UPACARA ADAT UPAH –UPAH BAGI MASYARAKAT ROKAN HULU

SYAFRIDA NIARSIH/PBM

Upah –upah merupakan upacara adat masyarakat rokan hulu ,provinsi riau yang di percayai untuk mengembalikan tondi ke badan . tondi itu di percai masyarakat rokan hulu sebagai aspek kejiwaan Yang mempengaruhi semangat dan kematangan pisikologi seseorang .
1.ASAL USUL
    Upacara upah-upah merupakan salah satu upacara adat yang berasal dari rokan hulu , provinsi riau .dilihat dari tujuan pelaksanaan upah –upah upacara adat tersebut bermakna mengembalikan tondi ke badan seseorang melalui lantunan kata pemberi semangat dan nasehat .
    Pada dasar nya upacara upah-upah merupakan akulturasi budaya tapanuli selatan dan riau .letak geografis rokan hulu yang cukup  berdekatan dengan wilayah Sumatra utara .hal ini memicu perpindahan masyarakat tapanuli selatan ke wilayah pasir pangaraian untuk bermukim di sana selama beberapa tahun terakhir .dengan perpindahan tersebut menyebabkan akulturasi budaya yang menarik .
    Budaya upacara upah-upah yang maih di laksanakan masyarakat pendatang  dari tapanuli selatan dan berbaur dengan penduduk setempat yang mengakibatkan penerapan budaya upah –upah tetap lestari .dan mengalami perubahan –perubahan yang unik , baik dari sisi tata laksana maupun bahan

SISTEM PENDIDIKAN NORWEGIA


ISNAINI UMI SHOLEHA/ S.P/A

Kebijakan pendidikan Norwegia berakar pada prinsip kesamaan hak terhadap pendidikan bagi semua anggota masyarakat, tanpa memperhitungkan latar belakang sosial dan budaya atau tempat tinggal. Peranan sekolah adalah menyampaikan pengetahuan dan budaya, serta memajukan mobilitas sosial dan memberikan dasar penciptaan kesejahteraan bagi semua pihak. Kegiatan mengajar di sekolah Norwegia diadaptasikan dengan kemampuan dan keahlian masing-masing siswa. Pendidikan khusus tersedia bagi penyandang catat tubuh atau mereka yang membutuhkan perhatian khusus, yang jika tidak dipenuhi maka tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan mengajar sekolah umum. Sebagai akibat dari meningkatnya imigrasi, maka jumlah siswa yang memiliki bahasa minoritas juga bertambah. Kebijakan pendidikan Norwegia mengatur perhatian bagi kebutuhan khusus akan siswa dengan latar belakang bahasa minoritas, sehingga mereka dapat menyelesaikan pendidikan tingkat menengah atas dengan baik dan melanjutkan ke perguruan tinggi serta kemudian bekerja.
Storting (majelis nasional Norwegia) dan Pemerintah bertanggung jawab menentukan tujuan dan menetapkan kerangka kerja anggaran untuk sektor pendidikan. Menteri Pendidikan dan Penelitian merupakan agen administratif yang bertanggung jawab terhadap hal-hal pendidikan, dan

