Raja Haji Fisabilillah pahlawan nasional dari Kerajaan Melayu


Annasrul/SI3/A
Raja Haji Fisabilillah adalah pahlawan nasional dari Kerajaan Melayu.Beliau lahir di Kota Lama, Ulusungai, Riau, tahun1725. Dia kemudian mendapatkan julukan Dipertuan Muda Riau--Lingga--Johor--Pahang IV Kerajaan Melayu Riau pada tahun 1777.

Raja Haji memerintah kerajaan Melayu, Riau. Di tangannya, Kerajaan Melayu berkembang cukup baik dan beliau adalah pahlawan Melayu yang amat termashur,Raja Haji yang di Pertuan Riau IV ini berperang melawan Belanda sejak berusia muda sampai akhir hayatnya dalam peperangan hebat di Teluk Ketapang (Malaka) pada tahun 1784 yang mana Raja Haji sendirilah yang menjadi pemimpinnya.
Sebenarnya Kerajaan Melayu Riau telah mengadakan perjanjian damai dengan Belanda. Namun karena Belanda melanggar perjanjian tersebut, maka peperangan di antara keduanya pun tidak dapat dihindari. Raja Haji kemudian bekerja sama dengan Sultan Selangor untuk memerangi Belanda di Malaka. Untuk menghadapi pasukan gabungan tersebut, Belanda mendatangkan pasukannya dari Pulau Jawa dalam jumlah yang besar,

Raja Haji ini hidup antara tahun 1727-1784,dimana Raja Haji telah benar-benar membuktikan dirinya sebagai pemimpin hulubalang dan ulama. Para penulis sejarah mencatat, terutama pada tahun 1782-1784 cukup berpengaruh terhadap stabilitas sosial politik dan ekonomi di wilayah Nusantara dan negeri-negeri Belanda yang sangat tergantung terhadap sumber perekonomiannya di Timur.
Pihak Belanda bahkan menganggap bahwa perang yang dipimpin Raja Haji adalah peperangan yang cukup besar dan sempat menggoncangkan kedudukan Belanda di Nusantara. Karena kepahlawanannya itulah, Raja Haji diagungkan masyarakat Melayu, disebut dengan gelar Raja Haji Fisabilillah Marhum Teluk Ketapang.
Ketika beliau mangkat dalam peperangan hebat di Teluk Ketapang,akhirnya Raja Haji Fisabilillah tewas pada 18 Juni 1784.Jenazahnya kemudian dibawa ke Malaka dan dikebumikan disana. Baru beberapa tahun kemudian jenazah beliau dibawa ke pemakaman pahlawan Melayu yaitu ke pulau Penyengat,indera sakti,Tanjung Pinang Kepulauan Riau oleh Raja Ja'afar (putra mahkotanya pada saat memerintah sebagai Yang Dipertuan Muda).
dan disemayamkan dalam makam yang terletak di Bukit Selatan pulau Penyengat, bersebelahan dengan makam Habib Syekh, seorang ulama terkemuka di kerajaan Riau-Lingga. Untuk lebih umum nya Lokasi Makam Raja Haji Fisabilillah adalah di Pulau Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Barat Kepulauan Riau
Inilah Makam Raja Haji Fisabilillah :
Description: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/8/80/Makam_Raja_Haji_Fisabililah.JPG/220px-Makam_Raja_Haji_Fisabililah.JPG
Atas Jasa – jasanya membela Indonesia, Raja Haji diberi gelar sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No 072/TK/1887. Namanya juga diabadikan sebagai nama bandar udara di Tanjung Pinang,yaitu Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah.
Berikut adalah Monumen Nasional Perjuangan Raja Haji Fisabilillah tahun 1725-1784 di Tanjung Pinang..
Description: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/8/86/Monumen_Raja_Haji_Fisabilillah.JPG/220px-Monumen_Raja_Haji_Fisabilillah.JPG
Tidak hanya Monumen yang ada di Tanjung Pinang saja yang menandakan bahwa perjuangan dan Jasa Raja Haji Fisabilillah untuk negeri Riau Indonesia tetapi, juga daerah lain mengakuinya serta mengenangnya,Karena keberanian Raja Haji Fisabilillah tersebut dalam melawan pemerintahan Belanda dan berhasil membangun pulau Biram Dewa di sungai Riau Lama.Membuat Raja Haji Fisabililah juga dijuluki (dipanggil) sebagai Pangeran Sutawijaya (Panembahan Senopati) Jambi.
v  ISTANA SIAK ADALAH  TANDA  KEBESARAN KERAJAAN MELAYU ISLAM TERBESAR DI RIAU
Kerajaan Siak Sri Indrapura adalah sebuah kerajaan Melayu Islam yang terbesar di Daerah Riau,mencapai masa jayanya pada abad ke 16 sampai abad ke 20, dalam silsilah Sultan-sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura dimulai pada tahun 1725.Sebelum kita masuk dalam pembahasan istana Siak ini saya akan mengupas sedikit tentang 12 sultan yang pernah bertahta.Karena yang membangun Istana Siak itu adalah salah satu dari Para Sultan di kerajaan Siak tersebut.Sultan-sultan yang pernah bertahta itu adalah sebagai berikut :
Sultan ke 1 : Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah (1725-1746) sebagai pendiri kerajaan, beliau mangkat pada tahun 1746 dan digelar dengan Marhum Buantan.
