PEDOMAN PENGHAYATAN PENGAMALAN PANCASILA (P4)


MIDO EMERO / SI5
PEDOMAN  PENGHAYATAN PENGAMALAN PANCASILA (P4)
A.        Lahir dan Tumbuh-Kembang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
Kelahiran dan tumbuh kembang P-4 didorong oleh situasi kehidupan negara yang terjadi pada pertengahan tahun 1965. Orde Baru menilai bahwa terjadinya tragedi nasional, G-30-S/PKI pada tahun 1965, adalah karena bangsa Indonesia tidak melaksanakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen. Setelah bangsa Indonesia mampu mengatasi akibat dari gejolak yang ditimbulkan oleh gerakan G-30-S/PKI, serta telah mampu untuk menetapkan program pembangunnya, dirasa perlu untuk membenahi karakter bangsa dengan mengembangkan sikap dan perilaku warganegara sesuai dengan amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Dasarnya. Maka Majelis Permusyawaratan Rakyat, dalam Sidang Umumnya, pada tanggal 22 Maret 1978 menetapkan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Dengan demikian pelaksanaan P-4 merupakan kehendak rakyat yang ditetapkan oleh MPR RI sebagai penjelmaan rakyat, yang wajib dipatuhi.
Apabila kita cermati bahwa penataran P-4 lebih dititik beratkan pada pembinaan moral bangsa yang esensinya adalah pengendalian diri. Seorang warganegara diharapkan mampu mengendalikan diri dalam segala aspek kehidupan, diperlukan toleransi yang tinggi, dan tidak mementingkan diri sendiri. Hanya dengan jalan ini maka kebersamaan akan terwujud dalam masyarakat yang pluralistik.Dalam rangka mengantisipasi gerakan globalisasi yang melanda dunia dan dalam mempersiapkan diri memasuki millennium ke-3, serta menghadapi tinggal landas pembangunan, penataran P-4 perlu ditingkatkan. Terbitlah Instruksi Presiden No 2 tahun 1994 tentang Peningkatan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila disingkat P2-P4. Intinya adalah bagaimana Pancasila sebagai ideologi terbuka mampu mengantisipasi tantangan zaman, dan bagaimana usaha untuk meningkatkan kesadaran warganegara akan hak dan kewajibannya sebagai pribadi, makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sebagai warga masyarakat, dan sebagai warga bangsa serta warga dunia.
B.         Evaluasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan P4
Pemasyarakatan P-4 merupakan kehendak rakyat yang disalurkan lewat MPR-RI dengan Ketetapan MPR RI No.II/MPR/1978. Segala pelaksanaannya selalu berdasar pada peraturan perundang-undangan yang sah, sehingga apapun pelaksanaan P-4 adalah bersifat konstitusional.
Dilihat dari segi tujuan yang hendak dicapai oleh pemasyarakatan P-4, yakni terwujudnya kesadaran masyarakat akan hak dan kewajibannya sebagai warganegara dalam hidup bermasyarakat dan bernegara, memang belum sepenuhnya tercapai. Namun setiap warganegara mulai kenal Pancasila, Undang-Undang Dasar negaranya, serta program pembangunan yang dijalankan oleh Pemerintah, sehingga langkah awal pendidikan politik normatif dalam batas-batas tertentu telah tercapai. Apalagi kalau dilihat dari sisi kuantitatif target audience yang telah mengikuti pemasyarakatan P-4 dapat dikatakan telah tercapai. Memang kalau dilihat secara kualitatif masih jauh dari kualitas yang diharapkan. Kita sadar bahwa pembinaan sikap dan perilaku membutuhkan waktu yang panjang. Dapat kita simpulkan bahwa penyelenggaraan pemasyarakatan P-4 memenuhi paradigma yang diharapkan dalam proses disiminasi suatu gagasan.
            Sebagai akibat bahwa pemasyarakatan P-4 adalah penjabaran dari suatu Ketetapan MPR RI, maka penyelenggaraan pemasyarakatan P-4 menerapkan pendekatan yang bersifat sentralistis, dan dari atas ke bawah (top-down approach), sehingga banyak pihak yang mengkritik sebagai indoktrinasi, kurang demokratis. Persiapan penyediaan penatar yang terlalu cepat dan sangat pendek, mengakibatkan pula kurang profesionalnya para penatar P-4, sehingga sering terjadi penatar yang over-acting, menutupi kelemahan dirinya. Keadaan semacam ini yang menyebabkan pemasyarakatan P-4 menjadi kurang berhasil.Penyelenggaraan pemasyarakatan P4 kemudian dikaitkan dengan pemerintahan yang kurang bersih, kurang transparan, terjadi banyak penyimpangan, bahkan sementara pihak menuduh terjadinya KKN adalah karena P-4. Kami sendiri mengalami kebingungan bagaimana seorang mampu mengadakan korelasi antara pelaksanaan P-4 dan terjadinya KKN. Sepanjang yang saya ketahui sampai kini belum ada studi yang mengadakan analisis hubungan atau pengaruh P-4 terhadap KKN.
C.        Implementasi Pancasila pada Era Reformasi.
Kritik terhadap gerakan penataran P-4 ini lebih mencuat, setelah terjadinya korupsi di berbagai instansi pemerintahan, sehingga berbagai pihak beranggapan bahwa penataran P-4 tidak dapat membendung terjadinya korupsi, sehingga waktu bergulir gerakan reformasi penataran P-4 dipandang kurang menguntungkan dan dicabut dengan Ketetapan MPR-RI No. XVIII/MPR/1998. Namun TAP MPR ini mengandung anomali, di satu sisi penataran P-4 dicabut, tetapi di sisi lain Pancasila sebagai dasar negara harus dilaksanakan secara konsisten. Dengan dicabutnya penataran P-4, maka lembaga yang mengurusnya, yakni BP-7 dibubarkan pula. Namun dengan Keputusan Presiden No. 85 tahun 1999 dibentuk lagi suatu badan pengganti BP-7 yang bernama Badan Pengembangan Kehidupan Bernegara, yang sampai dewasa ini tidak beroperasi.
            Selama era reformasi diterbitkan berbagai Ketetapan MPR-RI. Sekurang-kurangnya terdapat lima Ketetapan MPR-RI semasa era reformasi yang berisi ketentuan mengenai implementasi Pancasila. Dari Ketetapan MPR-RI tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1.      Hak asasi manusia yang diterapkan di Indonesia tidak dibenarkan bertentangan dengan Pancasila.
