GERAKAN RAKYAT INDONESIA (GERINDO)

GIRI HANDITO MAHATERA/S IV/A

Gerakan Rakyat Indonesia atau yang kita kenal dengan sebutan Gerindo adalah salah satu organisasi pergerakan atau sebuah partai yang didirikan oleh Sartono. Gerindo berdiri tepatnya pada tanggal 24 Mei 1937, yang di bentuk oleh bekas-bekas anggota Partindo. Gerakan Rakyat Indonesia juga  terbentuk karena organisasi pergerakan sebelumnya yaitu Partai Indonesia mengalami permasalahan dan konflik dalam tubuh organisasinya sehingga Partindo dibubarkan. [1]
            Permasalahan yang terjadi dalam tubuh partai Partindo adalah ketika partindo menggunakan suatu daftar usaha, lengkap mengenai hal-hal sosial, ekonomi dan politik yang semuanya harus menyamakan semua derajat untuk menuju Republik Indonesia. Tetapi pemerintah Kolonial Belanda melakukan tindakan dengan memperkeras pengawasan polisi dalam rapat-rapat yang di adakan Partindo, memberikan larangan bagi pegawai negeri untuk menjadi anggota partai, larangan untuk mengadakan persidangan di seluruh Indonesia, menangkap Ir. Soekarno, penangkapan tersebut menyebabkan  Partindo masuk pada masa dimana tidak ada kegiatan yang dilakukan sehingga banyak Partai Politik yang menyuarakan agar Partindo di bubarkan.
            Dengan di bubarkannya partai Partindo dan dimintanya berdiri partai yang baru membuat ketua Partindo yaitu Sartono dengan di bantu oleh Sanusi Pane dan Moh Yamin kembali membuat organisasi pergerakan yang baru yaitu organisasi yang mereka beri nama Gerakan Rakyat Indonesia (GERINDO). Tujuan partai ini masih sama dengan partai Indonesia namun bedanya partai Gerindo ini menjunjung azas kooperatif atau bekerjasama dengan pemerintah kolonial Belanda, tetapi tetap bersikap tegas terhadap pemerintah Belanda, sebagai perkumpulan untuk masyarakat umum yang berusaha mencapai bentuk pemerintahan negara berdasarkan kemerdekaan di bidang politik, sosial, dan ekonomi.
            Dengan lahirnya Gerindo disambut Gembira oleh para bekas anggota Partindo. Dalam waktu yang singkat mereka mendirikan cabang-cabang, cabang-cabang Gerindo tersebar hampir merata di seluruh Indonesia. Pada umumnya suatu cabang partai Partindo secara otomatis menjadi cabang Gerindo. Pemerintah kolonial masih berusaha menghambat perkembangannya. Kecurigaan pemerintah Kolonial terhadap para mantan anggota Partindo tidak hilang sehingga beberapa rapat pendirian cabang Gerindo di bubarkan.[2]
 Dengan lahirnya Partai Gerindo maka lahirlah partai sayap kiri Pergerakan Nasional dengan wajah yang berbeda yaitu Kooperatif , dengan azas kebangsaan dan kerakyatan untik mencapai Kemerdekaan Nasional, yang tidak membedakan baik dari garis keeturunan ataupun kelas sosial, mengaggap semuanya sama. Untuk mencapai tujuannya partai Gerindo membing rakyat agar bisa mencapai tujuan yang mereka harapkan, hingga masyarakat sampai pada tingkat keinsyafan politik, sosial, dan ekonomi. Terutama di bidang politik karena mereka menganggap bidang politik adalah bidang yang mampu membawa rakyat  kepada tatanan ekonomi dam sosial yang utama.
Gerindo menjunjung tinggi Demokrasi menggambarkan tujuan politik sebagai suatu parlemen yang sepenuhnya bertanggung jawab kepada masyarakat Indinesia, tujuan ekonomi sebagai susunan ekonomi yang berdasarkan kooperasi di bawah pengawasan negara. Tujuan sosial sebagai suatu pandangan hidup berdasarkan hak dan kewajiban yang sama antara semua masyarakat.[3]
Partai Gerindo lebih bersifat fleksibel terhadap pemerintah, Amir Syarifuddin merupakan salah sorang tokoh yang merupakan pendiri Gerindo yang mengalihkan haluan partai politik ini dari haluan non-kooperatif menjadi partai yang berhaluan kooperatif. Gerindo merupakan tempat berkumpulnya golongan kiri  dan dalam hal ini Amir Syarifuddin mengambil bidang pers dan pendidikan. Karena sejak berdirinya Gerindo berpandangan bahwa faktor utama penyebab ketengan situasi Internasional pada saat itu adalah pertarungan di antara kekuatan kelompok deokratis dengan kekuatan kelompok fasis. Jadi menurut mereka untuk memerangi fasisme, karena Belanda dan Indonesia sama-sama menganut paham Demokratis harus bersatu atas dasar kesamaan pokok tanpa harus mempermasalahkan perselisihan- perselisihan kecil, jadi perbedaan yang terdapat pada aham fasisme dengan paham demokratis adalah jauh lebih besar dari pada perbedaan warna kulit, oleh karena itu partai Gerindo tidak mempermasalahkan warna kulit dan mereka mau menerima etnis Tionghoa menjadi anggota Gerindo.
