SEJARAH PEMISAHAN REPUBLICA DEMOCRATICA DE TIMOR LESTE DARI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

Ujang Sudrajat/SAT

Timor timur merupakan bagian dari negara kesatuan republik indonesia dan menjadi Provinsi Ke 27 indonesia, namun akhirnya memisahkan diri (MERDEKA).
Peristiwa-peristiwa sekitar integrasi Timor Timur dengan Indonesia pada tahun 1976 juga ikut memegang peranan dalam hubungan Australia-Indonesia. Sesudah Portugis meninggalkan bekas daerah jajahannya tersebut di tahun 1975, Angkatan bersenjata Indonesia memasuki Timor Timur pada bulan Desember 1975 dan kawasan ini menjadi satu dengan Republik Indonesia di tahun 1976. Hal ini menyebabkan perdebatan di Australia Namun pada akhirnya Australia mengakui kedaulatan Indonesia atas Timor Timur secara de jure Pada tahun 1979
A.  Integrasi Timor Timur 1976
Pada tahun 1975, ketika terjadi Revolusi Bunga di Portugal dan Gubernur terakhir Portugal di Timor Leste, Lemos Pires, tidak mendapatkan jawaban dari Pemerintah Pusat di Portugal untuk mengirimkan bala bantuan ke Timor Leste yang sedang terjadi perang saudara, maka Lemos Pires memerintahkan untuk menarik tentara Portugis yang sedang bertahan di Timor Leste untuk mengevakuasi ke Pulau Kambing atau dikenal dengan Pulau Atauro. Setelah itu Fretilin menurunkan bendera Portugal dan mendeklarasikan Timor Leste sebagai Republik Demokratik Timor Leste pada tanggal 28 November 1975. Menurut suatu laporan resmi dari PBB, selama berkuasa selama 3 bulan ketika terjadi kevakuman pemerintahan di Timor Leste antara bulan September, Oktober dan November, Fretilin melakukan pembantaian terhadap sekitar 60.000 penduduk sipil (sebagian besarnya wanita dan anak-anal karena para suami mereka adalah pendukung faksi integrasi dengan Indonesia). Berdasarkan itulah, kelompok pro-integrasi kemudian mendeklarasikan integrasi dengan Indonesia pada 30 November 1975 dan kemudian meminta dukungan Indonesia untuk mengambil alih Timor Leste dari kekuasaan Fretilin yang berhaluan Komunis Tiga Kuburan Masal sebagai bukti pembantaian Fretilin terhadap pendukung integrasi terdapat di Kabupaten Aileu (bagian tengah Timor Leste), masing-masing terletak di daerah Saboria, Manutane dan Aisirimoun. Ketika pasukan Indonesia mendarat di Timor Leste pada tanggal 7 Desember 1975, Fretilin memaksa ribuan rakyat untuk mengungsi ke daerah pegunungan untuk dijadikan tameng hidup atau perisai hidup untuk melawan tentara Indonesia. Lebih dari 200.000 orang dari penduduk ini kemudian mati di hutan karena penyakit dan kelaparan. Selain terjadinya korban penduduk sipil di hutan, terjadi juga pembantaian oleh kelompok radikal Fretilin di hutan terhadap kelompok yang lebih moderat, Semua cerita ini dikisahkan kembali oleh orang-orang seperti Francisco Xavier do Amaral, Presiden Pertama Timor Leste yang mendeklarasikan kemerdekaan Timor Leste pada tahun 1975.Seandainya Jenderal Wiranto tidak menyelamatkan Xavier di lubang tempat dia dipenjarakan oleh Fretilin di hutan, maka mungkin Xavier tidak bisa lagi jadi Ketua Partai ASDT di Timor Leste sekarang [1]
Selain Xavier, ada juga komandan sektor Fretilin bernama Aquiles yang dinyatakan hilang di hutan (kemungkinan besar dibunuh oleh kelompok radikal Fretilin). Istri komandan Aquilis sekarang ada di Baucau dan masih terus menanyakan kepada para komandan Fretilin lain yang memegang kendali di sektor Timur pada waktu itu tentang keberakaan suaminya. Hal yang sama juga dilakukan oleh kelompok pro-kemerdekaan terhadap tentara Indonesia tentang keberadaan komandan Konis Santana dan Mauhudu yang dinyatakan hilang di tangan tentara Indonesia. Selama perang saudara di Timor Leste dalam kurun waktu 3 bulan (September-November 1975) dan selama pendudukan Indonesia selama 24 tahun (1975-1999), lebih dari 200.000 orang dinyatakan meninggal (60.000 orang secara resmi mati di tangan Fretiln menurut laporan resmi PBB), Situasi aktual di Timor Leste akhir-akhir ini adalah cerminan ketidak puasan rakyat bahwa rakyat tidak bisa hidup hanya dari propaganda tapi dari roti dan air. Rakyat tidak bisa hidup dari "makan batu" sebagaimana dipropagandakan Fretilin selama kampanye Jajak Pendapat tahun 1999 "Lebih baik makan batu tapi merdeka, dari pada makan nasi tapi dengan todongan senjata". Kenyataan membuktikan bahwa "batu tidak bisa dimakan", dan rakyat perlu makanan yang layak dimakan manusia
B.  Insiden Santa Cruz 1992
Benedict Anderson dalam Nasionalisme, Asia Tenggara, dan Dunia (2002) mengatakan, lubang hitam dalam sejarah Indonesia di pulau kecil sebelah utara lepas pantai Australia itu cenderung ditutup-tutupi, termasuk jumlah penduduk Timor Timur yang tewas akibat kelaparan, wabah, dan pertempuran 1977-1979. Padahal, menurut Peter Carey (1995), jumlahnya melebihi angka kematian penduduk Kamboja di bawah Pol Pot.
Fakta sejarah ini amat jarang diberitakan media Indonesia. Kalaupun ada, media yang memberitakan niscaya akan menemui ajal. Majalah Jakarta-Jakarta, sebagai salah satu media populer, misalnya, menjadi korban pemberitaan tentang Timor Timur tahun 1992.Namun, meski media dimatikan, cerita yang berkisah tentang Insiden Dili, 12 November 1991, masih terbaca sebagai cerpen. Pelajaran Sejarah (Seno Gumira Ajidarma, Saksi Mata, Penerbit Bentang, 1994) yang menjadi fiksi dari peristiwa Santa Cruz itu ditulis oleh wartawan dari media yang terkena "pembredelan" pemerintah saat itu Insiden Santa Cruz (juga dikenal sebagai Pembantaian Santa Cruz) adalah penembakan pemrotes Timor Timur di kuburan Santa Cruz di ibu kota Dili pada 12 November 1991. Para pemrotes, kebanyakan mahasiswa, mengadakan aksi protes mereka terhadap pemerintahan Indonesia pada penguburan rekan mereka, SebastiĆ£o Gomes, yang ditembak mati oleh pasukan Indonesia sebulan sebelumnya. Para mahasiswa telah mengantisipasi kedatangan delegasi parlemen dari Portugal, yang masih diakui oleh PBB secara legal sebagai penguasa administrasi Timor Timur. Rencana ini dibatalkan setelah Jakarta keberatan karena hadirnya Jill Joleffe sebagai anggota delegasi itu. Joleffe adalah seorang wartawan Australia yang dipandang mendukung gerakan kemerdekaan Fretilin.Dalam prosesi pemakaman, para mahasiswa menggelar spanduk untuk penentuan nasib sendiri dan kemerdekaan, menampilkan gambar pemimpin kemerdekaan Xanana Gusmao. Pada saat prosesi tersebut memasuki kuburan, pasukan Indonesia mulai menembak. Dari orang-orang yang berdemonstrasi di kuburan, 271 tewas, 382 terluka, dan 250 menghilang. Salah satu yang meninggal adalah seorang warga Selandia Baru, Kamal Bamadhaj, seorang pelajar ilmu politik dan aktivis HAM berbasis di Australia
Meskipun hal ini menyebabkan pemerintah Portugal meningkatkan kampanye diplomatik mereka, bagi pemerintah Australia, pembunuhan ini, dalam kata-kata menteri luar negeri Gareth Evans, merupakan 'suatu penyimpangan'. Pembantaian ini (yang secara halus disebut Insiden Dili oleh pemerintah Indonesia) disamakan dengan Pembantaian Sharpeville di Afrika Selatan pada 1960, yang menyebabkan penembakan mati sejumlah demonstran yang tidak bersenjata,dan yang menyebabkan rezim apartheid mendapatkan kutukan internasional.
C.  Jajak Pendapat 1999
