PERKEMBANGAN KOLONIALISME BARAT DI INDONESIA



Rizki Aiditya.SI3/B

A. Kebijakan Pemerintah Kolonial Di Indonesia Pada Abad Ke-19 Dan Abad Ke-20
Pada tahun 1580 Raja Philip dari Spanyol naik takhta. Ia berhasil mempersatukan Spanyol dan Portugis. Akibatnya Belanda tidak dapat lagi mengambil rempah-rempah dari Lisabon yang sedang dikuasai Spanyol.
Pada tahun 1549 Claudius berhasil menemukan kunci rahasia pelayaran ke Timur jauh. Claudius kemudian menyusun peta yang disebut India Barat dan India Timur. Akan tetapi, Claudius belum berhasil menemukan tempat-tempat yang aman dari serangan Portugis. Belanda bernama Linscoten berhasil menemukan tempat-tempat di Pulau Jawa yang bebas dari tangan Portugis dan banyak menghasilkan rempah-rempah utuk diperdagangkan.
Pada tahun 1595 Cornelius de Houtman yang sudah merasa mantap, mengumpulkan modal untuk membiayai perjalanan ke Timur Jauh. Pada bulan April 1595, Cornelis de Houtman dan de Keyzer dengan 4 buah kapam memimpin pelayaran menuju Nusantara.
Atas prakarsa dari dua dua tokoh Belanda, yaitu Pangeran Maurits dan Johan van Olden Barnevelt, pada tahun 1602 kongsi-kongsi dagang Belanda dipersatukan menjadi sebuah kongsi dagang besar yang diberi nma VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) atau Persekutuan Maskapai Perdagangan Hindia Timur.
VOC mengangkat seorang gubernur jenderal yang dibantu oleh empat orang anggota yang disebut Raad van Indie (Dewan India). Di bawah gubernur jenderal diangkat beberapa gubernur yang memimpin suatu daerah. Di bawah gubernur terdapat beberapa residen yang dibantu oleh asisten residen.
Pada tahun 1795 Partai Patriot Belanda yang anti raja, atas bantuan Prancis berhasil merebut kekuasaan dan membentuk pemerintah baru yang disebut Republik Bataaf (Bataafsche Republiek). Republik ini menjadi bawahan Prancis yang sedang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte. Raja Belanda Willem V, melarikan diri dan membentuk pemerintah peralihan di Inggris yang pada waktu itu menjadi musuh Prancis
Letak geografis Belanda yang dekat dengan Inggris menyebabkan Napoleon Bonaparte merasa perlu menduduki Belanda. Pada taun 1806, Prancis (Napoleon) membubarkan Republik Bataaf dan membentuk Koninkrijk Holland (Kerajaan Belanda). Napoleon kemudian mengangkat Louis Napoleon sebagai Raja Belanda dan berarti sejak saat itu pemerintah yang berkuasa di Nusantara adalah pemerintah Belanda-Perancis.
Louis Napoleon mengangkat Herman Willem Daendels sebagai gubernur Jenderal di Nusantara. Daendels mulai menjalankan tugasnya pada tahun 1808 dengan tugas utama mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris.
Sebagai seorang revolusioner, Daendels sangat mendukung perubahan-perubahan liberal. Ia juga bercita-cita untuk memperbaiki nasib rakyat dengan memajukan pertanian dan perdagangan.
Pembaharuan yang dilakukan Dandels dalam tiga tahun masa jabatannya di Indonesia adalah sebagai berikut:
a) Pusat pemerintahan (Weltevreden) dipindahkan masuk ke pedalaman.
b) Dewan Hindia Belanda sebagai dewan legislative pendamping gubernur jenderal dibubarkan.
c) Membentuk sekretaris negara
d) Pulau Jawa dibagi menjadi 9 prefektuur dan 31 kabupaten.
e) Para Bupati dijadikan pegawai pemerintahan.
Eduar Douwes Dekker mantan Assisten Residen Lebak, Banten. Ia memprotes pelaksanaan tanam paksa melalui tulisannya yang berjudul Max Havelaar. Tulisan tersebut mengisahkan penderitaan Saijah dan Adinda akibat tanam paksa di Lebak Banten. Di daam tulisan tersebut ia menggunakan nama samaran Multatuli yang artinya "saya sangat menderita."
Politik ekonomi liberal colonial dilatarbelakangi oleh hal-hal sebagai berikut:
1) Pelaksanaan sistem tanam paksa telah menimbulkan penderitaan rakyat pribumi.
2) Berkembangnya paham liberalism
3) Adanya Traktat Sumatra pada tahun 1871 yang memberikan kebebasan bagi Belanda untuk meluaskan wilayah ke Aceh.
B. Perkembangan Ekonom Dan Demografi Di Indonesia Pada Masa Kolonial
Faktor alamiah seperti keterpencilan dan adanya hutan-hutan tropis yang sulit ditembus, pertumbuhan penduduk pada suatu daerah juga ditentukan olehperkembangan teknologi pertanian, kesehatan, dan keamanan. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian serta adanya proses imigrasi, baik intern maupun ekstern.
