SEJARAH KERAJAAN MALAKA DI MALAYSIA



EGI SEPTIA WINDARI/SAT

1.      Berdirinya Kerajaan Malaka
Kerajaan Malaka adalah sebuah Kerajaan Melayu yang pernah berdiri di Malaka, Malaysia. Kerajaan Malaka didirikan sekitar abad ke-15 oleh seorang bangsawan Blambangan yang bernama Parameswara. Parameswara berasal dari Sriwijaya, dan merupakan putra Raja Sam Agi. Saat itu, ia masih menganut agama Hindu. Ia dan para pengikutnya melarikan diri ke Malaka karena kerajaannya di Sumatera runtuh akibat diserang Majapahit pada tahun 1377. Mereka kemudian menetap di dusun nelayan Malaka dan membangunnya menjadi sebuah pelabuhan. Pada saat Malaka didirikan, di situ terdapat penduduk asli dari Suku Laut yang hidup sebagai nelayan. Mereka berjumlah lebih kurang tiga puluh keluarga. Usaha dari kerja keras mereka tidak sia-sia, sebab pelabuhan Malaka berhasil terwujud menjadi pelabuhan yang penting dan ramai yang kerap dikunjungi para pedagang dari berbagai bangsa. Kemajuan Malaka itu disebabkan letaknya yang strategis di dekat Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan internasional.[1]
Raja dan pengikutnya adalah rombongan pendatang yang memiliki tingkat kebudayaan yang jauh lebih tinggi. Karena itu, mereka berhasil mempengaruhi masyarakat asli. Kemudian bersama penduduk asli tersebut rombongan pendatang mengubah Malaka menjadi sebuah kota yang ramai. Selain menjadikan kota tersebut sebagai pusat perdagangan, rombongan pendatang juga mengajak penduduk asli menanam tanaman yang belum pernah mereka kenal sebelumnya, seperti tebu, pisang, dan rempah-rempah.
Rombongan pendatang juga telah menemukan biji-biji timah di daratan. Dalam perkembangannya, kemudian terjalin hubungan perdagangan yang ramai dengan daratan Sumatera. Salah satu komoditas penting yang diimpor Malaka dari Sumatera saat itu adalah beras. Malaka amat bergantung pada Sumatera dalam memenuhi kebutuhan beras ini, karena persawahan dan perladangan tidak dapat dikembangkan di Malaka. Hal ini kemungkinan disebabkan teknik bersawah yang belum mereka pahami, atau mungkin karena perhatian mereka lebih tercurah pada sektor perdagangan, dengan posisi geografis strategis yang mereka miliki.
2.      Politik Negara
Dalam menjalankan dan menyelenggarakan politik negara, ternyata para sultan menganut paham politik hidup berdampingan secara damai (co-existence policy) yang dijalankan secara efektif. Politik hidup berdampingan secara damai dilakukan melalui hubungan diplomatik dan ikatan perkawinan. Politik ini dilakukan untuk menjaga keamanan internal dan eksternal Malaka. Dua kerajaan besar pada waktu itu yang harus diwaspadai adalah Cina dan Majapahit. Maka, Malaka kemudian menjalin hubungan damai dengan kedua kerajaan besar ini. Sebagai tindak lanjut dari politik negara tersebut, Parameswara kemudian menikah dengan salah seorang putri Majapahit. Sultan-sultan yang memerintah setelah Prameswara (Muhammad Iskandar Syah) tetap menjalankan politik bertetangga baik tersebut.
Sebagai bukti, Sultan Mansyur Syah (1458-1477 M) yang memerintah pada masa awal puncak kejayaan Kerajaan Malaka juga menikahi seorang putri Majapahit sebagai permaisurinya. Di samping itu, hubungan baik dengan Cina tetap dijaga dengan saling mengirim utusan. Pada tahun 1405 seorang duta Cina Ceng Ho datang ke Malaka untuk mempertegas kembali persahabatan Cina dengan Malaka. Dengan demikian, kerajaan-kerajaan lain tidak berani menyerang Malaka. [2]
                         
            3.      Raja-Raja Yang Memerintah Kerajaan Malaka
1.         Iskandar Syah (1402-1414 M)
Pada abad ke-15 M, di Majapahit terjadi perang Paregreg yang mengakibatkan Paramisora (Parameswara) melarikan diri bersama pengikutnya dari daerah Blambangan ke Tumasik (Singapura), kemudian melanjutkan perjalanannya sampai ke Semenanjung Malaya dan mendirikan Malaka. Secara geografis, posisi Malaka sangat strategis, yaitu di Selat Malaka, sehingga banyak dikunjungi para pedagang dari berbagai Negara terutama para pedagang Islam, sehigga kehidupan perekonomian Malaka berkembang pesat,
Untuk meningkatkan aktivitas perdagangan di Malaka, maka Paramisora menganut agama Islam dan merubah namanya menjadi Iskandar Syah, kemudian menjadikan Malaka menjadi Kerajaan Islam. Untuk menjaga keamanan Kerajaan Malaka, Iskandar Syah meminta bantuan kepada Kaisar China dengan menyatakan takluk kepadanya (1405 M).
