warga bumiputera mereka. Dari tahun 1900 sampai 1942 para penguasa penjajah ini bekerja menjadikan kepulauan nusantara menjadi sebuah kolonial tunggal yang makmur, dan karna itu mereka mengharapkan balas jasa. Pada tahun 1945 ketika perang pasifik berakhir dan belanda berusaha memperoleh kembali kekuasaan mereka atas nusantara, mereka benar-benar sangat terkejut bahwa sebagian orang di kepulauan ini mau berjuang sampai mati untuk mengusir mereka.[1]

Sejarah Kecamatan Mandau

Silvia Azzahra


Kecamatan Mandau merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Bengkalis, Riau, Indonesia. Ibukota Kecamatan Mandau ialah Duri yang berada di lajur Jalan Raya Lintas Sumatera, sekitar 120 Km dari Ibukota Provinsi Riau, Pekanbaru. Kecamatan Mandau pada awalnya berada di Muara Kelantan yang sekarang berada di wilayah Kabupaten Siak yaitu Kecamatan Sungai Mandau. Berdasarkan hasil penelusuran dokumen, Mandau adalah nama anak sungai yang bermuara ke sungai Siak membujur dari Timur ke Barat akhirnya menjadi nama suatu daerah yaitu daerah Mandau yang di Zaman kerajaan Siak disebut Ondor Distrik Mandau. Daerah yang memiliki hukum sendiri oleh sultan Siak.[1]

Kecamatan Mandau merupakan kecamatan yang terbentuk secara bersamaan dengan Kabupaten Bengkalis berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 1956 tentang pembentukan Daerah Otonom Kabupaten

SEJARAH KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

Merri Padrita


Kecamatan Bungaraya merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Siak. Kecamatan Bungaraya terletak antara 0o39’-1o04’ LU dan 101o58’- 102o13’ BT dengan luas wilayah secara keseluruhan adalah 195,49 KM2. Luas masing-masing desa yaitu: Desa bungaraya 9,00 KM2, Desa jaya pura 9,26KM2 , desa jati baru 50,80 KM2, desa Tuah Indrapura 20,40 KM2, desa Buantan Lestari 7,68 KM2, desa Langsat Permai 7,50 KM2, desa Kemuning Muda 10,50 KM2, desa Temusai 26 KM2, desa Suak Merambai 30,45 KM2 , serta desa Dayang Suri 23,90 KM2. Batas-batas wilayah Kecamatan Bungaraya ialah  Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sabak Auh dan Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis, Sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Siak dan Kecamatan Siak, Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sungai Mandau dan Kabupaten Bengkalis, serta Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Siak dan Kecamatan Sabak Auh.[1]

KONFERENSI INTER INDONESIA

Meyzerina Novela 

 

Konferensi Inter-Indonesia merupakan Konferensi yang berlansung antara Negara RI dengan Negara-Negara boneka atau Negara bagian bentukan Belanda yang tergabung dalam BFO. Pada awalnya bentukan Belanda akan mempermudah Belanda untuk kembali berkuasa di Indonesia. Namun tidak demikian, sikap-sikap Negara-negara yang tergabung dalam BFO (Bijeenkomst Voor Federal Overleg) berubah setelah Belanda melancarkan Agresi Militer terhadap Indonesia. Pelaksanaan Konferensi Inter-Indonesia dilatar belakangi oleh perjanjian Roem-Royen yang menjelaskan bahwa dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) terdapat peran serta dari negara Indonesia. Maka dari itu, negara Indonesia harus menyiapkan diri untuk menyelenggarakan konferensi antara negara boneka Belanda dengan negara Indonesia. Selain itu latar belakang Konferensi Inter-Indonesia yaitu setelah Belanda melakukan serangan kedua (Angkatan Militer II) sehingga beberapa negara cuilan BFO

Revolusi Hijau: Modrenisasi Pada Bidang Pertanian Masa Orde Baru

Sonia Puspita Ningsih

 

Gagasan revolusi hijau bermula dari hasil penelitian dan tulisan Thomas Robert Malthus (1766 – 1834) yang mengemukakan bahwa masalah kemiskinan dan kemelaratan adalah masalah yang tidak bisa dihindari oleh manusia. Kemiskinan dan kemelaratan terjadi karena pertumbuhan penduduk dan peningkatan produksi pangan tidak seimbang. Tulisan Malthus itu telah mempengaruhi sebagian besar masyarakat eropa sehingga memunculkan gerakan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dan penelitian bibit unggul untuk menambah jumlah produksi pangan. Dengan menekan jumah penduduk dan pemakaian bibit unggul yang mampu melipatgandakan hasil pertanian diharapkan akan mampu mengatasi masalah kemiskinan dan kemelaratan[1].

Sedangkan di Indonesia upaya pelaksanaan revolusi hijau telah dimulai sejak rezim orde baru dalam program pembangunan. Sejak orde baru berkuasa telah banyak perubahan yang dicapai oleh bangsa