Salah satu akibat dari penetrasi bangsa Barat yang makin mendalam di Jawa adalah pertumbuhan penduduk yang makin cepat. Hal itu disebabkan menurunnya angka kematian, sedangkan angka kelahiran tetap tinggi. Menurunnya angka kematian disebabkan usaha kesehatan rakyat oleh Pemerintah Hindia-Belanda. Perbaikan distribusi makanan melalui perbaikan jalan raya.
Pertumbuhan penduduk antara tahun 1905 sampai 1920 agak tersendat-sendat. Hal itu akibat tingginya angka kematian, yaitu sekitar 32,5 sampai 35 per seribu jiwa. Angka kematian tertinggi terjadi pada tahun 1918 ketika wabah penyakit membunuh puluhan ribu jiwa sehingga pertumbuhan penduduk terendah terjadi antara tahun 1917 sampai 1920, bahkan di beberapa daerah terjadi pengurangan.
Sesudah tahun 1920 pertumbuhan penduduk berlangsung dengan cepat. Antara tahun 1920 dan 1930 pertumbuhan penduduk pulau Jawa sekitar 17,6 per seribu jiwa.
Ketika sensus tahun 1930 diadakan, penduduk Indonesia telah berjumlah 60,7 juta jiwa. Dari jumlah itu 41,7 juta jiwa berdiam di Pulau Jawa. Berdasarkan perhitungan pertumbuhan penduduk di Indonesia sekitar 79,4 juta jiwa. Di Jawa jumlah penduduknya sekitar 48,4 juta jiwa, sedangkan di daerah luar Jawa jumlah penduduknya sekitar 22 juta Jiwa.
1. Migrasi Intern
Migrasi intern berarti perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lainnya satu pulau, baik secara individu maupun kelompok. Tidak meratanya persebaran penduduk di beberapa wilayah di Nusantara mendorong terjadinya perpindahan penduduk (migrasi). Tekanan sosial ekonomi dari daerah yang padat penduduknya mendorong perpindahan ke wilayah yang masih jarang penduduknya dan punya kemungkinan untuk dikembangkan.
Peperangan dan ancaman keamanan juga merupakan faktor penting bagi terjadinya perpindahan pendduk sejak zaman VOC. Dibukanya jalan kereta api yang menghubungkan Kalisat-Banyuwangi pada tahun 1901 merupakan salah satu pendorong bagi migrasi dari Jawa Tengah ke ujung Jawa Timur yang masih kosong.Oleh karena besarnya migrasi orang Madura ke ujung timur Pulau Jawa mengakibatkan pada tahun 1930 diperkirakan hanya sekitar 45% suku bangsa Madura yang tetap tinggal di pulau asal.Perpindahan intern yang lain, khususnya di Tapanuli dan Sumatra Barat terjadi karena dorongan untuk mendapatkan daerah baru dan atas ajakan pemerintah Belanda untuk bekerja di perkebunan.
Pada tahun 1926 naik menjadi 26.000 jiwa, sedangkan pda tahun 1930 jumlahnya naik menjadi 42.000 jiwa. Sekitar 60% dari penduduk yang meninggalkan Tapanuli menetap di Sumatra Timur. Pada tahun tersebut pendatang dari Toba-Batak hampir sama dengan jumlah penduduk asli.Orang-orang Minangkabau, Sumatra Barat lebih banyak mengadakan migrasi iterern perseorangan. Mereka bekerja sebagai pedagang atau tukang. Pada mulanya daerah rantau mereka ialah kota-kota di Sumatra Barat. Sejak awal abad ke 20 banyak dari mereka yang pindah ke Sumatra Timur dan Lampung. Diketahui pula bahwa 23,5% dari kepala keluarga di wilayah itu adalah wanita.
2. Migrasi Eksternal
Keterbukaan kesempatan bekerja dan berusaha mendorong migrasi ekstern, yaitu perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lainnya baik secara berkelompok maupun sendiri-sendiri. Pulau Jawa sebagai pusat kegiatan ekonomi dan politik pada zaman colonial tentu saja menjadi pusat terpenting mobilitas ini. Dari jawa banyak mengalir migrant ke pulau-pulau lain dan sebaliknya pendatang dari pulau lain banyak mencari penghidupan baru ke Pulau Jawa.
Aliran pendatang ke Pulau Jawa sebagai salah satu akibat dari daya tarik Jawa sebagai pusat kegiatan yang berkaitan dengan modernisasi yang diperkenalkan oleh Pemerintah Belanda. Pendidikan menengah dan tinggi terutama berada di kota-kota besar di Pulau Jawa, seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Migrasi kaum terpelajar dari berbagai daerah, walaupun jumlah mereka tidak besar, merupakan salah satu faktor penting dari berkembangnya nasionalisme Indonesia.Selain golongan terpelajar, ada pula pendatang-pendatang lain ke Pulau Jawa seperti pedagang, pegawai, tukang, dan militer. Di Jawa Barat banyak pendatang dari Sumatra Barat, Minahasa, dan Maluku. Di Jawa Tengah pendatang terbanyak dari Maluku. Di Jawa Timur banyak pendatang yang berasal dari Minahasa dan maluku.
Migrasi ekstern dari pulau Jawa yang terbanyak adalah ke Sumatra. Migrasi dari Jawa ke Sumatra Timur disebabkan oleh pembukaan perkebunan-perkebunan besar, sedangkan migrasi dari Jawa ke Lampung disebabkan oleh penyempitan areal pertanian karena pertambahan jumlah penduduk.
Pelaksanaan emigrasi yang dilakukan oleh pemerintah terjadi setelah pemerintah menerima laporan tentang kemiskinan dari keresidenan Kedua. Pada tahun 1905 kelompok transmigrasi pertama sebanyak 155 keluarga didatangkan dari kedu ke Gedongtataan, Lampung, yang kemudian mendirikan sebuah desa. Sampai pada tahap ini kelihatan kegagalan yang mencolok yang disebabkan sebagai berikut:
1) Pemerintah colonial kurang mengadakan survey yang mendalam tentang daerah yang akan didatangi para transmigran.
2) Para transmigran kurang terseleksi. Banyak di antara mereka yang sudah tidak produktif karena sudah tua.
3) Pemberian bantuan kredit untuk para transmigran berjalan kurang baik.
4) Kesehatan kurang terjamin sehingga angka kematian lebih tinggi dari angka kelahiran.
Dapat dikatakan bahwa pada sepuluh tahun pertama dan kedua abad ke-20 transmigrasi berjalan tersendat-sendat. Walaupun demikian, pada tahun 1930 di Lampung telah menetap 20.282 orang transmigran, sedangkan di Sumatra Timur dan Bengkulu masing-masing berjumlah 4.767 dan 1.924 orang.Baru pada sepuluh tahun ketiga abad ke-20 transmigrasi besar-besaran diadakan. Pada masa ini transmigrasi didasarkan pada 10 pantangan, di antaranya tidak memilih yang bukan petani, orang tua, dan orang bujangan.
C. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia pada Masa Kolonial
Peraturan hukum ketatanegaraan Hindia Belanda mengenai penggolongan penduduk di Nusantara adalah sebagai berikut:
1. Golongan Eropa dan yang dipersamakan terdiri dari:
1) bangsa Belanda dan keturunannya
2) bangsa-bangsa Eropa lainnya seperti Portugis, Prancis, dan Inggris, serta
3) orang-orang bangsa lain (bukan Eropa) yang telah dipersamakan dengan Eropa karena kekayaan, keturunan bangsawan, dan pendidikan.
2. Golongan Timur Asing yang terdiri dari golongan Cina, Arab, India, dan Pakistan. Mereka berada pada lapisan menengah.
3. Golongan pribumi yaitu bangsa Indonesia asli (bumiputra) yang berada pada lapisan bawah.
Dalam masyarakat pribumi dikenal adanya pelapisan sosial berdasarkan status sosialnya, yaitu lapisan bawah, menengah, dan lapisan atas.
1. Lapisan bawah adalah rakyat jelata yang merupakan penduduk terbesar dan hidup melarat, bekerja sebagai petani dan buruh perkebunan.
2. Lapisan menengah meliputi para pedagang kecil dan menengah, petani-petani kaya, serta pegawai.
3. Lapisan atas terdiri atas keturunan-keturunan bangsawan atau kerabat raj yang memerintah suatu daerah. Golongan ini biasanya disebut elite tradisional dan elite daerah.
Mobilitas geografis adalah perpindahan tempat tinggal yang terwujud dalam migrasi ekstern maupun migrasi intern dan urbanisasi, sedangkan mobilitas sosiologis berarti perpindahan pekerjaan atau kedudukan seseorang. Mobilitas sosiologis dibagi menjadi, mobilitas horizontal dan mobilitas vertikal. Mobilitas horizontal berarti perubahan status atau pekerjaan seseorang tetapi dalam kelas atau tingkat sosial yang sama. Mobilitas vertikal berarti perubahan status atau pekerjaan seseorang naik dari tingkat bawah ke tingkat yang lebih atas.
Dengan demikian kita mengenal bermacam elite Indonesia baru, seperti elite politik, elite budaya, dan elite agama. Kesemuanya bertujuan untuk memperjuangkan kepentingan nasional, mereka pun disebut sebagai elite nasional.
Pemerintah Kolonial Belanda merasa perlu memberikan perhatian khusus dalam menghadapi masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Dalam sejarah colonial Belanda, ternyata ideology Islam merupakan kekuatan yang besar sekali dalam mengadakan perlawanan terhadap kekuatan asing di berbagai daerah. Contohnya Perang Padri, Perang Diponegoro, Perang Aceh, serta pemberontakan petani seperti peristiwa Cilegon dan Cimareme, semua dipimpin oleh pemuka Islam dan dijiwai oleh ideology Islam.
Snouck Hurgronje yang telah mempelajari Islam secara cukup mendalam tiba di Nusantara pada tahun 1889. Sejak saat itu, politik terhadap Islam atas nasihatnya mulai didasarkan atas fakta-fakta dan bukan atas rasa takut belaka. Ia mengemukakan bahwa tidak setiap pemimpin Islam bersikap bermusuhan dengan pemerintah colonial dan orang yang baru pulang naik haji tidak dengan sendirinya menjadi orang fanatic dan suka memberontak.
Kebijakan yang diajukan oleh Snouck Hurgronje ini merupakan bagian dari pandangan tentang masa depan Nusantara. Menurutnya, orang Islam di Nusantara hanya dapat menerima pemerintahan asing secara terpaksa. Dalam menghadapi Islam, penguasa colonial dapat mengharapkan dukungan dari kaum adat. Akan tetapi, golongan itu tidak kuasa menahan pengaruh, baik dari perkembangan Islam maupun dari proses modernisasi sehingga politik ini pun tidak dapat diharapkan untuk mencapai tujuan jangka panjang.
Ia menyarankan agar dilakukan perubahan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang "dimodernkan" dengan budaya barat (westernisasi).
Kejadian-kejadian sekitar tahun 1912-1916 ketika Sarekat Islam sedang berkembang pesat, menunjukkan betapa peranan ideology Islam dalam menggerakkan rakyat. Ternyata untuk masyarakat tradisional perbedaan yang diuat oleh Snouck Hurgronje tidaklah sesuai.
Walaupun demikian, beberapa pejabat seperti Snouck Hurgronje, Rinkes, Gonggrijp menyarankan agar Sarekat Islam diakui pendiriannya karena mereka berpandangan bahwa keberadaan Sarekat Islam merupakan kebangkitan suatu bangsa untuk menjadi dewasa, baik dalam bidang politik maupun sosial.
Organisasi Islam berikutnya yang muncul setelah Sarekat Islam adalah Muhammadiyah. Organisasi ini bersifat reformis dan nonpolitik. Kegiatan-kegiatannya dipusatkan dalam bidang pengajaran, kesehatan rakyat, dan kegiatan sosial lainnya.
Menjelang abad ke-20 terjadilah perubahan-perubahan masyarakat di Indonesia, khususnya disebabkan oleh terbukanya negeri ini bagi perekonomian uang.
Gagasan tentang kemajuan itu juga muncul pada diri R.A. Kartini (1879-1904). Gagasannya tersebut dituangkan dalam surat-surat pribadinya yang diterbitkan pada tahun 1912 atas usaha J.H. Abendanon dengan judul Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Penerbitan buku itu menimbulkan rasa simpati mengenai gerakan emansipasi wanita di Nusantara.
Keadaan gadis-gadis seperti yang dialami Kartini, juga terdapat di daerah Pasundan. Seorang guru Belanda yang berada di Indonesia pada tahun 1913 menulis tentang keadaan wanita Sunda. Dalam tulisannya tersebut ia mengemukakan bahwa kehidupan wanita Sunda melalui tiga periode, yaitu sebagai berikut:
a. Masa kanak-kanak yang penuh kegembiraan
b. Masa kehidupan patuh sebagai istri dan ibu
c. Masa penuh pengaruh sebagai nenek
Kehidupan gadis semacam itu sebenarnya hanya terdapat pada kalangan menak (bangsawan) yang berbeda dengan gadis-gadis dari kalangan petani maupun pekerja. Keterbelakangan pendidikan menjadi pola yang umum pada mereka. Pada golongan petani dan pekerja, perkawinan di bawah umur sering terjadi seperti halnya pada golongan menak. Oleh karena itu, Kartini sangat mendambakan pengajaran bagi gadis-gadis.
Fase berikutnya dari gerakan wanita Indonesia diawali dengan berdirinya sebuah Perkumpulan Putri Mardika. Perkumpulan itu bertujuan untuk mencari bantuan keuangan bagi gadis-gadis yang ingin melanjutkan pelajaran. Sedangkan Perkumpulan Kartinifonds (Dana Kartini) didirikan pada tahun 1912 atas usha Tuan dan Nyonya C. Th. Van Deventer yang bertujuan untuk mendirikan sekolah-sekolah Kartini. Sekolah yang pertama didirikan di Semarang pada tahun 1913, kemudian menyusul di kota-kota Jakarta, Malang, Madiun, dan Bogor.
Sementara itu muncul banyak sekali Perkumpulan wanita, antara lain Madju Kemuliaan di Bandung Pawijatan Wanita di Magelang, Wanita Susilo di Pemalang, dan Wantia Hadi di Solo. Organisasi keagamaanpun memiliki bagian organisasi kewanitaannya, seperti Wanito Katholik, Aisyiah dari Muhammadiyah, Nahdlatul Fataad dari NU, dan Wanudyo Utomo dari SI.
Di samping organisasi-organisasi wanita, terdapat juga surat kabar dan majalah wanita yang berfungsi sebagai penyebar gagasan kemajuan kaum wanita dan juga sebagai media pendidikan dan pengajaran. Pada tahun 1909 di Bandung terbit Poetri Hindia, walaupun dengan redaksi kaum laki-laki. Di Brebes pada tahun 1913 terbit Wanito Sworo yang dipimpin oleh seorang guru dari Ponorogo. Wanito Sworo terbit dengan menggunakan bahasa dan huruf Jawa. Sebagian juga dalam bahasa Melayu. Isinya mengenai kewanitaan praktis.
Poetri Merdika di Jakarta merupakan surat kabar yang sangat maju pada tahun 1914. Artikel-artikelnya tertulis dalam bahasa Belanda, Melayu, dan Jawa. Melalui terbitnya Poetri Merdika, semangat emansipasi wanita beserta masalah-masalah yang terkait dengannya didiskusikan. Perpaduan pendidikan antara kaum laki-laki dan perempuan, pemberian kelonggaran bergerak bagi kaum putri, berpakaian Eropa, serta kesempatan pendidikan dan pengajaran merupakan bahan perdebatan yang cukup menarik.
Beberapa surat kabar yang lain misalnya, di Semarang terbit Estri Oetomo, di Padang terdapat Soera Perempuan dengan redaksi Nona Saadah yang seorang guru HI, di Medan terbit Perempoean Bergerak dengan redaksi Parada Harahap.
Kongres wanita pertama diadakan pada tanggal 22 Desember 1928 setelah mendapatkan pengaruh dari diselenggarakannya Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda. Kongres Wanita tersebut melahirkan Perserikatan Perhimpunan Istri Indonesia (PPII). Tanggal 22 Desember kemudian diperingati sebagai hari ibu sebagai hari lahirnya kesadaran yang mendalam wanita Indonesia tentang nasibnya, kewajibannya, kedudukannya, dan keangotaannya dalam masyarakat.
Berbeda dengan PPII, Istri Sedar yang didirikan di Bandung pada tanggal 27 Maret 1923 semata-mata merupakan organisasi politik. Pada tahun 1932, setelah kongresnya yang kedua, salah satu programnya adalah menyokong suatu pendidikan nasional yang berdasarkan kebutuhan kaum melarat dan atas dasar-dasar kemerdekaan dan percaya kepada diri-sendiri. Tahun 1932 merupakan tahun perlawanan umum terhadap undang-undang. "sekolah liar" yang kemudian menjadi tema sebuah novel Suwarsih Djojopuspito berjudul Buiten het Gareel (Diluar Kekangan). Suwarsih adalah istri Sugondo Djojopuspito (Ketua Kongres Pemuda II) yang pada waktu itu menjadi pimpinan Sekolah Taman Siswa, Bandung. Selain itu bukunya tersebut juga menggambarkan betapa eratnya Taman Siswa dan gerakan nasional serta pandangan penulisnya sebagai penganut feminisme dan nasionalisme yang terkandung dalam Istri Sedar.

DAFTAR PUSTAKA
Samlawi, Fakih dan Maftuh, Bunyamin. 1998. Konsep Dasar IPS. ______Bandung: Depdikbud
Syah, Nurdin. 1995. Sejarah Pergerakan Kebangsaan. Bandung: Rosda.
http://sepenggalsejarahina.blogspot.com/p/penjajahan-dari-bangsa-lain.html

TIGA BENTENG PERTAHANAN INGGRIS DI BENGKULU



Rizki Aiditya / SI3 / B

Berdasarkan sejarah pedagang eropa di banten,Bengkulu berasal dari kata "Bang Kulon" yang berarti tanah di bagian barat.sedangkan menurut masyarakat setempat khususnya di Bengkulu kata Bengkulu berasal dari kata "Bangka Hulu" yaitu sungai yang mengalir di wilayah tersebut(Bengkulu)wilayah bengkulu terletak di pantai barat sumatera tepatnya di samudera hindia dan bukit barisan dengan garis yang panjang. Sedangkan penduduknya banyak tinggal di pesisir panta, sejak dulu Bengkulu terkenal akan hasil alamnya seperti lada, dancengkeh sehingga banyak pihak asing seperti francis,belanda dan inggris yang ingin menguasai daerah tersebut. Pada jaman dahulu di Bengkulu tidak pernah ada kerajaan setempat yang kuat,sehingga bergantung pada kerajaan tetangga untuk memperlancar penjualan hasil alamnya,antara lain dengan Kesultanan Banten, pada masa kolonialisme Bengkulu berada di bawah pendudukan inggris, karena inggris dengan East India Company nya tersisih dengan serikat monopoli  dagang dari belanda(VOC) di banten pada tahun 1659. Maka dari itu inggris mencoba memulai mencari daerah jajahan lain di pantai Barat Sumatera yang merupakan penghasi rempah-rempah seperti yang ada di Bengkulu.
Inggris tiba di muara sungai Bengkulu pada tanggal 24 juni 1865, setelah bernegosiasi dengan kerajaan local pada saat itu, inggris (EIC) di izinkan di daerah muara sungai  Bengkulu dan mendirikan benteng yang di sebut Fort York pada tahun 1865 itu juga, inggris juga menyebut wilayah Bengkulu dengan sebutan nama "Bencoolen.
1.BENTENG YORK ( Fort York)
Inggris mendirikan bangunan atau benteng pertahanan yang di beri nama Fotr York pada tahun 1865 yang didirikan di antara lautdan sungai Serut ( muara sungai Bengkulu ). Bangunan ini murni berfungsi sebagai tempat pertahanan utama inggris (EIC) dalam mempertahankan daerah penghasil rempah-rempahnya dari serangan Belanda dan Francis.pada masa selanjutnya karena Fort York ini di dirikan di dekat sungai rawa dan mangrove yang tidak sehat dan menyebabkan wabah malaria,maka Fort York di pindahkan ke daerah tepi pantai barat yang strategis yang kemudian terkenal sebagai Fort Marlborough.
2. Benteng Fort Marlborough
Pembangunan benteng Marlborough dilakukan pada tahun 1714 sampai dengan tahun 1719 pada masa pemerintahaan Gubenur  Jenderal inggris yang di jabat oleh Joseph Collet. Benteng   Marlborough ini berdiri kokh di tepian samudera hindia di atas bukit dengan ketinggian sekitar 8 Meter di atas permukaan Laut.Benteng Marlborough ini menghadap ke selatan dan memilik luas sekitar 44.100 meter persegi.
Lokasi Benteng yang di kelilingi parit buatan ini seolah memungguni Samudera Hindia.Dari atas sudut benteng inilah kita bisa menikmati pemandangan berupa hamparan laut lepas di sepanjang pantai Tapak Padri yang terhubung dengan daerah pantai panjang  bengkulu. Benteng Marlborough merupakan benteng batu-bata. Dinding benteng cukup tebal, yakni sekitar 1,25 meter dengan material batu bata serta batu kali yang sangat kokoh. Fungsi utama dari benteng ini dibangun untuk pertahanan dari serangan musuh kala itu. Pintu benteng terbuat dari besi tebal yang dilengkapi jeruji besi. Jika diamati dari atas, benteng ini berdenah mirip kura-kura. Bagian badan kura-kura sebagai benteng, sedangkan bagian kepala kura-kura merupakan pintu masuk ke benteng. Melewati gerbang pertama, kita akan melihat 4 ( empat ) batu nisan besar. 2 ( dua ) di antaranya, tugu peringatan bagi Thomas Shaw yan Dua prasasti lainnya, satu di antaranya untuk menghormati Kapten Thomas Cuney, seorang perwira yang terlibat pendirian benteng. g meninggal pada 1704, dan deputi Gubernur Richard Watts yang meninggal pada 1705. Di daerah lingkaran benteng, dekat gerbang luar, terdapat tiga makam. Pertama, makam Residen Thomas Parr yang mati dibunuh pada 23 Desember 1807. Di sebelahnya dimakamkan pegawainya, Charles Murray, yang berusaha menyelamatkan Thomas Parr, namun terluka dan meninggal. Sedangkan makam yang satunya lagi tidak dikenal. Fort Marlborough ini dihuni oleh pegawai sipil dan tentara Inggris. Dalam catatan British Library, Oriental and India Office Collections tahun 1792 terdapat 90 orang pegawai sipil dan militer yang tinggal dan bekerja di benteng ini Para petinggi atau perwira senior tinggal dalam lingkungan benteng bersama keluarga. Benteng ini menyerupai hunian dalam kota kecil dengan tembok tebal disekelilingnya seperti dalam kehidupan kerajaan raja-raja jaman dulu.Benteng Marlborough ini adalah benteng kerajaan Inggris terbesar di Asia Tenggara, juga digunakan sebagai basis militer Inggris ( EIC ) di wilayah barat Sumatera sebelum memulai agresinya ke Singapura ( Tumasik ) pada saat itu. Tetapi dengan adanya Treaty of London pada tanggal 17 Maret 1824, maka secara resmi Bengkulu termasuk benteng Marlborough berada dalam kekuasaan Belanda ( VOC ) karena ditukar dengan Singapura yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Belanda. Hal ini tak lepas dari pendapat Sir Thomas Stamford Raffles yang menjabat Gubernur Jenderal ( Inggris ) di Bengkulu, yang memandang bahwa Singapura dalam jangka panjang lebih strategis untuk melakukan ekspansi dagang yang dilakukan Inggris ( EIC ) di Timur jauh dan menjadikannya pusat pelabuhan bebas pada masa itu.
3.Benteng Anna ( Fort Anna )
Benteng Anna didirikan pada tahun 1798 dipinggiran selatan sungai Selagan dan dekat dengan pantai Muko-Muko di Bengkulu Utara. Lokasi benteng ini terletak lebih kurang 276 km dari kota Bengkulu atau dengan perjalanan darat dengan kendaraan sekitar 6 jam. Menurut tulisan TC. Bagaardt pada tanggal 31 Maret 1840, benteng ini diberi nama Fort Anna, dimana Anna merupakan nama dari Keningin Anna Van England. Tidak banyak yang diketahui tentang Benteng Anna ini, karena hingga saat ini tidak diketahui bagaimana bentuknya (gambar denah dan konstruksi) secara pasti karena tinggal berupa puing-puing benteng dan meriam kuno saja. Hingga saat ini di kota Bengkulu masih terdapat beberapa tugu, monumen, dan makam tua yang merupakan peninggalan masa kolonialisme Inggris ( EIC ) pada masa lampau yang masih dapat kita lihat kalau berkunjung ke kota Bengkulu.