2.      Pandangan dan sikap bangsa Indonesia mengenai hak asasi manusia berdasar pada Pancasila.
3.      Pancasila harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.
4.      Tujuan nasional dalam pembangunan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila.
5.      GBHN disusun atas dasar landasan idiil Pancasila.
6.      Salah satu misi bangsa Indonesia dalam menghadapi masa depannya adalah: Pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
7.      Pancasila sebagai landasan untuk mempersatukan bangsa.
8.      Menjadikan Pancasila sebagai ideologi terbuka.
9.      Pancasila sebagai acuan dasar untuk berfikir, bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa.
Namun kenyataan menunjukkan bahwa ketentuan yang terdapat dalam berbagai Ketetapan MPR-RI tersebut tidak ada tindak lanjutnya, bahkan Keputusan Presiden No.85 tahun 1999, tentang pendirian Badan Pengembangan Kehidupan Bernegara sebagai pengganti BP-7 tidak ada realisasinya.Reformasi yang memiliki agenda untuk menegakkan demokrasi, hak asasi dan hukum tidak memiliki panduan atau pedoman implementasinya, sehingga demokrasi berubah sekedar sebagai topeng atau kudung feodalisme gaya baru. Bahkan ada yang berpendapat bahwa demokrasi sekedar sebagai legitimasi kebebasan dan penuntutan hak asasi manusia yang mengantar pada perbuatan yang anarkis, serta legitimasi aktifitas politik dengan gaya dominasi mayoritas dan tirani minoritas.
Prihatin melihat kejadian tersebut, beberapa lembaga swasta mencoba untuk mencari solusi bagaimana merealisasikan TAP MPR RI No.XVIII/MPR/1998, sehingga Pancasila seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 dapat diimplementasikan dengan konsisten dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu lembaga swasta tersebut adalah Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Kehidupan Bernegara disingkat LPPKB. Setelah melalui berbagai seminar, semiloka, lokakarya, yang diikuti dengan diskusi secara mendalam oleh para ahli yang kompeten, akhirnya dihasilkan suatu pemikiran yang diwujudkan dalam bentuk buku yang berjudul: "Pedoman Umum Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Bernegara."
Ada perbedaan antara P-4 dan Pedoman Umum dimaksud. Pendekatan P-4 adalah sentralistis dan top-down approach, sedang Pedoman Umum lebih bersifat bottom-up approach, dan penyelenggaraannya diserahkan pada masyarakat.
 Masyarakat dan Pemerintah Daerah diharapkan untuk berperan aktif atas dasar kesadaran untuk mengimplementasikannya.Ditinjau dari segi substansi ada sedikit perbedaan. Bila P4 lebih menitik beratkan pada pembetukan moral dalam bersikap dan bertingkah laku dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, maka Pedoman Umum lebih menitik beratkan pada pengembangan kompetensi warganegara dalam hidup berbangsa dan bernegara. Diutamakan bagaimana demokrasi diterapkan dalam frame of reference Pancasila, bagaimana hak asasi manusia diterapkan sesuai dengan nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila, bagaimana kehidupan politik yang bernuansa Pancasila dan sebagainya. Dengan demikian Pedoman Umum memberikan petunjuk secara nyata bagaimana kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan ditata berdasar pada Pancasila. Memang baik P-4 maupun Pedoman Umum sumbernya sama, yakni Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, dan keduanya berusaha untuk mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan yang nyata. Namun dalam pendekatannya terdapat perbedaan, demikian juga dalam mengkonstruksi bahan yang disajikan mengalami perbedaan dalam pendekatannya.
D.        Pedoman Penghayatan Dan Pengamalan Pancasila
Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia serta merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa kita, yang telah dapat mengatasi percobaan dan ujian sejarah, sehingga kita meyakini sedalam-dalamnya akan keampuhan dan kesaktiannya.Guna melestarikan keampuhan dan kesaktian Pancasila itu perlu diusahakan secara nyata dan terus-menerus penghayatan dan pengamalan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara, serta setiap lembaga kenegaraan dan kemasyarakatan, baik di pusat maupun daerah. Dan lebih dari itu, kita yakin bahwa Pancasila itulah yang dapat memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbing kita semua dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Untuk itu Pancasila harus kita amalkan dalam kehidupan nyata sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara.Pancasila menempatkan manusia dalam keluhuran harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Pedoman untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila harus manusiawi, artinya merupakan pedoman yang memang mungkin dilaksanakan oleh manusia biasa. Agar Pancasila dapat diamalkan secara manusiawi, maka pedoman pengamalannya juga harusa bertolak dari kodrat manusia, khususnya dari arti dan kedudukan manusia dengan manusia lainnya. "Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila" dinamakan "Ekaprasetia Pancakarsa". Ekaprasetia Pancakarsa berasal dari bahasa Sansekerta. Secara harfiah "eka" berarti satu/tunggal, "prasetia" berarti janji/tekad, "panca" berarti lima dan "karsa" berarti kehendak yang kuat. Dengan demikian "Ekaprasetia Pancakarsa" berarti tekad yang tunggal untuk melaksanakan lima kehendak dalam kelima Sila Pancasila. Dikatakan tekad yang tunggal karena tekad itu sangat kuat dan tidak tergoyahkan lagi.Ekaprasetia Pancakarsa memberi petunjuk-petunjuk nyata dan jelas wujud pengamalan kelima Sila dari Pancasila sebagai berikut :
a.      Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
§  Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
§  Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina kerukunan hidup.
§  Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
§  Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
b.      Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab
§  Mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban antara sesama manusia.
§   Saling mencintai sesama manusia.
§  Mengembangkan sikap tenggang rasa.
§  Tidak sewenang-wenang terhadap orang lain.
§  Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
§  Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
§  Berani membela kebenaran dan keadilan.
§  Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
c.       Sila Persatuan Indonesia
§  Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
§  Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
§  Cinta tanah air dan bangsa.
§  Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.
§  Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhineka Tunggal Ika.
d.      Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
§  Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
§  Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
§  Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
§  Musayawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
§  Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
§  Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
§  Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan YME, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
e.       Sila Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
§  Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yan mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
§   Bersikap adil.
§  Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
§  Menghormatsi hak-hak orang lain.
§  Suka memberi pertolongan terhadap orang lain.
§  Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain..
§  Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
§  Suka bekerja keras.
§  Menghargai hasil karya orang lain.
§  Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
§  Srijanto Djarot, Drs., Waspodo Eling, BA, Mulyadi Drs. 1994 Tata Negara Sekolah Menngah Umum. Surakarta: PT. Pabelan.
§  Pangeran Alhaj S.T.S Drs.Surya Partia Usman Drs.1995. Materi Pokok Pendekatan Pancasila. Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud.

RUNTUHNYA KERAJAAN MAJAPAHIT

MAMAN KURNIAWAN / PIS
Sebenarnya kerajaan majapahit muncul setelah karajaan singusari mengalami kehancuran, karena akibat dari serangan  karajaan Daha. Raja singusari pada waktu itu adalah raja kartanegara sedangkan patihnya adalah Raden Wijaya.Setelah pertarungan kedua belah pihak kerajaan Singusari akhirnya musnah pada tahun 1292.Sedangkan Raden Wijaya mundur kearah utara dan mendapatkan perlindungan dari kerajaan Madura.Kemudian raden Wijaya mengatur strategi untuk membalas kerajaan Daha atas kematian martua beliau yaitu raja kartanegara dan dari sinilah terbentuklah kerajaan majapahit.