Sultan Ke 2 : Sultan Abdul Jalil Rakhmad Syah (1746-1765) sebagai pengganti tahta kerajaan setelah ayahandanya Marhum Buantan mangkat. Lebih kurang 19 tahun memerintah dan kerajan Siak Sri Indrapura menjadi kokoh dan kuat, beliau mangkat pada tahun 1765 dengan gelar Marhum Mempura Besar.
Sultan Ke 3 : Sultan Abdul Jalil Jalaluddin Syah (1765-1766) yang bernama Tengku Ismail. Beliau tak lama memerintah karena setahun setelah dinobatkan sebagai Sultan pengganti ayahandanya Marhum Mempura Besar datanglah Belanda yang memanfaatkan Tengku Alam (kemudian menjadi Sultan IV) sebagai perisai. Setelah mangkat dalam kesedihan yang tak berkesudahan, beliau digelar dengan sebutan Marhum Mangkat di Balai.
Sultan Ke 4 : Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (1766-1780) yang bernama Tengku Alam, naik tahta kerajaan menggantikan Sultan Abdul Jalil Jalaluddin Syah. Beliau mangkat dalam tahun 1780 dengan gelar Marhum Bukit.
Sultan Ke 5 :Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (1780-1782) menggantikan ayahandanya Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah. Pada masa pemerintahannya dan pemerintah ayahandanya Kerajaan Siak berkedudukan di Senapelan atau Pekanbaru sekarang ini. Beliau pula pendiri Kota Pekanbaru dan mangkat dalam tahun 1782 dengan gelar yang disandangnya adalah Marhum Pekan.
Sultan Ke 6 : Sultan Yahya Abdul Jalil Muzaffar Syah (17821784) naik tahta kerajaan hanya 2 tahun dan pada tahun 1784 beliau mangkat dengan gelar Marhum Mangkat di Dungun.
Sultan Ke 7 : Sultan Assaidis Asyarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Baalawi (1784-1810) adalah Sultan Siak pertama yang berdarah Arab dan bergelar Sayed Syarif. Pada pemerintahan Sultan VII inilah Kerajaan Siak mencapai puncak kejayaannya. Beliau mangkat pada tahun 1810 dan digelar dengan sebutan Marhum Kota Tinggi.
Sultan Ke 8 : Sultan Asyaidis Syarif Ibrahim Abdul Jalil Khaliluddin (1810-1815) adalah putera Sultan VII yang bernama Ibrahim. Beliau mangkat pada tahun 1815 dan digelar sebutannya Marhum Mempura Kecil.
Sultan Ke 9 : Sultan Assyaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Jalaluddin (1815-1854) bernama Tengku Sayed Ismail setelah mangkat beliau digelar Marhum Indrapura.
Sultan Ke 10 : Sultan Assyaidis Syarif Kasyim Abdul Jalil Syaifuddin (Syarif Kasyim I, 1864-1889), Beliau mangkat dalam tahun 1889 dan bergelar dengan sebutan Marhum Mahkota.
Sultan Ke 11 : Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (1989-1908). Beliau naik tahta kerajaan menggantikan ayahandanya Sultan Kasyim Awal. Peninggalan-peningalan Kerajaan Siak yang sekarang ada hampir semua adalah atas jasa dan usahanya, dan beliau mangkat dalam tahun 1908 dengan gelar Marhum Baginda.
Sultan Ke 12 : Sultan Assyaidis Syarif Kasyim Abdul Jalif Syaifudin (Syarif Kasyim II), 1915-1949) Tengku Sulong. Beliau ditabalkan sebagai sultan setelah 7 tahun mangkatnya ayahandanya Sultan Hasyim. Beliau merupakan Sultan terakhir dan pada bulan November 1945 mengirim kawat kepada Presiden Republik Indonesia yang menyatakan kesetiaanya dan beliau menyerahkan harta bendanya untuk perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.
Perjuangan para 12 Sultan Siak memberikan bukti akan kepemimpinan dan perjuangannya selama beberapa tahun.Dan bisa dikatakan bahwa Istana Siak merupakan bukti sejarah atas kebesaran kerajaan Melayu Islam di Daerah Riau ini dahulunya,sehingga dapat kita lihat peninggalan kerajaannya itu berupa kompleks Istana Kerajaan Siak,yang dibangun oleh Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889 yang diberi nama ASSIRAYATUL HASYIMIAH yang lengkap dengan peralatan kerajaan.