2.         Muhammad Iskandar Syah (1414-1424 M)
Merupakan putra dari Iskandar Syah, pada masa pemerintahannya wilayah kekuasaan Kerajaan Malaka diperluas lagi hingga mencapai seluruh Semenanjung Malaya.Untuk menjadi Kerajaan Malaka sebagai penguasa tunggal jalur pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka, maka harus berhadapan dengan Kerajaan Samudera Pasai yang kekuatannya lebih besar dan tidak mungkin untuk bisa dikalahkan, maka dipilih melalui jalur politik perkawinan dengan cara menikahi putri Kerajaan Samudera Pasai, sehingga cita-citanya dapat tercapai
            3.   Sultan Mudzafat Syah (1424-1458 M)
Setelah berhasil menyingkirkan Muhammad Iskandar Syah, ia kemudian naik tahta dengan gelar sultan (Mudzafat Syah merupakan raja Kerajaan Malaka yang pertama bergelar Sultan). Pada masa pemerintahannya, terjadi serangan dari Kerajaan Siam (serangan dari darat dan laut), namun dapat digagalkan. Kemudian ia mengadakan perluasan wilayah ke  daerah-daerah yang berada di sekitar Kerajaan Malaka seperti Pahang, Indragiri dan Kampar.
4.   Sultan Mansyur Syah (1458-1477 M)
Merupakan putra dari Sultan Mudzafat Syah. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Malaka mencapai puncak kejayaan sebagai pusat perdagangan dan pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara.
Puncak kejayaan dicapai berkat Sultan Mansyur Syah meneruskan politik ayahnya dengan memperluas wilayah kekuasaanya, baik di Semananjung Malaya maupun di wilayah Sumatera Tengah (Kerajaan Siam berhasil ditaklukan). Raja Siam  tewas dalam pertempuran, tetapi putra mahkotanya ditawan dan dikawinkan dengan putri sultan sendiri kemudian diangkat menjadi raja dengan gelar Ibrahim. Indragiri mengakui kekuasaan Malaka. Kerajaan Samudera Pasai, Jambi dan Palembang tidak serang karena menghormati Majapahit yang berkuasa pada waktu itu, selain itu Kerajaan Aru juga tetap sebagai kerajaan merdeka.
5.   Sultan Alaudin Syah (1477-188 M)
Merupakan putra dari Sultan Mansyur Syah. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Malaka mulai mengalami kemunduran, satu persatu wilayah kekuasaan Kerajaan Malaka mulai melepaskan diri. Hal ini disebabkan oleh karena Sultan Alaudin Syah bukan merupakan raja yang cakap.
6.   Sultan Mahmud Syah (1488-1511 M)
Merupakan putra dari Sultan Alaudin Syah. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Malaka merupakan kerajaan yang sangat lemah, wilayah kekuasaannya meliputi sebagian kecil Semenanjung Malaya, hal ini menambah suram kondisi Kerajaan Malaka.
4.       Kehidupan Sosial – Budaya
          Pada kehidupan budaya, perkembangan seni sastra Melayu mengalami perkembangan yang pesat seperti munculnya karya-karya sastra yang menggambarkan tokoh-tokoh kepahlawanan dari Kerajaan Malaka seperti Hikayat Hang Tuah, Hikayat Hang Lekir dan Hikayat Hang Jebat.
Sedangkan kehidupan sosial Kerajaan Malaka dipengaruhi oleh faktor letak, keadaan alam dan lingkungan wilayahnya. Sebagai masyarakat yang hidup dari dunia maritim, hubungan sosial masyarakatnya sangatlah kurang dan bahkan mereka cenderung mengarah ke sifat-sifat individualisme. Kelompok masyarakat pun bermunculan, seperti adanya golongan buruh dan majikan.
5.           Kehidupan Ekonomi
Malaka memungut pajak penjualan, bea cukai barang-barang yang masuk dan keluar, yang banyak memasukkan uang ke kas negara. Sementara itu, raja maupun pejabat-pejabat penting memperoleh upeti atau persembahan dari pedagang yang dapat menjadikan mereka sangat kaya. Suatu hal yang penting dari Kerajaan Malaka adalah adanya undang-undang laut yang berisi pengaturan pelayaran dan perdagangan di wilayah kerajaan. Untuk mempermudah terjalinnya komunikasi antar pedagang maka bahasa Melayu (Kwu-lun) dijadikan sebagai bahasa perantara. [3]
6.           Masa Kejayaan Kerajaan Malaka
Sebagai salah satu bandar ramai di kawasan timur, Malaka juga ramai dikunjungi oleh para pedagang Islam. Lambat laun, agama ini mulai menyebar di Malaka. Dalam perkembangannya, raja pertama Malaka, yaitu Prameswara akhirnya masuk Islam pada tahun 1414 M. Dengan masuknya raja ke dalam agama Islam, maka Islam kemudian menjadi agama resmi di Kerajaan Malaka, sehingga banyak rakyatnya yang ikut masuk Islam.