Dengan kerajaan Majapahit yang disahkan oleh Raden Wijaya  dengan gelar sebagai Prabu Kertajasa Jayawardana  selapas dari kehancuran kerajaan Kendiri yang dimusnahakan oleh pasukan dari china (Tiongkok)  oleh Dinasti Ming yang ingin menyerang Prabu Kertanegara namun dapat dipengarui oleh pemerintah Majapahit untuk menyerang Kendiri dan akhirnya kerajaan kendiri di musnahkan.  Setelah itu Majapahit berkembang dan muncul sebagai kuasa besar di Asia Tenggara.Mengikut pandangan sarjarah Majapahit mengalami tiga situasi pemerintahan.Pertama adalah zaman permulaan kedua adalah zaman kegemilangan dan yang terakhir adalah zaman kemerosotan.
Zaman kegemilangan adalah semasa Majapahit diperintah oleh Hayam Wuruk.Dia merupakan anak dari Puteri Djajawisnuwardani dengan Kertawardana. Sebelum kelahiran dia, lahir seorang anak lagi yang akan menjadi nadi kegemilangan Majapahit yaitu Mangkubumi Gajah Mada yang memainkan peranan penting dalam keagungan kerajaan Majapahit. Hayam Wuruk yang mengunakan gelaran Rajasanegara merupakan pemerintahan yang keempat Majapahit yang bermula pada tahun 1328-1389 M.
Zaman pemerintahan Hayam Wuruk yang dibantu oleh Mangkabuminya Patih Gajah Mada mengalami puncak kegemilangan dimana seluruh kawasan nusantara di bawah naungan kerajaan Majapahit.  Dengan bantuan kebijaksanaan dan sumpah Mangkabuminya yang dikenali sebagai sumpah palapa, dimana  majapahit dapat menyatukan seluruh kerajaan di Nusantara termasuk Pahang, Palembang, dan Temasik. Namun baliau telah meninggal dunia semasa Majapahit diambang kemegahan, yaitu pada tahun 1363.
Setelah kehilang perdana menteri yang bijaksana maka politik kerjaan mengalami perubahan karena jabatan yang dipegang mangkabumi tidak mampu menanganinya.Selanjutnya jabatan yang dipegang olehnya dibagikan kepada beberapa adipati untuk diperintah.Setelah itu mulai lemah kerajaan Majapahit walaupun tidak lagi menyeluruh namun, sudah mulai ada kepincangan politik.Dan pada tahun 1389 M merupakan titik tolak kemerosotan kerajaan Majapahit apabila Prabu Rajasanegara (Hayam Wuruk) telah meninggal dunia.Disini keadaan digambarkan keruntuhan seratus tahun yang tidak dapat membangun lagi.Kemangkatan Hayam Wuruk menjadikan kekuasan Majapahit semangkin tidak terkendali akibat bermulanya perebutan tahta kerajaan dan kepincangan politik. Setelah kemangkatan dua tokoh yang agung dalam kegemilangan kerajaan Majapahit yakni Mangkabuminya yang merangkap perdana menteri majapahit Gajah Mada 1364 M dan Hayam Wuruk 1389 M  maka era selepas ini dinamakan sebagai zaman kemerosotan majapahit yang akhirnya membawa keruntuhan kerajaan Majapahit.
Penyebab Keruntuhan Kerajaan Majapahit
Selepas kemangkatan Hayam Wuruk pada tahun 1389  M, maka pemerintahan kerajaan pengganti selanjutnya. Penganti tahta kerajaan sesudah Hayam Wuruk adalah Wirakramawardani yang memerintah dari tahun 1389-1429 M merupakan menantu Hayam Wuruk.Pada pemerintahan Wirakramawardani politik kerajaan mulai merosot akibat ketidakpuasan hati dari saudara keturunan Rajasanegara yang membawa kelemahan kerajaan Majapahit[3]. Perang saudara mula meletus akibat Virabumi tidak tunduk terhadap  penguasa Majapahit. Perang tercetus, ini mengakibatkan kepincangan politik Majapahit dan menyebabkan daerah kawasan majapahit memecahkan diri.Hal ini dibuktikan dengan pembebasan Palembang dari kekuasaan majapahit.Serta kemunculan Melaka pada kurun ke 15 M. Hal ini menunjukan kelemahan raja Majapahit menyebabkan banyak negeri tidak lagi mengiktiraf kerajaan majapahit dan mencoba untuk membuat kerajaan sendiri
Akibat daripada perang saudara diantara Virabumi dan Wirakramawardani menyebabkan Virabumi terbunuh pada tahun 1406 M dan kota Varabumi ditawan. Namun perang tersebut menyebebkan kematian pegawai China.  Hal ini menyebabkan hubungan dengan kerajaan china mulai renggang, walaupun hati maharaja cina dapat diredakan dengan meminta ganti rugi yang dibayar oleh Wikramawardani untuk menebus kematian pegawai cina dalam perang tersebut.Namun Cina menjaga perhubunganya dengan negeri di timur.Pada tahun 1429 M raja Wikramawardani meninggal dunia dan pemerintahan diwariskan kepada anaknya yaitu Ratu Suhita (1429-1447 M).
Pada pemerintah Ratu Suhita terjadi satu pemberontakan yang dipimpin oleh Bhre Daha.Ini menunjukan lemahnya pemerintah yang mengakibatkan pemberontakan untuk mengulingkan kerajaan.Selepas kematian Ratu Suhita pada tahun 1447 M tahta kerajaan dipegang oleh Raja Kertavijaya yang merupakan saudara laki-laki Ratu Suhita. Ekonomi kerajaan Majapahit semangkin lemah akibat kelemahan pemerintah Majapahit sendiri kerana, banyak daerah yang dulunya menjadi nadi ekonomi majapahit mulai tidak berhubungan dengan kota Majapahit seperti kalimantan timur dan pelembang.
Setelah pemerintahan Raja Kertavijaya kerajaan Majapahit diperintah oleh Seri Radjasawardana pada tahun 1451-1453 M, namun selepas kematian tiada warisan yang memerintah kerajaan Majapahit dan menyebabkan Majapahit tidak punya pemimpin. Dicatatkan bahwa ketika tahun 1453-1456 M Majapahit tidak mempunyai Raja.Sehingga kemunculan Hiang Purwawisjesa.Namun pada masa pemerintahan Hiang Purwawisjesa Majapahit memindahkan pusat pemerintahan ke Tumapil.Hiang Purwawisjesa memerintah selama sepuluh tahun (1465-1466).
Setelah itu kerajaan Majapahit diperintah oleh beberapa orang raja sehingga, tiga orang raja terakhir yang memimpin tahta kerajaan Majapahit yaitu Bera Widjaja yang berkuasa di Majapahit  yang dikenal sebagai Prabu Adipati Udara dan Prabu Maharadja Adipati Unus. Pemerintahan pusat semankin lemah apabila ketenteraan Majapahit mulai lumpuh kerana tidak mampu menepis serangan dari luar lagi, ini menunjukkan betapa lemahnya raja ketika memerintah Majapahit. Perkara ini dibuktikan semasa serangan yang dilakukan oleh demak dalam era pemerintahan Bera Wijaya tidak mampu untuk menepis serangan tersebut yang menyebabkan kota Majapahit di diruntuhkan.