Munculnya tekanan-tekanan dari masyarakat internasional menanggapi kasus-kasus yang terjadi di timor timur itu memaksa Indonesia untuk mengeluarkan kebijakan guna mengakomodasi aspirasi masyarakat Timor Timur. Tekanan ini juga mendorong Pemerintah Indonesia untuk membahas masalah ini ke tingkat internasional. Akhirnya, pada Juni 1998, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk memberikan status khusus berupa otonomi luas kepada Timor Timur. Usulan Indonesia itu disampaikan kepada Sekjen PBB. Sebagai tindak lanjutnya, PBB pun mengadakan pembicaraan segitiga antara Indonesia, Portugal, dan PBB. Selama pembicaraan ini, masih terjadi kerusuhan antara pihak pro kemerdekaan dan pro integrasi di Timor Timur. Kerusuhan ini semakin manambah kecaman dari dari masyarakat internasional, khusunya dari negara-negara Barat, yang merupakan sasaran utama speech act dalam usaha sekuritisasi kasus Timor Timur.Berangkat dari pembicaraan tiga pihak serta kecaman yang semakin keras dari dunia internasional, Indonesia memutuskan untuk melaksanakan jajak pendapat rakyat Timor Timur dilakukan secara langsung. Menanggapi keputusan Indonesia tersebut, pihak-pihak yang berada dalam pembicaraan segitiga di atas menyepakati Persetujuan New York yang mencakup masalah teknis dan substansi jajak pendapat. Jajak pendapat pun berakhir dengan kemenangan di pihak pro kemerdekaan Timor Timur. Dengan kemenangannya ini, Timor Timur meraih kedaulatan sebagai sebuah negara.Kedaulatan negara merupakan satu hal yang selama ini dikejar oleh pihak Timor Timur. berbagai pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Indonesia, yang dibuktikan oleh Peristiwa Santa Cruz menjadi batu loncatan bagi usaha sekuritisasi perjuangan meraih kembali kedaulatan Timor Timur [2]
Kunci dari berhasilnya perjuangan meraih kemerdekaan Timor Timur adalah dukungan internasional. Oleh karena itu sekuritisasi menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh Timor Timur. Berbagaispeech act telah dilakukan oleh securitizing actor untuk meraih dukungan internasional. Usaha sekuritisasi ini mencapai keberhasilannya tidak hanya saat Timor Timur merdeka dari Indonesia, namun juga saat sejumlah negara mulai mendukung perjuangan kemerdekaan Timor Timur.Pada HUT ke-10 The Habibie Center, mantan Presiden BJ Habibie menyatakan Timor Leste tidak pernah masuk Proklamasi RI. Alasannya, karena yang diproklamasikan adalah Hindia Belanda, Pernyataan ini patut pula kita salami  karena terkait masa lalu Indonesia yang secara historis banyak menyimpan anakronisme yang menyamarkan beragam fakta. Timor Leste adalah contoh. Semula negeri itu dianggap berintegrasi ke NKRI sebagai Timor Timur. Ternyata bekas koloni Portugis itu dianeksasi melalui semacam invasi militer tahun 1975,Dinamika politik dalam negeri Indonesia telah berubah secara dramatis dengan jatuhnya Pemerintahan mantan Presiden Soeharto. Di bulan Januari 1999, diumumkan bahwa Indonesia akan menawarkan otonomi kepada Timor Timur. Jika rakyat Timor Timur menolak tawaran ini, maka Indonesia akan menerima pemisahan diri Timor Timur dari Republik Indonesia. Pada tanggal 5 Mei 1999, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Indonesia dan Portugis menandatangani Perjanjian Tripartit yang menyatakan bahwa PBB akan menyelenggarakan jajak pendapat di Timor-Timur. Rakyat diminta memilih apakah Timor Timur tetap menjadi bagian dari Indonesia ataukah Timor Timur menjadi negara merdeka. Habibie mengeluarkan pernyataan pertama mengenai isu Timor Timur pada bulan Juni 1998 dimana ia mengajukan tawaran untuk pemberlakuan otonomi seluas-luasnya untuk provinsi Timor Timur. Proposal ini, oleh masyarakat internasional, dilihat sebagai pendekatan baru [3]
Di akhir 1998, Habibie mengeluarkan kebijakan yang jauh lebih radikal dengan menyatakan bahwa Indonesia akan memberi opsi referendum untuk mencapai solusi final atas masalah Timor Timur.Beberapa pihak meyakini bahwa keputusan radikal itu merupakan akibat dari surat yang dikirim Perdana Menteri Australia John Howard pada bulan Desember 1998 kepada Habibie yang menyebabkan Habibie meninggalkan opsi otonomi luas dan memberi jalan bagi referendum. Akan tetapi, pihak Australia menegaskan bahwa surat tersebut hanya berisi dorongan agar Indonesia mengakui hak menentukan nasib sendiri (right of self-determination) bagi masyarakat Timor Timur.
 Namun, Australia menyarankan bahwa hal tersebut dijalankan sebagaimana yang dilakukan di Kaledonia Baru dimana referendum baru dijalankan setelah dilaksanakannya otonomi luas selama beberapa tahun lamanya. Karena itu, keputusan berpindah dari opsi otonomi luas ke referendum merupakan keputusan pemerintahan Habibie sendiri. Aksi kekerasan yang terjadi sebelum dan setelah referendum kemudian memojokkan pemerintahan Habibie. Legitimasi domestiknya semakin tergerus karena beberapa hal. Pertama, Habibie dianggap tidak mempunyai hak konstitusional untuk memberi opsi referendum di Timor Timur karena ia dianggap sebagai presiden transisional.
Kedua, kebijakan Habibie dalam isu Timor Timur merusakan hubungan saling ketergantungan antara dirinya dan Jenderal Wiranto, panglima TNI pada masa itu. Di hari-hari jatuhnya Suharto dari kursi kepresidenannya, Habibie kehilangan legitimasi baik dimata masyarakat internasional maupun domestik. Di mata internasional, ia dinilai gagal mengontrol TNI, yang dalam pernyataan-pernyataannya mendukung langkah presiden Habibie menawarkan refendum, namun di lapangan mendukung milisi pro integrasi yang berujung pada tindakan kekerasan di Timor Timur setelah referendum.
Di mata publik domestik, Habibie juga harus menghadapi menguatnya sentimen nasionalis, terutama ketika akhirnya pasukan penjaga perdamaian yang dipimpin Australia masuk ke Timor Timur. Sebagai akibatnya, peluang Habibie untuk memenangi pemilihan presiden pada bulan September 1999 hilang. Sebaliknya, citra TNI sebagai penjaga kedaulatan territorial kembali menguat. Padahal sebelumnya peran politik TNI menjadi sasaran kritik kekuatan pro demokrasi segera setelah jatuhnya Suharto pada bulan Mei 1998.
Tanggal 30 Agustus merupakan tanggal yang sangat sakral dalam dinamika perpolitikan Negara yang seumur jagung ini. Pada hari itu diadakan jajak pendapat di Timor Leste (pada saat itu masih bernama Timor Timur). Jajak pendapat inilah yang nantinya berujung pada kemerdekaan (bekas) provinsiTimor Timur ini. Pada akhirnya, hasil jajak pendapat tersebutlah yang dapat menjawab nasib rakyat Timor Leste selanjutnya. Sebagian besar rakyat Timor Timur lebih memilih untuk merdeka (78.5%). Pengumuman hasil pemilihan umum tersebut diikuti dengan kekerasan yang meluas oleh unsur-unsur pro-integrasi, Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa pada akhirnya, pasukan Australia lah yang menjadi pahlawan dalam kasus ini. Australia telah memperhitungkan semua ini secara cermat dan tepat. Australia memainkan peranan pokok dalam memobilisasi tanggapan internasional terhadap krisis kemanusiaan yang membayang nyata. Pasukan penjaga perdamaian yang dipimpin Australia masuk ke Timor Timur. Jakarta menyetujui keterlibatan angkatan internasional pemilihara keamanan di kawasan ini. Australia diminta oleh PBB untuk memimpin angkatan tersebut, dan menerima tugas ini. Kekuatan internasional di Timor Timur atau International Force in East Timor (disingkat INTERFET) telah berhasil dikirim ke Timor Timur dan menjalankan tugasnya untuk mengembalikan perdamaian dan keamanan di kawasan tersebut. Pada tanggal 20 Oktober, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) mencabut keputusan penyatuan Timor Timur dengan Indonesia dengan  kata lain lain timor timur tidak termasuk lagi kedalam wilayah negara kesatuan Republik indonesia dan Timor Timur secara resmi merdeka pada tanggal 20 Mei 2002. Ketika Timor Timur menjadi anggota PBB, mereka memutuskan untuk memakai nama Portugis "Timor-Leste" sebagai nama resmi negara mereka [4]

