SISTEM POLITIK DAN SOSIAL BUDAYA DI JEPANG

 MAMAN KURNIAWAN / PIS
Negara Jepang adalah salah satu negara besar yang berada di Asia Timur. Jepang adalah sebuah negara kepulauan yang berada di Asia Timur dan wilayah tidak luas seperti negara Indonesia. Namun Jepang dapat membuktikan bahwa mereka adalah bangsa maju. Negara Jepang dapat mengalahkan negara-negara Asia lainnya, Jepang sudah maju dalam berbagai hal terutama dalam bidang teknologi. Hampir di seluruh dunia mengetahui sepak terjang negeri sakura ini.
Dalam perjalanannya, bangsa Jepang ternyata telah melewati aliran waktu sejarah yang panjang, hingga akhirnya terbentuklah karakter mereka seperti yang dapat kita saksikan dewasa ini. Pada pokok bahasan ini kami berusaha membagi periodisasi Jepang dan membaginya menjadi tiga bagian yaitu masa klasik, masa feodal dan masa modern Jepang.
Negara Jepang adalah Negara kepulauan yang menyerupai bentuk garis melengkung yang terbentang dari timur laut ke barat di lautan bagian timur benua Asia. Luas wilayah kurang lebih 370.000 KM², kurang lebih 1/27 luas daratan Cina atau 1/5 luas wilayah Indonesia.
1.    Zaman Klasik Jepang
NO
ZAMAN
SISTEM POLITIK
SISTEM SOSIAL BUDAYA
1
Zaman Kofun (sekitar 250 Masehi-538 Masehi)
Pada zaman ini sudah terdapat negara-negara militer yang kuat dengan klan-klan berpengaruh sebagai penguasa. Salah satu di antaranya terdapat negara Yamato yang dominan, dan berpusat di Provinsi Yamato dan Provinsi Kawachi. Negara Yamato berlangsung dari abad ke-3 hingga abad ke-7, dan merupakan asal garis keturunan kekaisaran Jepang. Sistem kekaisaran juga mengambil model dari Cina. Hubungan yang erat antara Jepang dengan Tiga Kerajaan Korea dimulai pertengahan zaman Kofun, sekitar akhir abad ke-4.
Sesuai dengan keadaan alamnya, orang Yamato sudah pandai berlayar menggunakan perahu- perahu kecil, sehingga kemungkinan mereka telah mengenal perdagangan. Alat tukar(uang) mereka belum mengenal. Sistem keagamaan masih sangat sederhana. Mereka mempercayai roh- roh nenek moyang. Kemudian lahir agama Shinto yang merupakan asli agama Jepang.Nama zaman ini berasal dari tradisi orang zaman itu untuk membuat gundukan makam (tumulus) yang disebut kofun. Negara Yamato yang berkuasa atas klan-klan lain dan memperoleh lahan-lahan pertanian mempertahankan pengaruh yang kuat di Jepang bagian barat. Masyarakat dibagi menjadi strata berdasarkan profesi.
2
Zaman Asuka (538-710 Masehi )
Negara Jepang purba Yamato secara bertahap menjadi negara yang tersentralisasi. Negara Jepang purba sudah memiliki undang-undang seperti dinyatakan dalam Undang-Undang Taihō dan butir-butir Reformasi Taika. Konstitusi yang disusunnya dipengaruhi oleh pemikiran Konfusianisme tentang berbagai moral dan kebajikan yang diharapkan masyarakat dari pejabat pemerintah dan abdi kaisar.
Dimulai dengan Perintah Reformasi Taika tahun 645, Jepang semakin giat mengadopsi praktik-praktik budaya Cina, melakukan reorganisasi pemerintahan, serta menyusun undang-undang pidana (Ritsuryō) dengan mengikuti struktur administrasi Cina pada waktu itu. Istilah Nihon (日本?) juga mulai dipakai sebagai nama negara sejak zaman Asuka.
Masuknya agama Buddha di Jepang mengakibatkan orang tidak lagi membuat makam berbentuk kofun. Agama Buddha masuk ke Jepang sekitar tahun 538 melalui Baekje yang mendapat dukungan militer dari Jepang. Penyebaran agama Buddha di Jepang dilakukan oleh kalangan penguasa. Pangeran Shōtoku mendedikasikan dirinya dalam penyebaran Buddhisme dan kebudayaan Cina di Jepang. Ia berjasa menyusun Konstitusi 17 Pasal yang membawa perdamaian di Jepang.
3
Zaman Nara (710-794 Masehi)
Zaman Nara pada abad ke-8 ditandai oleh negara Jepang yang kuat. Pada tahun 710, Kaisar Gemmei mengeluarkan perintah kekaisaran yang memindahkan ibu kota ke Heijō-kyō yang sekarang bernama Nara. Heijō-kyō dibangun dengan mencontoh ibu kota Dinasti Tang di Chang'an (sekarang disebut Xi'an).
Sepanjang zaman Nara, perkembangan politik sangat terbatas. Anggota keluarga kekaisaran berebut kekuasaan dengan biksu dan bangsawan, termasuk dengan klan Fujiwara. Hubungan luar negeri berlangsung dengan Silla dan hubungan formal dengan Dinasti Tang. Pada 784, ibu kota dipindahkan ke Nagaoka-kyō untuk menjauhkan istana dari pengaruh para biksu, sebelum akhirnya dipindahkan ke Heian-kyō (Kyoto).
Sejak zaman Nara, kekuasaan politik tidak selalu berada di tangan kaisar, melainkan di tangan bangsawan istana, shogun, militer, dan sekarang di tangan perdana menteri.
         Zaman Nara merupakan puncak pertama dalam perkembangan budaya Jepang. Dari segi arsitektur, banyak bangunan atau kuil yang didirikan dengan meniru gaya bangunan Cina. Dalam kesusastraan dihasilkan Kojiki (cerita zaman kuno) dan Nihongi atau Nihonshoki (sejarah jepang). Kojiki selesai ditulis pada tahun 712 M dan dikumpulkan oleh Onoyasumaro. Nihongi selesai ditulis pada tahun 720 dan dikumpulkan oleh Toneri Shinno. Penulisan keduanya dilakukan dengan bantuan orang Cina dan Korea. Karena pada saat penyusunannya orang Jepang belum punya huruf sendiri dan belum pintar menulis. Para ahli sejarah menyatakan bahwa sebagian cerita/sejarah dalam Nihongi bukanlah sejarah yang sebenarnya, terutama sejarah sebelum tahun 400 M. Misalnya dalam Nihongi dikatakan bahwa pemerintahan kaisar Jinmu dimulai sejak tahun 660 SM – 581 SM, padahal setelah ditelusur kaisar Jinmu memerintah sejak permulaan abad Masehi. Banyak hal yang bukan dari zaman purba dimasukkan ke dalamnya. Diperkirakan kebohongan itu ditulis dengan tujuan politik dan agama untuk mempertinggi martabat kerajaan dan memberikan bukti adanya zaman purbakala. Ada juga Fudoki (legenda dan profil tiap daerah), dan Manyōshū (kumpulan puisi. Ada sekitar 4500 puisi). Manyōshū ditulis dengan Manyōgana yaitu tulisan dengan struktur bahasa Cina (Kanji) tetapi menggunakan cara baca Jepang.