Istana Siak Sri Inderapura merupakan kediaman resmi Sultan Siak.Istana ini merupakan peninggalan Kesultanan Siak Sri Inderapura yang selesai dibangun pada tahun 1893. Kini istana yang juga dijuluki sebagai Istana Matahari Timur ini termasuk kedalam wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Siak.
Kompleks istana ini memiliki luas sekitar 32.000 meter persegi yang terdiri dari 4 istana yaitu Istana Siak, Istana Lima, Istana Padjang, dan Istana Baroe. Istana Siak sendiri memiliki luas 1.000 meter persegi.
Istana Siak yang dibangun oleh Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin itu memiliki arsitektur bercorak Melayu, Arab, dan Eropa. Bangunannya terdiri dari dua lantai. Lantai bawah dibagi menjadi enam ruangan sidang: Ruang tunggu para tamu, ruang tamu kehormatan, ruang tamu laki-laki, ruang tamu untuk perempuan, satu ruangan disamping kanan adalah ruang sidang kerajaan, juga digunakan untuk ruang pesta.
Lantai atas terbagi menjadi sembilan ruangan, berfungsi untuk istirahat Sultan serta para tamu istana. Di puncak bangunan terdapat enam patung burung elang sebagai lambang keberanian Istana. Sementara pada halaman istana masih dapat dilihat delapan meriam menyebar ke berbagai sisi-sisi halaman istana, kemudian disebelah kiri belakang istana terdapat bangunan kecil yang dahulunya digunakan sebagai penjara sementara.
***Dan Inilah Bentuk Istana siak yang bercorak Melayu,Arab,dan Eropa yang sampai hari masih bisa kita lihat***
Description: C:\Users\hp\Pictures\Mages.jpg Description: C:\Users\hp\Pictures\Mages 4.jpg  Description: C:\Users\hp\Pictures\mage 2.jpg
Sekarang Istana Kerajaan Siak Sri Indrapura dijadikan tempat penyimpanan benda-benda koleksi kerajaan antara lain : Kursi Singgasana kerajaan yang berbalut (sepuh) emas, Duplikat Mahkota Kerajaan, Brankas Kerajaan, Payung Kerajaan, Tombak Kerajaan, Komet sebagai barang langka dan menurut cerita hanya ada dua di dunia dan lain-lain. Di samping Istana kerajaan terdapat pula istana peraduan.
v  CANDI MUARA TAKUS-KOMPLEKS STUPA YANG DIKELILINGI TANAH
Salah satu peninggalan sejarah di Riau adalah Kompleks Percandian Muara Takus.Dan secara geografis pun wilayah Provinsi Riau terletak ditepi jalur pelayaran dan perdagangan Selat Malaka.Karena letaknya inilah wilayah ini banyak disinggahi oleh orang asing dari berbagai kerajaan Asia dan Eropa.Sejalan dengan, itu tentu saja berkembang kebudayaan asing di bumi Riau.Akibat dari itu di tempat ini lahir peradaban dalam bentuk institusi kerajaan.
Sebagai tempat yang telah memiliki peradaban dalam bentuk institusi kerajaan,tentu terdapat peninggalan budayanya.Tinggalan budaya yang ditemukan di Riau antara lain berupa Prasasti,runtuhan bangunan,arca dan barang-barang keramik serta tembikar.Namun peninggalan di Kabupaten Kampar yang paling dikenal secara Nasional adalah Kompleks Candi Muara Takus.
Kompleks Percandian Muara Takus untuk pertama kalinya dikenal oleh dunia luar (terutama para antiquarian dan ilmuan) pada tahun 1860,yaitu ketika ditemukan kembali oleh Cornets de Groot,akibat puplikasi yang dilakukannya,banyak peneliti yang enaruh perhatian pada Muara Takus ini antara lain: Van Beest Holle yang menulis tentang gambaran Muara Takus dan Schnitger yang menulis suasana sekaligus kompleks candinya.
Percandian Muara Takus.Keadannya sudah jauh berbeda ketika pusaka diwariskan kepada kita.Dulu Komplek candi muara Takus ada di tepi Sungai Kampar.Ketika dibangun PLTA Kota Panjang,kompleks ini terletak di tepi penampungan PLTA Kota Panjang.Meskipun lingkungan telah berubah,Kompleks Percandian Muara Takus tetap dimanfaatkan untuk berbagai keperluan,misalnya untuk ilmu pengetahuan dan untuk kegiatan Pariwisata,dan kedua kepentingan itu harus saling mendukung.Kepentingan Ilmu Pengetahuan antara lain dengan melakukan penelitian arkeologi,arsitektur,dan yang sangat penting adalah sejarah.
Candi Muara takus ini secar administrative terletak di Desa Muara Takus,Kecamatan  XIII Koto Kampar,Kabupaten Kampar.Untuk mencapai lokasi situs dapat dengan kendaraan bermotor roda empat dari Pekanbaru sejauh 130 km.Melalui jalan nasional Pekanbaru-Payakumbuh dan jalan provinsi menuju Muara Takus.
Didesa Muara Takus mengalir sungai Kampar Kanan kerah utara.Sungai ini di Muara Takus membentuk sebuah meander dimana desa Muara Takus terletak di tengah meander sungai.D sebelah utara Muara Takus,dtengah pulau Kampar kanan terdapat pulau kecil yang memanjang mengikuti arus sungai.Disebelah Timur percandian merupakan semak belukar.Disebelah Baratdaya,barat dan barat laut adalah kebun sawit.         
Kompleks Percandian Muara Takus yang bertembok keliling berukuran 74x74 meter terletak disisi timur laut, tanggul tanah dan sisi timur laut Sungai Kampar kanan.Tembok keliling ini dibuat dari batu bata dan pasir,dihalaman yang dibatasi tembok ini terdapat sekurang-kurangnya ada 6 buah bangunan yang dibuat dari bata dan pasir (standstone).Disisi utara tembok kelilimg terdapat runtuhan gerbang masuk halaman percandian.
Candi ini terdiri dari beberapa candi diantaranya adalah:
A) Candi Tua
Description: C:\Users\hp\Pictures\candi tua.jpg
Bangunan ini merupakan bagian terbesar di dalam kompleks Percandian Muara Takus.Letaknya hampir menempel pada sisi utara candi Bungsu dengan jarak bagian atas kaki 22 cm.Bangunan ini telah selesai di pugar.Menurut perkiraan bangunan Candi Tua merupakan bangunan stupa yang ditempatkan di atas kaki bertingkat tiga.Kaki tingkat 1 pada dasarnya mempunyai bentuk denah empat persegi panjang,tetapi karena banyak penampil sehingga sudut luarnya berjumlah 24 buah,termasuk sudut tangga naik.Ukuran panjang kedua sumbu (utara-selatan dan barat-timur) denag banguan masing-masing 33,20 meter dan 22,04 meter serta tingginya 2,22 meter.Tangga naik dari halaman kebagian atas ada dua buah terletak disisi barat dan timur.
Kaki tingkat II  denahnya berbentuk empat persegi panjang dengan sumbunya berukuran 27,37 dan 17,54 meter serta tinggi 2,01 meter.Tangga naik dari kaki tingkat I menuju tingkat II terletak disisi timur dan barat.Bangunan Candi tua merupakan bangunan massif (tidak mempunyai ruang ).
Menurut perkiraan Schnitger banguana ini merupakan bangunan stupa yang berdiri diatas kaki tiga tingkat.Dibagian atas kaki ini terdapat lapik stupa.Lapik Stupa pada dasarnya bujursangkar tetapi sudut luarnya ada 20.Seluruh banguan terbuat dari bata.Pada bagian tertenyu missal pada sudut,pilaster,dan pelipit terbuat dari balok batu pasir.
B) Stupa Mahligai
Description: C:\Users\hp\Pictures\candi mhligai.jpg
Stupa Mahligai merupakan bangunan masif yang masih tegak berdiri menghadap kearah gerbang masuk disisi utara komleks.Letaknya tidak tepat ditengah halaman,tetapi sekitar 10 meter disebelah utara tembok pagar keliling sisi barat.Bangunan ini berdiri diatas dua kaki yang tinggi.Kaki banguan tingkat pertama bentuk denahnya bujur sangkar dengan ukuran 10,44 x 10,60 meter dan tinggi 2,10 meter dengan dengan penampil tangganaik di utara.Tangga naik berukuran lebar 1,0 meter lebar penampilannya 4,10 meter.Hiasan yang terdapat di kaki pertama ini adalah pelipit bawah,pelipit padma,badan dan atas.
Bagian badan stupa denahnya berbentuk lingkaran dengan garis tengah berukuran emapat meter.Bagian tengah badan stupa mengecil yang memberi kesan ramping,kemudian bagian atasnya melebar kembali.Dibagian tengahnya terdapat hiasan pelipit yang melingkari bagian badan stupa.Bagian ini merupakan bagian alas puncak.
Bagian teratas atau bagian mahkota stupa yang terditi dari 36 sisi.Bagian dasar puncak stupa dihiasi dengan empat buah arca singa yang dibuat dari batu pasir.Pada saat ini bangunan stupa Mahligai mempunya ukuran tinggi keseluruhan 14,30 meter.
C) Candi Bungsu
Description: C:\Users\hp\Pictures\c 4.jpg
Candi Bungsu terletak 4,80 meter kearah barat dari stupa Mahligai.Bangunan stupa ini memiliki tiga kaki pada banguna sisi utara,dan satu kaki pada sisi selatan.Kaki tingkat pertama berbentuk denahnya empat persegi panjang dengan ukuran 7,50 x16,28 meter dan tinggi 2,25 meter.
Bangunan yang berada disisi utara terbuat dari batu pasir dan selatan dari batu bata.Hal ini menunjukkan bahwa bangunan disisi utara dari pasir terbuat lebih dahulu,sedangkan dari batu bata merupakan tambahan.Pada banguan bagin utara Schnitger merekonstruksian bentuk stupa yang dibangun diatas dua tingkat kaki.Kaki pertama atau kedua dari bawah mmpunyai 20 sisi dengan sumbu berukuran 5,5 x5,5 meter tinggi 1,75 meter.
Diatas kaki ini terdapat kaki kedua dan ketiga sisi 36 dengan sumbu 4,25 x4,25 meter tinggi 0,60 meter.Diatasnya terdapat lapik stupa ukurannya lebih kecil yang berbentuk bulat bergaris tengah 2,80 meter.
Di sebelah timur stupa ini  terdapat penampil tempat tangga naik yang dibuat dari pasir dan bata juga.Penampil ini mempunyai ukran 2,80 meter sedangkan tangga naik berukuran lebar 1,65 meter.
D) Candi Palangka
Description: C:\Users\hp\Pictures\candi 3.jpg
Candi Palanka terletak sekitar empat meter kearah timur dari Stupa Mahligai.Bangunan yang tersisa bagian kaki ini,seluruhnya terbuat dar bata.Bentuk denahnya bujur sangkar dengan ukuran 5,60 x 5,90 meter.Disisi utara terdapat penampil tempat tangga naik yang lebarnya berukuran 2,28 meter.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Bambang Utomo,2012,Riau pada Masa Klasik Indonesia,Pekanbaru:Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Provinsi Riau
Jamil,Nizami.2010.Sejarah Kerajaan Siak.Siak.Sri Indrapura:Lembaga Warisan Budaya Melayu Riau

PERKEMBANGAN KOLONIALISME BARAT DI INDONESIA



Rizki Aiditya.SI3/B

A. Kebijakan Pemerintah Kolonial Di Indonesia Pada Abad Ke-19 Dan Abad Ke-20
Pada tahun 1580 Raja Philip dari Spanyol naik takhta. Ia berhasil mempersatukan Spanyol dan Portugis. Akibatnya Belanda tidak dapat lagi mengambil rempah-rempah dari Lisabon yang sedang dikuasai Spanyol.
Pada tahun 1549 Claudius berhasil menemukan kunci rahasia pelayaran ke Timur jauh. Claudius kemudian menyusun peta yang disebut India Barat dan India Timur. Akan tetapi, Claudius belum berhasil menemukan tempat-tempat yang aman dari serangan Portugis. Belanda bernama Linscoten berhasil menemukan tempat-tempat di Pulau Jawa yang bebas dari tangan Portugis dan banyak menghasilkan rempah-rempah utuk diperdagangkan.
Pada tahun 1595 Cornelius de Houtman yang sudah merasa mantap, mengumpulkan modal untuk membiayai perjalanan ke Timur Jauh. Pada bulan April 1595, Cornelis de Houtman dan de Keyzer dengan 4 buah kapam memimpin pelayaran menuju Nusantara.
Atas prakarsa dari dua dua tokoh Belanda, yaitu Pangeran Maurits dan Johan van Olden Barnevelt, pada tahun 1602 kongsi-kongsi dagang Belanda dipersatukan menjadi sebuah kongsi dagang besar yang diberi nma VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) atau Persekutuan Maskapai Perdagangan Hindia Timur.
VOC mengangkat seorang gubernur jenderal yang dibantu oleh empat orang anggota yang disebut Raad van Indie (Dewan India). Di bawah gubernur jenderal diangkat beberapa gubernur yang memimpin suatu daerah. Di bawah gubernur terdapat beberapa residen yang dibantu oleh asisten residen.
Pada tahun 1795 Partai Patriot Belanda yang anti raja, atas bantuan Prancis berhasil merebut kekuasaan dan membentuk pemerintah baru yang disebut Republik Bataaf (Bataafsche Republiek). Republik ini menjadi bawahan Prancis yang sedang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte. Raja Belanda Willem V, melarikan diri dan membentuk pemerintah peralihan di Inggris yang pada waktu itu menjadi musuh Prancis
Letak geografis Belanda yang dekat dengan Inggris menyebabkan Napoleon Bonaparte merasa perlu menduduki Belanda. Pada taun 1806, Prancis (Napoleon) membubarkan Republik Bataaf dan membentuk Koninkrijk Holland (Kerajaan Belanda). Napoleon kemudian mengangkat Louis Napoleon sebagai Raja Belanda dan berarti sejak saat itu pemerintah yang berkuasa di Nusantara adalah pemerintah Belanda-Perancis.
Louis Napoleon mengangkat Herman Willem Daendels sebagai gubernur Jenderal di Nusantara. Daendels mulai menjalankan tugasnya pada tahun 1808 dengan tugas utama mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris.
Sebagai seorang revolusioner, Daendels sangat mendukung perubahan-perubahan liberal. Ia juga bercita-cita untuk memperbaiki nasib rakyat dengan memajukan pertanian dan perdagangan.
Pembaharuan yang dilakukan Dandels dalam tiga tahun masa jabatannya di Indonesia adalah sebagai berikut:
a) Pusat pemerintahan (Weltevreden) dipindahkan masuk ke pedalaman.
b) Dewan Hindia Belanda sebagai dewan legislative pendamping gubernur jenderal dibubarkan.
c) Membentuk sekretaris negara
d) Pulau Jawa dibagi menjadi 9 prefektuur dan 31 kabupaten.
e) Para Bupati dijadikan pegawai pemerintahan.
Eduar Douwes Dekker mantan Assisten Residen Lebak, Banten. Ia memprotes pelaksanaan tanam paksa melalui tulisannya yang berjudul Max Havelaar. Tulisan tersebut mengisahkan penderitaan Saijah dan Adinda akibat tanam paksa di Lebak Banten. Di daam tulisan tersebut ia menggunakan nama samaran Multatuli yang artinya "saya sangat menderita."
Politik ekonomi liberal colonial dilatarbelakangi oleh hal-hal sebagai berikut:
1) Pelaksanaan sistem tanam paksa telah menimbulkan penderitaan rakyat pribumi.
2) Berkembangnya paham liberalism
3) Adanya Traktat Sumatra pada tahun 1871 yang memberikan kebebasan bagi Belanda untuk meluaskan wilayah ke Aceh.
B. Perkembangan Ekonom Dan Demografi Di Indonesia Pada Masa Kolonial
Faktor alamiah seperti keterpencilan dan adanya hutan-hutan tropis yang sulit ditembus, pertumbuhan penduduk pada suatu daerah juga ditentukan olehperkembangan teknologi pertanian, kesehatan, dan keamanan. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian serta adanya proses imigrasi, baik intern maupun ekstern.
Salah satu akibat dari penetrasi bangsa Barat yang makin mendalam di Jawa adalah pertumbuhan penduduk yang makin cepat. Hal itu disebabkan menurunnya angka kematian, sedangkan angka kelahiran tetap tinggi. Menurunnya angka kematian disebabkan usaha kesehatan rakyat oleh Pemerintah Hindia-Belanda. Perbaikan distribusi makanan melalui perbaikan jalan raya.
Pertumbuhan penduduk antara tahun 1905 sampai 1920 agak tersendat-sendat. Hal itu akibat tingginya angka kematian, yaitu sekitar 32,5 sampai 35 per seribu jiwa. Angka kematian tertinggi terjadi pada tahun 1918 ketika wabah penyakit membunuh puluhan ribu jiwa sehingga pertumbuhan penduduk terendah terjadi antara tahun 1917 sampai 1920, bahkan di beberapa daerah terjadi pengurangan.
Sesudah tahun 1920 pertumbuhan penduduk berlangsung dengan cepat. Antara tahun 1920 dan 1930 pertumbuhan penduduk pulau Jawa sekitar 17,6 per seribu jiwa.
Ketika sensus tahun 1930 diadakan, penduduk Indonesia telah berjumlah 60,7 juta jiwa. Dari jumlah itu 41,7 juta jiwa berdiam di Pulau Jawa. Berdasarkan perhitungan pertumbuhan penduduk di Indonesia sekitar 79,4 juta jiwa. Di Jawa jumlah penduduknya sekitar 48,4 juta jiwa, sedangkan di daerah luar Jawa jumlah penduduknya sekitar 22 juta Jiwa.
1. Migrasi Intern
Migrasi intern berarti perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lainnya satu pulau, baik secara individu maupun kelompok. Tidak meratanya persebaran penduduk di beberapa wilayah di Nusantara mendorong terjadinya perpindahan penduduk (migrasi). Tekanan sosial ekonomi dari daerah yang padat penduduknya mendorong perpindahan ke wilayah yang masih jarang penduduknya dan punya kemungkinan untuk dikembangkan.
Peperangan dan ancaman keamanan juga merupakan faktor penting bagi terjadinya perpindahan pendduk sejak zaman VOC. Dibukanya jalan kereta api yang menghubungkan Kalisat-Banyuwangi pada tahun 1901 merupakan salah satu pendorong bagi migrasi dari Jawa Tengah ke ujung Jawa Timur yang masih kosong.Oleh karena besarnya migrasi orang Madura ke ujung timur Pulau Jawa mengakibatkan pada tahun 1930 diperkirakan hanya sekitar 45% suku bangsa Madura yang tetap tinggal di pulau asal.Perpindahan intern yang lain, khususnya di Tapanuli dan Sumatra Barat terjadi karena dorongan untuk mendapatkan daerah baru dan atas ajakan pemerintah Belanda untuk bekerja di perkebunan.