Sehubungan dengan itu juga, kelemahan raja-raja Majapahit yang terakhir yakni Bira Wijaya adalah tidak mampu  mengawal perairan di selat Melaka. Pemerintah Majapahit ketika itu jelas kelihatan runtuh dan terpaksa membuat perjanjian dengan Melaka.Perjanjian yang di lakukan pada tahun 1518 M adalah peristiwa penting kerana terpaksa melakukan satu perjanjian dengan Melaka. hal ini menunjukan kemerosotan  Majapahit apabila melakukan perjanjian dengan pemerintah yang dulunya dibewah kekuasaan Majapahit. Sebelum Negara Majapahit lenyap di Nusantara juga merupakan akibat serangan dari Demak.Peristiwa ini jelas menunjukan bahwa setelah zaman keemasan era pemerintahan Hayam Wuruk maka pemerintah kerajaan menjadi yang lemah, tidak bijaksana dalam menangani permasalahan politik yang menyebabkan kerajaan mejapahit kehilangan kewibawaan sehingga pemerintah terakhir sebelum dimusnahkann oleh kerajaan Demak.Akhirnya kerajaan Majapahit jatuh dan tidak dapat dibentuk lagi.
Keadaan Setelah Gajah Mada dan Hayam Wuruk
Kematian gajah mada pada tahun 1364 M adalah titik tolak kemerosotan politik di pusat pemerintahan Majapahit.Sebelum beliau meninggal dunia keadaan Majapahit yang begitu gemilang kerana Majapahit diambang kejayaan.Namun setelah beliau meninggal, maka jabatan beliau tidak ada yang mampu memikul dan terpaksa diserahkan kepada beberapa adipati, ini mengambarkan tiada yang mampu menlanjutkan kedudukan Gajah Madah.Kematian beliau menyedihkan Prabu Hayam Wuruk sebelum wafat kerana tiada yang mampu mengantikan kebijaksanaanya.  Hal ini menyebabkan jabatan Gajah Mada dipimpin oleh empat orang adipati kerajaan, yaitu Warda Menteri (menteri sapuh), Bernama Pu Tading, Tumenggug (mantjanegera) Pu Nala, Menteri Anom Patih dan Perdana Menteri.
Perkara ini mengambarkan bahwa setelah kemangkatan Gajah Madah, politik kerajaan Majapahit mengalami perubahan yang begitu besar.Majapahit terpaksa berusaha mencari yang terbaik untuk mengantikan jabatan yang ditinggalkan oleh Gajah Mada dan kesan dari kejadian tersebut maka bermulalah kemerosotan Majapahit walaupun tidak lagi nyata hingga kemangkatan Prabu Hayam Wuruk.
Dalam keadaan Majapahit yang menghampiri kemerosotan, akhirnya bermula setelah kematian Hayam Wuruk pada 1389 M setelah dua puluh lima tahun kematian Gaja Madah. Kematiannya membawa kemerosotan Majapahit setelah tahta kerajaan beliau DIwariskan kepada menantunya yakni Wikramawardana.Hal ini mengakibatkan bibit-bibit pergolakan politik bermula walaupun pada permulaanya tidak berlaku.Sehingga timbul persoalan siapa yang berhak menguasai tahta kerajaan dari anak silirnya Wirabumi.
Pergolakan Politik dan Perang Saudara
Faktor lain yang membawa kemerosotan kerajaan majapahit adalah disebabkan oleh perang saudara yang terjadi sesudah kematian Hayam Wuruk. Perang saudara yang dikenal sebagai perang Paregreg itu akibat daripada  persoalan warisan pemerintahan yang lebih layak memimpin kerajaan Majapahit. Perang saudara terjadi akibat dari keinginan untuk menduduki tahta kerajaan. Pada masa Hayam Wuruk masih hidup, dia telah mewasiatkan bahwa sesudah beliau wafat tahta kerajaan akan diteruskan oleh menantunya yakni Wirakramawardana suami dari puteri Kasumawardani. Namun Hayam Wuruk juga meningalkan warisan dari selirnya yang bernama Raja Wirabumi yang ditempatkan disebelah timur Jawa. Maka wujud dua keluarga dari keturunan yang sama.  Hal ini menyebabkan berlaku pergolakan politik diantara kuasa pusat yang diperintah oleh Wirakramawardana dan kuasa peringkat daerah yang diperintah oleh Wirabumi dan akhirnya terjadi perang saudara.
Wirabumi tidak patuh terhadap kerajaan pusat kerana Wirakramawardana hanyalah menantu Hayam Wuruk, sedangkan Wirabumi adalah anak dari selir dari Prabu Hayam Huruk.Ini merupakan awal Wirabumi tidak tunduk kepada kerajaan yang berpusat di Majapahit.Maka setelah pergolakan diantara dua keluarga maka, terjadilah perang saudara pada tahun 1404-1406 M yang dikenal sebagai perang Paregreg.
Akibat perang saudara mengakibatakan saling menjatuhkan antara saudara satu dengan yang lainnya.Keadaan ini terbukti pada Ratu Suhita menaiki tahta kerajaan Majapahit pada tahun 1429M. Pemerintahannya berat sebelah karena golongan yang dulu melawan Wirabumi.Hal ini menunjukandendam dikalangan keluarga pemerintah kerajaan yang mengakibatkan pemerintahan pusat tidak lagi aman.
Berdirinya Pecahan Kerajaan Mejapahit
Munculnya Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Fatah telah mengalahkan pertahanan Majapahit, banyak faktor yang membawa kemenangan Demak terhadap Majapahit. Faktor-faktor yang mempengarui terhadap kemenangan Demak adalah disebabkan oleh, fungsi Demak dapat mengusai perdagangan di dua pelabuhan utama yaitu pelabuhan Japara dan Gerisik.Dengan menguasai pelabuhan, Demak dapat menguasai kawasan dataran penanaman padi yang terbentang luas di kawasan tersebut.Kekuasan kerajaan Demak diteruskan oleh Raden Fateh yakni Pati Yunus dia tidak memerintah lama lalu digantikan oleh saudaranya yaitu Teranggana.Pada  pemarintahan Teranggana Demak diambang kegemilangan dan telah mengunakan gelaran sultan.
Kemunculan Demak sebagai kerajaan islam di tanah Jawa  menyebabkan Majapahit semakin terhimpit dalam situasinya yang semakin dalam. Majapahit tidak mampu mempertahankan kewibawaanya dari semua serangan luar.Pada pemerintahan raja terakhir Majapahit, yakni Raja Udara pada tahun 1518 M Majapahit diserang oleh Dipati Yunus yang berkuasa di Demak yang meruntuhkan pusat kerajaan Majapahit. Perkara ini menunjukan Majapahit tidak lagi berdaya untuk mempertahankan kerajaanya walaupun di serang kerajaan kecil yang tidak mempunyai pasukan yang banyak, ini mengambarkan kemerosotan Majapahit yang tidak mampu lagi.