DAFTAR PUSTAKA
[3] Nugroho Wisnu Murti, dalam (WWW.SOLIDAMOR.ORG).
[4] ZackyA.Makarim, dkk, Hari-HariTerakhir Timor Timur, Sebuah Kesaksian, ( Jakarta: Sportif Media Informasindo.

SEJARAH MASUKNYA ISLAM KE BURMA (MYAMMAR)

RAHMAT ARIFAN/SAT

Sampai abad 21 islam merupakan suatu kekuatan politik yang patut diperhitungkan di asia tenggara ia merupakan agama kerajaan brunei darusalam. Agama resmi federasi malaysia sebanyak 55%  pemeluk dari seluruh jumlah penduduk malaysia, di indonesia jumlah pemeluk agama islam mencapai 90%, di myammar agama islam dipeluk oleh kelompok minoritas burang lebih sebanyak 3,9% dari jumlah penduduk myammar secara keseluruhan, thailand sebanyak 4%, di philipina pemeluk islam berjumlah 9%, sedangkan di singapura penduduk dengan beragama islam berjumlah sebanyak 16% dari jumlah penduduk islam secara keseluruhan.[1] Republik Persatuan Myanmar (juga dikenal sebagai Birma, disebut Burma di dunia Barat) adalah sebuah negara di Asia Tenggara. Negara seluas 680 ribu km  ini telah diperintah oleh pemerintahan militer sejak kudeta tahun 1988. Negara ini adalah negara berkembang dan memiliki populasi lebih dari 50 juta jiwa. Ibu kota negara ini sebelumnya terletak di Yangon sebelum dipindahkan oleh pemerintahan junta militer ke Naypyidaw pada tanggal 7 November 2005.[2]
 Myanmar yang dulu dikenal dengan Burma adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Budhha (lebih dari 85%), minoritas Kristen (kurang dari 4,5 %), Hindu (1,5%) yang sebagian besar tinggal diluar Bandar. Sementara umat Islam berjumlah sekitar 4 % dari jumlah penduduk diseluruh Myanmar. Populasi muslim terbesar adalah Rohingya (sekitar 3,5 juta orang). Penduduk muslim sebagian besar tinggal di Rakhine (dulu Arakan) yang berbatasan dengan Bangladesh.
Agama Islam pertama kali masuk di Myanmar pada tahun 1055M yang datang ke delta Sungai Ayeyarwady Burma (myammar), yang terletak di pantai Tanintharyi dan di Rakhine bermula pada abad ke 9, sebelum pendirian imperium pertama Burma oleh Raja Anawrahta dari Bagan. Para saudagar Arab yang beragama Islam ini mendarat di delta Sungai Ayeyarwady, Semenanjung Tanintharyi, dan Daerah Rakhin.Kedatangan umat Islam ini dicatat oleh orang – orang Eropa, Cina dan Persia .Populasi umat Islam yang ada di Myanmar saat ini terdiri dari keturunan Arab, Persia, Turki, Moor, dan Melayu.Selain itu, beberapa warga Myanmar juga menganut agama Islam seperti dari etnis Rakhin dan shan.
Dalam tulisan – tulisan pelaut Arab dan Persia pada masa itu terdapat catatan tentang Burma. Ibn Khordadhbeh, Sulaiman, Ibn al-Faqih dan al-Maqdisi yang melintasi kawasan ini pada abad ke-9 dan 10 M telah mencatatkan aktivitas pedagang-pedagang Islam di Burma ketika itu. Diantara mereka ada yang singgah di burma(myammar) untuk berdagang dan ada pula yang menanti angin sebelum meneruskan pelayaran mereka ke timur atau balik ke India atau tanah Arab. Ada juga di antara mereka yang akhirnya menetap di burma karena kapal yang mereka tumpangi rusak atau tenggelam. Mereka yang agak lama tinggal di Burma ini akhirnya menikah dengan penduduk setempat yang beragama Budha, sehingga terbentuklah komunitas Islam di pelabuhan –  pelabuhan negara itu.[3]