Pada tahun 1926 naik menjadi 26.000 jiwa, sedangkan pda tahun 1930 jumlahnya naik menjadi 42.000 jiwa. Sekitar 60% dari penduduk yang meninggalkan Tapanuli menetap di Sumatra Timur. Pada tahun tersebut pendatang dari Toba-Batak hampir sama dengan jumlah penduduk asli.Orang-orang Minangkabau, Sumatra Barat lebih banyak mengadakan migrasi iterern perseorangan. Mereka bekerja sebagai pedagang atau tukang. Pada mulanya daerah rantau mereka ialah kota-kota di Sumatra Barat. Sejak awal abad ke 20 banyak dari mereka yang pindah ke Sumatra Timur dan Lampung. Diketahui pula bahwa 23,5% dari kepala keluarga di wilayah itu adalah wanita.
2. Migrasi Eksternal
Keterbukaan kesempatan bekerja dan berusaha mendorong migrasi ekstern, yaitu perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lainnya baik secara berkelompok maupun sendiri-sendiri. Pulau Jawa sebagai pusat kegiatan ekonomi dan politik pada zaman colonial tentu saja menjadi pusat terpenting mobilitas ini. Dari jawa banyak mengalir migrant ke pulau-pulau lain dan sebaliknya pendatang dari pulau lain banyak mencari penghidupan baru ke Pulau Jawa.
Aliran pendatang ke Pulau Jawa sebagai salah satu akibat dari daya tarik Jawa sebagai pusat kegiatan yang berkaitan dengan modernisasi yang diperkenalkan oleh Pemerintah Belanda. Pendidikan menengah dan tinggi terutama berada di kota-kota besar di Pulau Jawa, seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Migrasi kaum terpelajar dari berbagai daerah, walaupun jumlah mereka tidak besar, merupakan salah satu faktor penting dari berkembangnya nasionalisme Indonesia.Selain golongan terpelajar, ada pula pendatang-pendatang lain ke Pulau Jawa seperti pedagang, pegawai, tukang, dan militer. Di Jawa Barat banyak pendatang dari Sumatra Barat, Minahasa, dan Maluku. Di Jawa Tengah pendatang terbanyak dari Maluku. Di Jawa Timur banyak pendatang yang berasal dari Minahasa dan maluku.
Migrasi ekstern dari pulau Jawa yang terbanyak adalah ke Sumatra. Migrasi dari Jawa ke Sumatra Timur disebabkan oleh pembukaan perkebunan-perkebunan besar, sedangkan migrasi dari Jawa ke Lampung disebabkan oleh penyempitan areal pertanian karena pertambahan jumlah penduduk.
Pelaksanaan emigrasi yang dilakukan oleh pemerintah terjadi setelah pemerintah menerima laporan tentang kemiskinan dari keresidenan Kedua. Pada tahun 1905 kelompok transmigrasi pertama sebanyak 155 keluarga didatangkan dari kedu ke Gedongtataan, Lampung, yang kemudian mendirikan sebuah desa. Sampai pada tahap ini kelihatan kegagalan yang mencolok yang disebabkan sebagai berikut:
1) Pemerintah colonial kurang mengadakan survey yang mendalam tentang daerah yang akan didatangi para transmigran.
2) Para transmigran kurang terseleksi. Banyak di antara mereka yang sudah tidak produktif karena sudah tua.
3) Pemberian bantuan kredit untuk para transmigran berjalan kurang baik.
4) Kesehatan kurang terjamin sehingga angka kematian lebih tinggi dari angka kelahiran.
Dapat dikatakan bahwa pada sepuluh tahun pertama dan kedua abad ke-20 transmigrasi berjalan tersendat-sendat. Walaupun demikian, pada tahun 1930 di Lampung telah menetap 20.282 orang transmigran, sedangkan di Sumatra Timur dan Bengkulu masing-masing berjumlah 4.767 dan 1.924 orang.Baru pada sepuluh tahun ketiga abad ke-20 transmigrasi besar-besaran diadakan. Pada masa ini transmigrasi didasarkan pada 10 pantangan, di antaranya tidak memilih yang bukan petani, orang tua, dan orang bujangan.
C. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia pada Masa Kolonial
Peraturan hukum ketatanegaraan Hindia Belanda mengenai penggolongan penduduk di Nusantara adalah sebagai berikut:
1. Golongan Eropa dan yang dipersamakan terdiri dari:
1) bangsa Belanda dan keturunannya
2) bangsa-bangsa Eropa lainnya seperti Portugis, Prancis, dan Inggris, serta
3) orang-orang bangsa lain (bukan Eropa) yang telah dipersamakan dengan Eropa karena kekayaan, keturunan bangsawan, dan pendidikan.
2. Golongan Timur Asing yang terdiri dari golongan Cina, Arab, India, dan Pakistan. Mereka berada pada lapisan menengah.
3. Golongan pribumi yaitu bangsa Indonesia asli (bumiputra) yang berada pada lapisan bawah.
Dalam masyarakat pribumi dikenal adanya pelapisan sosial berdasarkan status sosialnya, yaitu lapisan bawah, menengah, dan lapisan atas.
1. Lapisan bawah adalah rakyat jelata yang merupakan penduduk terbesar dan hidup melarat, bekerja sebagai petani dan buruh perkebunan.