Selain itu, juga diakibatkan munculnya Melaka pada tahun 1400 M. juga karena faktor kemerosotan dan keruntuhan kerajaan Majapahit. Melaka yang disahkan oleh raja Palembang yaitu Paramiswara merupakan anak Sang Aji yang telah membebaskan diri dari lingkungan kerajaan Majapahit setelah dia berkeyakinan akan dapat mewujudkan kerajaan Sriwijaya. Mulai kelihatan kemerosotannya, dia merupakan wakil kerajaan Majapahit untuk memerintah Palembang disamping itu dia adalah menantu Hayam Wuruk.Paramiswara yang telah melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit dengan melakukan penyucian diri yang dikenal sebagai abheseka.Melalui penyucian tersebut Paramiswara telah mengelarkan dirinya sebagai Sri Tri Buana yang membawa makna Maharaja Tiga Buana.  Dengan itu Majapahit menyerang paramiswara ketika di Palembang, lalu melarikan diri ke Temasik (pulau Singgapura) untuk mendapatkan perlindungan dari pemerintah temasik yang merupakan wakil kerajaan Ayudhya di Thailand. Namun beliau akhirnya berpindah ke Muar dimanadia  mendapatserangan dari tentera Ayudhya karena beliau telah membunuh pemerintah Temasik ketika menjadi wakil kerjaan Majapahit. Sehingga sampai ke muara di Bertam lalu mendirikan kerajaan disana.
Setelah beberapa lama akhirnya Melaka muncul sebagai satu kerajaan yang unggul di selat Melaka dan terkenal sebagai pusat perdagang.Kerajaan Malaka mengukuhkan diri dengan bekerjasama terhadap kerajan Cina, hal ini menyebabkan tidak ada kerajaan lain yang berani menyerang Melaka ketika itu termasuklah Majapahit. Kunjungan wakil Maharaja Yung-Lo ke Melaka pada tahun 1404 M mengukuhkan kedudukan Melaka.Perkara ini menandakan bahwa kerajaan Majapahit telah hilang pengaruh di selat Melaka dalam kegiatan perdagangan.Melaka yang terkenal dengan pelabuhan enterpotnya menyebabkan ekonomi Majapahit sudah menurun kerana pelabuhan yang dibawahi kekuasan Majapahit tidak lagi menjadi perhatian oleh para pedagang kerana pelabuhan di bawah Kerajaan Melaka.
Daftar Pustaka
                Slamet Muljana, 2005. Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, (Yogyakarta: Lkis.
            Soejono, R.P. (Ed. dkk.). 2010. Jaman Kuno. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: P.N. Balai Pustaka.
M.C. Ricklefs, 1989. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
            Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid IIJakarta: Balai Pustak.
             Nengah  Bawa  Atmadja, 2010. Genealogi Keruntuhan  Majapahit, Islamisasi, Toleransi, dan Pemertahanan  Agama Hindu di Bali. Yogyakarta: Pustaka belajar.

PEREBUTAN KOTA KONSTANTINOPEL

MAMAN KURNIAWAN / PIS
perebutan konstantinopel oleh tentara islam yang dipimpin oleh sultan al-fatih dengan 250.000 pasukannya yang terbagi diberbagai wilayah untuk mengepung konstantinopel termasuk mengepung wilayah perairan dari konstantinopel itu sendiri, kisah ini di film kan pada tahun 2012 filmnya berjudul Fateh 1453 yaitu kisah tentang perang salib atau perang bangsa islam merebut konstantinopel melawan bansa persia . dari sebagian yang bisa saya ceritakan dan yang saya ketahui selanjutnya saya akan berikan selengkapnya prolog atau kronologi perang yang terjadi pada zaman kekuasaan sultan al-fatih :
لتفتحن القسطنطينية فلنعم الامير اميرها و لنعم الجيش ذلك الجيش
Konstantinopel pasti akan ditaklukkan. Rajanya adalah sebaik-baik raja dan tentaranya adalah sebaik-baik tentara"1, sabda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam di hadapan para Shahabatnya empat belas abad yang lalu. Delapan abad setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata demikian, apa yang beliau kabarkan benar-benar terjadi. Benteng Konstantinopel yang terkenal kuat dan tangguh itu, akhirnya takluk di tangan kaum muslimin. Para Ulama', di antaranya Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyebutkan, "Di antara Dalaa'il Nubuwwah atau tanda-tanda kenabian Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah sabda beliau yang menceritakan kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa depan2."
Pujian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kepada raja dan tentara yang berhasil menaklukkan Konstantinopel, benar-benar melecut semangat jihad para pemimpin serta mujahidin yang hidup setelah beliau. Berkali-kali usaha ini dilancarkan, di antaranya: upaya penaklukan benteng Konstantinopel yang di lancarkan di zaman Mu'awiyah bin Abi Sufyan di bawah komando anaknya Yazid. Turut serta dalam pasukan ini Abu Ayyub al-Anshari, seorang shahabat Rasulullah yang pemberani. Namun usaha ini menemui kegagalan. Abu Ayyub al-Anshari akhirnya gugur ketika mengikuti pertempuran ini. Sebelum beliau wafat, beliau sempat berpesan kepada panglima Bani Umayyah; jika ia wafat, ia ingin sekali dikuburkan di bawah tembok benteng Konstantinopel. Pasukan muslimin pun menjalankan wasiat beliau; mereka menyerbu musuh sambil membawa jasad Abu Ayyub al-Anshari, hingga ketika mereka sampai ke tembok benteng Konstantinopel, para mujahidin menggali lobang, dan menguburkan beliau di situ, sesuai permintaan terakhir beliau3.
Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khalifah Umayyah. Di zaman Khalifah Abbasiyyah, misi yang sama juga di lakukan namun belum menuai kesuksesan, termasuk di zaman Khalifah Harun Arrasyid. Setelah kejatuhan Baghdad 656 H, usaha menawan Konstantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur terutama kerajaan Seljuk. Pemimpinnya Alp Arselan berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonus, pada tahun 463 H. Akibatnya sebagian besar wilayah kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk. Beberapa usaha untuk menaklukkan Konstantinopel juga dilakukan oleh para pemimpin Daulah Utsmaniyyah. Sultan Murad II juga pernah melakukan beberapa kali pengepungan ke benteng tersebut, namun belum menuai hasil. Hingga akhirnya Allah subhanahu wa ta'ala mewujudkan impian kaum muslimin untuk menaklukkan benteng tersebut melalui tangan pemimpin ke-7 Daulah Utsmaniyyah yang terkenal akan kesalehan dan ketakwaannya kepada Allah. Dikisahkan bahwa tentaranya tidak pernah meninggalkan shalat wajib sejak baligh dan separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan solat tahajjud sejak baligh. Sang Sultan sendiri tidak pernah meninggalkan solat wajib, tahajjud dan rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya.