Selanjutnya, Malaka berkembang menjadi pusat perkembangan agama Islam di Asia Tenggara, hingga mencapai puncak kejayaan di masa pemeritahan Sultan Mansyur Syah (1459—1477). Kebesaran Malaka ini berjalan seiring dengan perkembangan agama Islam. Negeri-negeri yang berada di bawah taklukan Malaka banyak yang memeluk agama Islam. Untuk mempercepat proses penyebaran Islam, maka dilakukan perkawinan antarkeluarga.
Malaka juga banyak memiliki tentara bayaran yang berasal dari Jawa. Selama tinggal di Malaka, para tentara ini akhirnya memeluk Islam. Ketika mereka kembali ke Jawa, secara tidak langsung, mereka telah membantu proses penyeberan Islam di tanah Jawa. Dari Malaka, Islam kemudian tersebar hingga Jawa, Kalimantan Barat, Brunei, Sulu dan Mindanau (Filipina Selatan).
Dalam masa kejayaannya, Malaka mempunyai kontrol atas daerah-daerah berikut:
1. Semenanjung Tanah Melayu (Patani, Ligor, Kelantan, Trenggano, dan sebagainya).
2.    Daerah Kepulauan Riau.
3.    Pesisir Timur Sumatra bagian tengah.
4.    Brunai dan Serawak.
5.    Tanjungpura (Kalimantan Barat).
Sedangkan daerah yang diperoleh dari Majapahit secara diplomasi adalah sebagai berikut.
1.        Indragiri.
2.        Palembang.
3.        Pulau Jemaja, Tambelan, Siantan, dan Bunguran.
7.           Keruntuhan Kerejaan Malaka
Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Syah, kerajaan Malaka mengalami  kondisi yang lemah, sehingga pasukan Portugis menyerang Malaka pada tanggal 10 Agustus 1511 dibawah pimpinan Alfonso de Albuquerque dan akhirnya Portugis berhasil merebut Malaka pada tanggal 24 Agustus 1511. Sejak saat itu, para keluarga kerajaan menyingkir ke negeri lain. [4]
Note:
[1] Sutarto dan Sunardi. 2004. Sejarah berdasarkan kurikulum 2004. Klaten: CV.Sahabat
[2] http://rismaeffendi.blogspot.com/2010/05/sejarah-kerajaan-malaka.html
[3] http://ssbelajar.blogspot.com/2012/06/kerajaan-malaka-dan-kehidupan.html
[4] http://alinayah-sukabumi.blogspot.com/2011_10_01_archive.html

Sejarah Kolonialisasi dan Kebangkitan Nasionalisme di Filipina

Tika Permata Sari / SAT
Sejarah Kolonialisasi di Filipina
Latar belakang kedatangan bangsa Spanyol ke Filipina adalah karena keberhasilan Sultan Muhamad al-Fatih menaklukan Konstantinopel pada 1453 yang dilanjutkan dengan blokkade perdagangan kerajaan Turki Utsmani di Laut Tengah terhadap pedagang-pedagang Eropa Barat sehingga Bangsa Barat mencari daerah produsen rempah-rempah. Dengan keberhasilan Spanyol dan Portugis menghalau dan menghancurkan kekuatan Islam di semenanjung Iberia tahun 1942, membuat Portugis dan Spanyol berkembang menjadi kekuatan "Pelindung agama Kristen" yang direstui Paus di Roma untuk menaklukan daerah-daerah baru untuk dikristenkan. Agar tidak terjadi perselisihan di kemudian hari antara Spanyol dan Portugis maka Paus Alexander pada tahun 1494 di Todersillas membut perjajian yang dikenal dengan Perjanjian Todersillas yang berisi membagi dunia menjadi dua. Daerah-daerah di sebelah barat garis Todersillas menjadi milik Spnyol dan bagian timur milik Portugis [1]
Filipina menjadi rute perdagangan maritim internasional yang membentang dari Laut Merah hingga Laut Cina Selatan dan dikuasai mayoritas oleh pedagang muslim sejak abad ke 9 hingga abad ke 16 masehi. Pada tanggal 16 Maret 1521 bangsa Spanyol datang ke pulau Samar yang dipimpin oleh Ferdinand Magellan dan menamakan pulau tersebut dengan nama San Lazaro yang kemudian diklaim pulau tersebut milik Spanyol. Pada tanggal 27 April 1521 Magellan terbunuh saat membantu memadamkan pemberontakan Lapu-lapu. Setelah itu terjadi empat ekspedisi Spanyol ke Filipina yang terjadi dalam rentang tahun 1525-1542.
 Setelah melanggar perjanjian Saragosa, Spanyol melakukan perluasan daerah- daerah kecil maupun besar di Filipina yang dipimpin oleh Miguel Lopez de Legazpi. Pada Bulan Mei 1571 Spanyol berhasil menaklukan Bandar Manila dan menjadikan Filipina sebagai negara jajahannya serta mengangkat Andres de Urdaneta sebagai orang yang paling berkuasa di Filipina yaitu sebagai Gubernur Jendral yang pertama di Filipina. Pada tahun 1762 Filipina mulai membuka diri dengan dunia luar, hal ini dikarenakan Spanyol bermaksud untuk menjadikan Kota Manila sebagai pusat perdagangan di Asia.
