Sejarah Alat Musik Pribumi Australia dan Budaya Musik dalam Aktifitas Masyarakat Aborigin Australia

Sri Oktavia


Benua Australia merupakan benua terkecil yang ada di dunia ini. Benua Australia ditemukan oleh seorang penjajah Inggris yang bernama James Cook.  Benua Australia memiliki penduduk asli yaitu Suku Aborigin. Sebagian peneliti percaya bahwa penduduk Aborigin telah menempati benua Australia sejak 40.000 – 70.000 tahun yang lalu. Suku Aborigin memiliki ciri fisik kulit berwarna cokelat dan cenderung hitam jika terbakar sinar matahari, rambut ikal atau bergelombang, muka dan tubuh berbulu lebat, ukuran dahi sempit, rongga mata menjorok ke dalam, alis mata menonjol, rahang menonjol, mulut lebar, tulang tengkorak tebal, dan memiliki tinggi rata 152 cm.[1]

Australia adalah salah satu negara yang berisi penduduk dengan latarbelakang budaya yang beranekaragam. Jauh sebelum hadirnya bangsa Inggris di Australia, suku Aborigin sudah tersebar hampir di semua wilayah bagian Australia. Ketika itu jumlah Aborigin sudah sekitar 300.000 penduduk. [2] 

Tentang kehidupan masyarakat Australia zaman dahulu, mereka sudah  memiliki keanekaragaman pula, baik itu kebudayaan yang meliputi bahasa,  kehidupan sosial, seni, dan lain sebagainya. Setiap wilayah yang sudah ditempati  Suku Aborigin memiliki ciri khas tersendiri. Mengenai seni, seni di Australia sudah ada sejak zaman pra sejarah. Jauh sebelum seperti sekarang ini, dahulu suku asli masyarakat Australia, Suku Aborigin telah mencetak sejarah gemilang dalam ranah kesenian.  Sebelum kedatangan bangsa Barat, telah ditemui berbagai macam  ritual, tarian tradisional, dan berbagai atribut kebudayaan yang menghiasi kehidupan orang-orang Aborigin. Karya seni cadas Aborigin adalah salah satu contoh bahwa Orang Aborigin telah memiliki jiwa seni sejak dulu. Dalam bidang kesenian bukan hanya sekedar seni rupa saja yang telah mereka kembangkan, namun seni musik juga turut berkembang di masyarakat Australia sejak dahulu.

Musik Pribumi Australia mengacu pada musik Aborigin dan Penduduk Kepulauan Selat Torres . Musik merupakan bagian integral dari ketaatan sosial , budaya dan seremonial masyarakat Aborigin dan telah ada selama lebih dari 60.000 tahun.[3] Alat musik pribumi Australia yang sangat terkenal adalah "Didgeridoo". Bentuk dari alat musik ini sederhana. Bentuk asli dari Didgeridoo menyerupai pipa panjang terbuat dari kayu dengan permukaan yang agak melengkung di mana bagian ujung tempat udara dihembuskan biasanya cenderung lebih pipih daripada ujung lainnya. Bahan kayu yang digunakan pada umumnya adalah kayu dari pohon Eucalyptus berlubang rayap yang tersebar di daerah Australia. Panjang dari alat musik ini biasanya berkisar antara 1-2 meter hingga bisa mencapai panjang 3 meter.

Sebelum proses pembuatan, batang pohon dipanen. Orang Aborigin mencari pohon berayap tertentu yang berlubang. Sebelum ditebang, pohon diamati terlebih dahulu, diketuk, lalu dikupas sedikit ke belakang untuk mengetahui apakah lubang tersebut menghasilkan resonansi bunyi yang baik. Barulah proses pembuatan dengan melepas kulit luar batang pohon, lalu membentuknya menjadi Didgeridoo.

Alat musik Didgeridoo dimainkan dengan cara ditiup. Pada dasarnya, alat musik ini memang hanya memiliki 1 nada dasar yang bisa dihasilkan ketika kita memainkannya. Semakin panjang alat musik ini dibuat, maka nada yang dihasilkan pun semakin rendah.  Meski tampilannya yang sederhana dengan bentuk memanjang, orang Aborigin tetap memiliki teknik khusus yang berkaitan dengan teknik pernapasan untuk memainkan alat musik ini secara benar. Mereka meniup dengan bibir yang bergetar, Tekanan udara dipelihara, mereka meniup melalui mulut dan pernapasan melalui hidung dengan menggunakan pipi sebagai tempat menyimpan udara.[4] Variasi dalam suara alat musik ini dibuat dengan menggunakan pita suara si pemain. Alhasil, alat musik ini akan memberikan efek suara tinggi hingga rendah tergantung bagaimana cara si pemain menggunakan.