Di samping ketakwaan Sultan dan tentaranya kepada Allah, mereka memiliki semangat jihad yang tinggi, pantang menyerah, dan tidak takut mati. Mereka juga berhasil memainkan taktik perang yang luar biasa. Untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, Sultan dan pasukannya bisa membuat kapal-kapal laut berjalan di atas daratan. Rute darat yang dilalui kapal-kapal Turki bukanlah rute yang mudah. Selain harus melewati jalan yang terjal, jarak yang harus ditempuh pun tidak pendek.4 Bagaimana ceritanya, dan siapakah sosok sang Sultan sendiri, Selamat membaca:
Biografi Singkat Sang Penakluk Benteng Konstantinopel
Sultan Muhammad Tsaniy atau yang lebih dikenal dengan Sultan Muhammad Al Fatih, dilahirkan pada tanggal 26 Rajab tahun 833 H, bertepatan dengan tanggal 20 April 1429 M. Beliau menghabiskan masa kecilnya di kota Adrenah. Ayah beliau, betul-betul mendidik beliau agar menjadi seorang pemimpin kuat lagi saleh. Sultan Murad II melatih dan mendidik anaknya itu dari segala segi. Dalam bidang kesatriaan, beliau dilatih seni berpedang, memanah, dan keterampilan mengendarai kuda. Tidak kalah penting, dalam bidang keagamaan, Ayah beliau mendatangkan beberapa Ulama' pilihan di zamannya untuk mendidik agama beliau, di antaranya adalah Syekh Ahmad bin Ismail Al-Kuroniy, seorang pakar fikih yang juga memiliki pengetahuan yang dalam dalam bidang ilmu Nahwu, Ma'ani, dan Bayan. Beliau adalah seorang ulama' yang diakui keilmuannya oleh para ulama' lainnya yang hidup di masanya. Bahkan Muhammad al-Fatih menyebutnya sebagai "Abu Hanifah zamannya". Di samping itu, Muhammad al-fatih juga mewarisi sikap pemberani dan tidak mudah putus asa dari ayahnya. Beliau mempelajari ilmu perang, strategi pertempuran, teknik mengepung kota dan beberapa wawasan kemiliteran lainnya. Muhammad al-Fatih juga gemar mempelajari sejarah Islam mulai dari zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hingga zaman beliau hidup saat itu, kisah sejarah yang dipenuhi kisah-kisah kepahlawanan dan kesatriaan para pahlawan Islam. Hal-hal yang kelak mendukung langkah beliau dalam pertempuran untuk menaklukkan benteng Konstantinopel.
Muhammad al-Fatih pun tumbuh menjadi seorang pemuda yang perkasa dan saleh di bawah didikan ayah dan guru-gurunya. Tinggi badannya sedang-sedang saja, namun anggota tubuh beliau menceritakan keperkasaannya. Muhammad al-Fatih sangat mahir mengendarai kuda dan pandai memainkan senjata. Beliau dikenal sebagai sosok yang pemberani, adil dalam memutuskan perkara, dalam pengetahuan agama dan sastranya, zuhud lagi wara' terhadap dunia, serta memiliki pandangan ke depan yang tajam. Sang penakluk Konstantinopel ini juga sangat rajin beribadah. Beliau jarang sekali shalat kecuali di Masjid Jami'. Beliau juga dikenal sebagai penguasa yang dekat dengan Ulama'.5
Semenjak kecil, Sultan Muhammad telah mengamati upaya-upaya ayahnya, Sultan Murad II, untuk menaklukkan Konstantinopel. Beliau juga mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat dalam dirinya untuk meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika beliau naik tahta -pada usia yang sangat muda- menggantikan ayahnya pada tahun 855 H, beliau mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menaklukkan Konstantinopel6.
Benteng Konstantinopel
Konstantinopel, adalah salah satu bandar terkenal di dunia. Semenjak kota ini didirikan oleh maharaja Bizantium yakni Constantine I, ia sudah menyita perhatian masyarakat dunia saat itu; selain karena faktor wilayahnya yang luas, besar bangunannya, kemegahan dan keindahan arsitekturnya, Konstantinopel juga memiliki kedudukan yang strategis. Hal ini yang membuatnya juga mempunyai tempat istimewa ketika umat Islam memulai perkembangannya di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam, seperti dinyatakan oleh beliau dalam hadistnya.
Dibalik kemegahan Kota ini, Konstantinopel juga dikenal memiliki pertahanan militer yang terkenal kuat. Benteng raksasa yang berdiri kokoh, disertai para prajurit yang siap dengan berbagai macam senjatanya, selalu siap menyambut setiap pasukan yang hendak menyerang benteng ini. Tidak ketinggalan, galian parit yang besar membentang mengitari benteng ini, semakin menambah kesan bahwa kota ini mustahil ditaklukkan. Cukuplah kegagalan-kegagalan ekspedisi jihad umat Islam sebelumnya untuk menguasai kota ini, sebagai bukti akan ketangguhan pertahanannya.7
Namun semua ini tidak membuat semangat Sultan Muhammad Tsaniy menjadi surut. Beliau yakin mampu mewujudkan impian umat Islam untuk menaklukkan benteng itu. Selain berbekal doa dan tawakkal kepada Allah, beliau juga menyiapkan taktik-taktik pertempuran yang matang disertai angkatan perang dalam jumlah besar untuk menaklukkan Konstantinpel.
Perjalanan Menuju Penaklukan Benteng Konstantinopel
1. Persiapan perang kedua belah pihak.
Sebagai langkah awal untuk mewujudkan impian ini, Sultan Muhammad Tsaniy terlebih dahulu mengumumkan pengumuman perang terhadap Konstantinopel. Kemudian pemimpin ke-7 Daulah Utsmaniyah ini datang mengepung benteng Konstantinopel bersama 50.000 pasukannya. Setelah mengepung selama tiga hari, Sultan Muhammad kemudian menarik kembali pasukannya pulang.
Belajar Islam – Sultan Muhammad Al-Fatih Bagian 2 Selama pengepungan yang berlangsung selama tiga hari ini memang tidak terjadi kontak senjata di antara kedua belah pihak. Namun tujuan utama Sultan Muhammad al-Fatih mengadakan pengepungan ini bukan untuk menjebol benteng Konstantinopel seketika itu juga, tetapi lebih ditujukan untuk mengenal lebih jauh kondisi benteng Konstantinopel dari jarak dekat; bagaimana struktur militer dan menara-menara pertahanan yang mengitari benteng tersebut. Sehingga ke depan bisa diambil strategi yang tepat untuk menaklukkan kota bandar ini.
Penguasa Konstantinopel langsung memerintahkan bawahannya untuk menangkapi setiap orang Turki yang ada di kotanya, sebagai balasan atas pernyataan perang Sultan Muhammad. Sadar bahwa Sultan Muhammad al-Fatih semakin berhasrat untuk menyerang mereka, tentara Konstantinopel semakin memperkuat pertahanan benteng mereka; orang-orang Konstantinopel merenovasi tembok benteng mereka yang rusak akibat di makan usia dan bekas serangan-serangan yang pernah di lancarkan sebelumnya. Selain menyiapkan peralatan perang mereka, para penguasa Konstantinopel juga mengirim utusan ke Eropa untuk meminta bantuan kepada sekutu-sekutu mereka yang ada di sana.