4
Zaman Heian (794-1185 Masehi )
Kekuasaan politik istana kekaisaran berada di tangan segelintir keluarga bangsawan yang disebut kuge, khususnya klan Fujiwara yang berkuasa dengan gelar Sesshō and Kampaku.
Pada akhir zaman Heian bermunculan berbagai klan samurai. Empat klan samurai yang paling kuat adalah klan Minamotoklan Tairaklan Fujiwara, dan klan Tachibana. Memasuki akhir abad ke-12, konflik antarklan berubah menjadi berbagai perang saudara seperti Pemberontakan Hōgen dan Pemberontakan Heiji. Setelah berakhirnya Perang Genpei, Jepang berada di bawah pemerintahan militer oleh klan-klan samurai di bawah pimpinan seorang shogun.
Puncak kejayaan istana kekaisaran di bidang puisi dan sastra terjadi pada zaman Heian. Pada awal abad ke-11, Murasaki Shikibu menulis novel Hikayat Genji yang hingga kini merupakan salah satu dari novel tertua di dunia. Pada zaman Heian selesai disusun naskah tertua koleksi puisi Jepang, Man'yōshūdan Kokin Wakashū.
Pada zaman Heian berkembang berbagai macam kebudayaan lokal, misalnya aksara kana yang asli Jepang. Pengaruh budaya Cina surut setelah sampai di puncak keemasan.
2.    Zaman Feodal Jepang
NO
ZAMAN
SISTEM POLITIK
SISTEM SOSIAL BUDAYA
1
Zaman Kamakura (1185-1333 )
Abad pertengahan berlangsung selama hampir 700 tahun ketika pemerintah pusat, istana, dan Kaisar Jepang umumnya hanya menjalankan fungsi-fungsi seremonial. Urusan sipil, militer, dan kehakiman dikendalikan oleh kelas samurai. Secara de facto, penguasa negeri kekuasaan politik berada di tangan shogun yang berasal dari klan samurai yang terkuat.
Pada 1185, Minamoto no Yoritomo menghancurkan klan Taira yang merupakan musuh bebuyutan klan Minamoto. Setelah pada tahun 1192 diangkat oleh Kaisar sebagai Seii Tai-Shogun, Yoritomo mendirikan pemerintahan militer di Kamakura dan berkuasa sebagai shogun pertama Keshogunan Kamakura. Setelah wafatnya Yoritomo, klan Hōjō menjadi klan yang berpengaruh dan bertugas sebagai wali shogun.
Zaman Kamakura berakhir setelah runtuhnya kekuasaan Keshogunan Kamakura pada tahun 1333. Kekuasaan dikembalikan ke tangan kekaisaran di bawah pemerintahan Kaisar Go-Daigo dalam masa Restorasi Kemmu (1333-1336) yang hanya berlangsung singkat. Pemerintahan Go-Daigo kembali ditumbangkan oleh Ashikaga Takauji.
Peristiwa terbesar dalam periode Kamakura adalah invasi Mongol ke Jepang antara 1272 dan 1281. Pasukan Mongol dengan teknologi angkatan laut dan persenjataan yang unggul mencoba menyerbu ke kepulauan Jepang. Angin topan yang kemudian dikenal sebagai kamikaze (angin dewa) membuat kekuatan invasi Mongol tercerai-berai.
Meskipun demikian, beberapa sejarawan bersikeras bahwa pertahanan pantai yang dibangun Jepang di Kyushu cukup memadai untuk mengusir para penyerbu. Walaupun invasi Mongol berhasil digagalkan, usaha mengatasi serbuan bangsa Mongol menyebabkan berakhirnya kekuasaan keshogunan akibat kekacauan politik dalam negeri.
2
Zaman Muromachi
(1336-1573)
Kekuasaan pemerintah berada di tangan Keshogunan Ashikaga yang juga disebut Keshogunan Muromachi. Pendiri Keshogunan Ashikaga adalah Ashikaga Takauji yang merebut kekuasaan politik dari Kaisar Go-Daigo dan sekaligus mengakhiri Restorasi Kemmu. Zaman Muromachi berakhir pada tahun 1573 ketika shogun ke-15 sekaligus shogun Muromachi terakhir, Ashikaga Yoshiaki diusir dari ibu kota Kyoto oleh Oda Nobunaga.
Tahun-tahun awal zaman Muromachi juga disebut zaman Nanboku-cho atau zaman Istana Utara-Istana Selatan ketika kekuasaan istana terbelah dua menjadi Istana Utara dan Istana Selatan. Sejak tahun 1467 hingga berakhirnya zaman Muromachi disebut sebagai zaman Sengoku atau "zaman negara-negara bagian yang berperang". Pada zaman Sengoku terjadi perang saudara dan perebutan kekuasaan antarprovinsi.
Pada masa ini pula terjadi kontak pertama Jepang dengan orang-orang Barat yang disebut Perdagangan dengan Nanban ketika pedagang-pedagang Portugis tiba di Jepang.
Sebuah kapal Portugis yang berlayar ke Cina terkena badai dan merapat di sebuah pulau Jepang bernama TanegashimaSenjata api yang diperkenalkan oleh orang Portugis membawa kemajuan teknologi militer dalam periode Sengoku, dan berpuncak pada Pertempuran Nagashino yang melibatkan pasukan samurai yang dipersenjatai dengan 3.000 pucuk arquebus (jumlah sebenarnya diperkirakan sekitar 2.000 pucuk). Selama perdagangan dengan Nanban, para pedagang dari negara-negara lainnya, Belanda, Inggris, dan Spanyol juga ikut berdatangan. Kedatangan para pedagang juga membawa penyebar agama Kristen, Serikat YesuitOrdo Dominikan, dan misionarisFransiskan
3
Zaman Azuchi-Momoyama
(1573-1603)
Jepang bersatu secara militer dan negara menjadi stabil di bawah kekuasaan Oda Nobunaga yang dilanjutkan oleh Toyotomi Hideyoshi. Istilah zaman Azuchi-Momoyama berasal dari nama istana (kastil) yang menjadi markas kedua pemimpin besar, Nobunaga di Istana Azuchi dan Hideyoshi di Istana Momoyama.
Setelah berhasil menyatukan Jepang, Hideyoshi berusaha memperluas wilayah dengan melakukan invasi ke Korea. Dua kali usaha penaklukan Korea berakhir dengan ditarik mundurnya pasukan Hideyoshi dari Semenanjung Korea pada tahun 1598 akibat dikalahkan pasukan gabungan Korea dan Cina, serta wafatnya Hideyoshi.
