SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DI ANDALUSIA SPANYOL

RAHMAT ARIFAN/SP

1) Awal masuknya islam ke andalusia
Pada periode klasik paruh pertama masa kemajuan ( 650-1000 M), wilayah kekuasaan Islam meluas melalui Afrika Utara ( Aljazair dan Maroko) sampai ke Spanyol di Barat. Spanyol adalah nama baru dari Andalusia zaman dahulu. Nama Andalusia berasal dari suku ( Vendalus ) yang menaklukkan Eropa Barat dimasa lalu sebelum bangsa Goth dan Arab (Islam) Kondisi Andalusia sebelum kedatangan Islam sungguh sangat memprihatinkan, terutama ketika masa pemerintahan raja Ghotic yang melaksanakan pemerintahannya dengan besi. Kondisi ini menyebabkan rakyat Andalusia menderita dan tertekan. Mereka sangat merindukan datangnya kekuatan ratu adil sebagai sebuah kekuatan yang mampu mengeluarkan mereka saat itu, kerinduan mereka akhirnya menemukan momentumnya ketika kedatangan Islam di Andalusia.
Ketika Dinasti Umayah dipegang oleh Khalifah al- Walid bin Abdul Malik (al-Walid I ) (naik takhta 86 H atau 1705 M ), khalifah VI. la menunjuk Musa bin Nusair sebagai gubernur di Afrika Utara Pada masa kepemimpinan Musa bin Nusair, Afrika sebagian barat dapat di kuasai kecuali Sabtah (Ceuta ) yang pada waktu itu berada di bawah kekuasaan Bizantium. Ketika inilah pasukan Islam mampu menguasai bagian barat sampai Andalusia.
Penaklukan Islam di Andalusia  tidak terlepas dari kepiawaian tiga pahlawan Islam, yaitu Tharif Ibn Malik, Thariq bin Ziyad, Musa bin Nushair. Perluasan bani umayyah ke Andalusia  diawali oleh rintisan Tharif ibn Malik yang berhasil menguasai ujung paling selatan eropa, upaya ini kemudian dilanjutkan oleh Thariq bin Ziyad yang berhasil menguasai ibu kota Andalusia, Toledo. Kemudian ia juga menguasai Archidona, Elfiro dan Cordova. Bahkan raja Roderick (raja terakhir Vichigothic) berhasil ia kalahkan pada tahun 711 M
Keberhasilan Thariq dalam melumpuhkan penguasa di Andalusia dalam sejarah Islam dicatat sebagai acuan resmi penaklukan Andalusia oleh Islam. Kemudian ekspansi ini dilanjutkan pada waktu yang sama oleh Musa bin Nushair yang akhirnya mampu menguasai Andalusia bagian barat yang belum dilalui oleh Thariq, tanpa memperoleh perlawanan yang berarti. Keberhasilan ekspansi ini akhirnya bermuara dengan dikuasainya seluruh wilayah Andalusia ke tangan Islam. Pada saat itu kekhalifahan dinasti umayyah pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik hanya menjadikan daerah Andalusia sebagai sebuah keamiran saja. Ia menunjuk Musa bin Nushair sebagai amir di sana yang berkedudukan di Afrika Utara. Ketika dinasti umayyah di damaskus runtuh, perkembangan Andalusia kemudian dipegang oleh seorang pangeran umayyah Abdurrahman Ibn Mu’awiyah ibn Hisyam yang berhasil lolos dari buruan bani abbas. Tokoh inilah yang kemudian berhasil mendirikan kembali bani umayyah di Andalusia.
Islam masuk ke Spanyol (Cordova) pada tahun 93 H (711 M) dibawah pimpinan Tariq bin Ziyad yang memimpin angkatan perang Islam untuk membuka Andalusia dengan membawa 7000 orang pasukan. Dengan kekuatan tambahan, Thariq yang mengepalai 12.000 pasukan, pada 19 Juli 711  berhadapan dengan pasukan Raja  Roderick di mulut Sungai Barbate dipesisir laguna janda dan berhasil mengalahkan tentara Gotik yang merupakan kemenangan penting untuk memudahkan pasukan muslim melintasi dan penaklukan kota-kota Spanyol lainnya tanpa mengalami perlawanan berarti. [1]

2.      Pola Pendidikan Islam Pada Masa Dinasti Umayah Di Andalusia
Islam di Andalusia telah mencatat satu lembaran peradaban dan kebudayaan yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyebrangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad XII. Minat terhadap pendidikan dan ilmu pengetahuan serta filsafat mulai dikembangkan pada abad IX M selama pemerintahan penguasa Bani Umayah yang ke-5, Muhammad ibn Abd Al-Rahman (832-886 M).
Adapun pola pendidikan Islam di Andalusia secara garis besar adalah sebagai berikut:
A)      Kuttab
Umat muslim Andalusia telah menoreh catatan sejarah yang sangat mengagumkan dalam bidang intelektual, banyak perestasi yang mereka peroleh khususnya perkembangan pendidikan Islam. Pertumbuhan lembaga-lembaga pendidikan Islam sangat tergantung pada penguasa yang menjadi pendorong utama bagi kegiatan pendidikan. Menurut Abuddin Nata, di Andalusia menyebar lembaga pendidikan yang dinamakan Kuttab. Kuttab termasuk lembaga pendidikan terendah yang sudah tertata dengan rapi dan para siswa mempelajari berabagai macam disiplin Ilmu Pengetahuan diantaranya Fiqih, Bahasa dan sastra, serta musik dan kesenian :
1)      Fiqih
Pemeluk islam diandalusia menganut mazhab Maliki, maka para ulama memperkenalkan materi-materi fikih dari mazhab maliki. Tokoh-tokoh yang termansyur disini diantaranya tersebut nama Ziyad ibnu Abd. Ar-Rahman dan dilanjutkan oleh ibnu yahya. Yahya sempat menjadi kadi pada masa hisyam ibn abd rahman, dan masih banyak nama-nam lain, seperti abu Bakar, ibn al-Qutiyah, munjir ibn Sais al-Baluthi, dan ibnu Hazm yang sangat popular pada saat itu. Santri pada kutab mendapat pelajaran yang cukup lengkap dan ulama-ulama yang ahli pada bidang ilmunya, sehingga para siswa-siswanya lebih cepat menyerap ilmu pengetahuan yang dipelajarinya, sehingga menumbuhkan minat belajar dikala itu.
2)      Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa resmi dan bahasa administrasi dalam pemerintah Islam di Andalusia. Bahasa Arab ini diajarkan kepada murid-murid dan para pelajar, baik yang Islam maupun non-Islam. Dan hal ini dapat diterima oleh masyarakat, bahkan mereka rela menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, sehingga mereka terampil dalam berbicara maupun dalam tatabahasa. Di antara ahli bahasa tersebut yang termasyhur ialah Ibnu Malik pengarang kitab Alfiah, Ibn Sayyidih, Ibn Khuruf, Ibn Al-Haj, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan Al-Garnathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra banyak bermunculan, seperti al-iqd al-Farid karya Ibn Abidin Rabbih, al-Dzakhirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Basam, kitab al-Qalaid buah karya Al-Fath Ibn Khaqan dan banyak lagi yang lainnya.
3)      Musik dan Kesenian
Sya’ir merupakan ekspresi utama dari peradaban Andalusia. Pada dasarnya sya’ir mereka didasarkan pada model-model sya’ir Arab yang membangkitkan semangatt prajurit dan interes faksional para penakluk Arab. Dalam bidang musik dan suara, Islam di Andalusia mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. Ia selalu tampil mempertunjukan kebolehannya. Kepiawaiannya bermusik dan seni membuat ia menjadi orang terkenal pada masa itu, ilmu yang dimilikinya diajarkan kepada anak-anaknya, baik laki-laki maupun perempuan dan juga kepada para budak, sehingga kehebatannya tersebar luas.[2]
B)     Pendidikan Tinggi
Tidak dapat dipungkiri bahwa islam di spayol merupakan tonggak sejarah peradaban, kebudayaan dan pendidikan pada abad kedelapan dan akhir abad ketiga belas. Universitas Cordova berdiri megah dan menjadi simbol Spayol, sehingga terkenal keseluruh dunia. Universitas ini tegak bersanding dengan mesjid Abdurrahman III, yang pada akhirnya berkembang menjadi lembaga pendidikan tinggi yang terkenal yang setara dengan Universitas al-azhar di Cairo dan Universitas Nizamiyah di bagdhad. Perguruan tinggi ini telah menjadi pilihan utama bagi generasi muda yang mencintai ilmu penetahuan, baik dari belahan asia, Eropa, Afrika, dan belahan dunia lainnya.

Banyak yang pantas dilihat pada daerah ini, khususnyta dalam bidang pendidikan. Perpustakaan pada masa itu tidak ada tandingnya, yang menampunng kurang lebih empat juta buku yang mancakup berbagai disiplin ilmu. Buku-buku itu dikonsumtifkan untuk seribu lebih mahasiswa yang sedang menuntut ilmu. Selain itu terdapat juga Universitas Sevilla, Malago, dan Granada. Pada perguruan tinggi ini diajarkan ilmu kedokteran, astronomi, hukum islam, kimia dan lain-lain. Pada lembaga ini terdapat pengajar yang cukup dikenal diantaranya, yaitu Ibnu Qutaibah yang dikenal sebagai ahli tatabahasa, Abu Ali Qali yang ahli pada Biologi. Namun secara garis besar pada perguruan tinggi di Spayol terdapat dua konsentrasi ilmu pengetahuan yaitu

1)      Filsafat
                  Universitas Cordova mampu menyaingi Bagdhad, salah satu diantaranya karena mampu mengimpor ilmu filsafat dari belahan timur dalam jumlah besar, sekalipun bagdhad termaksud pusat ilmu pengetahuan islam. Sehingga beberapa waktu sesudahnya melahirkan filosof-filosof besar dengan karya-karya emasnya.Ibnu Bajjah adalah filosof muslim yang pertama dan utama dalam sejarah kefilsafatan di Andalusia. Nama lengkapnya adalah Muhammad ibnu yahya ibnu Al-sha’ig, yang lebih terkenal dengan nama ibnu Bajjah. Orang barat menyebutnya Avenpace. Ia dilahirkan di saragosa (spayol) pada akhir abad ke-5H/abad ke-11 M.Tokoh yang lainnya terdapat  nama Abu Bakar ibnu thulafail, penduduk asli wadi asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut pada tahun 1158 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay Ibn Yaqzhan.Pada akhir abad ke-12 masehi muncul seorang pengikut aristoteles yang terbesar dari kalangan filsafat islam ia adalah Abu Al-Walid Muhammad Ibnu Ahmad Ibnu Muhammad Ruyd, dilahirkan di Cordova, Andalusia pada tahun 510 H/1126M, yang terkenal dengan nama Ibnu Rusyd.dengan Kepeawaiannya yang luar biasa dengan ilmu hokum sehingga ia diangkat menjadi ketua mahkama agung di Cordova (Qadhi Al-Qudhati). Karya besarnya yang termansyur adalah bidayah Al-Mijtahid.

2)      Bidang Sains
                   Sedangkan di bidang sains tercatat nama Abbas Ibnu Farnas yang terkenal dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia adalah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Perkembangan sains pada daerah ini di ikuti pula oleh ilmu kedokteran, matematika, kimia, serta musik dan llmu lainnya, bahkan ada ilmuwan wanita yang ahli kedokteran, yaitu Ummu al-Hasan binti Abi jafar [3]
3) Faktor Pendukung Kemajuan Pendidikan Di Andalusia

a)  Adanya dukungan dari para penguasa. Kemajuan Andalusia Islam sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa serta mencintai ilmu pengetahuan, juga memberikan dukungan dan penghargaan terhadap para ilmuawan dan cendekiawan.
b)   Didirikannya sekolah-sekolah dan universitas-universitas dibeberapa kota di Spanyol oleh Abd Al-Rahman III Al-Nashir, dengan universitasnya yang terkenal di Cordova. Serta dibangunnya perpustakaan-perpustakaan yang memiliki koleksi buku-buku yang cukup banyak
c)   Banyaknya para sarjana Islam yang datang dari ujung Timur sampai ujung Barat wilayah Islam dengan membawa berbagai buku dan bermacam gagasan. Ini menunjukkan bahwa meskipun umat Islam terpecah dalam berbagai kesatuan politik, terdapat apa yang disebut kesatuan Budaya Islam.
d)   Adanya persaingan antara Abbasiyah di Bagdhad dan Umayah di Spanyol dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Kompetisi dalam bidang ilmu pengetahuan dengan didirikannya Universitas Cordova yang menyaingi Universitas Nizhamiyah di Bagdhad yang merupakan persaingan positif tidak selalu dalam bentuk peperangan [4]

NOTES
[1] Hitti,Philip K.2002.History of the Arabs.edisi ringkas london dan new york.terbitan oleh Macmillan.( diterjemahkan oleh usuludin hutagalung dan O.D.P sihombing )
[2] Suwito, et al, Sejarah Sosial Pendidikan Islam , (Ed. I, Cet. II; Jakarta: Kencana, 2008),h.111.

PROSES BERDIRINYA DAN PENGARUHNYA PARTAI NASIONAL INDONESIA (PNI) DI NUSANTARA


DARLIS S GULTOM / A / SI IV
A.    Latar Belakang
Partai  Nasional Indonesia (PNI) merupakan partai politik tertua di Indonesia. Lahirnya PNI dilatarbelakangi oleh situasi dan kondisi sosio-politik yang semakin kompleks, sehingga memaksa organisasi baru ini untuk menyesuaikan dengan situasi baru. Sesudah PKI dinyatakan sebagai partai terlarang oleh pemerintah akibat pemberontakannya tahun 1926/1927, membangkitkan semangat baru untuk menyusun kekuatan baru. Melihat pengalaman yang sudah berlangsung perlu kiranya diadakan perbaikan organisasi dan sistem kerjanya. Dan yang paling penting adalah kekosongan kekuatan nasional yang harus segera diisi.
Pengambil inisiatif gerakan ini adalah Ir. Soekarno pada tahun 1925, mendirikan Algemeene Studie Club di Bandung. Pada tahun 1926, dua tahun setelah terbitnya karya H.O.S Tjokroaminoto tentang islam dan Sosialisme, Ir. Soekarno memasukkan unsur kekuatan ketiga yaitu nasionalisme dalam karangannya "Nasionalisme,Islamisme, Marxisme". Ketiga kekuatan ideologi itu merupakan landasan pergerakan nasional secara garis besarnya. Dan Ir. Soekarno menganggap dapat dipakai sebagai alat pemersatu pergerakan rakyat Indonesia. Ketiga kekuatan ideologi tersebut kemudian hari terkenal dengan singkatan NASAKOM.
Pada tanggal 4 Juli 1927 di Bandung atas inisiatif Aglemeene Studie Club diadakanlah rapat pendirian Perserikatan Nasional Indonesia. (1)  Rapat pembentukan partai ini dihadiri oleh Ir. Soekarno, dr. Tjipto Mangunkusumo, Soedjadi, Mrs. Iskaq Tjokrohadisurjo, Mr.Budiarto dan Mr. Sunario. Pada tahun 1928 nama perserikatan diganti menjadi partai, sehingga lahirlah nama baru yakni Partai Nasional Indonesia. Dan hal ini pundidukung oleh kaum nasionalis yang mendukung berdirinya partai ini. Tujuan PNI adalah untuk mencapai Indonesia Merdeka, sedangkan asas berdirinya diatas kaki sendiri, nonkoperasi, dan marhaenisme. Ketiga asas itu kemudian dipakai sebagai prinsip PNI. Anggaran dasar organisasi diambil dari cita-cita PI. Ketuanya dipercayakan kepada Ir. Soekarno dan dalam waktu dekat akan di selenggarakan kongres.
Yang dapat menjadi anggota PNI adalah semua orang Indonesia yang sekurang-kurangnya telah berumur 18 tahun. Orang-orang Asia lainnya dapat juga menjadi anggota PNI tetapi hanya sebagai anggota luarbiasa.
B.     Perkembangannya
Soekarno selalu memperingatkan sebaiknya bangsa Indonesia bersatu dalam satu organisasi supaya tidak dapat dipatahkan. Dengan berdirinya PNI diharapkan semua rakyat bersatu dan dapat menjalankan usaha yang sudah dirancang untuk melenyapkan kekuasaan jajahan dengan cara yang aman. Semua itu akan dicapai dengan berbagai usaha, antara lain :
(1). Usaha politik, yaitu dengan cara memperkuat rasa kebangsaan persatuan dan kesatuan, memajukan pengetahuan sejarah kebangsaan, mempererat kerjasama dengan bangsa-bangsa Asia dan menumpas segala perintang kemerdekaan dan kehidupan politik. Dalam bidang politik, PNI berhasil menghimpun organisasi-organisasi pergerakan lainnya kedalam satu wadah yang disebut Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia.
(2). Usaha ekonomi, yaitu dengan memajukan perdagangan rakyat, kerajinan atau industri kecil, bank-bank, sekolah-sekolah, dan terutama koperasi.
(3). Usaha sosial, yaitu dengan memajukan pengajaran yang bersifat nasional, mengurangi pengangguran, mengangkat derajat kaum wanita, meningkatkan transmigrasi dan memperbaiki kesehatan rakyat. (2)
Oleh karena itu PNI selalu mengusahakan supaya bukan hanya terdapat orang-orang yang pandai akan dibidang itu, tetapi banyak orang-orang yang menjadi anggota dari PNI. Untuk menjadi anggota tidak langsung diterima begitu saja melainkan harus mengikuti syarat-syarat yang diberikan oleh ketua-ketua daerah. Bahkan untuk anggota biasa pun juga akan diberikan latihan-latihan supaya mahir sesuai dengan peranannya di PNI.
Cita-cita persatuan yang selalu diimpikan oleh dan ditekankan dalam rapat-rapat umum PNI ternyata dalam kurun waktu yang singkat dapat diwujudkan. Dalam rapat tanggal 17-18 Desember 1927di Bandung, PNI, Partai Sarekat Islam, Boedi Oetomo, Pasundan, Soematranenbond, Kaum Betawi, Indonesisiche Studieclub dan Algeemene Studieclub, sepakat untuk mendirikan suatu federasi yaitu Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Selanjutnya dalam rapat PNI di Bandung tanggal 24-26 Maret disusunlah azas dan daftar usaha suatu anggaran dasar PNI, yang kemudian disahkan pada Kongres PNI I di Surabaya pada tanggal 27-30 Mei 1928. Tujuan Kongres adalah untuk mensahkan anggaran dasar, program azas dan rencana kerja PNI. Selain itu Kongres juga bertujuan untuk memperkenalkan diri lebih jauh kepada masyarakat dan dihadiri oleh wakil-wakil organisasi pergerakan. (3)
Pengaruh PNI dalam usaha mempersatukan seluruh kekuatan Indonesia dan persatuan Indonesia tidak hanya dalam organisasi politik saja tetapi juga dalam pergerakan pemuda. Ada dua macam tindakan yang dilakukan oleh PNI untuk memperkuat diri dan pengaruhnya di dalam masyarakat, yaitu; kedalam, mengadakan usaha-usaha terhadap dan untuk lingkungan sendiri, yaitu mengadakan  kursus-kursus, mendirikan sekolah-sekolah, bank-bank dan sebagainya. Keluar, memperkuat publik opini terhadap tujuan PNI, antara lain melalui rapat-rapat umum dan menerbitkan suratkabar-suratkabar Banteng Priangan (di Bandung) dan Persatoean Indonesia (di Jakarta).
Kegiatan PNI yang dengan cepat dapat menarik massa itu, sangat mencemaskan pemerintah kolonial. Meskipun mendapat peringatan halus dari kolonial cabang-cabang PNI tumbuh diseluruh Indonesia. Tujuh cabang pertama adalah di Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Pekalongan dan Palembang. Hingga akhir tahun 1929 kandidat anggota PNI berjumlah kira-kira 10.000 orang diantaranya 6.000 di daerah Priangan.
Pada tanggal 18-20 Mei 1929 diadakan Kongres PNI yang kedua di Jakarta. Dan mengambil keputusan sebagai berikut :
1). Bidang ekonomi/sosial menyokong perkembangan Bank Nasional Indonesia, mendirikan koperasi-koperasi, studiefonds dan fonds korban atau partijfonds (untuk semua anggota-anggota yang kena tindakan pengamanan pemerintah), dan serikat-serikat sekerja, mendirikan sekolah-sekolah dan rumahsakit-rumah sakit.
2). Bidang politik : mengadakan hubungan dengan Perhimpunan Indonesia (PI) di Negeri Belanda dan menunjuk PI sebagai wakil PPPKI diluar negeri.
Semenjak Kongres kedua ini kegiatan PNI makin meningkat terutama untuk konsolidasi kekuatan. Kepada anggota diadakan kursus-kursus yang terbagi atas dua :
a). Kursus pinjaman, bisa diikuti oleh 10-12 orang. Hanya diadakan di Bandung, dan guru-gurunya adalah Ir. Soekarno, Mr. Iskaq Tjokrohadisoerjo, Mr. Ali Sastroamidjojo dan Manaldi.
b). Kursus biasa di daerah-daerah yang diadakan oleh "Cursus Commissie" dimana pelajaran diberikan secara sederhana dan mudah dimengerti. Semua yang mengikuti kursus ini diuji dan bila lulus maka diterima jadi anggota.
Bila dibandingkan dengan jumlah anggota Sarekat Islam, anggota PNI sampai bulan Desember 1929 hanya lebih kurang 10.000 orang. Tetapi pengaruh Ir. Soekarno sebagai pemimpin PNI dan pemimpin Indonesia telah meluas dan meresap diseluruh Indonesia dan didalam seluruh lapisan masyarakat.
C.    Bubarnya PNI
Kemajuan-kemajuan yang diperoleh PNI dalam usahanya membawa rakyat untuk memperoleh kemerdekaan telah menguatirkan orang-orang reaksioner Belanda di Indonesia, yang kemudian membentuk suatu organisasi bernama Vaderlandsche Club tahun 1929 yang mendesak pemerintah segera mengambil tindakan tegas terhadap PNI. Begitu pun surat kabar Belanda mengadakan kampanye yang aktif melawan PNI. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1929 mengeluarkan ancaman-ancaman terhadap PNI. Walaupun ada ancaman dan provokasi PNI tetap jalan terus malah semakin berkembang subur.
Hingga Gubernur Jendera dalam pembukaan sidang Dewan Rakyat pada tanggal 15 Mei 1928 memandang perlu memberikan peringatan kepada pemimpin PNI supaya menahan diri dalam ucapan propagandanya. Namun para pemimpin PNI tidak menghiraukan peringatan itu dan pemerintah memberikan peringatan kedua pada bulan Juli 1929. (4) Pada akhir tahun 1929 tersiar kabar yang bersifat provokasi bahwa PNI akan mengadakan pemberontakan pada awal tahun 1930. Berdasarkan berita provokasi itu pemerintah mengadakan penggeledahan dan menagkap pemimpin PNI yaitu Ir. Soekarno, Maskun, Gatot Mangkupraja, dan Supriadinata pada tanggal 24 Desember 1929. Soekarno sendiri ditangkap sepulang dari menghadiri Kongres PPPKI di Surakarta yang pada waktu itu masih ada di Yogyakarta.
Namun perkara Ir. Soekarno dan kawan-kawan itu baru sembilan bulan berikutnya yaitu 18 Agustus 1930 di ajukan ke pengadilan Landraad Bandung. Meskipun tentang rencana pemberontakan itu tidak terbukti apa-apa, tetapi karena menurut keadaanya tidak dapat dituduh, bahwa mereka itu mengusahakan pemberontakan. Tetapi mereka sudah dihukum sebab oleh hakim dengan anggapan :
a). Sudah ikut pada suatu perkumpulan yang bertujuan hendak melakukan kejahatan.
b). Sudah menghasut.