Para sekutu di Eropa pun menjawab permintaan rekan-rekan mereka di Konstantinopel dengan mengirimkan beberapa kapal yang berisi bala bantuan untuk mereka. Pakar strategi perang juga turut mereka sertakan dalam rombongan tersebut untuk memperkuat pertahanan benteng Konstantinopel dari gempuran musuh yang sewaktu-waktu hendak menyerang mereka.
Segera setelah sampai di Konstantinopel, pakar strategi perang yang dikirimkan Eropa segera melaksanakan tugasnya. Mereka siap melindungi Konstantinopel hingga titik darah penghabisan. Selanjutnya penguasa Konstantinopel memerintahkan peletakan rantai besi yang kuat di daerah teluk. Rantai besi ini akan ditarik hingga ke permukaan air jika ada kapal yang hendak masuk tanpa seizin mereka. Hal ini menyebabkan mereka memiliki kuasa penuh untuk mengendalikan lewatnya kapal-kapal yang ingin memasuki wilayah mereka dan mencegah armada laut Daulah Utsmaniyah yang mencoba mendekati Konstantinopel dari arah teluk.8
2. Midfa' Sulthoniy, meriam raksasa penggetar Konstantinopel.
Persiapan Sultan Muhammad al-Fatih juga tidak kalah matang dari musuhnya untuk menggempur mereka. Sultan mengambil tindakan untuk menguasai semua perkampungan yang ada di sekitar benteng Konstantinopel. Hal ini berakibat putusnya jalur komunikasi antara Konstantinopel dengan Negara-negara lain. Selain itu, semangat jihad para pasukan Sultan juga semakin menggelora. Mereka ingin segera berperang untuk meninggikan agama Islam, meraih syahid di jalan Allah, serta pahala yang besar dari sang pencipta. Para Ulama' juga tidak ketinggalan berada di tengah-tengah pasukan untuk membakar semangat jihad mereka.
Di tengah upaya Sultan Muhammad al-Fatih mematangkan persiapan pasukannya untuk berperang, secara tidak di sangka-sangka datang seorang ahli pembuat meriam dari kota Konstantinopel menawarkan jasa keahliannya membuat meriam kepada Sultan Muhammad al-Fatih. Sebelumnya lelaki ini bekerja untuk Konstantinopel. Namun karena penguasa Konstantinopel tidak kunjung membayar upah yang dijanjikan sebelumnya kepadanya, ia akhirnya membelot dan menawarkan jasanya kepada Sultan. Bak mendapat durian runtuh, Sultan Muhammad langsung menyambut tawaran emas dari sang ahli pembuat meriam ini. Sultan memberinya banyak harta dan fasilitas lengkap kepadanya untuk segera memulai pekerjaannya. Proyek besar ini sendiri dibantu oleh para arsitek senjata asal Turki dan pengawasannya dibawahi langsung oleh Sultan sendiri.
Selang tiga bulan kemudian, ahli pembuat meriam ini sukses menyelesaikan penggarapan sejumlah meriam untuk memperkuat pasukan militer Sultan. Di antaranya terdapat sebuah meriam raksasa yang belum pernah dibuat sebelumnya di muka bumi ini. Beratnya sekitar tujuh ratus ton. Peluru meriamnya juga memiliki ukuran yang sangat besar. Diperlukan seratus ekor kerbau ditambah seratus orang laki-laki yang kuat untuk menarik atau memindahkan meriam ini dari satu tempat ke yang tempat lain. Meriam ini akhirnya kondang dengan nama Midfa' Sulthoniy atau meriam sang Sultan.
Sebelum uji coba meriam raksasa ini dilangsungkan, Sultan terlebih dahulu memperingatkan warganya agar tidak terkejut dengan kerasnya suara tembakannya. Ketika diuji coba, suara dentumannya terdengar hingga jarak tiga belas mil jauhnya. Peluru meriam tersebut akhirnya jatuh dan membuat lubang sedalam enam kaki. Sungguh luar biasa! Sultan gembira sekali setelah mengetahui hasil yang memuaskan dari uji coba meriam ini. Kemampuan meriam ini semakin menambah rasa percaya diri Sultan Muhammad Tsaniy dan pasukannya untuk menaklukkan benteng Konstantinopel. Sultan juga tidak lupa memberi bonus kepada sang ahli atas jerih payahnya yang telah mengarsiteki pembuatan meriam raksasa ini.9
3. Awal pengepungan
Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya Sultan Muhammad al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada bulan April 1453 M bersama 250.000 orang lebih tentaranya. Kemudian Sultan bersama dengan para staf militernya menyusun strategi perang untuk menggempur benteng Konstantinopel; Pasukan infanteri10, kavaleri11, dan artileri12 diperintahkan untuk mengambil posisinya masing-masing. Pasukan regular13 dan beberapa regu khusus bersama dengan pasukan non-reguler mengemban tugas utama untuk mengepung benteng sekaligus menyerangnya. Ada juga pasukan yang disiapkan Sultan untuk menggempur benteng dari arah pintu Rumanus –sisi ini adalah daerah yang paling lemah pertahanannya-, kelompok ini bertugas membantu penyerangan pasukan utama sekaligus mendobrak benteng dari sisi ini. Armada laut Sultan juga tidak ketinggalan ambil bagian dari pengepungan ini; tiga ratus kapal perang -baik yang berukuran kecil hingga yang besar- juga turut mengepung Konstantinopel dari arah laut. Selain itu, Armada laut Sultan juga bertugas; mencegah bala bantuan yang mungkin datang dari arah laut menuju Konstantinopel, menyerang kapal-kapal musuh yang menjaga teluk, menghancurkan rantai besi yang diletakkan tentara Konstantinopel di teluk yang telah membuat kapal-kapal Sultan tidak bisa memasuki teluk karena terhalang olehnya.
Setelah semua pasukan mengambil posisinya, Sultan mengirim pesan kepada penguasa Konstantinopel agar mau menyerahkan kota secara baik-baik kepada kaum muslimin. Jika hal itu dilakukan, Sultan berjanji untuk memperlakukan masyarakat Konstantinopel dengan baik dan menjamin keselamatan jiwa, harta, serta kebebasan beragama mereka. Namun tawaran Sultan ini ditolak mentah-mentah oleh pemimpin Konstantinopel. Mereka merasa yakin akan kekuatan pertahanan benteng mereka serta bala bantuan dari para sekutu.14

4. Gambaran benteng pertahanan.
Jika dilihat dari udara, benteng yang mengitari Konstantinopel memiliki bentuk seperti segitiga. Salah satu sisinya menghadap laut Marmaroh, sisi yang satunya lagi menghadap ke teluk, dan sisi yang terakhir menghadap ke daratan yang mengarah ke Eropa –di sisi inilah pasukan utama Sultan berada-. Benteng ini dikelilingi oleh parit selebar enam puluh kaki untuk merintangi gerakan musuh yang berusaha mendekat.