Konflik suksesi pasca-Hideyoshi berakhir dengan munculnya Tokugawa Ieyasu sebagai pemimpin baru Jepang. Kekuasaan pemerintahan beralih ke tangan Ieyasu setelah mengalahkan pasukan pendukung Toyotomi Hideyori dalam Pertempuran Sekigahara.
         Dari segi arsitektur, bangunan dibuat secara mewah. hal itu terlihat dari istana Azuchi, istana Momoyama dan istana Oosaka. Dari segi seni, kebiasaan minum teh juga makin berkembang dan kebiasaan tersebut ditetapkan sebagai suatu tatacara minum teh yang disebut Sadō. Dari segi bahasa, kosakata asing mulai masuk karena pada zaman ini perdagangan dengan bangsa barat dibuka.
3.    Zaman Modern Jepang
NO
ZAMAN
SISTEM POLITIK
SISTEM SOSIAL BUDAYA
1
Zaman Edo (1603-1868)
Pada zaman Edo adalah pemerintahan otonomi daerah berada di tangan lebih dari dua ratus pejabat daimyo. Sebagai klan terkuat, pemimpin klan Tokugawa dari generasi ke generasi menjabat sebagai shogun (sei-i taishōgun). Keshogunan Tokugawa yang bermarkas di Edo (sekarang Tokyo) memimpin para daimyo di masing-masing daerah otonom yang disebut domain (han).
Kelas samurai ditempatkan oleh keshogunan di atas kelas rakyat biasa, petani, perajin, dan pedagang. Keshogunan mengeluarkan undang-undang yang mengatur segala aspek kehidupan, dimulai dari potongan rambut dan busana untuk masing-masing kelas dalam masyarakat. Shogun mewajibkan para daimyo secara bergantian untuk bertugas di Edo. Mereka disediakan rumah kediaman mewah di Edo agar tidak memberontak. Kekuatan militer daimyo daerah ditekan, dan diharuskan meminta izin dari pusat sebelum dapat memperbaiki fasilitas militer. Keshogunan Tokugawa runtuh setelah Perang Boshin 1868-1869.
Zaman Edo adalah zaman keemasan seni lukis ukiyo-e dan seni teater kabuki dan bunraku. Sejumlah komposisi terkenal untuk kotodan shakuhachi berasal dari zaman Edo.
2
Meiji (1868-1912)
Struktur pemerintahan pusat atau daijō kan yang dibentuk pada tahun 1868, merupakan kombinasi antara struktur pemerintahan pada periode Nara dan Heian dan sistem pemerintahan di barat. Daijō kan terdiri dari lembaga legislatif, lembaga eksekutif, urusan Shinto, keuangan, militer, hubungan luar negeri, dan urusan dalam negeri. Kementerian Kehakiman dibuat terpisah, sama seperti yang diterapkan di barat.
Dan pada tahun 1871, bentuk pemerintahan daerah yang dikuasai oleh daimyō  atau klan tertentu dihapuskan melalui haihanchiken . Dengan peraturan ini, diperkenalkan sistem sentralisasi dengan pengontrolan penuh dari pemerintah pusat. Selanjutnya pemerintah pusat membentuk dewan perwakilan di setiap prefektur, municipal, kota dan desa.
Adapun pemerintah pusat mengadakan reorganisasi pada tahun 1869 untuk memperkuat kekuasaan pusat, dengan membentuk Majelis Nasional sebagai lembaga tertinggi, membentuk Dewan Penasihat atau sangi  dan delapan kementrian yaitu, Kementerian Dalam Negeri, Kementrian Luar Negeri, Keuangan, Angkatan Darat, Angkatan Laut, Urusan Rumah tangga kekaisaran, Kehakiman, Pekerjaan Umum, dan Pendidikan.
Sekalipun Majelis Nasional adalah lembaga tertinggi, sistem pengambilan keputusan dilakukan secara tertutup oleh hanbatsu atau oligarki Meiji yang beranggotakan klan-klan yang mendirikan dinasti Meiji yaitu Klan Satsuma, Chōshuu, Tosa, Hizen, dan dari Pengadilan Kerajaan). Sistem oligarki menyebabkan kecemburuan di kalangan klan yang lain, dan memicu gerakan pembentukan Konstitusi Jepang.
Modernisasi di bidang kebudayaan terus dilakukan pada tahun 1872 (meiji V), pemerintah menetapkan sistem pendidikan di mana masyarakat yang memiliki pekerjaan dan status macam apapun dapat mengikuti pendidikan. Selain itu, pemerintah Meiji pun mengirimkan banyak mahasiswa ke negara-negara Eropa dan Amerika dan mengundang banyak ahli teknik dari negara-negara Barat. Kebudayaan Barat yang maju pun diadopsi oleh pemerintah. Di bidang kehidupan sehari-hari, diberlakukan kalender Solar Gregorian, agama Kristen akhirnya diakui karena adanya kritik-kritik dari luar negeri. Teknik cetak berkembang sehingga koran yang menyebarluaskan politik dan humaniora banyak diterbitkan. Kebudayaan di kota-kota besar yang merupakan salah satu kebudayaan yang menghasilkan kombinasi seni cetak balok kayu, teater Kabuki, novel, mode pakaian, dan perpustakaan, kebanyakan terikat dengan Geisha atau perempuan yang hadir setiap kota tempat hiburan. Memotong rambut kuncir menjadi pendek dan memakai pakaian ala Barat telah menjadi gaya hidup baru, di samping itu, daging sapi yang biasanya tidak dimakan akhirnya mereka makan dan mulai pada waktu itu banyak dijumpai restoran sukiyaki. Gaya hidup baru mencakup bidang ilmu pengetahuan, pendidikan, sandang, pangan, papan, dan lainnya adalah kebudayaan Barat yang baru yang semaki lama semakin diterima masyarakat dan disebut istilah Bunmei Kaika (masa peradaban dan pencerahan).