Dan hasil keputusan Landraad di Bandung yakni menghukum Ir. Soekarno 4 tahun penjara, GatotMangkuprojo 2 tahun, Markoen Soemadiredja 1 tahun 8 bulan, dan Supradinata 1tahun 3bulan. Pengadilan menjatuhkan hukuman berdasarkan pasal 153 dan 169 KUHP. Keputusan itu ditetapkan oleh Raad Van Justitie pada 17 April 1931. Dampak dari hukuman terhadap para pemimpin PNI ini juga mengandung pengertian bahwa barang siapa melakukan tindakan seperti pemimpin PNI itu maka dapat dituduh melakukan kejahatan dan dapat dijatuhi hukuman. Hal ini menyebabkan anggota PNI yang masih meneruskan jejak dan langkah PNI dalam keadaan bahaya. Dan juga hilangnya tokoh yang sangat berpengaruh, Oleh sebab itu atas pertimbangan ini khususnya dari segi keselamatan dari ancaman dan hukuman maka pengurus besar PNI memutuskan pembubaran PNI pada 25 April 1931 karena keadaan terpaksa. (5) Biarpun PNI itu masih muda namun pengaruhnya amatlah besar daripada organisasi-organisasi lain.
Notes :
(1). Marywati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Sartono Kartodirdjo.(1975). "Sejarah Nasional Indonesia V". DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Hal : 214
(3). Marywati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Sartono Kartodirdjo.(1975). "Sejarah Nasional Indonesia V". DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Hal : 217
(5). Marywati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Sartono Kartodirdjo.(1975). "Sejarah Nasional Indonesia V". DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Hal : 221
Daftar Pustaka :
Marywati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Sartono Kartodirdjo.(1975). "Sejarah Nasional Indonesia V". DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN.
 

PERKEMBANGAN PARTAI GERINDO DI PALEMBANG


MELDA ARIANI/ SI IV/B
Gerindo merupakan partai politik yang memberikan dinamika baru bagi kaum pergerakan nasional seluler di Palembang, Partai Gerindo merupakan front persatuan dalam menghadapi fasisme dan membenarkan kaum nasionalis untuk bekerjasama dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Gerindo didirikan pada tahun 1937 dengan tokoh utamanya adalah dr. Adnan Kapau Gani, dia dikirim dari Gerindo pusat untuk mengelola Partai Gerindo yang ada di Palembang  pada tahun 1941, bagi A.K. Gani Gerindo didirikan sebagai koreksi garis kiri terhadap garis kannan Parindra.
Menurut Thamrin, bila Parindra terdiri dari mengah tinggi dan kaum cendikiawan, maka Gerindo lebih terdiri dari golongan menengah kecil serta bekas-bekas pengikut PKI dan Serikat Rakyat. [1]
Gerindo sebenarnya didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937 oleh bekas-bekas anggota Partindo, yaitu Amir Syarifuddin dan Muhammad Yamin, dengan tujuan mencapai Indonesia Merdeka, memperkokoh ekonomi Indonesia, mengangkat kesejahteraan kaum buruh, dan memberi bantuan bagi kaum pengangguran. Gerindo menjunjung  azas kooperasi sehingga mereka mau bekerja sama dengan pemerintah jajahan. Kelahiran Partai Gerindo di sambut gembira oleh para bekas anggota Partindo, dalam waktu yang singkat mereka telah berhasil mendirikan cabang-cabang, cabang-cabangnya tersebut tersebar merata hampir di seluruh Indonesia salah satu cabangnya yang cukup berhasil yaitu di Palembang.
Pada umumnya suatu cabang Partindo secara otomatis menjadi cabang Partai Gerindo, tetapi pemerintah kolonial masih berusaha menghambat perkembangannya. Sehingga ada cabang Gerindo yang di bubarkan karena pemerintah Kolonial masih menaruh rasa curiga terhadap para mantan anggota Partindo. Partai Gerindo memang menjalin kerja sama dengan pemerintah Kolonial, tetapi kerjasama kaum Nasonalis dari Partai Gerindo dengan pemerintah Hindia Belanda barangkali hanya merupakan taktik belaka  karena bila tidak demikian maka Gerindo akan kehilangan hak untuk hidup.
Gerindo untuk rakyat umum yang berusaha untuk mencapai bentuk pemerintahan negara berdasarkan kemerdekaan di lapangan politik, ekonomi, dan sosial. Partai Gerindo semakin kuat dengan bergabungnya bekas anggota Partindo dan PNI yang lama, mereka lebih memilih bergabung dengan Gerindo dibandingkan bergabung dengan Parindra yang menurut mereka lebih lunak. Salah satu tokoh partai Gerindo yaitu Amir Syaarifuddin beliau adalah tokoh Gerindo yang mengalihkan haluan non-kooperatif partai Gerindo menjadi kooperatif karena menurutnya non-kooperatif merupakan kesalahan yang di tunjukkan oleh partai Gerindo.
Awalnya Gerindo merupakan partai sayap kiri pergerakan nasional dengan wajah yang baru yaitu kooperasi, asas Gerindo yaitu kebangsaan kerakyatan berjuang untuk mencapai kemerdekaan Nasional, asas kebangsaan Gerindo tidak di dasarkan pada satu darah, satu turunan, tetapi azas kerakyatan yaitu demokrasi dalam berbagai lapangan masyarakat yaitu demokrasi politik, demokrasi ekonomi dan demokrasi sosial. Yang menjadi pedoman partai adalah azas dan tujuan partai, dan setiap anggota harus tunduk pada aturan partai.
Jalan untuk mencapai tujuan yang  diharapkan oleh Gerindo adalah dengan membimbing rakyat sampai pada tingkat keinsafan politik, ekonomi, dan sosial, menyusun kemanpuan rakyat di luar dan di dalam dewan-dewan. Gerindo lebih mengutamakan kemenangan di bidang politik karena bidang tersebut merupakan kunci utama dalam membawa rakyat ke susunan ekonomi dan sosial yang lebih utama. Gerindo menjunjung tinggi Demokrasi menggambarkan tujuan sebagai suatu parlemen yang sepenuhnya bertanggung jawab terhadap rakyat Indonesia.
Tujuan ekonomi partai Gerindo sebagai susunan ekonomi yang berdasarkan kooperasi di bawah pengawasan Negara. Tujuan sosialnya yaitu sebagai suatu lingkungan hidup berdasarkan hak dan kewajiban yang sama antar berbagai macam penduduk. Sedangkan jalan kedua yang di tempuh partai Gerindo untuk mencapai tujuannya adalah dengan azas self-help dan kooperasi, serta bekerja sama dengan pemerintah dengan mengirim wakil-wakilnya volksraad dan dewan- dewan lainnya. Partai Gerindo didirikan mempunyai program yaitu mengadakan kongres pertama di Jakarta pada tanggal 20-24 Juli 1938.
Kongres itu dilaksanakan sebagai bentuk dari kerja nyata dari suatu organisasi pergerakan yang peduli terhadap perubahan sosial masyarakat pribumi, dalam Kongres yang pertama ini berhasil membentuk  Penuntun  Ekonomi Rakyat Indonesia (PERI) yang berdasarkan pada Demokratis Nasionalisme, kemudian Kongres yang ke II di adakan di Palembang.
Sama halnya dengan Partai Gerindo yang ada di Palembang Pengikut Gerindo terdiri dari berbagai kalangan  sebagaian besar adalah pekerja lepas, buruh pelabuhan, dan buruh pasar. Bekas ketua Partindo Noengtjtik A.R diangkat sebagai ketua Gerindo di Palembang dan wakil ketuanya adalah Samidin yaitu bekas ketua PNI sedangkan sekretarisnya adalah A.S Sumadi yaitu seorang aktivis yayasan perguruan rakyat "Taman Siswa". Pada tingkat tertentu Gerindo yang ada di Palembang berhasil mempersatuakan kembali bekas-bekas PNI lama daerah ini yang sebelumnya terpecah antara Noengtjik A.R (Partindo) dan Samidin (PNI baru), dalam waktu yang relatif singkat Gerindo tersebar di hampir setiap daerah bahkan sampai kepelosok Muara Rupit.
            Gerindo palembang memang jauh lebih dinamis dibandingkan dengan Parindra. Pada akhir 1939 anggota Parindra tercatat 2.200 orang, namun Gerindo sudah memiliki sekitar 25 cabang yang tersebar di berbagai daerah di Palembang dengan jumlah anggota 4.000 orang pada tahun yang sama. Meskipun demikian kedua partai tetap menyelenggarakan kerjasama di bidang-bidang tertentu. [2]
Partai Gerindo semakin meningkat dengan diadakannya  Kongres Nasional II, yang merupakan Salah satu kegiatan spektakuler Gerindo di Palembang, Gerindo cabang pelembang terpilih sebagai tempat penyelanggara. Kongres yang pertama berlangsung sejak tanggal 20 juli sampai 24 juli 1938. Sedangkan kongres yang kedua yang diadakan di Palembang yaitu pada tanggal 1-2 Agustus 1939.
Kongres yang diadakan di Palembang ini dihadiri oleh sejumlah pemimpin partai Gerindo pusat, seperti A.K. Gani, Amir Syarifoeddin, Wikana, Adam Malik, Tabrani, dan Asmara Hadi. Kongres ini merupakan kongres nasional partai politik yang pertama kali diadakan di Palembang , mengambil tempat di Sekanak 10 Ulu, kongres menjadi kebanggaan tersendiri bagi pengurus cabang Gerindo di Palembang.[3]
Dalam Kongres ini diambil keputusan berupa penerimaan peranakan seperti peranakan Eropa, peranakan Tionghoa, dan peranakan Arab, untuk menjadi anggota partai Gerindo. Salah satunya yaitu diterimanya Oei Gee Hwat yaitu seorang sekretaris pengurus besar Partai Tionghoa Indonesia (PTI) menjadi salah seorang pengurus partai Gerindo, keputusan itu diambil berdasarkan keputusan kongres yang diadakan di Palembang, yang pada saat itu di pimpin oleh A.K. Gani, karena Gerindo menjalankan garis Demokrasi yang mengutamakan perlawanan terhadap fasisme dan tidak mempersoalkan warna kulit yang berbeda dan bisa membuka pintu untuk meneriama etnis Tionghoa.[4]  
Sudah dapat kita lihat bahwasanya Gerakan Rakyat Indonesia ini adalah unruk memperteguh ekonomi Indonesia serta memperkuat pertahanan negeri. Serta dalam Kongres yang kedua ini Gerindo juga berusaha mencapai adanya aturan menentukan batas upah yang rendah dan tunjangan bagi penganguran. Seiring dengan kemajuan partai Pengurus Gerindo  Palembang pada akhir 1939 mulai menuntut kursi lebih banyak bagi wakil bumi putra dalam Gemeenteraad yang semula tidak lebih dari lima orang dan tuntutan itu di penuhi.
Kemajuan yang dialami oleh partai Gerindo yang ada di Palembang tidak bisa lepas dari peranan A.K. Gani, yaitu berawal dari kepindahan tokoh berpengalaman ini dari Batavia ke kota Palembang untuk tugasnya sebagai Dokter yang akhirnya membuat Gerakan Gerindo yang ada di Palembang semakin hidup sedikit dan sedikit banyak menjadi avantgarde pergerakan nasionalis sekuler daerah ini. Walupun posisi Gani turun dari pusat ke daerah tetapi wibawanya amat terasa di cabang Gerindo seluruh Sumatera.
Selain itu di bidang kepemudaan di bentuk Barisan Pemuda Gerindo setelah Juli 1938. Azas dari Barisan Pemuda Gerindo ini sama dengan Gerindo itu sendiri dan yang terpilih menjadi ketuanya yang pertama  adalah Wikana. [5]
Organisasi yang di buat oleh pemuda Gerindo adalah Bariasan Pelopor Gerindo (BPG), dan sering melakukan kegiatan bersama dengan Suryawirawan dari organisasi kepanduan Parindra. Pada awal 1940 setelah dirasa kekuatan partai dianggap semakin mantap dengan cermin banyaknya cabang yang telah dibuka didaerah-daerah pedalaman. Pengurus Gerindo yang ada di Palembang mendesak pimpinan Gerindo pusat untuk meninggalkan garis politik "Co".
Tetapi sikap percaya diri yang terlalu berlebihan tentu saja sama dengan bunuh diri, strategi kooperatif yang dijalankan selama ini sebenarnya tidak merugikan Gerindo malah menguntungkan karena sejak tahun 1939 partai Gerindo sudah mendapat jatah kursi di dalam Gemeenteraad. Sementara orang yang di percayai untuk menduduki kursi tersebut adalah Mohammad  Thaher Mangkudijaya yaitu seorang  pedagai dan simpatisan PNI yang bergabung dengan  Gerindo dan aktif mengurus koperasi Centraal Coperatie Palembang (CCP).
Kerena Gerindo menganut aliran politik "Co", maka koperasi mendapatkan berbagai kemudahan dari pihak pemerintah. Koperasi Konsumsi dijadikan sebagi warung baik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari anggotnya maupun untuk masyarakat luas. Yang bertugas mengawasi jalannya koperasi adalah Ir. Ibrahim , dibawah pengawasannya koperasi Gerindo dapat berkembang pesat dan mampu membuka sejumlah cabang di kota Palembang dan konon katanya dapat menyaingi toko-toko Cina dan India khususnya dalam hal penjualan bahan kebutuhan pokok sehari-hari.
Notes:
[1] Onghokham (1989). Runtuhnya Hindia Belanda. PT. Gramedia. Jakarta. Hal 149
[2] Zed Mestika (2003). Kepialangan politik dan revolusi Palembang 1900-1950. Jakarta. Pustaka LP3S. Hal 179
[3] Zed Mestika (2003). Kepialangan politik dan revolusi Palembang 1900-1950. Jakarta. Pustaka LP3S. Hal 181
[4] https://www.google.com/#q=perkembangan+partai+gerindo+di+palembang&star=10
[5] http://historia.co.id/artikel/9/839/majalah-historia/anak_menak_revolusioner
Daftar Pustaka
Zed Mestika, Kepialangan Politik dan Revolusi Palembang 1900-1950, Jakarta, Pustaka LP3S, 2003.
Onghokman, Runtuhnya Hindia Belanda, Jakara, PT. Gramedia, 1989
http: //historia.co.id/artikel/9/839/majalah-historia/anak_menak_revolusioner
https://www.google.com/#q=perkembangan+partai+gerindo+di+palembang&start=10