Untuk menerobos benteng ini, Sultan Muhammad al-Fatih membagi posisi pasukannya sebagai berikut:
Regu pertama:
Maymanah : Terdiri dari pasukan Anadhol yang dikomandoi oleh Ishaq Pasya dan Mahmud Bek. Pasukan ini mengambil posisi berhadapan dengan pintu Midfa'.
Regu kedua:
Maysaroh : Terdiri dari beberapa pasukan yang dipimpin Qurjah Pasya. Pasukan ini mengambil posisi yang berhadapan dengan pintu Adrenah.
Regu ketiga:
Qolb : terdiri dari pasukan utama dan pasukan pilihan yang dipimpin sendiri oleh Sultan Muhammad al-Fatih. Posisi pasukan ini berhadapan dengan pintu Midfa'. Dan di belakang posisi pasukan inilah Sultan mendirikan kemah yang berfungsi sebagai pusat komando jalannya pertempuran pasukan beliau.15
5. Jalannya pertempuran.
Raja Konstantinopel mengirimkan utusannya untuk menyampaikan pesan kepada Sultan Muhammad agar mau mengurungkan niatnya menyerang Konstantinopel, tetapi Sultan malah balik berkata kepada utusan raja Konstantinopel: "Katakan kepada rajamu, agar mau menyerahkan Konstantinopel secara baik-baik kepadaku. Saya berjanji bahwa pasukan saya tidak akan mengganggu jiwa, harta, dan kehormatan seorang pun yang ada di dalam kota…". Setelah mendengar pesan balasan dari Sultan, maka raja Konstantinopel semakin yakin kalau perang tidak dapat dihindari lagi. Pintu-pintu masuk ke kota Konstantinopel segera ditutup rapat dan para prajurit Konstantinopel bersiap-siap menghadapi serangan.
Meriam-meriam pasukan Turki segera menyalak dan memuntahkan serangannya yang menakutkan ke arah Konstantinopel begitu turun perintah serangan dari Sultan. Meriam-meriam ini terus menerus menembakkan pelurunya siang dan malam tanpa henti. Suara dentumannya yang mengenai dinding-dinding benteng terdengar begitu menakutkan, terutama di waktu malam. Hati penduduk Konstantinopel pun dipenuhi rasa takut dan kengerian yang luar biasa begitu mendengar suara ledakannya yang sangat keras. Masyarakat Konstantinopel hanya bisa berdiam diri tanpa tahu apa yang harus mereka berbuat menyaksikan hal itu. Mereka juga tidak mengira sebelumnya bahwa ada meriam di atas muka bumi ini yang mempunyai kemampuan seperti yang dimiliki oleh Sultan Muhammad Tsaniy. Kedua belah pihak, baik pasukan Turki maupun pasukan Konstantinopel bertempur mati-matian menghadapi serangan dari sang lawan. Pasukan penjaga benteng Konstantinopel bergerak cepat memperbaiki dinding-dinding benteng yang rusak akibat terkena tembakan meriam Sultan. Di sisi lain, pasukan artileri terus-menerus menembakkan meriam mereka guna merapuhkan fisik benteng Konstantinopel agar bisa di terobos oleh pasukan infanteri Sultan. Di bawah derasnya hujan peluru meriam yang menghujani benteng, pasukan infanteri Sultan dengan gagah berani bergerak mendekat ke arah benteng tanpa takut mati.
Tembakan peluru yang terus menerus dilontarkan meriam Sultan akhirnya membuahkan hasil; beberapa bagian benteng rusak dan puing-puing bahan bangunan dari benteng tersebut serta pecahan-pecahan peluru meriamnya berjatuhan sehingga memenuhi parit yang ada di bawahnya, hal ini membuat pasukan lawan bisa melintasinya dengan mudah. Melihat hal itu, pasukan Sultan segera bergerak merangsek masuk ke dalam benteng. Mereka memanjat tembok benteng dengan menggunakan tangga. Beberapa dari mereka bahkan sampai ke daerah yang ada di dalam benteng. Pergerakan pasukan Sultan ini langsung mendapat sambutan dari pasukan musuh yang menjaga benteng di atas. Pertempuran sengit terjadi di antara kedua belah pihak. Pasukan pemanah yang berada di atas benteng segera menghujani pasukan Sultan yang mencoba menerobos masuk. Pertempuran mematikan ini berlangsung hingga malam hari dan akhirnya berhenti setelah Sultan Muhammad al-Fatih memutuskan untuk menarik mundur pasukannya.
Di waktu yang sama, kapal-kapal perang Sultan berusaha menghancurkan rantai besi yang menghalangi pergerakan armada laut Sultan untuk bisa masuk ke Teluk. Namun kapal-kapal Bizantium dan Italia yang berada di belakang rantai tersebut tidak tinggal diam melihat upaya kapal-kapal Sultan. Mereka dengan mudah menembaki kapal-kapal Sultan yang umumnya berukuran lebih kecil dari kapal-kapal Bizantium dan Konstantinopel hingga membuat armada laut Sultan mundur dari pertempuran.
Meskipun angkatan laut Sultan sudah mempersiapkan persenjataan secara matang, dan jumlah kapal-kapalnya cukup banyak, tetapi mereka kalah pengalaman dan wawasan militer dalam hal pertempuran di laut dibandingkan dengan tentara laut Bizantium dan Italia. Tentara laut Turki tidak mampu mengimbangi permainan tempur yang dimainkan pasukan musuh yang notabenenya lebih berpengalaman. Hingga akhirnya armada laut Turki mundur dari pertempuran yang disambut sorak-sorai kegembiraan armada laut musuh karena keberhasilan mereka memukul mundur kapal-kapal perang Sultan.
Keberhasilan pasukan darat dan laut Konstantinopel menahan gerakan lawan, membuat rakyat Konstantinopel gembira. Mereka semakin yakin bahwa tentara Daulah Utsmaniyyah tidak akan mampu menerobos pertahanan benteng. Raja Konstantinopel pergi ke gereja Santa Sofiya untuk mengucap puji dan syukurnya kepada tuhan, atas keberhasilan mereka menghadapi serangan Sultan Muhammad al-Fatih.
Di sisi bumi yang lain, kegagalan pasukan Turki dalam beberapa pertempuran melawan pasukan Konstantinopel tidak membuat Sultan Muhammad al-Fatih gigit jari. Justru beliau semakin bersemangat untuk menggapai cita-citanya, yaitu menaklukkan Konstantinopel. Untuk itu beliau memutar keras otaknya; taktik dan strategi perang apa lagi yang harus digunakan untuk menyerang musuh.
DAFTAR PUSTAKA
Dalaa'il Nubuwwah, karya Syeikhul Islam Ibnu Taymiyyah hal 46.
As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi, hal 43 dan Mehmed II