SISTEM PENDIDIKAN DI KANADA


YODHI EDYA PRATAMA/SP/A

Pendidikan di kanada banyak dipengaruhi oleh sosial, politik, ekonomi dan agama, hal ini dengan menerapkan konsep baru tentang kesempatan pendidikan bagi semua orang. Di negara ini pendidikan disediakan, didanai, dan diawasi oleh pemerintah federal, provinsi, dan daerah. Sedangkan kurikulumnya diawasi oleh pemerintah provinsi. Pendidikan di kanada pada umumnya dibagi menjadi empat:
a. Pendidikan SD, meliputi pra TK, TK, dan SD. Untuk pendidikan dasar, ada yang menyelenggarakan dari kelas 1 sampai 6, dan 1-8. kurikulumnya meliputi bahasa, MTK, Sosial, Seni.
b. Pendidikan Menengah, Umumnya di Kanada Berlaku Sistem SMA=3th. Tetapi terdapat perbedaan lama waktu tempuh di sekolah menengah ini bisa terjadi antara provinsi satu dengan yang lainnya. Pendidikan menengah ini diaahkan untuk mempersiapkan masuk ke Perguruan tinggi dan menyiapkan keahlian tertentu.
c. Pendidikan Tinggi, meliputi Universitas dan sekolah Tinggi. Pada tingkat ini,  ada Universitas berbahasa pengantar Inggris, misalnya Universitas Britihs-colombia, ada jua yang berbahsa pengantar perancir misalnya Universitas Montreal, dan ada juga dari keduanya misalnya Universitas Ottawa.

TERBENTUK DAN JALANNYA KONGRES PEMUDA II ( 27-28 Oktober 1928 )


RIA GUSTINA/SI IV/14B

Kongres Pemuda II berlangsung pada 27-28 Oktober dalam tiga tahap rapat. Rapat pertama berlangsung di gedung Katholieke Jongelingen Bond di Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng), lalu dipindahkan ke Oost Java Bioscoop di Konigsplein Noord (sekarang Jalan Medan Merdeka Utara), dan kemudian Gedung Kramat 106 baru dipakai untuk rapat ketiga sekaligus penutupan rapat. Dari rapat pertama hingga rapat ketiga, kongres pemuda II ini menghadirkan 15 pembicara, yang membahas berbagai tema. Diantara pembicara yang dikenal, antara lain: Soegondo Djojopespito, Muhammad Yamin, Siti Sundari, Poernomowoelan, Sarmidi Mangoensarkoro, dan Sunario. Hadir pula banyak organisasi pemuda dan kepanduan saat itu, diantaranya: Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Roekoen, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, dll. Sebelum kongres pemuda II, para pemuda sudah pernah menggelar kongres pertamanya pada tahun 1926. Tabrani Soerjowitjitro, salah satu tokoh penting dari kongres pertama, peserta kongres pertama sudah bersepakat menjadikan bahasa melayu sebagai bahasa persatuan. Akan tetapi, pada saat itu, Tabrani mengaku tidak setuju dengan gagsan Yamin tentang penggunaan bahasa melayu. Menurut Tabrani, kalau nusa itu bernama Indonesia, bangsa itu bernama Indonesia,

Perkembangan Pers Di Indonesia pada Zaman Penjajahan Belanda dan Jepang

FADILLAH RACHMAN

 

Berbicara perihal dunia pers di Indonesia, tentunya tidak bisa dipisahkan dari hadirnya bangsa Barat di tanah air kita. Memang tidak bisa dimungkiri, bahwa orang Eropa lah, khususnya bangsa Belanda, yang telah "berjasa" memelopori hadirnya dunia pers serta persuratkabaran di Indonesia. Masalahnya sebelum kehadiran mereka, tidak diberitakan adanya media masa yang dibuat oleh bangsa pribumi. Tentang awal mula dimulainya dunia persurat kabaran di tanah air kita ini, Dr. De Haan dalam bukunya, "Oud Batavia" (G. Kolf Batavia 1923), mengungkap secara sekilas bahwa sejak abad 17 di Batavia sudah terbit sejumlah berkala dan surat kabar. Dikatakannya, bahwa pada tahun 1676 di Batavia telah terbit sebuah berkala bernama Kort Bericht Eropa (berita singkat dari Eropa). Berkala yang memuat berbagai berita dari Polandia, Prancis, Jerman, Belanda, Spanyol, Inggris, dan Denmark ini, dicetak di Batavia oleh Abraham Van den Eede tahun 1676. Setelah itu terbit pula Bataviase Nouvelles pada bulan Oktober 1744, Vendu Nieuws pada tanggal 23 Mei 1780, sedangkan Bataviasche Koloniale Courant tercatat sebagai surat kabar pertama yang terbit di Batavia tahun 1810.