3
Taishō ((1912 M – 1926 M)
Pada zaman Taisho ini, Jepang terlibat pada Perang Dunia 1, perang yang terbekecamuk di kawasan Eropa. Jepang tergabung dalam pasukan Sekutu, tapi hanya memainkan peranan kecil dalam pertempuran melawan pasukan kolonial Jerman di Asia Timur. Jepang bersekutu dengan Inggris dan mendeklarasikan perang melawan Jerman pada tanggal 23 Agustus 1914. Jepang pun menduduki daerah jajahan Jerman yang ada di Cina (di Shantung) seperti Shandong dan Jiaozhou. Dan dengan direbutnya kepulauan Caroline dan Tsiangtao dari tangan Jerman. Kekuatan Jepang di Asia tumbuh dengan runtuhnya rezim Tsar di Rusia dan kekacauan Revolusi Bolshevik tahun 1917 M di Siberia. Kesempatan tersebut digunakan Jepang untuk menduduki Siberia. Tapi untuk melakukannya Jepang harus bernegosiasi dengan Cina agar bisa mendapatkan tempat transit untuk pasukan Jepang. Akhirnya pada tanggal 2 November 1917, diadakan perjanjian Ishii-Lansing yang menghasilkan kebijakan "Pintu terbuka",
         Pada zaman Taishō lahirlah sastrawan bernama Akutagawa Ryūnosuke yang menulis novel "Rashomon","Hana", "Jigokuhen", dll. Dia meninggal dengan cara bunuh diri. Ada juga Tanizaki Jun'ichirō dengan karyanya"Shunkinshō", "Sasameyuki". Shiga Naoya dengan karyanya "Anyakoro". Mushanokōji Saneatsu dengan karyanya"Sono Imōto". Kobayashi Takiji dengan karyanya "Kanikōsen".
Era Taisho menjadi awal sejarah industris film di Jepang, pada mulanya konsep dan ide-ide pemikiran barat dalam pembuatan film ini mengambil cerita dan aktor teater kabuki dan drama baru. Perbedaannya adalah film menggunakan teknik akting dan skrip atau naskah. Teater bioskop pertama sebenarnya dibangun pada tahun 1903, dan pada 1918 para pembuat film Jepang berkiblat pada film-film asing sebagai inspirasi mereka. Seperti teknik Close-up, long-shots, continius action, simple mobile camera technique, artificial lighting (pencahayaan buatan), Shots on location (syuting lokasi), sub judul, dan aktris untuk peran perempuan, yang membantu film bebas dari standar nilai estetika masalalu.


4
Shōwa(1926 M – 1989 M)
Kaisar Shōwa merupakan kaisar yang paling lama berkuasa dari seluruh kaisar Jepang sampai saat itu. Zaman ini diawali saat Jepang turun ke totalitarisme politik, ultranationalisme dan fasisme yang berpuncak pada invasi Jepang di Cina pada tahun 1937. Ini merupakan bagian dari keseluruhan periode global gejolak sosial dan konflik seperti Perang Dunia II.
Pada zaman terjadi pemugaran besar-besaran. Pada tahun 1928, Istana Himeji ditunjuk sebagai peninggalan bersejarah di bawah pengawasan kementerian pendidikan, sedangkan pengelolaannya dilakukan oleh kota Himeji. Menara utama kemudian ditetapkan sebagai pusaka negara pada tahun 1931. Undang-undang perlindungan peninggalan budaya yang diberlakukan sejak tahun 1950 memasukkan Istana Himeji ke dalam daftar situs peninggalan budaya yang terpenting.
Peluang untuk memulai pemugaran besar-besaran zaman Showa mulai terbuka pada tahun 1934 setelah tembok batu Watari-yagura yang terletak di Nishinomaru roboh secara beruntun akibat hujan deras. Pemugaran dilakukan dengan membongkar bangunan yang ada kemudian memasangnya kembali setelah memperbaiki bagian-bagian yang rusak. Pekerjaan dimulai dari bangunan-bangunan di luar menara utama, tapi pekerjaan terpaksa dihentikan pada tahun 1944 karena keadaan Jepang yang makin memburuk dalam Perang Dunia II. Istana Himeji ternyata beruntung dapat lolos dari serangan udara, sehingga pada tahun 1950 proyek pemugaran dapat dimulai kembali. Pada tahun 1955, pemugaran semua bangunan dinyatakan selesai kecuali pemugaran menara utama.
5
Heisei(1989 M – sekarang)
periode heisei, era saat ini di jepang, dimulai pada 8 januari, 1989 hari setelah kematian kaisar hiroto (anumerta bernama kaisar showa).putranya, akihito, berhasil takhta dan saat ini kaisar memerintah jepang. nama heisei berasal dari dua teks-teks cina historis, shujing dan shiji, dan dimaksudkan untuk berarti "perdamaian di mana-mana".

pada awal periode heisei ekonomi jepang berkembang pesat mulai lambat dan dengan 1991, "gelembung harga aset jepang" telah berakhir.real estate dan harga saham mencapai rekor terendah dan bank bergegas untuk menyelesaikan kredit macet. kredit menjadi sangat sulit untuk mendapatkan dan tanah ekspansi ekonomi berhenti. di jepang, tahun 1990 kemudian dikenal sebagai "dekade yang hilang". hampir dua puluh tahun kemudian, tingkat suku bunga dekat 0% dan kredit masih sulit untuk mendapatkan. efek dari krisis ekonomi pada keluarga jepang rata-rata telah terbatas dan ini mungkin karena penekanan jepang berhemat dan menabung. ekspor jepang utama meliputi mobil, mesin industri, dan aksesoris komputer. amerika serikat mengimpor sekitar seperempat dari semua ekspor jepang. di masa lalu jepang telah mempertahankan surplus perdagangan dengan amerika serikat, yang telah menjadi sumber ketegangan antara kedua negara. namun, pada 2009, jepang mengalami defisit perdagangan pertamanya dalam 28 tahun karena permintaan luar negeri menyusut, khususnya di amerika serikat.

Sejak tahun 1873, Jepang secara resmi menggunakan kalender Gregorian, menggantikan kalender lama yang memakai sister perhitungan Lunar (Kalender Gengo). Namun khusus untuk penulisan nama tahun, mereka menggunakan sisterm tersendiri yang menggunakan masa jabatan kaisar mereka sebagai nama tahun.
Masa pemerintahan (kaisar) yang sekarang disebut dengan tahun Heisei yang dimulai dari tahun 1989 (Heisei 1) dan tahun sekarang 2010 disebut dengan Heisei 22. Cara penulisan nama tahun seperti ini adalah bersifat resmi seperti dipakai untuk penulisan dokumen pemerintahan, buku transaksi di bank, formulir dan data penting lainnya. Sedangkan untuk dokumen yang tidak resmi tidak merupakan keharusan, jadi bisa menggunakan tahun Gregorian.
Daftar Pustaka
Agung, Leo. 2012. Sejarah Asia Timur 1. Jakarta: Penerbit Ombak

SULTAN SYARIF HASYIM ABDUL JALIL SAIFUDDIN (1889-1908)

YULIA SARI/B/SR

        Sayid Hasyim naik tahta pada tanggal 21 oktober 1889 dengan gelar Sultan Sayid Syarif Hasyim Abdul Jalil Saifuddin. Syarif Hasyim dikenal dengan nama Tengku Ngah. Beliau adalah putera Sultan Kasim I dari isterinya yang kedua bernama Tengku Long Jiwa (Tengku Dalam). Sedangkan isteri pertama yang bernama Tengku Ipah binti Tengku Endut mempunyai dua putera,  yang satu bernama Tengku Muda Sayid Hasan dan Tengku Bagus Sayid Toha.