Dalam perkembangannya, banyak nama dan sebutan lain untuk alat musik didgeridoo di antara suku Aborigin. Yidaki adalah salah satu nama yang paling umum digunakan, meskipun sebenarnya Yidaki mengacu pada jenis instrumen tertentu yang digunakan oleh masyarakat Yolngu di timur laut Arnhem Land . Lalu, ada sebutan Mandapul dan di Arnhem Land barat, dan ada istilah mako.

Mengenai perannya, musik adalah bagian penting dari budaya asli masyarakat Aborigin. Masyarakat Aborigin memanfaatkan alat musik dalam berbagai hal. Tetapi, tidak semua masyarakat Aborigin yang menggunakan musik ini. Masa pendudukan Suku Aborigin, alat musik Didgeridoo  biasanya digunakan sebagai pengiring nyanyian seremonial atau rekreasi, atau, lebih jarang, sebagai alat musik tunggal.[5] Dalam memanfaatkan musik, lagu yang diiringi alat musik liriknya sangat berbeda dari satu lagu ke lagu lainnya, dan dapat bervariasi tergantung tujuan yang ingin dicapai.

Musik tradisional  asli Australia memiliki banyak makna bagi budaya mereka. Suku Aborigin turut menggunakan musik sebagai sarana komunikasi mereka. Dalam setiap peristiwa yang terjadi, mereka memiliki catatan momen tersendiri melalui musik. Orang – orang Aborigin berpetualang ke alam dan mendengarkan berbagai macam suara yang ada di alam, tidak hanya suara tetapi juga kepakan sayap atau hentakan kaki di tanah. Suku Aborigin juga mendengarkan suara angin, guntur, pohon berderit, dan air mengalir. Hal ini sering mereka lakukan karena memang pada dasarnya kehidupan Suku Aborigin banyak dihabiskan di alam. Mereka (terutama yang laki-laki) saling bekerjasama dalam berburu hewan, dan membuat rumah-rumah sederhana dari ranting dan kulit pohon atau yang kerap disebut gunyah.[6]

Inti dari semua suara yang mereka dapatkan di alam mereka implementasikan dalam alat musik didgeridoo. Hasilnya, ada lagu berburu, lagu pemakaman, lagu tentang mitos – mitos, lagu tentang lingkungan sekitar, hingga lagu – lagu lainnya. Tidak jarang pula, kepala suku yang memimpin kehidupan sosial dan pemerintahan, juga memimpin penggunaan musik tradisional pada masyarakat Suku Aborigin.

Dalam Jurnal Aboriginal Sound Instrument oleh Alice M. Moyle yang diterbitkan oleh Australian Institute of Aboriginal and Torres Strait Islander Studies dijelaskan bahwa anak-anak suku Aborigin diajarkan tentang budaya mereka pada usia yang sangat muda melalui musik disamping seni tari.[7] Kebanyakan dari musik yang digunakan masyarakat Suku Aborigin memang selalu ditampilkan sebagai pengiring tarian – tarian.

Melalui musik, masyarakat Suku Aborigin menciptakan lagu – lagu khusus yang memiliki makna sakral. Mereka  percaya bahwa lagu itu memiliki informasi penting tentang sejarah diri mereka. Dari musik, Suku Aborigin bisa belajar tentang kehidupan mereka, bagaimana sejarah mereka ada, cara mereka bertahan hidup terhadap segala situasi, hingga belajar tentang moral dan nilai-nilai serta peran dan tanggung jawab melalui seni musik tradisional.

Selain itu, masyarakat Aborigin memanfaatkan musik sebagai sarana dalam acara-acara khusus. Didgeridoo dimainkan sebagai sarana rekreasi dan untuk tujuan hiburan di luar upacara di Australia. Selain itu,  salah satu sebab lainnya yang membuat musik menjadi bagian dari aktivitas suku Aborigin australia adalah banyaknya macam macam ritual adat yang menggunakan musik sebagai perantarannya, seperti Upacara Pukulama, The Pukumani, dan ritual The yam Kulama.[8] Dalam Upacara Kulama, musik disenandungkan selama 3 hari 3 malam. The Pukumani, disediakan sebuah forum untuk mengekspresikan jiwa seni melalui musik disamping tari, patung dan lukisan tubuh. Dan dalam ritual The Yam Kulama, musik dimanfaatkan sebagai media untuk mengungkapkan  keinginan masa depan yang sehat dan sejahtera. Maka dari itu, mereka sangat menghargai musik dan lagu – lagu yang ada pada saat itu.

