Letnan Masnur : Berperan dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di Bengkalis 1945-1950

Monica Dwi Ananda

 

Perjuangan rakyat Indonesia pada tahun 1945-1949, lazim disebut revolusi. Istilah revolusi pada saat itu digunakan untuk melukiskan terobosan zaman serupa yang lebih baik, penataan ulang kehidupan masyarakat oleh masyarakat itu sendiri kearah yang secara umum dipandang lebih baik dari sebelumnya.[1]

Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa 17 Agustus 1945 merupakan hari kemerdekaan Indonesia sejak dibacakannya teks proklamasi oleh Ir. Soekarno dan menjadi suatu motivasi tersendiri untuk mempertahankan dan mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia menjadi lebih baik lagi dengan berlandaskan nilai nilai Pancasila. Dalam memperjuangkan tercapainya kemerdekaan Indonesia dan mempertahankannya banyak usaha-usaha yang dilakukan oleh para tokoh pejuang. Seperti menyusun strategi agar bisa mengusir dan mengalahkan pihak lawan. Kemerdekaan Indonesia menggambarkan

KECAMATAN KATEMAN

Nur Muhammad Hazani


Kateman merupakan nama dari salah satu kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, Indonesia, dengan ibu kotanya berada di Sungai Guntung. Salah satu ibu kota kecamatan yang berada di Indragiri Hilir bagian Utara dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat yang terletak di Sungai Guntung, Kecamatan Kateman Indragiri Hilir-Tembilahan. Aktivitas perekonomiannya sangat padat terutama pada sektor perkebunan, dari kecamatan ini volume ekspor kelapa bulat maupun kopra ke negara tetangga mengalami peningkatan yang signifikan. Pada transaksi perdagangan sangat tinggi karena ditunjang dengan pertumbuhan perusahaan-perusahaan yang ada di wilayah kecamatan kateman ini dan keikutsertaan pengusaha-pengusaha lokal dalam menciptakan lapangan pekerjaan.

Pusat pemerintahan Kecamatan Kateman terletak di Sungai Guntung, dengan berbagai macam suku menjadikan Sungai Guntung menjadi suatu daerah yang kaya akan suku, seperti suku Jawa,

PERJUANGAN LETNAN M. BOYA PAHLAWAN KEMERDEKAAN DARI INDRAGIRI HILIR

Dian Rahmawati


Pada awalnya Indragiri Hilir merupakan wilayah yang masih dalam bentuk satu kesatuan kabupaten yang bernama Indragiri.  Indragiri itu sendiri merupakan suatu wilayah yang dulunya terdiri atas tiga kewedanan, yaitu Kewedanan Kuantan Singingi dengan beribukota Taluk Kuantan, Kewedanan Indragiri Hulu dengan beribukota Rengat, dan Kewedanan Indragiri Hilir dengan beribukota Tembilahan. Pada tanggal 20 November 1965 Indragiri Hilir resmi menjadi salah satu kabupaten yang ada di Riau[1]

Jadi, berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui bahwa dulunya Kabupaten Indragiri Hilir merupakan sebuah wilayah yang masih dalam bentuk satu kabupaten. Antara  Indragiri Hilir dan Indragiri Hulu itu belum terpecah dan masih menyatu dalam satu kesatuan kabupaten yang bernama Indragiri. Kabupaten Indragiri itu sendiri memiliki tiga kewedanan atau wilayah seperti yang telah di

SEJARAH KECAMATAN TENAYAN RAYA DI PEKANBARU

Rika Rumiati


Kecamatan Tenayan Raya merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kota Pekanbaru, yang terdiri atas 116 RW dan 440 RT. Luas wilayah kecamatan Tenayan Raya adalah 171,27 km2 dengan luas masing-masing kelurahan yaitu Kelurahan Kulim sebesar 51,50 km2, Kelurahan Tangkerang Timur sebesar 9,92 km2, Kelurahan Rejosari sebesar 11,11 km2, dan Kelurahan Sail sebesar 98,74 km2. Batas-batas wilayah kecamatan Tenayan Raya adalah Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak, Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Sail, Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Siak, serta Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar. [1]

Kecamatan Tenayan Raya merupakan hasil pemekaran dari kecamatan Bukitraya. Kecamatan ini membentang sepanjang Jalan Lintas Timur sampai ke Desa Teluk Lembu Ujung (Teleju). Daerah Tenayan Raya menurut rencana akan di jadikan daerah kawasan industri. Saat ini di sekitar Desa Teleju

Tokoh Inspirasi Hj. Roslaini dari Pasir Pengaraian

Liza Kusnilawati


Hj. Roslaini terlahir sebagai puteri dari bapak Djadin bin Pinang dan ibu Baiyah binti Muhammad Karim. Djadin bin Pinang lahir di Pasir Pengaraian pada tahun 1912 dan berprofesi sebagai pedagang yang cukup sukses di Pasir Pengaraian pada masa itu. Ibu Hj. Roslaini yang bernama H. Baiyah binti Muhammad Karim lahir di Pasir Pengaraian pada tahun 1914. Hj. Roslaini lahir di Pasir Pengaraian Tanggal 27 September 1938.  Hj. Roslaini merupakan anak ke-3 dari lima bersaudara. Waktu keci Hj. Roslaini serta keluarganya bertempat tinggal dekat pasar lama, yang saat ini terletak di Jalan Diponegoro, Pasir Pengaraian. Pada saat usia balita Hj. Roslaini belum mengenyam pendidikan TK di Pasir Pengaraian. [1]

Hj. Roslaini menempuh pendidikan saat berusia 7 Tahun, Pada masa pendudukan Jepang.  Hj. Roslaini masuk Sekolah Rakyat (SR) Pasir Pengaraian. Selanjutnya, Hj. Roslaini sekolah ke Pesantren

Biografi H. Tengku Said Noerdin Pahlawan dari Pelalawan

T. Nurfauzan


Seorang tokoh pahlawan dari Kabupaten Pelalawan bernama Tengku Said Noerdin yang dikenal sebagai pejuang tiga zaman terlahir dari keluarga Kerajaan Pelalawan dengan nama ayahandanya Tengku Said Osman dan nama ibundanya Tengku Syarifah Khatijah dan memiliki seorang abang yang bernama Tengku Comel Said Idrus dan memiliki adik berjumlah 4 orang. Tengku Said Noerdin diasuh dalam keluarga yang diamanahkan sebagai pemimpin. Pada umur 6-15 tahun, Tengku Said Noedin memasuki sekolah desa dan sekolah agama pada sore harinya. Kemudian melanjutkan pendidikan di Wester Lager Onderwijs (WLO) serta magang di kantor Controleur Selat Panjang dan bekerja di kantor Asisten Resident Bengkalis.[1]

Dalam membentuk karakter diri Tengku Said Noerdin diajarakan teknik-teknik kepemimpinan dari ayahandanya dan ia juga belajar dalam wadah persatuan pemuda Pelalawan seperti belajar untuk

Hj. Syamsidar Yahya, Tokoh Perempuan Pendidikan di Riau (1960-an)

Dini Islami


Pendahuluan

Pada masa setelah kemerdekaan di Pekanbaru bidang pendidikan mulai digencarkan. Menjelang Propinsi Riau berdiri, cukup besar upaya dari pemerintah dan masyarakat untuk membangun bidang pendidikan. Pada masa pembenahan wilayah dan  kondisi pendidikan yang masih memprihatinkan  karena itulah YKWI turutserta memberikan pendidikan bagi kaum perempuan Riau dan anak-anak, khususnya kepada mereka yang berada di Pekanbaru. 

YKWI didirikan pada tanggal 6 Juli 1952  oleh  Hj. Syamsidar Yahya dan kawan-kawan. Pada tahun 1954 KWI ditingkatkan menjadi yayasan dengan akte no. 6 tahun 1954 tanggal 5 Juli 1954. YKWI merupakan organisasi sosial keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan dengan mendirikan lembaga pendidikan seperti sekolah dalam berbagai jenjang, kursus, wirid pengajian, dan lain-lain.[1]

K.H Umar Usman Pahlawan Kemerdekaan dari Teluk Kuantan

Wiwen indayani


Kabupaten Kuantan Singingi merupakan sebuah Kabupaten pemekaran dari Kabupaten Indragiri Hulu yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 53 Tahun 1999 dengan Ibu Kota Teluk Kuantan. Jarak antara Teluk Kuantan dengan Pekanbaru sebagai Ibu Kota Provinsi Riau Pekanbaru adalah 160 km. Batas wilayah administrasi Kabupaten Kuantan Singingi adalah sebagai berikut :

        ·         Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kampar dan Pelalawan Provinsi Riau

        ·         Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Jambi

        ·         Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera

KECAMATAN TAMPAN

Eis Yani


Kecamatan Tampan adalah salah satu kecamatan yang berada di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Kecamatan ini terletak di daerah perbatasan atau pinggiran Kota Pekanbaru. Kecamatan Tampan pada awalnya merupakan bagian wilayah dari Kabupaten Kampar. Dan pada tahun 1987 (Orde Baru), wilayah kecamatan Tampan ini masuk dan bergabung kedalam wilayah kota Pekanbaru. Kecamatan Tampan dibentuk berdasarkan  Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 1987 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekanbaru dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Kampar pada tanggal 14 Mei 1988 dengan luas wilayah lebih kurang 199.792 km2 dan menurut Peraturan Pemerintah (PP) tersebut, pusat pemerintahan Kecamatan Tampan berada di Desa Simpang Baru.

Pada awal terbentuknya Kecamatan Tampan dan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 1987 tentang perubahan batas wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekanbaru dengan

K.H. Muhammad Ichsan Seorang Pejuang Pada Perang Soh-Soh

Lailatul Khairani

 

Sebelum tahun 1945, tak pernah ada indonesia, yang ada hanyalah sekumpulan pulau yang membentang di garis khatulistiwa yang oleh belanda di satukan ke dalam Hindia Belanda (the Netherland East Indies). Bagaimana rasanya bagi orang Belanda yang menguasai kepulauan indonesia yang sedemikian luas? Orang-orang belanda menjadi sebuah kelas istimewa, kelas sosial atas di Hindia- tentara, administratur, manajer, guru, perintis. Mereka hidup berhubungan tetapi terpisah dari warga bumiputera mereka. Dari tahun 1900 sampai 1942 para penguasa penjajah ini bekerja menjadikan kepulauan nusantara menjadi sebuah kolonial tunggal yang makmur, dan karna itu mereka mengharapkan balas jasa. Pada tahun 1945 ketika perang pasifik berakhir dan belanda berusaha memperoleh kembali kekuasaan mereka atas nusantara, mereka benar-benar sangat terkejut bahwa sebagian orang di kepulauan ini mau berjuang sampai mati untuk mengusir mereka.[1]