Penjajahan Spanyol di Filipina berlangsung sangat lama yakni lebih kurang 377 tahun dan penjajahan tersebut secara tidak langsung merupakan era Kristenisasi bangsa Filipina. Hampir semua pulau di Filipina di Kristenkan kecuali pulau Mindano dan kepulauan bagian selatan Filipina sangat kental dan berusaha keras mempertahankan ideologi Islamnya. Spanyol juga berusaha untuk menyatukan masyarakat Filipina dengan berbagai cara seperti pemberian hadiah-hadiah sebagai salah satu bentuk persuasif dan pendekatan halus. Namun kalangan masyarakat muslim menjadi salah satu penghambat terbesar tidak dapat disatukannya keseluruhan masyarakat Filipina, sebab masyarakat Muslim menilai bahwa mereka berbeda dengan masyarakat Filipina yang lainnya yang mayoritas beragama Kristen, terutama mereka sangat berbeda dalam pemahaman Ideologi.
Penjajahan di Filipina tidak berakhir begitu saja dengan kemenangannya melawan penjajahannya dari Spanyol. Setelah sekian lama Spanyol menduduki Filipina dan mempraktikkan kebijakan-kebijakannya yang sangat merugikan rakyat Filipina akhirnya Spanyol menyingkir dari Filipina karena rakyat Filipina mulai melakukan penyerangan-penyerangan tanda ketidaksenangan rakyat atas apa yang telah dilakukan oleh Spanyol. Penyerangan yang dilakukan oleh rakyat awalnya tidak begitu membahayakan bagi Spanyol, namun seiring berjalanya waktu Amerika datang ke Filipina yang saat itu tengah bertikai antara Filipina dan Spanyol. Amerika menganggap bahwa pertikaian antara rakyat Filipina dan Spanyol pada saat itu merupakan kesempatan emas baginya. Melihat kesempatan tersebut Amerika pun membantu rakyat Filipina untuk melawan serangan dari Spanyol. Setelah Spanyol kalah dan kemudian pergi dari Filipina, Amerika kemudian malah menduduki Filipina sebagai alasan menjadikan Filipina sebagai contoh negara dengan sistim pemerintahan liberal di wilayah Asia.
Proklamasi kemerdekaan Filipina pada tahun 1989 tidak begitu saja diakui oleh Amerika. Pada tahun 1899 Filipina menyatakan perang terhadap Amerika yang kemudian berlangsung selama dua tahun lamanya. Namun hal ini belum membawa keberuntungan untuk Filipina, justru Presiden Filipina Emilio Aguinaldo ditangkap dan pemerintah Amerika menyatakan secara resmi konflik berakhir pada tahun 1902. Hal ini tidak menyurutkan permusuhan yang terjadi antara pemerintah Amerika dengan pemimpin-pemimpin di Filipina. Baru pada sekitar tahun 1913 permusuhan di antara keduanya mulai menyurut. Selama masa kedudukannya, pemerintah kolonial Amerika dimulai pada tahun 1905 dengan otonomi lokal yang sangat terbatas. Kemudian pada tahun 1935 otonomi parsial atau status persemakmuran baru mulai diberikan dengan kemerdekaan penuh yang direncanakan pada tahun 1946.
Pada masa perang dunia II, melibatkan pula sengketa antara Amerika dan Jepang yang kemudian berimbas pada Filipina. Pada tanggal April 1942 pengakuan kekalahan diumumkan oleh tentara Amerika-Filipina di Bataan Peninsula hingga pada tanggal 6 Mei 1942 jepang berhasil menduduki dan menaklukkan Filipina. Pada masa itu Jepang sempat mengorganisir struktur pemerintahan yang baru di Filipina dan mendirikan komisi eksekutif di Filipina. Selanjutnya, mereka memimpin urusan rakyat sipil hingga Oktober 1943. Pada 1945 tentara sekutu memulai pembalasan dendamnya terhadap Jepang dengan dijatuhkannya bom Hiroshima dan Nagasaki, serta membuat Jepang kalah telak dari pertempuran tersebut. Filipina kembali jatuh ke tangan Amerika, namun pada tahun 1946 pemerintah Amerika menepati janji untuk memberikan kemerdekaan terhadap Filipina. Kemerdekaan tersebut kemudian diakui dan Filipina merdeka pada tanggal 4 Juli 1946 bertepatan dengan hari kemerdekaan Amerika yang ke 172 serta mengangkat Manuel Quezon sebagai Presiden yang pertama[2]
Sejarah Kebangkitan Nasionalisme Filipina
Pergerakan dan kebangkitan nasionalisme di Filipina dibagi menjadi tiga periode yaitu ; gerakan yang berlangsung sampai tahun 1972, gerakan yang berlangsung antara tahun 1872-1896, gerakan yang berlangsung antara tahun 1896-1901. Beberapa faktor penyebab lahirnya gerakan nasionalisme di Filipina, adalah :
v  Faktor Internal :
·         Sistem pemerintahan yang dianut pada masa kolonialisme Spanyol di Filipina yaitu menggunakan sistem dua kekuasaan. Pemerintahan sipil yang dipimpin oleh Gubernur Jenderal dan bertanggung jawab atas Raja Spanyol. Pemerintahan agama yang dipimpin oleh seorang Uskup dan bertanggung jawab atas Paus di Roma. Sistem pemerintahan agama ini sangat berpengaruh besar bagi kebangkitan nasionalisme di Filipina, sebab mereka bersifat mendidik masyarakat Filipina sebagai misionaris agama yang justru kemudian membangkitkan kesadaran masyarakat Filipina bahwa mereka dijajah dan ingin terbebas dari belenggu tersebut.
·          Bangsa Spanyol mendidik masyrakat Filipina dengan budaya Eropa dan dengan diadakannya misionaris agama, muncul kalangan masyarakat Filipina yang terpelajar, berintelektual dan berpendidikan barat sehingga muncul pula kesadaran nasional dan mengembangkannya.
·          Imperialisme Spanyol yang bertindak kejam. Tidak ada kebebasan untuk mengeluarkan pendapat maupun menuntut hal-hal mengenai perbaikan pemerintahan.
·         Penguasa gereja mengekang kehidupan masyarakat Filipina. Tanah Filipina sebagian besar milik biara dan petani hanya sebagai penyewa tanah.
v  Faktor Eksternal :
·         Pembukaan Terusan Suez pada tahun 1869 yang lebih mudah dalam menghubungkan arus informasi dari barat kepada negara-negara lain khususnya di wilayah Asia. Hal ini menyebabkan masuknya paham liberalisme dan demokrasi di Filipina.
·         Revolusi Industri II yang ditandai dengan ditemukannya alat-alat transportasi dan komunikasi pada saat itu memperluas pemahaman masyarakat Filipina akan penjajahan.
·         Pengaruh revolusi negara-negara di Amerika Latin yang mampu memerdekakan diri dari bangsa Spanyol. Diantaranya yaitu perang Kemerdekaan Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan terhadap Spanyol (1810-1828) , membangkitkan semangat masyarakat Filipina bahwa Spanyol dapat dikalahkan.
Terdapat tiga Periode dimana Perlawanan oleh rakyat Filipina terhadap Pemerintah Spanyol yang berkuasa di Filipina pada saat itu, Periode itu antara lain :
Pada periode pertama, gerakan-gerakan nasionalisme masih berupa perlawanan-perlawanan lokal ditempat tertentu. Perlawanan ini dilatarbelakangi oleh ketidakadilan yang dialami masyarakat seperti kaum petani yang dikuasai tanahnya, atau kaum gereja dan pegawai yang gajinya kecil. Selain itu pada periode pertama juga banyak perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat Muslim di bagian selatan Filipina dalam upaya menentang penyebaran agama maupun ideologi Kristen pada wilayah mereka. Pada tahun 1821 terjadi pemberontakan di Novales dan di Toyabas pada tahun 1842. Pada 1872 pecah pemberontakan di Cavite oleh rakyat dan tentara melawan kalangan pendeta-pendeta Dominican Spanyol [3]
 Pada periode yang kedua didirikanlah sebuah organisasi yang dinamakan Comparenismo yang artinya persahabatan. Comparenismo ini didirikan pada tahun 1880 dengan tujuan mengusahakan pendidikan yang patriotis bagi masyarakat Filipina. Organisasi ini menjadi cikal bakal banyaknya kaum intelektual yang lahir. Pada tahun 1882 Jose Rizal mendirikan sebuah organisasi bernama Liga Filipina.
Pada periode ketiga, setelah Aqwnaldo pergi ternyata perjuangan melawan penjajah berhenti dan Spanyol tidak menepati janjinya. Aqwnaldo kemudian kembali ke Filipina untuk memproklamasikan kemerdekaan Filipina pada tanggal 12 Juni 1898. Ia membentuk aliansi bersama Amerika untuk melawan Spanyol hingga tanggal 13 Agustus 1898 Manila jatuh. Melalui Perjanjian Paris 10 Desember 1898 Spanyol menyerahkan Filipina kepada Amerika dengan menerima uang sebanyak $20.000.000,00. Kepergian Spanyol dari Filipina justru membuat Filipina ternyata dikuasai oleh Amerika dan tidak mengakui kemerdekaan Filipina meskipun UUD dibentuk pada 1898 [4]
Setelah banyak melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Amerika dan sempat menjadi jajahan Jepang yang dikarenakan sengketa antara Amerika dengan Jepang pada masa perang dunia II. Pada saat Amerika mengakui kekalahan yang diumumkan pada bulan April  1942 di Bataan Peninsula, dan Jepang mulai menduduki Filipina pada tanggal 6 Mei 1942. Pada rentang waktu tersebut jepang sempat mengorganisir struktur pemerintahan yang baru di Filipina dan mendirikan komisi eksekutif di Filipina. Hingga pada tahun 1945 tentara sekutu mulai membalas tindakan Jepang dengan menjatuhkan bom atom yang bertenaga ledak super dan dapat menghancurkan di Nagasaki dan Hiroshima. Tindakan dari pihak sekutu tersebut telah membuat Jepang kalah telak dan membuat Filipina kembali ke tangan Amerika pada tahun 1945. Satu tahun kemudian Amerika menepati Janjinya untuk memberikan kemerdrkaan pada Filipina, Kemerdekaan itu diberi dan diakui pada tanggal 4 Juli 1946 dimana tanggal tersebut juga merupakan tanggal kemerdekaan Amerika Serikat.
Notes :
[1]. Cullinane, Michael. 2003. Ilustrado Politics ; Filipino Elite responses to American Rule, 1898-1908. Manila : Ateneo De Manila University Press.
[2]. http://izunaai.blogspot.com/2012/11/sejarah-dan-kebangkitan-nasionalisme-di.html
[3]. http://www.philippine-history.org/
[4]. Senauth, Frank. 2012. The Making of The Philippines. Bloomington : AuthorHouse.

SEJARAH MASUK DAN PERKEMBANGAN ISLAM DILAOS

RIAN FEBRISONO

 

Laos adalah satu-satunya negara Asia Tenggara yang terjepit dan tidak punya wilayah laut. Laos berada di sebelah barat Vietnam, batas sebelah utara adalah Cina. Negara tetangga lain adalah Thailand di sebelah selatan dan Myanmar di barat laut. Luas wilayah Laos adalah 236.800 km2. Sekitar 70% wilayah Laos berbentuk pegunungan dan terdapat Gunung Biawilayah ini ditutupi oleh berbagai setinggi 2.819 meter yang merupakan gunung tertinggi di negara ini. Sekitar 55 persen jenis hutan, yaitu hutan hujan tropis, hutan bambu, dan hutan yang tercampur dengan vegetasi trop.

            Berdasarkan letak astronomisnya, Laos beriklim tropis dengan suhu rata-rata tahunan antara 26 C-28 C. curah hujan rata-rata a1.500 – 2.500 mm per tahun. Laos memiliki 3 musim. Musim hujan pada bulan Juni-Oktober akibat pengaruh angin musim barat daya. Musim kemarau yang sejuk terjadi pada bulan – Februari karena pengaruh angin musim timur. Pada bulan Maret – Mei terjadi musim pancaroba yang kering.

ISLAM DI MALAYSIA



Anisa Mutiara Priyadi/SAT

Sejarah masuknya Islam di Malaysia tidak bisa terlepas dari kerajaan-kerajaan Melayu, jauh sebelum datangnya Inggris di kawasan tersebut. Sebab kerajaan ini dikenal dalam sejarah sebagai Kerajaan Islam, dan oleh pedagang Gujarat melalui daerah kerajaan tersebut mendakwahkan Islam ke Malaysia pada sekitar abad ke-9. Dari sini kemudian dipahami bahwa Islam sampai ke Malaysia belakangan ketimbang sampainya Islam di Indonesia yang sudah terlebih dahulu pada abad ke-7. Berdasarkan keterangan ini, maka asal usul masuknya Islam ke Malaysia berdasar pada yang dikemukakan Azyumardi Azra bahwa Islam datang dari India, yakni Gujarat dan Malabar.[1]
Islam pertama kali sampai di Malaysia pada abad pertama hijriah. Pada abad pertama hijriah orang islam arab telah sampai di gugusan melayu fatmi mengatakan : Islam datang pertama kali sekitar abad 8 hijriah atau pada abad ke 14 masehi. Ia menemukan batu bersuratdi Trengganu pada tahun 702 hijriah/1302 M. Sekitar abad ke 14 agama Islam masuk ke Malaysia dibawa oleh pedagang dari Arab, Persia, Gujarat, dan Malabar. Disamping itu, ada seorang ulama bernama Sidi Abdu Azis dari Jeddah yang mengislamkan pejabar pemerintah Malaka dan kemudian terbentuklah kerajaan Islam di Malaka dengan rajanya yang pertama Sultan Permaisura. Setelah beliau wafat diganti oleh Sultan Iskandar Syah dan penyiaran Islam bertambah maju, pada masa Aultan Mansyur Syah (1414-1477 M). Sultan suka menyambung tali persahabatan dengan kerajaan lain seperti Syam, Majapahit, dan Tiongkok. Majun mengatakan ; Islam tiba di Malaysia pada abad ke 15 dan 16 Masehi, namun teori dari fatmi dan majun belum valid. Penemuan batu nisan di tanjung Inggris, Kedah pada tahun1965, tertulis nama Syekh Abdul Qadir Ibnu Khusyen Stah abad ke 9 Masehi. Ia adalah seorang dari keturunan Persia. Pada abad ke 3 H atau 10 M Islamisasi di Malaysia tidak lepas dari peranan raja-raja Melaka. Sultan Muhammad Syah, adalah orang pertama kali masuk Islam. Kejayaan Malaka dapat dibina lagi sedikit demi sedikit oleh Sultan Aludin Syah I, sebagai pengganti Muhammad Syah.
Perkembangan Islam di Malaysia dapat ditunjukkan bahwa kenyataanya bila dibandingkan dengan sejumlah negara yang mempunyai penduduk muslim dan non-muslim yang hampir seimbang, bahwa Malaysia sangat menekankan pada simbol-simbol yang digunakan dan berkaitan dengan lembaga dan pengamalan nilai-nilai Islam (Muzaffar,1987;22, lihat juga Mutalib, 1990:134). Kenyataan ini dapat dilihat sejak kebangkitan Islam tahun 1970-an dan mencapai puncaknya pada tahun 1980-an. Hal ini dapat dibuktikan mulai dari deklarasi pemerintah untuk merevisi sistem hukum pemerintah agar lebih selaras dengan hukum Islam pada tahum 1978 dan deklarasi pemerintah untuk menyusun kembali model dan sistem ekonomi Malaysia pada tahun 1980 selanjutnya diikuti dengan penyediaan infrastuktur dan institusi-institusi Islam seperti Bank Islam, Asuransi Islam, Penggadaian Islam, Yayasan Ekonomi Islam, pembentukan kelompok Sumber Daya Islam serta kelompok khusus Penegakan Islam tahun 1980.[2]
Pengakuan Islam di bagian dunia telah menjadi fakta sejak CE 674 (empat puluh dua tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW ketika penguasa Umayyah Muawiyah berkuasa di Damaskus. Dua ratus tahun kemudian pada tahun 878 Masehi Islam dianut oleh orang-orang di sepanjang pantai Semenanjung Malaysia termasuk pelabuhan Kelang yang terkenal pusat perdagangan. Sebelum kedatangan Islam, orang Melayu pribumi memeluk agama kuno dengan berbagai bentuk keyakinan dengan beberapa milik penduduk Hindu / Budha agama. Hidup ini terstruktur dan diatur dengan cara-cara yang menunjukkan pengaruh lebih dari satu agama. Hal ini dapat dilihat tidak hanya dalam pola-pola budaya malay tetapi juga bagian dari 'kekuatan' struktur pejabat negara dan pangeran.[3]
Kejayaan Malaka dapat dibina lagi sedikit demi sedikit oleh Sultan Aludin Syah I, sebagai pengganti Muhammad Syah. Kemudian pusat pemerintahannya dari Kampar ke Johor (Semenanjung Malaka). Sultan Alaudin Syah I dikenal sebagai Sultan Johor yang pertama dan negeri Johor makin bertambah ramai dengan datangnya para pedagang dan pendatang.
Islam di Malay Archipelago pada umumnya dan Malaysia khususnya mengikuti Madhab Syafi'i (aliran pemikiran). Namun, ada banyak umat Islam di Malaysia yang tidak mengikuti sekolah tertentu. Di Perlis, konstitusi negara menentukan bahwa Perlis mengikuti Al-Qur'an dan Sunnah dan tidak Madhab tertentu. Banyak umat Islam di Perlis karenanya tidak mengikuti Madhab, seperti halnya dengan para pengikut dan anggota Organisasi Muhammadiyah di Indonesia.
Namun ada, sejumlah umat Islam yang merasa bahwa sekolah-sekolah pondok tidak bisa menghadapi tantangan lembaga pendidikan kolonial. Dalam rangka untuk mengatasi masalah, Madrasatul Mashoor Al-Islamiyah didirikan di Pulau Pinang pada tahun 1916 dengan menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar. Madrasah mengajarkan Fiqh serta mata pelajaran sekuler.
Sampai sekarang perkembangan agama Islam di Malaysia makin bertambah maju dan pesat, dengan bukti banyaknya masjid-masjid yang dibangun, juga terlihat dalam penyelenggaraan jamaah haji yang begitu baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa perkembangan Islam di Malaysia, tidak ada hambatan. Bahkan, ditegaskan dalam konstitusi negaranya bahwa Islam merupakan agama resmi negara. Di kelantan, hukum hudud (pidana Islam) telah diberlakukan sejak 1992. kelantan adalah negara bagian yang dikuasai partai oposisi, yakni Partai Al-Islam se-Malaysia (PAS) yang berideologi Islam. Dalam pemilu 1990 mengalahkan UMNO dan PAS dipimpin oleh Nik Mat Nik Abdul Azis yang menjabat sebagai Menteri Besar Kelantan.[3]
Tokoh-tokoh yang berpengaruh besar terhadap Islam di Malaysia antara lain sebagai berikut :
a.       Syekh Tahir Jalaluddin
b.      Sidi Abdul Aziz 
Beliau berasal dari Jeddah, beliau adalah salah satu ulama yang mengislamkan pejabat pemerintah Malaka Sultan Permaisura. Beliau merupakan raja pertama yang memimpin kerajaan Islam Malaka.
c.        Sultan Alauddin Syah I
Yang banyak membangun Malaysia sehingga keislaman dan kotanya berkembang pesat, sebagai pengganti Muhammad Syah. Kemudian pusat pemerintahannya dari Kampar ke Johor (Semenanjung Malaka). Sultan Alaudin Syah I dikenal sebagai Sultan Johor yang pertama.
d.      Sultan Iskandar Syah
Beliau merupakan pengganti dari raja Islam Malaka.
e.       Sultan Mansyur Syah ( 1414 – 1477 M )
Beliau merupakan penggganti dari Sultan Iskadar Syah, dimasa pemimpinannya penyiaran Islam bertambah maju.
f.       Sultan Muzaffar Shah I
Dari Kedah memeluk Islam dan menjadi raja Melayu pertama yang diketahui untuk berbuat demikian. Bagaimanapun, adalah pemelukan Islam oleh Sultan Megat Iskandar Shah, sebelum itu dikenali sebagai Parameswara, yang merupakan peristiwa penting dalam pemelukan Islam oleh orang- orang Melayu di Malaysia. Baginda telah memeluk Islam selepas perkawinannya dengan seorang puteri dari Pasai.[4]
Cara pengembangan Islam di Malaysia / strategi dakwah yang dilakukan antara lain :
a.       Membuka pusat pelatihan agama disebut "pondok" atau pondok kecil dari tempat tidur dibangun untuk para siswa.
b.      Membantu masyarakat sesuai dengan pekerjaannya
c.       Perkawinan
d.      Perdagangan
e.        Pemerintahan
Adapun faktor yang menyebabkan Islam kuat di Malaysia antara lain :
a.       Karena islam dijadikan identitas melayu.
b.      Posisi islam dalam konstitusi dan undang-undang Malaysia 1 agustus 1957 Malaysia merdeka dari inggris Islam menjadin agama resmi kerajaan.
c.       Kebijakan pemerintah setelah berakhirnya konflik etnik(1969) tentang masalah ekonomi dengan membuat sistem ekonomi baru yaitu ekonomi berbasis islam.
d.      Adanya dukungan kuat dari pemerintah.[4]
Sebilangan Muslim muda, terutamanya yang dibesarkan dalam yang lebih sekular atau berlatar barat adalah Muslim sapara mengamal. Mereka mematuhi amalan bulan suci (Ramadan) apabila berpuasa semasa waktu siang yang madatori, dan mengelak memakan daging babi tetapi mereka tidak mengerjakan sembahyang lima waktu sehari mahupun pergi ke masjid secara kerap. Pada masa yang sama, bilangan Melayu yang semakin bertambah telah mengambil agama ini lebih serius, dengan bertambahnya popularitas kalangan Islam dan bertambahnya bilangan perempuan memilih untuk memakai tudung atau skaf kepala sebagai bukti.[5]
Islam merupakan agama resmi negara federasi Malaysia, meskipun penganut Islam di negeri itu lebih dari 55%. Walaupun tidak semua orang Muslim adalah Melayu, secara konstitusional orang Melayu mesti Muslim. Untuk tujuan politik, penduduk asli Malaysia disebut bumi putera, sedangkan penduduk bukan asli atau kaum pendatang disebut non-bumi putera.
Klasifikasi bumi putera dan non-bumi putera tidak berdasarkan agama yang dipeluk, karena tidak semua penduduk asli beragama Islam, terutama mereka yang tinggal di Sabah dan Serawak, sebagaimana juga tidak semua yang beragam Islam adalah bumi putera. Pada umumnya mereka yang bukan bumi putera, terutama Cina mempunyai latar belakang kota dan berhasil di bidang ekonomi. Sebaliknya kaum bumi putera datang dari latar belakang pedesaan dan secara ekonomi mereka sangat rendah.
Akibat kebijaksanaan Malaysia, maka tumbuhlah konformitas yang cukup besar terhadap tata cara hidup Islam di Malaysia. Di samping itu, kajian-kajian Islam di negeri itu juga meningkat. Angkatan Belia Islam Malaysia membentuk gerakan non politik yang bertujuan mewujudkan gaya hidup sebagaimana dijalankan oleh masyarakat Islam pertama di zaman Nabi. Yang menarik, lepas dari besarnya pengaruh Islam di negeri itu, kaum Islam di Malaysia dengan sengaja atau tidak tetap memiliki hubungan yang baik dengan sesama warga Malaysia yang non-Muslim.[6]
Daftar Pustaka :
[1] http://ridwan-sururi.blogspot.com
[2] http://www.scribd.com/doc/51217902/Islam-di-Malaysia
[3] http://jondry.blogspot.com
[4] http://anneliesayalatief.blogspot.com/2012/01/sejarah-islam-di-malaysia.html
[5] http://ms.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Malaysia
[6] Zainah Anwar, 1990, Kebangkitan Islam di Malaysia, Jakarta : LP3ES