A.KONDISI BURMA ( MYAMMAR ) SEBELUM KEDATANGAN ISLAM

Dalam sejarah Burma tercatat bahwa negeri ini merupakan kerajaan yang telah merdeka sejak sekitar abad 266 SM hingga tahun 1782 M sebelum berada dibawah pemerintahan Burma. Dapat diketahui bahwa Burma memiliki sejarah yang panjang. Sama halnya dengan negeri-negeri di Asia Tenggara pada masa pra-Islam daerah-daerah di Asia Tenggara telah didominasi oleh agama Hindu dan Budhha, yang dibawa oleh orang-orang India melalui jalur perdagangan. Pada masa sebelum Islam masuk di Burma ( myammar ) telah terdapat beberapa kerajaan yang terletak di dua daerah yakni di daerah Pagan (Bagan) dan Arakan, di kedua daerah ini merupakan tempat dimana agama Hindu dan Budhha dapat berkembang hingga dapat masuk ke dalam kalangan kerajaan.
Telah kita ketahui bahwa agama terbesar di Burma didominasi oleh agama Buddha. Hal ini dapat diketahui dari adanya para pedagang dari Cina yang telah melalui daerah ini. Hal ini terlihat dari sumber Cina, yang mana rute jalan tua melintas daratan antara Cina dan Barat, yang menyebrangi daerah bagian Utara negeri ini. Petunjuk pertama pemakaiannya tahun 128 SM, ketika Chang Chi'en menemukan hasil negeri Cina dari Propinsi Seachuan, di Bactria. Langkah – langkah diambil untuk menghubungkannya tetapi hanya pada tahun 69 SM Cina menemukan perfektur Yung Ch'ang menyebrangi mekang dengan markas besarnya di Timur Salween, kira-kira 60 mil dari perbatasan Burma sekarang
B.AWAL KEDATANGAN ISLAM DI BURMA ( MYAMMAR )

Negeri Burma yang pada awalnya telah terbagi menjadi beberapa kerajaan, hal ini menjadikan timbulnya beberapa versi mengenai kedatangan Islam khususnya di dua daerah bagian Burma yakni, Pagan (Bagan) dan Arakan, untuk mengetahui Islamisasi di Burma dalam makalah ini akan membagi proses Islamisasi di kedua daerah tersebut.

1. Kedatangan Orang-Orang Arab di Arakan

Arakan, yang pada asal mulanya dinamakan Rohang, merupakan sebuah bangsa yang berdiri sendiri sejak awal mula sejarah bangsa itu dikenal. Arakan sejak dahulu telah banyak didapati para pedagang Arab, Arakan merupakan tempat terkenal bagi para pelaut Arab, Moor, Turki, Moghuls, Asia Tengah, dan Bengal yang datang sebagai pedagang, prajurit, dan ulama. Mereka datang melalui jalur darat dan laut. Pendatang tersebut banyak yang tinggal di Arakan dan bercampur dengan penduduk setempat. Muslim Arab datang pertama kali melewati daratan India dan Asia Tenggara melalui jalur perdagangan pada abad ke-7. Pada waktu itu, rempah-rempah, katun, batu mulia, barang tambang, dan komuditas lainnya yang datang dari Selatan dan Asia Tenggara merupakan barang-barang yang sangat dibutuhkan di daerah Timur Tengah dan Eropa. Orang-orang Arab datang sebagai pedagang, dan hampir menguasai perdagangan tersebut. Mereka melahirkan pedagang-pedagang yang menyebarkan Islam dan menjadi pelaut-pelaut hebat, pengetahuan mereka tentang navigasi, ilmu garis lintang, dan garis bujur, fenomena astronomi, dan geografi negara-negara telah membuat mereka tak tertandingi dalam hal berdagang di Samudera Hindia selama beberapa abad. Orang-orang Arab tersebut menulis tentang tempat-tempat yang mereka datangi untuk membuktikan kedatangan mereka di dunia Timur dan Barat.

2)   Kedatangan Orang-orang Muslim di Pagan (Bagan)
         
          Generasi awal Muslim yang datang ke delta Sungai Ayeyarwady Burma, yang terletak di pantai Tanintharyi dan di Rakhine bermula pada abad ke 9, sebelum pendirian imperium pertama Burma pada tahun 1055 M oleh Raja Anawrahta dari Bagan. Keberadaan orang-orang Islam dan da'wah Islam pertama ini didokumentasikan oleh para petualang Arab, Persia, Eropa, dan Cina. Orang-orang Islam Burma merupakan keturunan dari orang-orang Islam yang menetap dan kemudian menikahi orang-orang dari etnis Burma setempat.
Orang-orang Islam yang tiba di Burma umumnya sebagai pedagang yang kemudian menetap, anggota militer, tawanan perang, pengungsi, dan korban perbudakan. Bagaimanapun juga , ada diantara mereka yang mendapat posisi terhormat sebagai penasehat raja, pegawai kerajaan, penguasa pelabuhan, kepala daerah dan sebagainya.

C.PROSES ISLAMISASI DI MYAMMAR
              proses islamisasi memakan waktu yang lama untuk mewujudkan suatu kekuasaan, mereka baru dapat mendirikan Negara Islam Arakan pada abad ke-8 H/14 M. Proses penyebaran Muslim dari pantai Arakan kemudian lanjut ke selatan dan masuknya Islam ke Myanmar tidak hanya dibawa oleh para pedagang Arab, Muslim Malaysia dan India juga mempunyai peranan yang penting dalam penyebaran Muslim di Myanmar. Kemudian hukum keluarga Muslim berlaku dan sekitar 5.000 Muslim pergi melaksanakan ibadah haji setiap tahunnya. Di kota-kota besar, ada beberapa mesjid dan al-Qur'an diterjemahkan ke dalam bahasa Burma oleh suatu tim Muslim yang benar-benar menguasai materi tentang itu.
Kekuasaan Islam di Arakan berjalan lebih kurang selama 350 tahun dengan 48 orang sultan yang memerintah silih berganti, sehingga dijajah oleh Burma pada tahun 1784 dan penjajahan ini berlanjut dengan diambil alih oleh inggris  pada tahun 1822. Pada tahun 1880-an orang-orang Islam di India berbondong-bondong hijrah ke Myanmar, sehingga jumlah Muslim semakin meningkat di Myanmar. Pada tahun 1948 British memberikan kemerdekaan kepada Myanmar, dengan demikian Arakan daerah kekuasaan Islam menjadi daerah kekuasaan Myanmar. Hal ini membuat Muslim tidak senang, karena mereka diperlakukan secara kejam oleh pemerintah bahkan kewarganegaraan mereka dinafikan. Kondisi ini telah membuat Muslim menuntut agar mereka diberi otonomi untuk menjalankan pemerintahan sendiri.[4]
D.KOMUNITAS MUSLIM DI BURMA ( MYAMMAR )
Pada umumnya masyarakat muslim di Burma terbagi dalam berbagai komunitas yang berbeda, dan masing-masing komunitas muslim ini mempunyai hubungan yang berbeda-beda dengan mayoritas masyarakat Budhha dan pemerintah. Mayoritas terbesar dari komunitas muslim yang ada adalah pengikut Sunni,  Komunitas muslim yang terdapat di Myanmar yaitu:
1)      Muslim Burma atau Zerbadee
2)      Muslim India, Imigran Keturunan India
3)      Muslim Rohingya (Rakhine)
4)      Muslim Huihui (Panthay) atau disebut muslim Cina
1. Muslim Burma atau Zerbadee, merupakan komunitas yang paling lama berdiri dan berakar di wilayah Shwebo. Diperkirakan mereka merupakan keturunan dari para mubalig yang datang dari timur tengah dan Asia selatan serta penduduk muslim awal yang kemudian beranak pinak dengan masyarakat Burma.
2.Muslim India, Imigran Keturunan India, merupakan komunitas muslim yang terbentuk seiring kolonisasi Burma oleh Inggris abad ke-19. Pada 1886 sampai 1973. Burma dijadikan sebagai bagian dari provinsi India oleh Inggris oleh karena itu banyak imigran dari India ke Burma. Pemerintah Inggris sangat berperan atas datangnya Muslim-muslim India ini. Mereka berdomisili di provinsi Arakan dan Tenasserin. Penyebab Muslim India banyak berdatangan ke Burma karena pemerintah Burma yang membutuhkan sumber daya manusia dan penilaian subyektif Inggris tentang imigran India yang dinilai lebih adaptif dan mandiri.
3.Muslim Rohingya (Rakhine)  adalah komunitas muslim yang bermukim di Negara bagian Arakan atau Rakhine, yang berbatasan dengan Bangladesh. Suku Rohingya adalah orang Islam dengan budaya mereka yang jelas terlihat di daerah Arakan. Hal itu karena mereka menurunkan agama mereka pada seluruh keturunan mereka dari bangsa Arab, Moor, Pathan, Moghul, Asia Tengah, Bengal dan beberapa bangsa Indo-Mongol. Percampuran dari suku, membuat karakter fisik mereka terlihat lebih berbeda seperti tulang pipi yang tidak begitu keras, mata mereka tidak begitu sipit (seperti orang Rakhine Magh dan orang Burma). Hidung mereka tidak begitu pesek. Mereka lebih tinggi dari orang Rakhine Magh tetapi kulit mereka lebih gelap, beberapa dari mereka kulitnya kemerahan, tetapi tidak terlalu kekuningan.
4.Muslim HuiHui atau Muslim Cina, adalah muslim cina yang datang dan menetap di burma.[5]