Di zaman kontemporer sekarang, Didgeridoo masih banyak di mainkan oleh Orang Aborigin asli. Didgeridoo juga telah menyebar ke seluruh dunia, yang melahirkan ribuan musisi Didgeridoo di berbagai penjuru wilayah.  Alat musik ini bahkan dinobatkan sebagai alat musik Aborigin nasional di Australia sekarang.

Dan kini budaya musik Australia semakin banyak digunakan dalam acara – acara seremonial. Kebudayaan seperti Tari Tiwi, Yabun festival, Tjungu festival, hingga Laura Aboriginal Dance juga memanfaatkan musik sebagai pengiringnya.

 

Kesimpulan :

Australia adalah benua terkecil yang ada di dunia. Negara Australia ditempati oleh penduduk asli yang dikenal sebagai Suku Aborigin. Sebelum kedatangan bangsa Barat, telah ditemui berbagai macam  ritual, tarian tradisional, dan berbagai atribut kebudayaan yang menghiasi kehidupan orang-orang Aborigin. Suku Aborigin telah mencetak sejarah gemilang dalam ranah kesenian. Seni musik memiliki banyak makna bagi kehidupan orang Suku Aborigin. Alat musik pertama yang muncul saat itu bernama Didgeeridoo ( sebuah alat musik tiup yang menyerupai pipa panjang terbuat dari kayu dengan permukaan yang agak melengkung). Musik digunakan untuk berbagai keperluan kehidupan, seperti sarana komunikasi, pengenalan budaya Aborigin, pengiring upacara sakral, sarana belajar tentang moral dan nilai-nilai kehidupan, hingga pengiring tarian – tarian tertentu. Itulah mengapa musik memegang peranan penting dalam sejarah orang Aborigin Australia.  Dan hingga kini, musik masih terus menjadi bagian suku Aborigin Australia yang dimanfaatkan dalam berbagai tujuan.



[1] Dadan Adi Kurniawan.Kondisi Australia Prakolonial ( Sebelum Kedatangan Bangsa Inggris ). Jurnal Candi. Vol. 20, No.1, Maret 2020. Hal. 48 – 49

[2] Fitriani, Amalia. Penerapan Kebijakan Asimilasi Terhadap Anak-Anak Aborigin “Half Caste” di

Australia (1937-1967).Skripsi di Program Studi Ilmu, Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia.2010. Hal.101

[6] Shaw. The Story of Australia. Faber and Faber Limited. London.1954.Hal. 50

[7] Ainal Syabri. Budaya Musik dalam Aktifitas Masyarakat Aborigin Australia.27 Mei 2018 https://cttnmahasiswaetnomusikologi999.blogspot.com/2018/05/budaya-musik-dalam-aktivitas-masyarakat.html?m=1   Diakses 27 Desember 2020

[8] Ibid

  

DAFTAR PUSTAKA 

·      Ainal Syabri. Budaya Musik dalam Aktifitas Masyarakat Aborigin Australia.27 Mei 2018 https://cttnmahasiswaetnomusikologi999.blogspot.com/2018/05/budaya-musik-dalam-aktivitas-masyarakat.html?m=1   Diakses 27 Desember 2020

·      Barry McDonald. A Survey of Traditional South -  Eastern Australian  Indigenous Music.PDF.

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://openresearch-repository.anu.edu.au/bitstream/1885/132161/16/7_mcdonald.pdf&ved=2ahUKEwij86C4r_DtAhUlq1kKHVhYAmEQFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw0u6k__b0Bv9QefHpGbcLWh&cshid=1609148066853 Diakses 27 Desember 2020

 

·      Dadan Adi Kurniawan.Kondisi Australia Prakolonial ( Sebelum Kedatangan Bangsa Inggris ). Jurnal Candi. Vol. 20, No.1, Maret 2020.

·      Fitriani, Amalia. Penerapan Kebijakan Asimilasi Terhadap Anak-Anak Aborigin “Half Caste” di Australia (1937-1967).Skripsi  Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia.2010. Diakses 27 Desember 2020

·      Shaw. 1954.The Story of Australia. Faber and Faber Limited. London

·      Wikipedia. Musik pribumi Australia.

https://translate.googleusercontent.com/translate_c?client=srp&depth=2&hl=id&nv=1&prev=search&pto=aue&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&tl=id&u=https://en.m.wikipedia.org/wiki/Indigenous_music_of_Australia&usg=ALkJrhihNtqpaDAv5q6Kc4Dr8WFAxcGl6A    Diakses 27 Desember 2020

·      Wikipedia. "Seni Aborigin dan Penduduk Pribumi Selat Torres". https://id.m.wikipedia.org/wiki/Didgeridoo Diakses 27 Desember 2020

 

2 comments: