KECAMATAN TAMPAN

Eis Yani


Kecamatan Tampan adalah salah satu kecamatan yang berada di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Kecamatan ini terletak di daerah perbatasan atau pinggiran Kota Pekanbaru. Kecamatan Tampan pada awalnya merupakan bagian wilayah dari Kabupaten Kampar. Dan pada tahun 1987 (Orde Baru), wilayah kecamatan Tampan ini masuk dan bergabung kedalam wilayah kota Pekanbaru. Kecamatan Tampan dibentuk berdasarkan  Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 1987 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekanbaru dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Kampar pada tanggal 14 Mei 1988 dengan luas wilayah lebih kurang 199.792 km2 dan menurut Peraturan Pemerintah (PP) tersebut, pusat pemerintahan Kecamatan Tampan berada di Desa Simpang Baru.

Pada awal terbentuknya Kecamatan Tampan dan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 1987 tentang perubahan batas wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekanbaru dengan

K.H. Muhammad Ichsan Seorang Pejuang Pada Perang Soh-Soh

Lailatul Khairani

 

Sebelum tahun 1945, tak pernah ada indonesia, yang ada hanyalah sekumpulan pulau yang membentang di garis khatulistiwa yang oleh belanda di satukan ke dalam Hindia Belanda (the Netherland East Indies). Bagaimana rasanya bagi orang Belanda yang menguasai kepulauan indonesia yang sedemikian luas? Orang-orang belanda menjadi sebuah kelas istimewa, kelas sosial atas di Hindia- tentara, administratur, manajer, guru, perintis. Mereka hidup berhubungan tetapi terpisah dari warga bumiputera mereka. Dari tahun 1900 sampai 1942 para penguasa penjajah ini bekerja menjadikan kepulauan nusantara menjadi sebuah kolonial tunggal yang makmur, dan karna itu mereka mengharapkan balas jasa. Pada tahun 1945 ketika perang pasifik berakhir dan belanda berusaha memperoleh kembali kekuasaan mereka atas nusantara, mereka benar-benar sangat terkejut bahwa sebagian orang di kepulauan ini mau berjuang sampai mati untuk mengusir mereka.[1]

Sejarah Kecamatan Mandau

Silvia Azzahra


Kecamatan Mandau merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Bengkalis, Riau, Indonesia. Ibukota Kecamatan Mandau ialah Duri yang berada di lajur Jalan Raya Lintas Sumatera, sekitar 120 Km dari Ibukota Provinsi Riau, Pekanbaru. Kecamatan Mandau pada awalnya berada di Muara Kelantan yang sekarang berada di wilayah Kabupaten Siak yaitu Kecamatan Sungai Mandau. Berdasarkan hasil penelusuran dokumen, Mandau adalah nama anak sungai yang bermuara ke sungai Siak membujur dari Timur ke Barat akhirnya menjadi nama suatu daerah yaitu daerah Mandau yang di Zaman kerajaan Siak disebut Ondor Distrik Mandau. Daerah yang memiliki hukum sendiri oleh sultan Siak.[1]

Kecamatan Mandau merupakan kecamatan yang terbentuk secara bersamaan dengan Kabupaten Bengkalis berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 1956 tentang pembentukan Daerah Otonom Kabupaten

SEJARAH KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

Merri Padrita


Kecamatan Bungaraya merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Siak. Kecamatan Bungaraya terletak antara 0o39’-1o04’ LU dan 101o58’- 102o13’ BT dengan luas wilayah secara keseluruhan adalah 195,49 KM2. Luas masing-masing desa yaitu: Desa bungaraya 9,00 KM2, Desa jaya pura 9,26KM2 , desa jati baru 50,80 KM2, desa Tuah Indrapura 20,40 KM2, desa Buantan Lestari 7,68 KM2, desa Langsat Permai 7,50 KM2, desa Kemuning Muda 10,50 KM2, desa Temusai 26 KM2, desa Suak Merambai 30,45 KM2 , serta desa Dayang Suri 23,90 KM2. Batas-batas wilayah Kecamatan Bungaraya ialah  Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sabak Auh dan Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis, Sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Siak dan Kecamatan Siak, Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sungai Mandau dan Kabupaten Bengkalis, serta Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Siak dan Kecamatan Sabak Auh.[1]

KONFERENSI INTER INDONESIA

Meyzerina Novela 

 

Konferensi Inter-Indonesia merupakan Konferensi yang berlansung antara Negara RI dengan Negara-Negara boneka atau Negara bagian bentukan Belanda yang tergabung dalam BFO. Pada awalnya bentukan Belanda akan mempermudah Belanda untuk kembali berkuasa di Indonesia. Namun tidak demikian, sikap-sikap Negara-negara yang tergabung dalam BFO (Bijeenkomst Voor Federal Overleg) berubah setelah Belanda melancarkan Agresi Militer terhadap Indonesia. Pelaksanaan Konferensi Inter-Indonesia dilatar belakangi oleh perjanjian Roem-Royen yang menjelaskan bahwa dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) terdapat peran serta dari negara Indonesia. Maka dari itu, negara Indonesia harus menyiapkan diri untuk menyelenggarakan konferensi antara negara boneka Belanda dengan negara Indonesia. Selain itu latar belakang Konferensi Inter-Indonesia yaitu setelah Belanda melakukan serangan kedua (Angkatan Militer II) sehingga beberapa negara cuilan BFO