DAFTAR PUSTAKA
[1] marshall G,S Hogdson, the venture islam,chicago,uversity of chicago press 1974
[3]Azra,Azyumardi.2000.Renaisans Islam Asia Tenggara.Bandung: PT. Remaja    Roesdakarya
[4]Abdurrahman, Dudung, Sejarah Peradaban Islam: Dari Klasik Hingga Modern, Siti      Maryam Ed, Yogyakarta: LESFI, 2002

Proses Masuknya Agama Islam dan Pengaruh Agama Islam Bagi Laos

RINALDI AFRIADI SIREGAR/SAT

Laos adalah sebuah negara yang terkurung daratan di Asia Tenggara menempati porsi barat laut dari semenanjung Indocina, Laos dikelilingi oleh China, Vietnam, Kamboja, Thailand, dan Burma. Ini adalah dua kali ukuran Pennsylvania. Laos adalah negara pegunungan, terutama di utara, di mana puncak naik di atas 9.000 kaki ( 2.800 m). Hutan lebat menutupi daerah utara dan timur. Sungai Mekong, yang membentuk batas dengan Burma dan Thailand, mengalir melalui negeri selama 932 mil ( 1.500 km ) dari jalurnya.
Iklim Laos adalah tropis dan dipengaruhi oleh angin musim terletak 17°58' LU 102°36' BT . Musim penghujan berlangsung dari Mei hingga November, diikuti oleh musim kemarau sejak December sampai April. Ibukota dan kota terbesar di Laos adalah Vientiane, kota-kota besar lain meliputi Luang Prabang, Savannakhet, dan Pakse. Laos dikenal sebagai negara yang damai dan ramah, walaupun laos pernah terlibat dalam perang Vietnam dan perang saudara selama beberapa tahun. Kebudayaan Laos sendiri di tandai dengan adanya Agama Theravada telah banyak mempengaruhi kebudayaan Laos. Pengaruhnya terlihat pada bahasa, seni, sastra, Seni tari, dll. Musik Laos didominasi oleh alat musik nasionalnya, disebut khaen (sejenis pipa bambu).
Awal sejarah Laos didominasi oleh Kerajaan Nanzhao, yang diteruskan pada abad ke-14 oleh kerajaan lokal Lan Xang yang berlangsung hingga abad ke-18, setelah Thailand menguasai kerajaan tersebut. Kemudian Perancis menguasai wilayah ini di abad ke-19 dan menggabungkannya ke dalam Indochina Perancis pada 1893. Setelah penjajahan Jepang selama Perang Dunia II, negara ini memerdekakan diri pada 1949 dengan nama Kerajaan Laos di bawah pemerintahan Raja Sisavang Vong.
Laos dikenal sebagai salah satu Negara dengan sistem pemerintahan komunis yang tersisa di dunia dengan mayoritas penduduknya merupakan pemeluk Budha Theravada. Tak heran kalau Laos merupakan negara dengan penduduk Muslim paling sedikit di Asia Tenggara. Agama Islam pertama kali masuk Laos melalui para pedagang Cina dari Yunnan. Para saudagar Cina ini bukan hanya membawa dagangannya ke Laos, namun juga ke negara tetangganya seperti Thailand dan Birma. Oleh masyarakat Laos dan Thailand, para pedagang asal Cina ini dikenal dengan nama Chin Haw.
Peninggalan kaum Chin Haw yang ada hingga hari ini adalah: beberapa kelompok kecil komunitas Muslim yang tingal di dataran tinggi dan perbukitan. Mereka menyuplai kebutuhan pokok masyarakat perkotaan. Di sini, mereka memiliki masjid besar kebanggaan. Letaknya di ruas jalan yang terletak di belakang pusat air mancur Nam Phui. Masjid ini dibangun dengan gaya neo-Moghul dengan ciri khas berupa menara gaya Oriental. Masjid ini juga dilengkapi pengeras suara untuk adzan. Ornamen lain adalah tulisan-tulisan di dalam masjid ini ditulis dalam lima bahasa, yaitu Arab, Tamil, Lao, Urdu, dan Inggris. Selain kelompok Muslim Chin Haw, ada lagi kehadiran kelompok Muslim lainnya di Laos yaitu komunitas Tamil dari selatan India. Muslim Tamil dikenal dengan nama Labai di Madras dan sebagai Chulia di Malaysia dan Phuket. Mereka masuk Vientiane melalui Saigon yang masjidnya memiliki kemiripan dengan masjid mereka di Tamil. Para jamaah Muslim India Selatan inilah yang mendominasi masjid di Vientiane. Meski demikian, masjid ini juga banyak dikunjungi jamaah Muslim dari berbagai negara. Jamaah tetap di masjid ini termasuk para diplomat dari negara Muslim di Vientiane, termasuk dari Malaysia, Indonesia, dan Palestina. Laos merupakan salah satu negara yang kaya dengan keberagaman etnis. Setengah populasinya yang mencapai empat setengah juta orang berasal dari etnis Lao atau yang dikenal masyarakat lokalnya sebagai Lao Lum. Selain mendominasi dari segi jumlah penduduk, mereka juga mendominasi pemerintahan dan komunitas masyarakatnya. Mereka yang berasal dari etnis ini memiliki kedekatan kekerabatan dengan penduduk kawasan timur laut Thailand. Mereka berasal dari dataran rendah Mekong yang hidup mendominasi di Vientiane dan Luang Prabang. Secara tradisional, mereka juga mendominasi pemerintahan dan masyarakat Laos.

Sebagian besar berbisnis
Saat ini, sebagian besar Muslim di Vientiane merupakan pebisnis. Mereka berjaya di bidang tekstil, ekspor-impor, atau melayani komunitas mereka sendiri dengan menjadi penjual daging atau pemilik restoran halal. Beberapa restoran terletak di kawasan Taj off Man Tha Hurat Road, dan dua atau tiga restoran halal lainnya berdiri di persimpangan jalan Phonxay dan Nong Bon Roads. Selain melayani komunitas Muslim, mereka juga menyediakan jasa katering bagi petugas kedutaan yang beragama Islam. Sisanya, para pekerja Muslim lokal di Vientiane bekerja di bagian tesktil di berbagai pasar di kota ini, seperti di Talat Sao atau pasar pagi, di persimpangan jalan Lan Xang, dan Khu Vieng.
Kelompok ini merupakan orang-orang yang percaya diri, ramah dan giat bekerja, meski mereka berbicara bahasa Inggris tidak sebanyak mereka yang berasal dari Asia Selatan. Setiap pertanyaan dalam bahasa Inggris yang tidak dimengerti akan mereka jawab dengan kalimat bo hu, atau "saya tidak mengerti" dalam bahasa Laos.
Selain bekerja di industri tekstil, banyak Muslim Laos yang bekerja sebagai penjual daging. Ini mengingat kebutuhan makanan yang sangat spesifik dari komunitas Muslim, yaitu penyembelihan secara Islam. Untuk membedakan kios daging mereka dari kios daging lain yang menjual daging babi, para penjual yang beragam Islam memasang lambang bulan sabit atau tanda dalam bahasa Arab. Tanda ini menunjukkan, selain pemiliknya Muslim, mereka juga menyediakan hanya daging halal. Maklum saja, sebagai minoritas, sangat sulit bagi mereka untuk menemukan makanan yang dijamin kehalalannya. Daging yang biasa dipasarkan adalah daging babi. Selain di Vientiane, ada lagi komunitas Muslim lainnya di Laos. Namun mereka berjumlah lebih sedikit dan memutuskan tinggal di kota kecil di luar Vientiane. Sebagian orang menyatakan ada sebuah masjid kecil di Sayaburi, di tepi barat Mekong tidak jauh dari Nan. Sayaburi dulu pernah dinyatakan sebagai daerah tertutup bagi orang asing.

Pengungsi dari Kamboja
Muslim Laos didominasi oleh para pendatang dari kawasan Asia Selatan dan juga Muslim Kamboja. Khusus untuk Muslim Kamboja, mereka dalah para pengungsi dari rezim Khmer berkuasa. Mereka melarikan diri ke Negara tetangga mereka, Laos, setelah pemimpin rezim Pol Pot menyerukan gerakan pembersihan masal etnis Kamboja Cham Muslim dari tanah Kamboja. Sebagai pengungsi, kehidupan mereka terbilang miskin. Selain itu mereka mengalami trauma akibat pengalaman hidup di bawah tekanan Khmer sejak 1975. Semua masjid di Kamboja dihancurkan. Mreka juga dilarang untuk beribadah atau berbicara dalam bahasa Kamboja dan banyak di antara mereka dipaksa untuk memelihara babi. Sejarah pahit mengiringi kepergian Muslim Kamboja ke Laos. Mata imam masjid Kamboja di Vientiane, Musa Abu Bakar, berlinang air mata ketika menceritakan kematian seluruh anggota keluarganya dari kelaparan. Mereka dipaksa makan rumput, sementara satu-satunya daging yang mereka dapatkan dari tentara Khmer hanyalah daging babi, yang diharamkan oleh Islam. Beberapa orang Kamboja, seperti mereka yang di Vientiane, kemudian melarikan diri dari kampung halamannya. Sementara sisanya berhasil bertahan dengan cara menyembunyikan identitas etnis mereka dan juga keislamannya. Dari suluruh populasi Muslim Kamboja, diperkirakan tujuh puluh persennya tewas akibat kelaparan dan pembantaian. Kini di Laos diperkirakan ada sekitar 200 orang Muslim Kamboja. Mereka memiliki masjid sendiri yang bernama Masjid Azhar atau yang oleh masyarakat lokal dikenal dengan nama Masjid Kamboja. Masjid ini berlokasi di sebuah sudut di distrik Chantaburi, Vientiane. Meski berjumlah sangat sedikit dan tergolong miskin, mereka teguh memegang agama. Umumnya, mereka adalah penganut mahzab Syafii, berbeda dengan komunitas Muslim Asia Selatan di Vientiane yang menganut mazhab Hanafi.

DAFTAR PUSTAKA
-          Hall, D.G.E. tanpa tahun. Terjemahan I.P Soewasha. Sejarah Asia tenggara. Surabaya: Usaha Nasional
-          Wapedia.2010.Islam di Laos.Al Kayyis Center_ Islam di Laos.htmd.htm.
            

MYANMAR PADA ZAMAN PENGARUH BARAT


Andi aminah riski/SAT
Myanmar dulu dikenal sebagai Burma, perubahan nama dari Burma menjadi Myanmar dilakukan pemerintahan junta militer pada tanggal 18 Juni 1989. Junta militer mengubah nama Burma menjadi Myanmar agar etnis non-burma merasa menjadi bagian dari Negara. [1]
Myanmar jatuh ketangan Inggris setelah mengalami perang 3 kali yang disebut the Three Burmese wars, sebagai berikut:
1.      perang Myamnar – Inggris I (1824-1826).
Perang ini diakhiri dengan perjanjian Yandabo akibatnya Myanmar menyerahkan Arakan dan pantai Tenaserim ke tangan Inggris. Inggris menempatkan "Residen"-nya di Myanmar, dengan tugas untuk mengawasi pemrintahan Myanmar.
2.      Perang Myanmar - Inggris II (1852-1853)
Dalam periode ini berlangsung sampai ke Birma hulu. Perang ini tidak diakhiri dengan perjanjian yang pasti, namun ada keuntungan bagi Inggris yaitu seluruh Birma hilir jatuh ketangan  Inggris.
3.      Perang Myanmar – Inggris 91885-1889)
Dalam perang ini seluruh Myanmar jatuh ke tangan inggris, dan raja terakhir (thibaw) diturunkan tahtanya dan di buang ke India. [2]
Britain  membuat Burma sebuah provinsi di India pada tahun 1886 dengan ibukota di Rangoon. Burma masyarakat tradisional itu secara drastis diubah oleh runtuhnya monarki dan pemisahan agama dan negara. Meskipun perang resmi berakhir setelah hanya beberapa minggu, perlawanan terus di Burma utara sampai 1890, dengan Inggris akhirnya beralih ke penghancuran sistematis desa dan pengangkatan pejabat baru untuk akhirnya menghentikan semua aktivitas gerilya. Sifat ekonomi masyarakat juga berubah secara dramatis. Setelah pembukaan Terusan Suez , permintaan beras Burma tumbuh dan luas dari tanah terbuka untuk budidaya. Namun, dalam rangka mempersiapkan lahan baru untuk budidaya, petani terpaksa meminjam uang dari rentenir India bernama chettiars tingkat suku bunga yang tinggi dan sering diambil alih pada dan diusir kehilangan tanah dan ternak. Sebagian besar pekerjaan juga pergi ke India buruh diwajibkan, dan seluruh desa menjadi dilarang karena mereka terpaksa untuk 'perampokan' (perampokan bersenjata).Sementara ekonomi tumbuh Burma, semua kekuasaan dan kekayaan tetap di tangan beberapa perusahaan Inggris, Anglo-Burma dan migran dari India. Layanan sipil sebagian besar dikelola oleh Anglo-Burma masyarakat dan India, dan Burma dikeluarkan hampir seluruhnya dari dinas militer. Meskipun negara makmur, rakyat Burma gagal menuai hasilnya. (George Orwell novel Lihat Hari Burma untuk account fiksi dari Inggris di Burma.). Sepanjang pemerintahan kolonial melalui pertengahan tahun 1960, para Anglo-Burma adalah untuk mendominasi negara ini, menyebabkan ketidakpuasan di antara penduduk lokal.
Pada pergantian abad, gerakan nasionalis mulai terbentuk dalam bentuk Young Men's Buddha Asosiasi ( YMBA ), model di YMCA , sebagai asosiasi keagamaan diizinkan oleh pemerintah kolonial. Mereka kemudian digantikan oleh Dewan Umum Asosiasi Burma (GCBA) yang dikaitkan dengan athin Wunthanu atau Asosiasi Nasional yang muncul di desa-desa di seluruh Burma Proper . Sebuah generasi baru pemimpin Birma muncul di awal abad kedua puluh dari antara yang berpendidikan kelas yang diizinkan untuk pergi ke London untuk belajar hukum. Mereka datang dari pengalaman ini dengan keyakinan bahwa situasi Burma dapat ditingkatkan melalui reformasi. Reformasi konstitusi Progresif di awal 1920-an menyebabkan sebuah badan legislatif dengan kekuasaan terbatas, universitas dan otonomi lebih bagi Burma dalam administrasi India. Upaya juga dilakukan untuk meningkatkan representasi dari Burma dalam pelayanan sipil. Beberapa orang mulai merasa bahwa tingkat perubahan tidak cukup cepat dan reformasi tidak cukup luas.
Pada tahun 1920 serangan pertama mahasiswa dalam sejarah pecah . Sebagai protes terhadap UU University baru yang siswa percaya hanya akan menguntungkan elite dan melanggengkan kekuasaan kolonial. 'Sekolah Nasional' bermunculan di seluruh negeri sebagai protes terhadap sistem pendidikan kolonial, dan mogok itu berada diperingati sebagai ' Hari Nasional '. Ada lagi pemogokan dan protes anti-pajak pada tahun 1920 kemudian dipimpin oleh Wunthanu athin s. Menonjol di antara para aktivis politik biksu Budha (pongyi), seperti U Ottama dan U Seinda di Arakan yang kemudian memimpin pemberontakan bersenjata melawan Inggris dan kemudian pemerintah nasionalis setelah kemerdekaan, dan U Wisara, martir pertama dari gerakan mati setelah mogok makan berlarut-larut dalam penjara. (Salah satu jalan utama di Yangon dinamai U Wisara.) Pada bulan Desember 1930, sebuah protes pajak lokal dengan Saya San di Tharrawaddy cepat tumbuh menjadi pertama regional dan kemudian nasional pemberontakan terhadap pemerintah. Yang berlangsung selama dua tahun, pemberontakan Galon, dinamai mitos burung Garuda - musuh Naga yaitu Inggris - terpampang dalam panji-panji para pemberontak dilakukan, diperlukan ribuan pasukan Inggris untuk menekan bersama dengan janji-janji reformasi politik lebih lanjut. Persidangan akhirnya Saya San, yang dieksekusi, diperbolehkan masa depan pemimpin nasional, termasuk Dr Maw Ba dan U Saw , yang berpartisipasi dalam pembelaannya, untuk naik ke menonjol.
Kapal uap dayung Ramapoora  dari India Uap Inggris Navigasi Perusahaan di sungai Rangoon yang baru saja tiba dari Moulmein. 1895. Fotografer: Watts dan Skeen.
Pada Bulan Mei 1930 melihat pendiri Asiayone Dobama (Kami Burmans Association) yang anggotanya menyebut diri mereka thakin (nama ironis sebagai thakin berarti "tuan" dalam bahasa Burma-agak mirip dengan India 'sahib'-menyatakan bahwa mereka adalah majikan sejati negara berhak atas istilah dirampas oleh tuan kolonial). Serangan kedua mahasiswa pada tahun 1936 dipicu oleh pengusiran Aung San dan Ko Nu , pemimpin dari Rangoon University Students Union (Rusu), karena menolak untuk mengungkapkan nama penulis yang telah menulis sebuah artikel di majalah universitas mereka, membuat serangan pedas pada salah satu pejabat senior universitas. Hal ini menyebar ke Mandalay mengarah pada pembentukan Semua Mahasiswa Burma Union (ABSU).  Aung San dan Nu kemudian bergabung dengan gerakan thakin maju dari siswa untuk politik nasional. The Burma terpisah Inggris dari India pada 1937 dan diberikan koloni konstitusi baru menyerukan terpilih perakitan sepenuhnya, tapi ini terbukti menjadi isu memecah belah sebagai beberapa Burma merasa bahwa ini adalah cara untuk mengecualikan mereka dari reformasi India lebih lanjut sedangkan Burma lain melihat tindakan yang dihapus Birma dari kendali India untuk menjadi langkah positif. Maw Ba menjabat sebagai perdana menteri pertama dari Burma, tapi dia digantikan oleh U Saw di tahun 1939, yang menjabat sebagai perdana menteri dari tahun 1940 sampai ia ditangkap pada 19 Januari 1942 oleh Inggris untuk berkomunikasi dengan Jepang. Gelombang pemogokan dan protes yang dimulai dari ladang minyak Burma pusat pada tahun 1938 menjadi pemogokan umum dengan konsekuensi yang jauh jangkauannya. Dalam Rangoon demonstran mahasiswa, setelah berhasil picketing Sekretariat, kursi dari pemerintah kolonial, yang dibebankan oleh Inggris dipasang polisi memegang tongkat dan membunuh Universitas Rangoon mahasiswa disebut Aung Kyaw. Di Mandalay , polisi menembak ke kerumunan pengunjuk rasa yang dipimpin para biksu Budha menewaskan 17 orang.
Gerakan ini dikenal sebagai Htaung thoun ya byei ayeidawbon (yang '1300 Revolusi 'bernama setelah tahun kalender Burma), dan 20 Desember hari martir pertama Aung Kyaw jatuh, diperingati oleh mahasiswa sebagai ' Bo Aung Kyaw Hari ' Meskipun Burma pada waktu itu dibagi menjadi negara merdeka, serangkaian raja berusaha untuk mendirikan kekuasaan absolut mereka, dengan berbagai tingkat keberhasilan. Akhirnya, seorang Inggris ekspansionis Pemerintah mengambil keuntungan dari politik ketidakstabilan's Burma,. Setelah Anglo-Burma tiga perang selama 60 tahun, Inggris mereka menyelesaikan penjajahan negara pada tahun 1886 Burma segera dianeksasi sebagai provinsi Inggris-India, dan Inggris mulai menyerap budaya Burma kuno dengan unsur-unsur asing. kebiasaan Burma seringkali melemah oleh penerapan tradisi Inggris.  Inggris juga dibagi lagi etnis minoritas banyak dengan mendukung beberapa kelompok, seperti Karen, untuk posisi di militer dan di pemerintah desa setempat. Selama tahun 1920, protes pertama oleh's inteligensia Burma dan biksu Budha diluncurkan melawan pemerintahan Inggris. Pada 1935, Mahasiswa Universitas Union di Rangoon berada di garis depan apa yang akan berevolusi menjadi sebuah gerakan aktif dan kuat untuk kemerdekaan nasional. Sebuah hukum muda mahasiswa Aung San, anggota komite eksekutif dan editor majalah untuk Uni Mahasiswa, muncul sebagai pemimpin baru yang potensial dari gerakan nasional. Pada tahun-tahun berikutnya, ia berhasil menyelenggarakan serangkaian pemogokan mahasiswa di universitas, mendapatkan dukungan dari bangsa. Pada waktu itu (1920-1921) di India Ghandi menjalankan Satyagraha (non kooperaftif) terhadap pemerintahan Inggrisgerakan Ghandi tentang satyagraah sesuai denmgan agama Budha yang mengnjurkan kehalusan dalam bertindak dan melarangpembunuhan. Karena itu satyagraha dari Ghandi sangat menarik bagi GCBA di Myanmar. Perlu pula duiingat bahwa pada saat it Myanmar masih merupakan provinsi dati India. Karena masyarakat Myanmar berdasarkan atas agama Budha, mak rakyat Myanmar mendudkung GCBA. Segera berkobarlah semangat nasionalisme yanganti kekerasan dan njuda anti Inggris. Inggris terpaksa mengadakan pemerintahan diarki tahun 1921 sepertidi India. Karena Myanmar pun menolaknya, maka pad tahun 1929 Inggris membentuk "Panitia Simon' (simon Comminission) untuk menyelidiki keadan Myanmar. Commission Simon menganjurkan:
1. Myanmar dipisahkan dari India dan menjadi Negara yang berdiri semdiri
2. harus dibentuk UUd bagi Myanmar Anjuran Simon commission ini kemudian diterima dan  kemudian ditetapkan dalam "round table conference on Burma" pada tahun 1931.
Pada tahun 1933 bersamaan dengan "Government Of India Act": Inggris mengeluarkan "Government Of Burma Act" yang menetapkan ; Myanmar dipisahkan dari India dan menjadi kolioni tersendiridengan ketentuan sebagai berikut:
1. kelapa Negara seoranng gubernur Inggris dengan kekuasaan eksekutif
2. kekuasaan legislative dipegang oleh parlemen yang enggotanga dipilih oleh rakyat Myanmar
3. daerah Sha, Karen, Kachin, Chin, merupakan "excliuded areas" yang diprintahkan langsung oleh Gubernur. Parlemenmyanmar tidak mempunyai hak atas daerah-daerah ini
4. guberniur mempunyai hak vetio
5. government Of Burma Act ini berlaku pada tahun 1937.
Meskipun government Of Burma Act ini tidak memuaskan karena gubernur masih memegang keuasaan yang terlampau besar namun ada akibatnya yang baik yakni karena parlemen berhasil :
1. mengadakan perubahan dalam agrarian sewa tanah diturunkan  pembegian tanah yang lebih        adil    
2. mengadakan pembetasan imigrasi dari India hingga mengadakan pembatasan imigrasi dari India hingga pekerja-pekerja dan kaum pertengahan Myanmar tidak merasa terdesak lagi. [3]

Gerakan-gerakan nasionaslisme di Myanmar
1. GCBA (General Council of Burmese Association) yang didirikan pada tahun 1919, gerakan nasionalisme yang pertama dan bneraliran Budha.
2. Sinyetha (partai rakyat miskin)
Didirikan dan pimpinan oleh Dr. U Ba Mawpada tahun 1922 partai ini menghendaki perbaikan nasib rakyat jelata dan dalam hal nasionalisme kerjasama dengan kongres India. Dr U Ba Mawpada tahhun 1942 menggabungkan diri dengan jepang dan menjadi presiden Republik Myanmar (yang dibentuk jepang 1 Agustus 1943). Pada tahun 1946 ia kembali ke Myanmar tetapi kehilangan pengaruhnya pada rakyat Myanmar.
3. Myochit (partai nasionalis) yang didirikan tahun 1930 dan dipimpin oleh U saw. Partai ini menghendaki status Domonion bagi Myanmar. U Saw adalah tokoh nasionalis anti Inggris dan pro jepang. Karena itu selama perang Dunia II (1942-1945) ia dipenjjrakann oleh Inggris. Usaw inilah yang apada tahun 1947 mengorganisir pembunuhan atas diri U Aung San.
4. Do Bama Asiayone (kita bangsa Myanmar) atau laziam dikenal dengan parta Thakin didirikan tahun 1935. Thakin berarti tuan. Anggota dari partai ini saling menyebut dengan nam thakin akarena partai ini disebut Thakin.
Partai ini dibentuk oleh mahasiswa-mahasiswa yang kemudian berkembang meliputi seluruh pelajar dan pemuda-pemudi. Tujuan partai Thakin yaitu menuntut kemerdekaan penuh bagi Myanmar. Sifat gerakannya revolusioner, patriotis dan sosialistis (lazim bagi gerakan pemuda anti imperialisme). Mereka ini sangat membenci tindakan-tindakan korup dari The old line politicians, terdorong oleh perasaan anti inggris dan terpikat dengan janji-janji Jepang, banyak pemimpin parta Thakin ini bekerajasama dengan Jepang selama penduduakan Jepang di Myanmar. Tetapi penindasan rakyat Jepang terahadap rakyat Myanmar membuka mata mereka dan akhirnya pemuda-pemudi Thakin ini dengan diam-diam membentuk " The Anti Fascist Peoples Freedom League ", pada tahun 1944. AFPFL (organisasi pembebasan anti fasis) ini diabawah pimpinan Thakin Aung San (U Aung San) dan Thakin Than Tun (pemimpin komunis di Myanmar). AFPFL dibawah Aung San memberontak terahadap Jepang dan menghantamnya, hingga mempermudah Inggris untuk mengalahkan Jepang. Kemudian AFPFL menuntut kemerdekaan penuh dari Inggris dengan kekuatan senjata.[4]
NOTES:
 [1]http://www.academia.edu/4643278/Sejarah_junta_militer_myanmar
[2]Hall, D.G.E. tanpa tahun. Terjemahan I.P Soewasha. Sejarah Asia tenggara. Surabaya: Usaha Nasional
[3]http://www.cfob.org/HistoryofBurma/historyOfBurma.shtml
[4] http://www.bimbie.com/sejarah-negara-myanmar.htm