        Pada masa Sultan Syarif Kasim memerintah negeri Siak, Tengku Ngah Sayid Hasyim telah bertugas sebagai Panglima perang dan juga ditugaskan untuk mengendalikan pedagang-pedagang Cina yang masuk ke Bagan Siapi-api. Begitu pula ketika Sayid Hasyim melaksanakan tugas di Bagan Siapi-api tersebut, Sayid Hasyim termasuk seorang Panglima yang tegas dan keras namun banyak masalah pajak dan kontrak perdagangan candu yang tidak selesai dengan orang-orang Cina di Bagan Siapi-api. Pembuatan Perjanjian dengan orang Cina yang bernama seperti Kho Sie Lin, Ban Hin penjualan candu, Garam dan lain-lain serta pengaduan Seng Guan masalah pajak  candunya tidak selesai kepada Tengku Ngah, beliau menjawab tidak perlu digaduhkan nanti diselesaikan. Tingkah laku Tengku Ngah membuat pusing Sultan Kasim I dan Tengku Muda sebagai wakil Sultan, karena apa yang diperbuatnya di Bagan Siapi-api tanpa sepengetahuan Sultan ataupun wakilnya Tengku Muda.
        Setelah Sultan Syarif Hasyim memerintah di Kerajaan Siak, beliau membuat kegiatan-kegiatan untuk membangun negeri Siak dengan jalan meningkatkan perekonomian kerajaan dan perekonomian rakyat dengan cara bersatu padu meningkatkan usaha perdagangan. Untuk mempertegas bidang perekonomian ini, Sultan Syarif Hasyim membuka hubungan siak dengan Teratak Buluh dan Kampar.
        Sultan Syarif Hasyim dalam melaksanakan pemerintahan Kerajaan Siak beliau sangatlah gigih, terutama dalam melakukan kontak dagang antara negeri Siak dengan Bagan Siapi-api, negeri Siak dengan Pekanbaru dan terus hingga ke Singapura sampai ke Malaka. Semua barang dagangan serta para penumpang yang akan berlayar harus menaiki kapal kerajaan yang dijadikan kapal tambang, bagi orang-orang yang mau datang ke Negeri Siak.
        Meskipun pada masa pemerintahannya banyak daerah kekuasaan Kerajaan Siak  yang lepas menjadi daerah kekuasaan Belanda, namun beliau tetap meningkatkan perekonomian rakyat. Usaha pertama adalah menciptakan lapangan kerja bagi rakyat, sehingga pengangguran dapat diatasi dan rakyat mendapat pekerjaan dalam semua bidang. Dengan demikian perekonomian rakyat berangsur maju. Beliau selau melakukan studi banding ke daerah luar bahkan sampai ke Eropa, yakni Jerman dan Belanda hingga sampai ke Timur Tengah. Pengalaman yang dilakukannya selama berkunjung keluar negeri tersebut digunakan untuk kepentingan memajukan kerajaan.
        Tahun 1898 Sultan Syarif Hasyim mengadakan lawatan ke Eropa untuk memenuhi undangan Ratu Hilma dalam rangka penobatan puterinya Ratu Wilhelmina di negeri Belanda. Sultan Syarif Hasyim dinaikan ke atas sebuah Kereta Kencana yang dikawal oleh pasukan berkuda tentara kerajaan Belanda. Kemudian sebagai tanda kehormatan dari pihak kerajaan Belanda, Sultan Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin diberi anugrah bintang kehormatan " Ridder in orde van Nederlandse"
        Pengalaman perjalannya memenuhi undangan Ratu Hilma dari Belanda ini memberi dorongan yang kuat akan membangun negeri Siak. Setelah selesai mengikuti upacara penobatan Ratu Wilhelmina, Sultan mendapat hadiah sebuah patung potret dirinya yang dibuat dari bahan batu pualam. Hadiah dari Ratu Hilma sebuah patung tembaga potret dirinya.
        Sekembalinya Sultan Syarif Hasyim dari pelawatannya di Eropa, beliau membangun sebuah istana yang megah di Siak Sri Indrapura yang diberi nama Istana Asserayah Hasyimiah yang berarsitektur gabungan Eropa dan Arab dan Arsiteknya adalah seorang Insinyur dari Perancis. Istana mulai dibangun pada 1890 oleh kepala tukang yang bernama Van de Worde dan selesai dibangun pada 1899. Interior dan perabotan didatangkan dari Jerman, sedangkan batu-batu bata dibawa dari Singapura. Diatas puncak dan pintu gerbang istana ada patung burung elang yang terbuat dari perunggu. Burung elang menggambarkan sebuah kekuasaan yang dapat mencermati kawasan wilayah kerajaan. Istana kerajaan dan perlengkapannya sampai sekarang dapat dilihat dan disaksikan oleh masyarakat yang ingin membuktikannya.
         Banyak negara dan daerah yang dikunjungi Sultan Syarif hasyim dan baginda ikut berinvestasi misalnya di Singapura, sultan membangun toko-toko dan ikut andil membangun Hotel Raffles. Di Medan beliau membangun usaha toko dan perumahan. Disamping pembangunan usaha dagang, beliau memperhatikan kehidupan rakyatnya dan menganjurkan kepada rakyatnya dapat menanam karet, membuat perkebunan karet balai kayang,perkebunan karet dilubuk ampoi dan penanaman kelapa sawit di Okura bekerja sama dengan bangsa Jepang, membuat kebun sagu dan kebun durian di setiap wilayah kerajaannya.
        Sultan Syarif Hasyim adalah seorang sultan yang berhasil membangun negeri siak, beliau menata kota Siak secara rapi, beliau juga membangun istana untuk isterinya Tengku Embung dengan beratap kajang bertingkat memakai selembayung dan sayap layang-layang diujung atapnya.
        Untuk menata pemerintahan, Sultan membangun sebuah gedung atau balai untuk tempat bermusyawarah dan mufakat atau dengan kata lain Balai Kerapatan Tinggi yang diberi nama "Balai Rung Sari". Bangunan balai tersebut dipergunakan sebagai ruang kerja sultan beserta aparatur pemerintahan kerajaan. Balai dibangun berlantai dua berbentuk arsitektur Melayu dan beratap kajang limas pakai tunjuk langit berukir kelok paku. Gedung Balai Kerapatan atau Balairung Seri merupakan tempat acara perlantikan dan kantor besar kerajaan serta tempat pelaksanaan  sidang-sidang adat, baik masalah pelanggaran adat maupun mahkamah syari'ah yang dipimpin oleh sultan.
        Dengan adanya kedua bangunan yang megah tersebut menjadikan Kerajaan siak semakin maju dan pihak Belanda nampaknya semakin menekan beliau. Namun sultan tidak gentar dan tetap gigih untuk meningkatkan taraf hidup rakyatnya. Kemudian untuk keperluan kerajaan didirikan percetakan sendiri yang digunakan untuk mencetak segala yang berkaitan dengan administrasi pemerintahan kerajaan termasuk mencetak buku pedoman atau undang-undang kerajaan yang bernama Bab al-Qawaid yang artinya Pintu Segala Pegangan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Bab Al-Qawaid ditulis pada periode kedua yakni ketika Kerajaan Siak dipimpin oleh sultan yang berketurunan Arab.
        Banyak yang dilakukan Sultan Syarif Hasyim Sultan kesebelas ini terhadap kemajuan kerajaan yang dipimpinnya. Disamping memajukan perekonomian rakyat, Sultan syarif hasyim juga mempersiapkan pewaris tahta kerajaan kepada putera mahkotanya yang bernama Syarif Kasim. Syarif Kasim diberi kesempatan menuntut ilmu pengetajuan di Batavia atau Jakarta.
        Pada 1908, Sultan pergi ke Singapura dalam usaha peningkatan hubungan perekonomian kerajaan siak untuk bertemu dengan pengusaha Belanda, Inggris dan Cina dengan maksud mengadakan hubungan perdagangan ke negeri Siak. Keberangkatan Sultan tentulah diiringi oleh orang-orang besar kerajaan. Dengan tiada diduga-duga  Sultan Syarif Hasyim mangkat diSingapura bertepatan pada 2 April 1908.
        Jenazah Sultan Syarif Hasyim disemayamkan di Istana Asserayah Hasyimiah. Menurut adat kerajaan Siak bahwa setiap sultan mangkat harus segera diganti dengan sultan penggantinya. Akan tetapi putera sultan Tengku Sulung Sayed Kasim masih kecil dan sedang bersekolah di Batavia. Dengan musyawarah Datuk Empat Suku  tidak menobatkan sultan pengganti tetapi diberi tugas kepada Tengku Besar Sayid Sagaf sepupu Sayid Kasim, anak saudara ayahandanya sebagai penjabat Sulatn dan didampingi oleh datuk Datuk Lima Puluh. Maka pada hari itu dihadapan jenazah Syarif Hasyim, Tengku Besar Diangkat sebagai ragen kerajaan siak dan didampingi oleh datuk lima puluh mulai tahun 1908 sampai 1915 sambil menunggu syarif kasim dewasa dan selesai mengikuti pendidikan bagi putera-putera Raja diBatavia (Jayakarta). Sultan Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin dimakamkan di komplek pemakaman kerajaan Kota Tinggi Siak Sri Indrapura dengan Gelar Marhum Baginda.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Penulis Sejarah Kerajaan Siak, Sejarah Kerajaan Siak, Lembaga Warisan Budaya Melayu Riau, Siak, 2011
       

PERLAWANAN RAJA HAJI (1782-1784)

MESTIKA SARI/B/SR3

    Raja Haji Fisabilillah Yang Dipertuan Muda Riau IV atau Raja Haji Marhum Ketapang memerintah kerajaan Melayu mulai dari tahun 1777-1784. Raja Haji Fisabilillah menjadi figur legendaris dalam perjuangan kerajaan melayu. Perjuangan Raja Haji Fisabililah dalam mengusir Belanda berbuah hasil, salah satu keberhasilannya adalah memukul mundur pasukan Belanda dari perairan Riau dan menenggelamkan salah satu kapal Belanda, Maraca Van Warden.

Ketika Sultan Mahmud Syah III menjadi Sultan di Riau pada tahun 1782, Raja Haji menjabat sebagai Yang Dipertuan Muda Riau yang ke-VI, tahun 1777-1784. Pada waktu Gubernur Belanda berkedudukan di Melaka. Sultan Riau mempunyai kedaulatan penuh terhadap seluruh daerah takluknya. Yang Dipertuan Muda Riau, Raja Haji mempunyai sifat tegas, keras, berani dan cakap mengatur pemerintahan dan ekonomi. Ia seorang yang ahli pula dalam siasat perang laut. Akibatnya selama Raja Haji mengatur pemerintahan di Riau kekuasaan Raha Haji semakain bertambah luas dan berpengaruh.
    Akan tetapi pengaruh Raja Haji yang semakin besar di Riau hingga ke Pahang dan Johor dirasakan sangat mengancam kekuasaan Belanda di Melaka. Belanda merasa tidak aman dan takut kalau sewaktu0waktu Raja Haji akan menyerang langsung ke Melaka. Untuk menghindarkan ancaman dari Raja HaJi, ,maka Belanda membuat suatu siasat mendekati Raja Haji secara bersahabat. Oleh Gubernur Belanda di Melaka dikirimkan seorang utusan kepercayaannya bernama Jacob Pieter van Braam ahli strategi perang laut yang terkenal dengan nama julukan "Raja Laut". Mereka datang dengan kapal Malaka's Welvaren.
    Kedatangan utusan Belanda disambut secara bersahabat oleh Sultan Mahmud Syah III dan Raja Haji di istana Penyengat tahun 1780. Perundingan dihadiri juga oleh pembesar kerajaan seperti Bendahara Tun Abdul Majid, Temenggung Tun Abdul Jamai, Raja Indra Bungsu, Datuk Bendahari, Datuk Syahbandar, Datuk Laksamana, Raja Tua Encik Andak, Penggawa Bentara Kanan dan Penggawa Bentara Kiri.
    Penandatanganan perjanjian antara Jacob Pieter van Braam diadakan diatas kapal Malaka's Welvaren tersebut diatas. Hasil dari pertemuan tersebut, lahirlah suatu perjanjian 1780 yaiut mengenai persahabatan dan keamanan bersama antara kerajaan Riau yang terdiri dari 12 pasal. Salah satu dari pasalnya berbunyi sebagai berikut: Segala musuh Kompeni Belanda dianggap menjadi musuh bagi Raja Riau. Jika terjadi penahanan-penahanan baik berupa tawanan musuh ataupun barang-barang sitaan, maka seluruh tahanan dan barang sitaan tersebut akan dibagi dua antara Kompeni Belanda dan Raja Riau.
    Kedua pihak berjanji akan melaksanakan perjanjian tersebut. Akan tetapi tak pernah menjadi kenyataan. Pihak Belandalah yang semula mengingkari perjanjian yang telah dibuatnya.
    Sekitar 1782 datang ke perairan Riau dan berlabuh dumuka pulau Bayan sebuah kapal Kompeni bernama Bestsy memuat candu 1154 peti. Peristiwa ini dilaporkan oleh Raja Haji kepada Residen Gerrit Pangal di Tanjungpinang Riau. Residen Gerrit Pangal melaporkan kepada Gubernur Belanda di Melaka. Kompeni Belanda langsung membawa sebuah kapal Perancis dengan nakhodanya Mathurin Baerbaron untuk merampas kapal Kompeni Inggeris Betsy tanpa mengikut sertakan Raja Haji dalam perampasan itu. Tingkah laku Belanda yang menginjak-nginjak itu sangat menyinggung parasaan Sultan Riau dan Raja Haji. Apalagi tawanan dan barang-barang sitaan yang dirampas Belanda di pulau Bayan sedikitpun tidak diserahkan kepada Sultan Riau. Setelah lama menunggu kabar dari Melaka tentang pelaksanaan perjanjian tersebut maka Raja Haji menentukan sikap untuk pergi sendiri menagih janji ke Melaka.
    Sebelum sampai ke Malaka, Raja Haji singgah terlebih dahulu ke Muar untuk mengatur siasat menghadapi Belanda, baik secara diplomasi politik maupun dengan cara kekerasan militer. Setelah siasat diatur dengan teliti, Raja Haji mengirim utusan ke Melaka untuk menyampaikan kepada Belanda bahwa ia akan datang ke Melaka untuk menuntut perjanjian yang telat dibuat. Sebelum sempat Raja Haji datang ke Melaka, Gubernur Belanda mengirim Van Braam yang didampingi oleh seorang Kapten Melayu sebagai wakilnya untuk berbicara dengan Raja Haji di Muar.
    Raja Haji semakin kecewa setelah bertemu dengan Swa Van Braam Dijelaskan oleh Swa Van Braam bahwa tawanan dan barang-barang sitaan akan dibagi dua apabila dilakukan penangkapan bersama-sama. Setelah mengengarkan penjelasan yang licik itu, Raja Haji dengan spontan merobek-robek surat perjanjian didepan mata Swa Van Braam. Setelah dirobek-robek dikembalikan agar disampaikan kepada Gubernur di Melaka. Tindakan Raja Haji yang sangat demonstrative ini menimbulkan ketegangan dipihak Belanda.
    Sementara Raja Haji pulang ke Riau, Belanda mengadakan permusyarawatan merundingkan tindakan apa yang harus diambil terhadap tindakan apa yang harus diambil terhadap kerajaan di Riau. Ketika berunding datanglah seseorang yang menyampaikan berita palsu yang menyatakan bahwa Raja Haji dengan armadanya sedang menuju ke Melaka. Berdasarkan berita inilah Belanda berpendapat lebih baik mengadakan penyerangan terlebih dahulu ke daerah Riau sebelum Raja Haji dan armadanya sempat memukul Melaka.
    Sesampainya Raja Haji ke Riau, ia memerintahkan mempersiapkan perlengkapan perang, membuat kubu-kubu pertahanan di tempat-tempat yang dianggap penting antara lain: Teluk Keriting, dan di Pulau Penyengat. Setiap kubu petahanan diserahkan pimpinannya pada seorang panglima yang terkenal nama-namanya: Encik Sumpok dan Encik kubu-kubu pertahanan di Pulau Penyengat diserahkan pada orang Siantan.
    Perhitungan dan ramalan Raja Haji ternyata tidak meleset. Tidak beberapa lama setelah Raja Haji mempersiapkan angkatan perangnya untuk menjaga setiap kemungkinan yang datang, saat itu tibalah armada Belanda diperairan Riau yang dipimpin oleh  kenalan lamanya yaitu Jacob Pieter avn Braam. Kapal perang Malaka's Welvaren yang besar ikut memperkuat armada yang datang menyerang itu. Armada itu berkekuatan 7 buah kapal dengan anggota pasukan sejumlah lebih kurang 594 orang.
    Datanglah armada Belanda, disambut Raja Haji dengan tembakan meriam dari setiap kapal dan dari setiap kubu pertahanan. Seketika itu berkecamuklah perang antara kedua belah pihak. Bunyi meriam, senapan, tarkul dan pemburasnya gegap gempita diseluruh perairan. Rakyat beserta seluruh lasykar bahu membahu menangkis serangan Belanda. Belanda tidak berdaya mendekati pusat pertahanan Raja Haji karena itu Belanda meminta bantuan ke Melaka. Bantuan Belanda datang dengan 17 buah kapal berkekuatan lebih kurang 600 serdadu dibawah pimpinan Ketua Mahkamah Pengadilan Belanda di Melaka.
    Setelah beberapa lama berperang, dengan kemahirannya berperang dilaut, Jacob Van Braam dapat mematahkan perlawanan Raja Haji yang perkasa. Pasukan Jacob Pieter Van Braam berhasil mendarat dipulau Penyengat. Pertahanan kubu-kubu orang Siantan dipulau Penyengat dapat ditundukkan Belanda dengan mempergunakan anjing-anjing perang yang terlatih. Seluruh orang-orang Kiantan dan rakyat mempertahankan kubu tersebut disembelih oleh Belanda. Penyengat seolah-olah bersiramkan darah pahlawannya.
    Raja Haji sendiri pada waktu itu bertugas dikubu pertahanan pulau Bayan. Berita pendaratan dan penyembelihan yang dilakukan Belanda di pulau penyengat segera diketahui oleh Raja Haji. Dengan hati yang sangat gemas Raja Haji langsung memimpin serangan balasan terdahap Belanda di pulau Penyengat.
    Pendaratan Raja Haji di Pulau Penyengat mendapatkan perlawanan hebat dari serdadu Belanda. Dengan tangkas Raja Haji dapat menundukkan perlawanan Belanda setelah melalui pertempuran hebat. Lasykar Raja Haji yang amat marah terhadap keganasan Belanda mengamuk bagaikan singa kehausan darah. Perang sosoh ynag langsung dipimpin oleh Raja Haji benar-benar mengerikan Belanda. Serdadu Belanda yang terdesak terpaksa mempertahankan diri dengan cara bersembunyi di selah-selah tembok dan diantara puing-puing rumah-rumah yang berantakan. Pertempuran mereda bila hari malam.
    Pada malam hari terjadi pembunuhan – pembunuhan yang dilakukan oleh lasykar Raja Haji sehingga sangat menakutkan pihak Belanda. Siang harinya dengan semangat yang menyala-nyala peperangan diteruskan. Dalam pertempuran ini pihak Belanda hampir-hampir tak kuasa menahan gempuran lasykar Raja Haji. Banyak sekali korban yang jatuh dipihak Belanda.
    Pimpinan serdadu Belanda Van Braam hampir-hampir kehilangan akal. Kapal Malaka's Welvaren diledakkan pasukan Raja Haji yang nekat berjibaku. Amoldus Lemker dan 500 orang serdadu Belanda yang berada dikapal itu tewas semuanya. Untuk merebut penyengat bala bantuan Belanda didatangkan.
    Sembilan bulan lamanya pertempuran berjalan dengan sengitnya, namun perlawanan dari pihak Raja Haji tidak dapat dipatahkan. Semangat tempur lasykar Raja Haji semakain tinggi. Sebaliknya pihak Belanda merasa jemu dan putus asa. Bantuan yang dinantikan kemudian dari malaka dan betawi tak kunjung tiba. Unutk menghindarkan jatuhnya korban yang lebih banyak, Van Braam mengirim utusannya yang bernama Cik Abu unutk mengadakan genjatan senjata dengan Raja Haji. Setelah genjatan senjata ditandatangani terjadilah pemberhentian tembak menembak dilau dan di darat selama waktu yang tidak ditentukan batasnya.
    Hanya satu usul dari pihak Belanda yang ditolak oleh Raja Haji. Raja Haji tidak dapat menerima permintaan Belanda untuk memasukkan sebuah kapal perang besar keperairan Riau yang dikatakan oleh Belanda tanpa senjata dan anak buah yang lengkap. Usul itu ditolak karena Raja Haji sungguh menyadari bahwa usul itu hanyalah merupakan siasat licik yang ingin dijalankan oleh Belanda untuk menaklukkan Kerajaan Melayu Riau.
    Walaupun Raja Haji menolak usul yang berbungkus tipu muslihat itu, namun Belanda tanpa menghiraukan perjanjian itu memasukkan juga sebuah kapal perang besar ke perairan Riau. Tak ayal lagi kedatangan kapal perang yang telak ditolak dalam perjanjian itu, disambut Raja Haji dengan dentuman meriam dari semua kapal-kapal perang dan segenap kubu pertahanan. Dalam pertumpuran ini terbunuh seorang Komisaris Belanda.
    Van Braam benar-benar menyadari bahwa peperangan tak mungkin dapat diteruskan lagi. Ia terpaksa membuat perjanjian perdamaian dengan Raja Haji untuk kedua kalinya. Berita tentang peperangan Raja Haji dan Belanda di Riau diikuti dengan seksama perkembangannya oleh Raja Selangor. Yaitu, anak dari saudaranya (Sultan Ibrahim Shah, Selangor I Raja Ibrahim) yang menyebabkan Selangor terlibat secara langsung dalam persengketaan antara Belanda dengan Johor.
    Raja Selangor sangat benci terhadap orang-orang Belanda yang berada di Melaka. Setelah mengadakan perundingan dengan segenap pembantunya Raja Selangor memutuskan unutk membantu Raja Haji berperang melawan Belanda. Berangkatlah Raja Selangor ke Melaka dengan tujuan untuk mengusir Belanda dari Melaka dan membantu Raja Haji yang sedang berperang di Riau.
    Gerakan lasykar Raja Selangor diketahuai oleh Belanda di Melaka. Belanda berusaha mematahkan penyerbuan lasykar Selangor ke batang tiga. Namun dibatang tiga terjadi juga pertempuran sengit dengan  berkobar-kobar. Serangan pasukan Belanda dapat ditangkis oleh Raja Selangor. Banyak korban ya g terjatuh dikedua belah pihak. Belanda yang sedang kekurangan serdadu dan perlengkapan perang karena sedang berperang di Riau, kewalahan menghadapi Raja Selangor. Untuk mengindari jatuhnya kota Melaka, Gubernur Belanda buru-buru mengirim utusan kepada Van Braam agar segera pulang ke Melaka untuk memperkuat pertahanannya di Melaka. Armada di perairan Riau terpaksa ditarik ke Melaka. 
    Raja Selangor merubah siasatnya untuk menyerang Melaka setelah Van Braam dan aemadanya tiba di Melaka. Raja Selangor berlayar ke Riau menemani Sultan Mahmud Syah II dan Raja Haji. Semua kelemahan pertahanan Belanda di Melaka dijelaskan oleh Raja Selangor kepada RAJA Haji. Raja Selangor menyarankan agar Raja Haji dan lasykarnya menyerang perlawanan dan dalam saat demikian kembali datang batuan dari Batavia untuk pihak Belanda. Pada tanggal 16 Juni 1784, datang kapal perang bantuan dari pihak Batavia untuk Belanda yang bernama "Princes Louisa" dibawah pimpinan Federick Rudolph Carel untuk membantu pasukan Jacob Pieter Van Braam di daerah teluk Ketapang Melaka.
    Karena jengkelnya tidak dapat menundukkan pasukan gabungan Riau, Rembau dan Selangor itu, Jacob Pieter van Braam merencanakan mengadakan serangan dan pendaratan mendadak ke kubu Raja Haji, agar kubu-kubu dibawah pimpinan panglima dari Rambau dan Selangor tidak dapat mengirimkan pasukan bantuan. Kubu Raja Haji akan dikepung dan pendaratan akan dilindungi oleh kapal perang Utrecht dan Princes Louisa.
    Demikianlah, pada tanggal 18 Juni 1784, diwaktu subuh 734 (tujuh ratus tiga puluh empat) orang serdadu Belanda lengkap dengan senapang, sangkur dan pedang didaratkan di teluk ketapang dari kapal-kapal Belanda dengan lindungan kapal perang Utrecht dan Princes Louisa yang senantiasa memuntahkan pelurunya ke arah kubu Raja Haji.
Dalam pertempuran pada subuh hari tanggal 18 Juni 1784 itu, pasukan Melayu di Riau di bawah pimpinan Raja Haji, panglima Telibing, Arung Lengge, Daeng Selikang, dan Haji Ahmad bertempur dengan penuh keberanian melawan pasukan Belanda yang datang menyerang dengan senapang dan sangkur dan pedang dan dibantu serta dilindungi oleh tembakan-tembakan meriam dari kapal perang Belanda Utrecht dan Princes Louisa.
Dalam pertempuran yang kalam kabut itu, malang tak dapat ditolak, sebuah peluru meriam Belanda menembus dada Raja Haji, Beliau gugur dan tewas seketika. Raja Haji gugur di medan perang  Teluk Ketapang.Jenazah Raja Haji Fisabilillah pada mulanya dimakamkan di Melaka, namun Raja Ja'far sebagai kepala pemerintahan pada masa itu memindahkan jenazah Raja Haji Fisabilillah dari Melaka ke Pulau Penyengat. Diatas bukit di selatan Pulau Penyengat jenazah Raja Haji Fisabilillah bersemayam dengan tenang. Pada tahun 1997 Pemerintah Republik Indonesia memberikan tanda jasa sebagai Pahlawan Nasional kepada Raja Haji Fisabillah berjasa dan perjuangannya dalam pengusir Belanda.

Daftar Pustaka
•    Tim Penyusun universitas Riau : " Sejarah Riau".
:Reproduksi
Biro Bina Sosial Setwilda Tingkat I Riau
Proyek Pelestarian dan Pengembangan
Tradisi Budaya Melayu
Tahun 1998/1999
•    Wikipedia: perjuangan Raja Haji Fisabillah
•    Pulau Penyengat kesultanan Melayu Riau_Indonesia Travel Photografi Blog Ransel Kosong.htm