DAFTAR PUSTAKA
http://aalmarusy.blogspot.com/2011/03/sejarah-penjajahan-inggris-di-indonesia.html
Encyclopedaedie van Nederlandsch-IndieTt   (Ensiklopedi Belanda-Hindia). 's-Gravenhage, Leiden: M. Nijhoff dan E.J Brill.
apentour.blogspot.com/2010/.../benteng-marlborough-saksi-bisu.htm

PANGERAN HIDAYAT PAHLAWAN BANJAR



Rizki Aiditya/SI3/B

Perlawanan yang terjadi di Kalimatan Selatan, di wilayah Kerajaan Banjar berlansung hamper setengah abad lamanya, jika dilihat dari coraknya, perlawanan dapat di bedakan antara perlawanan ofensif yangberlangsung relative pendek (1859-1863) dan perlawanan defensive yang mengisi seluruh perjuangan selanjutnya (1863-19050.
Perlawanan ini meletus pada tahun 1859 karena rakyat dan beberapa bagsawan di banjar merasa tidak senang dengan pengangkatan Pangeran Tamjidillah.kalau titinjau lebih jauh, di kalangan rakyat sudah lama terpendam rasa tidak senang karena persoalan pajak dan kerja wajib yang memberatkan. Pajak yang semangkin berat ini berhubungan dengan semangkin kecilnya daerah kekuasaan kesultanan.Penyempitan daerah banjar dari waktu ke waktu berdasarkan perjanjian dengan belanda, berpangkal pada adanya hasil tertentu di daerah kesultanan yang dapat di perdagangkan. Hasil tersebut adalah lada,rotan,damar,emas,dan intan. Hasil-hasil ini yang mengundang orang asing (belanda,inggris) dating ke tempat ini Guna mendapatkan hasil-hasil banjar.
pada abad ke-17 datang pedagang belanda yang dengan susah payah mendapatkan izin untuk berdagang di sana, akan tetapi kemudian mereka di usir, karena ternyata merugikan pedagang dari banjar sendiri. Setelah kepergian pedagang belanda. datang pula pedagang asing lain yaitu Inggris, bangsa inggris ini pun akhirnya bernasib serupa degan pedagang belanda, yaitu mereka di usir dari wilyah Negara banjar karena juga ternyata merugikan pedagangorang asli dari Negara belanda tersebut.Pada taraf ini orang-orang asing dengan mudahnya di usir dan dikalahkan oleh rakyat dan penguasa banjar karena pada saat ini kedudukan mereka belum kuat. Orang asing disana belum merupakan satu kekuatan yang berarti, sesuatu yang dapat mengguncangkan kewibawaan di wilayah banjar.Setelah pedagang inggris meninggalkan banjar pada dasawarsa ketiga abad ke-18, banjar di datangi lagi oleh pedagang belanda. Sultan Tahliliitah dapat di dekati oleh belanda,  dan pada tahun 1734 dapat di adakan suatu perjanjian dimana pedagang-pedagan belanda di berikan fasilitas perdagangan.
Pada masa awal, hidup dan matinya belanda sangat tergantung pada sikap dan tindakan Sultan. Setelah setengah abad belanda berdagang di sana, muncul kesepakatan untuk berkembang yaitu adanya pertentangan di kalagan bagsawan mengenai kedudukan Sultan, yaitu antara pangeran Nata dan Pangeran Amir. Untuk dapat mempertahankan kedudukanya, pangerang Nata meminta bantuan kepada Belanda. Kespakatan baik ini tidak mau disia-siakan belanda. Dengan bantuan dari belanda ini, akhirnya pangeran amir dapat di tangkap, kemudian di buang ke Ceylon. Akan tetapi pangeran Nata sebagaimana di sebutkan dalam perjanjian baru yang di adakan tanggal 13 agustus 1787, harus menyerahkan sebagian kekuasaan kesultananya kepada belanda seperti daerah-daerah tanah bumbu,pegatan,kutai,bulongan dan kotawaringin.sedangkan wilayah Negara lainya tetap di kuasai sultan tetapi sebagai pinjaman.
Berkenaan di perintahnya bekas-bekas daerah belanda oleh inggris(1811-1816) maka daerah belanda di kesultanan banjar masin inipun di kuasai oleh inggris. Akan tetapi setelah inggris meninggalkan Banjar masin tahun 1816, Sultan Sulaiman(memerintah tahun 1808-1825) mengadakan perjanjian baru dengan belanda pada tanggal 1 january 1817, yang isinya menyebutkan penyerahan daerah-daerah kesultanan kepada belanda. Daerah-daerah itu ialah: dayak, sintang, bakumpai,tanah laut,mendawai,kotawaringin,lawai,jelay,pegatan,pulau laut,pasir,kutai dan berau.
Selain pertentangan antar bangsawan di pusat pemerintahan, kericuhan yang terjadi di daerah-daerah juga di jadikan alasan oleh belanda untuk mengadakan intervensi. Seperti kericuhan yang terjadi di marabahan dan tanah dusun pada tahun 1825 yang sedikit mengkwatirkan belanda. Untuk mengatasi kesulitan,maka di adakan perjanjian tambahan baru dengan sultan dan daerah tersebut menjadi milik belanda.Karena Haus akan wilayah kekuasaan yang di lakukan oleh kolonial belanda, yang setiap saat senantiasa melakukan politik kolonI mereka untuk melakukan ekspansi-ekspansi wilayah jajahann untuk mendapatkan hasil perdagangan yang banyak merugikan rakyat terkhususnya para kau pedagang pribumi, sehingga banyaknya terjadi perlawanan-perlawan terhadap belanda teresbut.
Perlawanan Rakyat terhadap belanda berkobar di daerah-daerah yang di pimpin oleh Pangeran Antasari yang berhasil menghimpun pasukan sebanyak 3.000 orang dan menyerbu pos-pos belanda . pos-pos belanda di martapura dan pengaron di serang oleh Antasari pada Tanggal 28 April 1859. Di samping , kawan-kawan seperjuangan pangeran antasar juga telah mengepung benteng belanda di pengaron, kyai demang loman dengan pasukanya telah bergerak di sekitar Riam Kiwa dan mengancam benteng belanda setempat.bersama-sama dengan haji Nasrun pada tanggal 30 juni 1859 ia menyerbu pos belanda yang berada di istana Martapura. Dalam bulan Agustus 1859 bersama Haji Buyasin dan Kyai Langlang, Kyai deman leman berhasil merebut benteng belanda di Tabanio
Pada tanggal 27 September 1859 pertempuran terjadi juga di benteng Gunung Lawak yang di pertahankan oleh Kyai Demang Leman ternyata lebih kecil di bandingkan dengan kekuatan musuh, sehingga ia terpaksa mengundurkan diri. Karena rakyat berkali-kali melakukan perang Gerilya, maka setelah beberapa waktu lamnya menduduki Benteng tersebut, kemudian merusak dan meninggalkanya. Waktu meninggalkan Benteng pasukan belanda mendapatkan serangan juga dari pasukan Kyai Demang Leman yang masih aktif melakukan perang Gerilya di daerah sekitarnya.
Sementara itu Tumenggung Surapati menyanggupi Belanda untuk menagkap Pangeran Antasari. Setelah mengadakan perundingan di atas kapal Onrust pada bulan Desember 1859, ia dengan anak buahnya berbalik menyerang tentara belanda yang berda di atas kapal tersebut, kemudian merebut senjata mereka dan menengelamnkanya. Benteng pertahanan Tumenngung Surapati di lambing mendapat serangan dari belanda dalam bulan February 1860. Serbuan yang kuat dari pasukan Belanda menyebabkan Tumenggung Surapati meninggalkan benteng tersebut.
Dengan meluasnya perlawanan rakyat ini pemerintah Hindia Belanda di banjar menghadapi kesulitan. Meluasnya pengaruh perlawanan di kalangan rakyat di usahn untuk di batasi. Kepala-kepala daerah dan para Ulama di beri peringatan, agar mereka menunjukkan sikap setia kepada pemerintah Belanda, dan agar mereka mengecam kaum Pejuang.Kepala-kepala daerah dan Kaum Ulama menjadi cemas karena adanya peringatan tersebut. Namun,kebanyakan di antara mereka tidak mau memperdulikan ancaman tersebut. Mereka melarikan diri dan bergabung dengan para pejuang.sementara itu Pangeran Hidayat melakukan Perlawanan di daerah satu ke daerah lainya bersama orang-orang yang setia kepadanya. Pda tanggal 16 juni 1860 pangeran hidayat bertempur selama seminggu di ambawang, kemudian terpaksa mundur karena persenjataan belanda ternyata lebih kuat.pasukan Pangeran Hidayat akhirnya sampai di Wang Bangkal. Tidak lama disini pasukan di serang oleh Belanda pada tanggal 2 juli. Pasukan belanda yang dating ke Wang Bangkal ini bersal dari pos nya di Martapura.
Dalam pertempuran ini pun Pangeran Hidayat dan pasukanya terpaksa mundur , selama dalam pengunduran ini pasukan di bawah Kepemimpinan Pangeran Hidayat senantiasa mengadakan ganguan-ganguan terhadap pasukan belanda berupa penyergapan secara Gerilya. Mereka bertahan di tempat itu dan baru pada tanggal 10 juli pasukan hidayat pindah ke tempat lain setelah mendapat pukulan berat dari pasukan Belanda.
Daftar Pustaka
SEJARAH INDONESIA IV, Marwati Djoened Poesponegoro,Nugroho Susanto/ Depatermen Pendidikan dan Kebudayaan/Pn Balai Pustaka Jakarta 1984
Basuni, Ahmad (1986 ), Pangeran Antasari: Pahlawan Kemerdekaan Nasional dari Kalimantan.Bina Ilmu.