Dalam mencapai tujuannya partai Gerindo mengadakan beberapa kongres diantaranya kongres Gerindo yang pertama diadakan di Jakarta pada tanggal 20 samapai 24 Juli 1938 kongres ini delaksanakan sebagai bentuk dari kerja nyata dari suatu organisasi pergerakan yang peduli terhadap perubahan sosial masyarakat pribumi. Dalam hal ini Amir Syarifuddi juga menyumbangkan pemikirannya  dengan kata-kata untuk selogan  spanduk yaitu "Oposisi Loyal" dan sejak saat itu tujuan partai bukan lagi partai itu sendiri tetapi Demokrasi dan di perbolehkan  anggotanya untuk berpartisipasi dalam institusi kolonial.
Kongres yang diadakan di Jakarta tersebut menghasilkan pembentukan PERI (penuntun Ekonomi Rakyat Indonesia) yaitu perkumpulan ekonomi berdasarkan Demokratis Nasionalisme. Program kerjanya diantaranya yaitu memperbaiki harga-harga hasil bumi dan menurunkan harga-harga barang keperluan rakyat dan perluasan kesempatan kerja. Partai Gerindo tidak hanya mengadakan satu kali kongres saja, apabila kongresnya yang pertama diadakan di kota Jakarta tetapi tidak sama halnya dengan kongresnya yang kedua, kongres Gerindo yang kedua di adakan di kota lain yaitu di kota palembang.
Kongres yang diadakan di palembang yaitu pada tanggal 1 dan 2 Agustus 1939, pada kongres kedua yang diadakan oleh Gerindo yang menjadi tuan rumahnya adalah Gerindo cabang Palembang dan disambut dengan antusias oleh gerindo cabang Palembang. Dalam kongres yang diadakan di Palembang ini diambil keputusan berupa penerimaan peranakan baik itu keturunan Eropa, tionghoa, maupun peranakan Arab, untuk menjadi anggota partai Gerindo.  Selain penerimaan peranakan dalam kongres ini juga di ambil keputusan mengenai batas upah yang rendah dan tunjangan bagi para pengangguran, keputusan ini di ambil dalam rangka menyetujui masuknya partai Gerakan Rakyat Indonesia ke dalam GAPI (Gabungan Politik Indonesia).
Setelah kongres yang pertama dan kedua, masih ada kongres yang di adakan oleh partai Gerindo yaitu kongres yang ke tiga yang dilaksanakan pada tanggal 10 sampai 12 Oktober 1941. Dalam kongres ketiga yang diadakan oleh Gerindo ini diputuskan bahwa Gerindo hendak mendirikan sebuah partai yaitu Partai Buruh Politik Indinesia yang baru. Akan tetapi rencana tersebut tidak terealisasikan karena sudah ada partai Gerindo, hal tersebut di lakukan karena menurut mereka Gerindo bukan hanya sekedar partai polik saja tetapi Gerindo berusaha untuk mencapai suatu bentuk masyarakat yang memiliki bukan hanya demokrasi politik saja tetapi juga demokrasi di bidang ekonomi dan sosialnya. Dari kongres yang ketiga ini juga diambil keputusan untuk membebaskan pemimpin Indonesia yang sudah di asingkan.  Kita melihat bahwasanya yang di fokuskan oleh Partai Gerindo adalah kemenangan di bidang politik, karena menurut mereka kemenangan di bidang politik merupakan jalan untuk kemenangan di bidang lainnya.
Tetapi walaupun demikian bidang ekonomi juga tidak bisa di lupakan karena ekonomi ikut menunjang bidang politik, susunan ekonomi yang baik akan sangat berpengaruh terhadap bidang politik dan sosial. Sehingga membuat hubungan antara politik, ekonomi, dan sosial merupakan tali penghubung  yang saling terkait satu dengan yang lainnya sehingga sangat sulit untuk di pisahkan. Meskipun perkembangan partai Gerindo mengalami kemajuan yang pesat dalam mencapai tujuannya tetapi tidak menuntup kemungkinan bahwa Gerindo akan memiliki nasib yang sama dengan partai yang lainnya yaitu terjadi konflik dalam batang tubuh Partai Gerindo.
Konflik yang terjadi dalam tubuh Partai Gerindo dimulai ketika Moh. Yamin mencalonkan diri sebagai anggota Volksraad (Dewan Rakyat Hindia- Belanda) untuk mewakili golongan Minangkabau yang tidak mau bekerja sama  dengan Gerindo. Pencalonan tersebut menimbilkan keonaran dalam partai Gerindo sehingga membuat pengurus besar mengadakan pemecatan sementara terhadap Muh. Yamin.[4]
Keputusan yang diambil oleh Muh. Yamin dia tidak menyadari bahwa dia telah masuk ke dalam jebakan pemerintah Hindia Belanda, yaitu di jadikan sebagai alat untuk memecah belah barisan kulit berwarna.  Permohonan Muh. Yamin memang di kabulkan sebagai anggota Volksraad tetapi dengan masuknya beliau sebagai anggota Volksraad membuat dirinya di pecat dari keanggotaan Gerindo secara tidak hormat dan dianggap sebagai suatu bentuk penghianatan terhadap partai Gerindo.

NOTES
[2] Poesponegoro, Marwati Djoened (1992). Sejarah Indonesia V. Balai Pustaka. Jakarta. Hal 379
[3] Poesponegoro, Marwati Djoened (1992). Sejarah Indonesia V. Balai Pustaka. Jakarta. Hal 379


Daftar pustaka
Poesponegoro, Marwati Djoned. Sejarah Nasional Indonesia V, Jakarta, Balai Pustaka, 1992
Zed, Mestika. 2003. Kepialangan Politik dan Revolusi. Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia
Onghokman, Runtuhnya Hindia Belanda, Jakara, PT. Gramedia, 1989



PERLAWANAN PETANI INDRAMAYU TERHADAP PENJAJAHAN JEPANG


Donal manalu SI4/A
Pada masa kekuasaan jepang di indonesia,  jepang menganggap penting penguasaan terhadap sumber-sumber bahan mentah, terutama minya bumi, untuk industri perangnya.setelah berhasil merebut hindia belanda pada bulan maret 1942, objek-objek vital dihancurkan. Akibatnya, pada awal pendudukan jepang hampir semua kehidupan ekonomi lumpuh. Pengaturan-pengaturan, pembatasan-pembatasan, dan penguasaan faktor-faktor produksi oleh pemerintah adalah ciri-ciri ekonomi perang. Demi keamanan, pemerintah pendudukan jepang mengambil alih kendali ekonomi. Mereka juga mengeluarkan beberapa peraturan yang bersifat kontrol terhadap kegiatan ekonomi.  [1]
Ketika jepang berkuasa di indonesia dan menduduki jawa, Pemerintah jepang mengangap pulau jawa sebagai sumber pangan yang memungkinkan mereka dapat meneruskan operasi militernya dan memelihara daerah2 yang dikuasainya di asia tenggara. Sebgai penghasil beras yang setiap tahunnya mencapai 8,5 juta ton. Pulau ini dianggap amat penting dalam memenuhi kebutuhan militer jepang.sejak bulan agustus 1942, jepang menerapkan peraturan tentang pemungutan bahan pangan secara sistematis dengan membentuk shokuryo kanrilimusyo (SKL kantor pengelola pangan). [2]
Tentara jepang masuk ke jawa pada bulan  maret 1942, ketika panen musim hujan hampir mulai. Pada mulanya, orang jepang sedemikian sibuknya dalam usaha memulihkan keamanan dan ketentraman sehingga tidak ada kesempatan untuk mulai dengan politik beras mereka. Mereka hanya meneruskan poltik belanda yang memperoleh pemasaran bebas dengan memberlakukan pengawasan harga. Para petani masih dapat menyalurkan hasil kerja mereka, dan orang jepang membeli beras yang di butuhkan memalui Rijst Verkoop Centraal (pusat pembelian beras) yang ada. Baru pada bulan agustus 1942, lima bulan setelah memakukan penyerbuan, Gunseikanbu mulai mengambil langkah pertama melaksanakan pemungutan bahan pangan secara sistematis. Antara bulan agustus sampai april 1943, dasar-dasar politik beras iru sudah mantap, yaitu sebagai berikut :
1.Padi berada pengawasan negara dan hanya pemerintah yang diijinkan melakukan proses pemungutan
2. petani harus menjual hasil produksi mereka kepada pemerintah sebanyak kuota yang ditentukan.
3. harga gabah dan beras ditentukan oleh pemerintah [3]
Kebijakan-kebikan jepang tersebut membuat rakyak sengsara, khususnya para petani. Hal ini menimbulkan perlawanan dari masyarakat pribumi di berbagai daerah. salah satu perlawanan yang terjadi adalah di daerah indramayu. Masyarakat indramayu umumnya adalah petani, sehingga politik beras yang di terapakan jepang di angap menyensarakan masyarakat.
Perlawanan petani indramayu terjadi antara bulan april samapi agustus 1944, selama musim panen besar. Ini merupakan perlawanan petani yang paling besar  di indramayu, sejak serangkaian perlawanan antipamong praja dan anti china pada tahun 1943, di bawah pimpinan sarekat islam. Perlawanan terjadi di daerah desa kaplongan, merupakan sebuah perkampungan (luas 9,75 km² yang mencakup kelurahan tanjung pura dan kaplongan. Desa itu terletak antara kedua sisi jalan raya antara cirebon dan indramayu. Penduduk desa itu terkenal sebagai penganut agama islam yang taat, dan terdapat banyak pesantren, baik di desa kaplongan maupun di desa sekitarnya. Dalam kenyataannya perlawanan masyarakat Indramayu terhadap tentara pendudukan Jepang dipelopori oleh beberapa orang pemuka agama. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar, sebab dalam ajaran agama terdapat nilai-nilai patriotisme dan keharusan mengusir musuh yang hendak menjajah dari tanah kelahiran.

Pada suatu hari di tahun 1944, ketika panen baru saja dimulai, para petani di desa kaplongan diberitahu oleh para pejabat desa bahwa telah dikeluarkan peraturan baru yang menyerukan petani harus menyerahkan semua padi mereka, kecuali dua gedeng per rumah tangga. Satu gedeng kira-kira seberat 5 kg. Dengan adanya peraturan baru ini, para petani tidak di perbolehkan menyimpan lebih dari 10 kg padi. Tidak lama kemudian, hari jum'at pagi bulan april, soncho karangampel majana sastra. Dan dua orang junsa (agen polisi) datang ke kaplongan untuk menerapakan peraturan baru itu. Ketika mereka tiba, semua penduduk di suruh datang ke balai desa.mula-mula sekretaris desa, Hasim berbicara atas nama pemerintah. Ia menganjurkan agar semua masyarakat menyerahkan semua persediaan padi yang mereka miliki, kecuali dua gedeng. Sebagian petani mulai mengerutu dan yang lain mulai berteriak tidak setuju, tetapi pada saat itu tidak ada yang berani menolak secara terbuka.[3]
Penduduk kaplongan di suruh menyita padi Haji Aksan, dan membawa nya ke balai desa. Mereka mersa malu dan ragu-ragu, sedikit demi sedikit padi milik Haji Aksan di bawa ke balai desa. Tugas itu belum selesai ketika tiba waktunya untuk sembahyang jum'at di mesjid. Mereka meminta agar soncho mengizinkan meraka beristirahat sebentar di mesjid. Namun soncho menolak dan berskeras agar pekerjaan tetap dilaksanakan. Pada saat itu lah terjadi pertengkaran yang panas antara petani dan pejabat dan kucho. Para petani mulai mengambil batu dan melemparnya ke arah pejabat. Sasaran kemarahan mereka yang utama adalah soncho dan kedua orang junsa.  Dalam hujan yang batu yang terjadi kemudian, soncho jatuh pingsan, sedangkan kedua junsa terbunuh. Kucho dan para pejabat desa lainnya berhasil melarikan diri sehingga selamat dari maut.
Penduduk sekarang menyadari bahwa mereka telah melewati batas dan tidak bisa mundur lagi. Mereka harus bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan. Dengan semangat dan sesuai keyakinan agama, mereka memutuskan lebih baik berjuang melawan pemerintah daripada mati kelaparan. Malam itu, beratus-ratus orang datang ke langgar Kiyai Haji Irsyad, seorang guru agama yang disegani di desa itu, untuk meminta air suci yang konon akan menjadikan kebal terhadap serangan kafir. Mereka juga memasang penghalang sepanjang jalan utama desa yang menghubungkan desa itu dengan luar. Pagi berikuynya, tentara jepang tiba bersama tentara indonesia. Mereka datang dengan truk dan menyingkirkan penghalang jalan. Para petani mulai menyerang dengan segala senjata yang ada, termasuk batu, batu bata, bambu runcing,dan golok. Tentara jepang mulai membalas dengan tembakan. Dalam perlawanan tersebut beberapa orang petani terbunuh, dan yang lainya melarikan diri.
Sesudah beberapa hari, tokoh-tokoh penting dalam perlawanan mulai di tangkap satu per satu melalui perangkap yang sangat licik, yang di atur meluli seorang kiyai yang sangat termasyur bernama Abas yang memihak jepang. Atas permintaan jepang, kiyai abas datang ke desa kaplongan, berpura-pura mengundang para pemimpin perlawanan untuk menghadiri sebuah pertemuan. Karena percaya bahwa semua peserta dijamin keselamatnya, maka 12 orang ikut dengannya. Dan setibanya di cirebon, semua pemimipin perlawanan di tahan oleh jepang. [4]
Setelah perlawanan di kaplongan, kira-kira sebulan setelahnya pemberontakan petani gelombang kedua mulai bangkit di daerah perbatasan antara sindang son dan lohbener son. Sebenarnya pemberontakan ini melibatkan 12 perkampungan di perbatasan ke dua son itu. Daerah ini merupakan daerah pertanian yang miskin, karena kekurangan air.air tanah mengandung garam karena terlalu dekat dengan laut, dan kekurangan air ini menyebabkan penduduk bahkan tidak mempunyai cukup air untuk minum pada puncak musim kering (juli-agustus). Kemiskinan daerah ini dapat juga dilihat dari kenyataan bahwa di situ tidak ada tanah bengkok. Sebagai gantinya kepala desa mendapat upah setahun sekali dalam bentuk padi, yang dinamakan panceng.dalam sistem ini, setiap rumah tangga di desa itu menyerahkan 5-10 kg padi, tergantung pada kemampuan ekonomi rumah tangga tersebut. Pendapat dari sistem pancang ini jauh lebih kecil daripada tanah bengkok.
Perlawanan terjadi pada bulan mei 1944, segera sesudah pengumuman peraturan padi yang baru diberitahukan kepada para petani. Perintah itu berbunyi bahwa para petani harus menyerahkan semua persediaan padi mereka, kecuali 25 kg. Ketika penduduk cidempet diberitahu mengenai hal itu, mereka marah, dan beberapa penduduk menculik kucho usman, membawanya ke pekuburan dan mengancam akan membunuhnya. Karena takut dibunuh, Usman terpaksa berjanji akan menghentikan pemungutan padi. Namun, segera sesudah bebas, ia lari ke cirebon dan tidak kembali sampai pemberontakan berahir. Ketika penduduk desa mengetahui bahwa ia melarikan diri, meraka menjadi marah sekali dan menolak pemungutan padi secara paksa. Di bawah pimpinan haji madrias, dengan anggota tetap mereka melakukan beberapa pertemuan. Dan dari hasli pertemuan tidak ada yang di hasilkan, yang ada Cuma rakyat yang menolak untuk menyerahkan padi mereka.
Kira-kira seminggu kemudian, muncul berita bahwa soncho lohbener akan datang ke desa cidempet untuk melaksanakan pemungutan padi.haji madrias dan para pengikutnya berkumpul di balai desa menantikan kedatangan mereka. Lama mereka menunggu dengan gekisah, namun rombongan koncho tidak kunjung datang.kemudian, menjelang siang muncul berita tidak terduga bahwa bahwa bukan soncho mereka, tetapi soncho sindang yang datang ke desa tetangga, yaitu desa paningkiran kidul (sindang son)  untuk melakukan pemungutan padi. Para petani yang sudah bosan menunggu soncho mereka, memutuskan untuk pergi ke desa paningkiran kidul. Dengan banyak orang, ahirnya mereka tiba di desa paningkaran kidul rombongan mereka sudah berjumlah sekitar 300 orang. Disana mereka menemui soncho dan dua upas (pesuruh dari kantor son), kucho dulgani dan sekretaris desa Darwia, sedang melakukan pemungutan padi.  Para pejabat desa ini kaget melihat rombongan yang datang dalam suasana panas. Kucho mencoba bangkit dan mencoba berdiri diantara suncho dan petani. Tetapi karena ia sudah tua dan lemah, ia dengan mudah di dorong oleh para petani, dan dibunuh dengan bambu runcing. Raksabumi yang datang juga dilukai oleh  petani. Kemudian soncho dan dua upas di bunuh. Hanya sekretaris desa, Darwia yang berhasil lolos dan berhasil melarikan diri dari desa itu.
Sementara itu para petani pergi ke desa Pranggong, Lohbener Son. Mereka pergi kerumah kucho, tapi kucho kebetulan sedang menghadiri pertemuan di lohbener. Karena kecewa maka para petani pergi ke desa cantigi Kulon, sindang son. Di situ, kucho kalipa kebetulan sedang berada di balai desa, memungut pajak dari penduduk. Para petani langsung menyerang kucho di tempat itu juga. Kucho berusaha melarikan diri, ia ahirnya tertangkap dan dubunuh bersama denga anak laki-lakinya. Di desa yang berdekatan lainnya, perlawanan yang serupa meletus pula, dan para kucho terbunuh. Berbagai usaha dilakukan pemerintah jepang untuk menyelesaikan masalah ini. Seorang pemimpin agama yang terkenal, Khalifah Haji Abdullah Fakih, dikirim ke daerah-daerah yang sedang bergejolak itu untuk mendamaikan rakyatdengan pemeritah.pemerintah menyebarkan selebaran dari helikopter meminta agar rakyat tetap tenang dan menjanjika pemerintah tidak akan melakukan pembalasan.
Tetapi kemudian, pemerintah sekali lagi memasang perangkap: Haji Madrias dan tokoh perlawanan lainnya dengan hormat di undang untuk menghadiri suatu pertemuan di Cirebon, dan mereka di tangkap begitu sampai disana. Kemudian hal ini di ikuti dengan penangkapan sejumlah tokoh-tokoh kecil di desa tersebut. Di desa paningkiran Kidul, seorang kiyai dari rambatan kulon datang menasihati petani agar menyerah. Pemberontakan meluas sampai keluar perbatasan kedua son tersebut, sejauh kertasemaya son, losarang son, dan sliyeg son. Di sliyeg, kantor son dan rumah sucho dirampok, begitu juga toko-toko cina disana. Di kertasemaya, rakyat mulai berdatangan kerumag seoarang ulama desa tenajar yang bernama Kiyai Muchtar, meminta air suci. Namun, pemberontakan dibatalkann, karena pemerintah secara preventif menahan kiyai tersebut dan menakut-nakuti. Pemberontakan yang terjadi pada masa dahulu masih bersifat kedaerahan, sehingga sulit untuk melawan penjajahan.
Notes:
[1] Praptanto,Eko. 2010. Sejarah Indonesia.Jakarta: PT. Bina Sumber Daya MIPA. hal.37
[2] Notosutanto, Nugroho.2010.Sejarah Nasional Indonesia IV.Jakarta: Balai pustaka. Hal. 116
[3] Nagazumi, Akira. 1988. Pemberontakan Indonesia Di Masa Pendudukan Jepang. Jakarta: Yayasan obor indonesia. Hal. 88
[4] http: //indramayutradisi.blogspot.com/2012/06 sejarah-perjuangan-ma-sentot-indramayu.html
Daftar Pustaka
- Praptanto,Eko. 2010. Sejarah Indonesia.Jakarta: PT. Bina Sumber Daya MIPA. hal.37
- Notosutanto, Nugroho.2010.Sejarah Nasional Indonesia IV.Jakarta: Balai pustaka.
- Nagazumi, Akira. 1988. Pemberontakan Indonesia Di Masa Pendudukan Jepang. Jakarta: Yayasan obor indonesia.

PERISTIWA RENGASDENGKLOK HUBUNGANNYA DENGAN PROSES PERUMUSAN NASKAH PROKLAMASI

JUMIATI/SIIV/A

A . Peristiwa Rengasdengklok
            Di setiap momen peringatan kemerdekaan republic Indonesia, kita diingatkan lagi oleh satu peristiwa yang mengawali proklamasi kemerdekaan republic indonesia yaitu peristiwa rengasdengklok. Tanpa peristiwa itu, barangkali kita tidak akan merdeka seperti saat ini. Peristiwa rengasdengklok adalah peristiwa dimulai dari "penculikan" yang dilakukan oleh sejumlah pemuda yaitu soekarni,, wikana dan chairul shaleh dari perkumpulan "menteng 31' terhadap soekaerno dan hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 agustus 1945 pukul 04.00 wib.[1]
            Adanya berita dari siaran radio yang diterima oleh golongan pemuda bahwa jepang sudah kalah dalam perang pasifik semakin jelas dengan dijatuhkan bom atom oleh sekutu di kota Hiroshima melemah dan keharusan jepang melakukan penyerahan diri tanpa syarat pada pihak sekutu memicu aksi beberapa organisasi bawah tanah dan para tokoh pemuda. Bahkan pada tanggal 10 agustus 1945, setelah mendengar siaran radio yang kebetulan tidak disegel oleh pemerintah militer jepang,bahwa jepang sudah memutuskan dan Nagasaki pada tanggal 9 agustus 1945. Akibat peristiwa tersebut, kekuatan jepang makin untuk menyerah kepada sekutu menghadapkan para pemimpin Indonesia pada masalah yang cukup berat. Indonesia mengalami kekosongan kekuasaan (vacuum of power). Jepang masih tetap berkuasa atas Indonesia meskipun telah menyerah, sementara pasukan sekutu yang akan menggantikan mereka belum dating. Gunseikan telah mendapat perintah-perintah khusus agar mempertahankan status quo sampai kedatangan pasukan sekutu. Adanya kekosongan kekuasaan menyebabkan munculnya konflik antara golongan muda dan golongan tua mengenai masalah kemerdekaaan Indonesia. Golongan muda menginginkan agar proklamasi kemerdekaan segera dikumandankan sedangkan golongan tua menginginkan proklamasi kemerdekaan harus dirapatkan dulu dengan anggota ppki. Kemudian golongan muda mengadakan rapat disalaah satu ruangan lembaga bakteriologi di pengangsaan timur, jakarta tanggal 15 agustus 1945 pukul 20.00 WIB. Kemudia rapat tersebut dipimpin oleh chaerul shaleh yang menghasilkan keputusan tuntutan-tuntutan golongan muda yang menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia sendiri, tidak dapat diigantungkan kepada bangsa lain. Segala ikatan, hubungan dan janji kemerdekaan harus diputus, dan sebaliknya perlu mengadakan perundingan dengan ir,, soekarno dan mohammad hatta agar kelompok  pemuda diikutsertakan dalam menyatakan proklamasi.
            Langkah selanjutnya malam itu juga sekitar jam 22.00 WIB wikana dan darwis mewakili kelompok muda mendesak soekarno agar bersedia melaksanakan kemerdekaan Indonesia secepatnya lepas dari jepang. Ternyata usaha tersebut gagal, soekarnoo tetap tidak mau memproklamasikan kemerdekaan sebelum rapat ppki menyebabkan golongan muda berpikir bahwa golongan tua mendapat penngaruh dari jepang. Selanjutnnya golongan muda mengadakan rapat di jl. Cikini 71 jakarta pada pukul 24.00 WIB menjelang tanggal  16 agustus 1945. Mereka membawa soekarno dan hatta ke rengasdengklok. Rapat tersebut menghasilkan keputusan bahwa ir. Soekarno dan drs. Moh. Hatta harus diamankan dari pengaruh jepang. Tujuan para pemuda mengamankan soekarno hatta ke rengasdengklok antara lain :
1.      Agar kedua tokoh tersebut tidak terpengaruh jepang, dan
2.      Mendesak kkeduanya supaya segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia terlepas dari segala ikatan dengan jepang.
salah satu tokoh pemimpin gerakan bawah tanah yang juga seorang sosialis,sutan sjahrir segera mendesak hatta agar bersama soekarno segera memproklamasikan kemerdekkaan Indonesia lepas dari campur tangan jepang. Tetapi pada waktu itu baik soekarno maupun hatta belum yakin betul dalam bahwa jepang telah menyerah. Disamping  itu mereka merasa khawatir bila proklamasi dilakukan pada waktu itu juga, maka akan mengkibatkan terjadinya pertumpahan darah. Sjahrir sendiri bersama dengan pemimpin gerakan bawah tanah lainnya sudah melakukan konsolidasi bersama dengan membuat berbagai macam selebaran,  tulisan yang berisi kata-kata anti jepang. Selain itu sjahrir juga telah mengorganisir para gerilyawan dan pelajar Jakarta dan daerah untuk mengadakan demontrasi dan deklarasi kemerdekaan secara besar-besaran pada tanggal 15 agustus 1945. Tanggal 15 agustus diyakini oleh sjahrir sebagai tanggal dimana soekarno dan hatta akan memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Setelah semua persiapan mulai dilakukan, menjadi jelas bahwa soekarno dan hatta tidak bersedia memproklamasikan kemerdekaan tangggal 15 agustus 1945. Mereka masih berharap untuk menghindari pertumpahan darah sambil menunggu keputusan dari pemerintahan jepang. Akibat, ketidak sediaan soekarno dan hatta tersebut  pada tanggal itu juga di Cirebon terjadi suatu revolusi yang dipimpin oleh Dr Sudarsono.[2]
            Pada tanggal 16 agustus 1945 pagi, soekarno dan hatta tidak dapat ditemukan di jakrta. Mereka telah dibawa oleh para pemimpin pemuda, diantaranya sukarni, yusus kanto, dan sydanco singgih, pada malam harinya ke garnesium PETA ( PEMBELA TANAH AIR)  di rengasdengklok , sebuah kota kecil yang terletak sebelah utara karawang. Pemilihan rengasdengklok sebagai tempat pengamanan soekkarno hatta, didasarkan pada perhitungan militer. Antara anggota PETA daidan purwakarta dan daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak keduanya melakukan latihan bersama. Secara geografis , rengasdengklok letaknya terpencil, sehingga dapat dilakukan deteksi dengan mudah setiap gerakan tentara jepang yang menuju rengasdengklok, baik dari arah Jakarta, bandung atau jawa tengah.
            Revolusi ini berhasil dipadamkan oleh militer jepang. Sementara itu, gerakan bawah tanah pimpinan soekarni yang didukung oleh sejumlah organisasi persatuan mahasiswa pada tanggal 16 agustus 1945, jam 04.00 dini hari WIB meculik soekarno dan hatta untuk dibawa ke garnisium peta (pembela tanah air) di rengasdengklok. Disana mereka menyakinkan kedua tokoh nasional itu dan kembali mendesak pada keduanya untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Untuk menekan keduanya, soekarni mengatakan bahwa ada 15.000 pemuda bersenjata dipinggiran kota Jakarta yang siap masuk kekota begitu proklamasikan dibacakan untuk menghadapi militer jepang.
            Menghadapi situasi demikian, soekarno dan hatta menyakinkan pada mereka bahwa masih ada kemungkinan pihak jepang secara sukarela akan memberikan kemerdekaan pada Indonesia. Demi pertumpahan darah yang tidak perlu, setidaknya soekarno dan hatta ingin memastikan terlebih dulu sikap para petinngi militer jepang, tentang kemerdekaan Indonesia. Terlebih kedua tokoh tersebut yakin bahwa setiap dekklarasi kemerdekaan harus dilakukan melalui  suatu panitia persiapan kemerdekaan yang mewakili seluruh rakyat Indonesia, dijawa maupun diluar jawa. Dengan demikian deklarasi pproklamasi akan mendapat dukungan dari semua rakyat.
            Sementara itu, golongan tua yang ada dijakarta segera mengetahui perihal penculikan itu. Akhirnya ahmad subarjo dan yusuf konto menuju ke rengasdengklok. Rombongan tersebut tiba direngasdengklok pukul 17.30 WIB. Ahmad Subarjo yang memiliki hubungan dekat dengan sukarni segera menuju ke rengasdengklok untuk membujuk sukarni dan para pemimpin pemuda mahasiswa lain untuk membawa kembali sukarno dan hatta kejakarta. Atas jaminan dari Ahmad Subarjo bahwa proklamasi akan segera dideklarasikan, maka golongan pemuda membawa kembali soekano dan hatta kejakarta. Peranan ahmad subarjo sangat penting dalam pperistiwa kembalinya soekarno dan hatta ke Jakarta, sebab mampu menyakinkan para pemuda bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan keesekon harinya paling lambat pukul 12.00 WIB, nyawanya sebagai hjaminan. Akhinya  soebeno sebagai komandan kompi peta setempat bersedia melepaskan soekarno dan hatta kejakarta. Begitu tiba kembali dijakarta pada tanggal 16 agustus 1945 pukkul  23.000 wib, tengah malam, ir. Sooekarno  dan hatta segera menghubungi pemimpin angkatan  perang jepang dijawa bernama nishimmura  dan minta pendapat mereka perihal rencana kemerdekaan Indonesia. Para pemimpin militer jepang diindonesia memberikan penegasan bahwa pihak jepang tidak akan menyetujui suattu deklarasi  kemerdekaan penegasan   bahwa pihak jepang tidak akan menyetujui suatu deklarasi kemerdekaan oleh orang Indonesia. peenolakan perminttaan tersebut dengan alasan bahwa indonesia masih dalam statud  quo, arrtinya belum ada penyerahan  kekuasaan dari jepang kepada sekutu.karena ditolak, maka usaha mempersiapkan proklamasi dilakukan di rumah Laksmana Muda Maeda, seorang perwira angkatan laut jepang. [3]
            Setelah kemudian dikonfirmasikan dengan soekarno, maka jelas bagi kedua tokoh itu bahwa cara yang disarankan sjahrir, soekarni, wikana, chairul saleh dan pemimpin gerakan bahwa tanah dan pemimpin pemuda mahasiswa lainnya adalah satu-satunya cara untuk mencapai kemerdekaan. Melaksanakan deklarasi kemerdekaan yang lepas dari campur tangan jepang. Pada malam itu juga, hatta menghubungi marsekal muda maeda (salah satu pemimpin militer jepang diindonesia yang mendukung bagi terlaksananya kemerdekaan Indonesia) untuk minta kesediannya agar diijinkan menggunakan rumahnya sebagai tempat perumusan naskah proklamasi. Maeda pun menyetujui keinginan tersebut. Mengapa dirumah laksmana muda maeda?  ada dua alasan  :
1.      Laksmana muda maeda mendukung perjuangan bangsa Indonesia.
2.      Factor keamanan : hak prerogratif kekuasaan wilayah militer angkatan laut yang tidak dapat diganggu gugat oleh angkatann darat.
Selain soekarno dan hatta, dalam pertemuan itu hadir antara lain ahmad subarjo, wikana dan soekarni. Setelah berdiskusi lama, teks proklamasi akhirnya berhasil dirumuskan.
B . Peristiwa Seputar Perumusan Naskah Proklamasi
            Perumusan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia mengambil ditempat dirumah seorang perwira tinggi Angkatan Laut Jepang, Laksamana Muda Maeda, di Jl. Imam Bonjol 1 Jakarta. Di rumah Maeda hadir para anggota PPKI, tokoh-tokoh pemuda seperti Chairul saleh, Soekarni, B.M. Diah, soediro, Sayuti Melik, dan orang-orang Jepang dari Angkatan Darat, seperti Nishijima, Yshizumi dan Myoshi.
            Perumusan naskah proklamasi dilakukan oleh Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebarjo, yang disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah dan Soediro. Soekarno menuliskan naskah proklamasi itu pada secarik kertas bergaris. Setelah mendapat kesepakatan bersama, maka naskah proklamasi tulisan tangan ituu dibawa keruang tengah rumah Laksmana Muda Maeda. Naskah proklamasi itu kemudian diperdebatkan untuk mendapat kesempurnaan. Hal ini terbukti dari adanya tiga coretan, yaitu kata "pemindahan", "penyerahan", dan "diusahakan". Disepakati pula yang mendatangani naskah proklamasi kemerdekaan itu ialah soekarno dan hatta.
            Penggetikan naskah proklamasi dilakukan oleh sayuti melik atas permintaan soekarni. Sayuti melik yang mengetik naskah proklamasi itu mengadakan tiga perubahan yaitu kata 'tempoh" diganti dengan "tempo" , sedangkan bagian akhir "wakil-wakil bangsa Indonesia" diganti dengan "atas nama bangsa Indonesia". Cara menulis tanggal diubah sedikit menjadi "Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05". Naskah yang sudah diketik itu kemudian ditanda tangani oleh Soekarno dan Hatta dengan disaksikan oleh semua yang hadir di rumah Laksmana Muda Maeda.[4]
            Pembacaan naskah proklamasi itu disepakati pula akan dilakukan dirumah pribadi Soekarno di Jl. Pegangsaan Timur 56 (sekarang Jl. Proklamasi 56) Jakarta, pada jam 10 WIB. Pemilihan tempat itu dengan maksud atau dasar pertimbangan keamanan dan supaya tidak menyinggung perasaan Saiko Sisiskan (Panglima Angkatan Darat ke-16 di Jawa) Jendral Yuichiro Nagano dan Gunseikan (kepala pemerintahan) Jendral Yamamoto,  sebagai penguasa yang berkewajiban memelihara status quo di seluruh wilayah yang diduduki dengan melarang semua kegiatan politik sejak tanggal  16 Agustus 1945 jam 12.00.
Notes:
Hapsari, Ratna. 2010. Sejarah.Pekanbaru: Amara.
Arifin suryo nugroho dan iponk jazima, 2011, detik-detik proklamasi, narasi (anggota IKAPI), yogjakarta


[1] Ahmad subarjo, lahirnya Republik Indonesia: suatu Tinjauan dan kisah pengalaman,(tanpa kota: PT. kinta, 1972), hlm 89.
[2] Cindi Adam, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Terjemahan oleh Abdul Bar Salim, (Jakarta:gunung Agung, 1966) hlm.320
[3] Mohamad Roem, penculikan, proklamasi, dan penilaian sejarah, (Jakarta:yayasan proklamasi/ CSIS, 1986) hlm. 37
[4] Menurut Hatta, Admiral Maeda lebih dahulu pulang dengan diam-diam tanpa sepengetahuan Soekarno maupun Hatta Ibid, hlm. 454.