2. Lapisan menengah meliputi para pedagang kecil dan menengah, petani-petani kaya, serta pegawai.
3. Lapisan atas terdiri atas keturunan-keturunan bangsawan atau kerabat raj yang memerintah suatu daerah. Golongan ini biasanya disebut elite tradisional dan elite daerah.
Mobilitas geografis adalah perpindahan tempat tinggal yang terwujud dalam migrasi ekstern maupun migrasi intern dan urbanisasi, sedangkan mobilitas sosiologis berarti perpindahan pekerjaan atau kedudukan seseorang. Mobilitas sosiologis dibagi menjadi, mobilitas horizontal dan mobilitas vertikal. Mobilitas horizontal berarti perubahan status atau pekerjaan seseorang tetapi dalam kelas atau tingkat sosial yang sama. Mobilitas vertikal berarti perubahan status atau pekerjaan seseorang naik dari tingkat bawah ke tingkat yang lebih atas.
Dengan demikian kita mengenal bermacam elite Indonesia baru, seperti elite politik, elite budaya, dan elite agama. Kesemuanya bertujuan untuk memperjuangkan kepentingan nasional, mereka pun disebut sebagai elite nasional.
Pemerintah Kolonial Belanda merasa perlu memberikan perhatian khusus dalam menghadapi masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Dalam sejarah colonial Belanda, ternyata ideology Islam merupakan kekuatan yang besar sekali dalam mengadakan perlawanan terhadap kekuatan asing di berbagai daerah. Contohnya Perang Padri, Perang Diponegoro, Perang Aceh, serta pemberontakan petani seperti peristiwa Cilegon dan Cimareme, semua dipimpin oleh pemuka Islam dan dijiwai oleh ideology Islam.
Snouck Hurgronje yang telah mempelajari Islam secara cukup mendalam tiba di Nusantara pada tahun 1889. Sejak saat itu, politik terhadap Islam atas nasihatnya mulai didasarkan atas fakta-fakta dan bukan atas rasa takut belaka. Ia mengemukakan bahwa tidak setiap pemimpin Islam bersikap bermusuhan dengan pemerintah colonial dan orang yang baru pulang naik haji tidak dengan sendirinya menjadi orang fanatic dan suka memberontak.
Kebijakan yang diajukan oleh Snouck Hurgronje ini merupakan bagian dari pandangan tentang masa depan Nusantara. Menurutnya, orang Islam di Nusantara hanya dapat menerima pemerintahan asing secara terpaksa. Dalam menghadapi Islam, penguasa colonial dapat mengharapkan dukungan dari kaum adat. Akan tetapi, golongan itu tidak kuasa menahan pengaruh, baik dari perkembangan Islam maupun dari proses modernisasi sehingga politik ini pun tidak dapat diharapkan untuk mencapai tujuan jangka panjang.
Ia menyarankan agar dilakukan perubahan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang "dimodernkan" dengan budaya barat (westernisasi).
Kejadian-kejadian sekitar tahun 1912-1916 ketika Sarekat Islam sedang berkembang pesat, menunjukkan betapa peranan ideology Islam dalam menggerakkan rakyat. Ternyata untuk masyarakat tradisional perbedaan yang diuat oleh Snouck Hurgronje tidaklah sesuai.
Walaupun demikian, beberapa pejabat seperti Snouck Hurgronje, Rinkes, Gonggrijp menyarankan agar Sarekat Islam diakui pendiriannya karena mereka berpandangan bahwa keberadaan Sarekat Islam merupakan kebangkitan suatu bangsa untuk menjadi dewasa, baik dalam bidang politik maupun sosial.
Organisasi Islam berikutnya yang muncul setelah Sarekat Islam adalah Muhammadiyah. Organisasi ini bersifat reformis dan nonpolitik. Kegiatan-kegiatannya dipusatkan dalam bidang pengajaran, kesehatan rakyat, dan kegiatan sosial lainnya.
Menjelang abad ke-20 terjadilah perubahan-perubahan masyarakat di Indonesia, khususnya disebabkan oleh terbukanya negeri ini bagi perekonomian uang.
Gagasan tentang kemajuan itu juga muncul pada diri R.A. Kartini (1879-1904). Gagasannya tersebut dituangkan dalam surat-surat pribadinya yang diterbitkan pada tahun 1912 atas usaha J.H. Abendanon dengan judul Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Penerbitan buku itu menimbulkan rasa simpati mengenai gerakan emansipasi wanita di Nusantara.
Keadaan gadis-gadis seperti yang dialami Kartini, juga terdapat di daerah Pasundan. Seorang guru Belanda yang berada di Indonesia pada tahun 1913 menulis tentang keadaan wanita Sunda. Dalam tulisannya tersebut ia mengemukakan bahwa kehidupan wanita Sunda melalui tiga periode, yaitu sebagai berikut:
a. Masa kanak-kanak yang penuh kegembiraan
b. Masa kehidupan patuh sebagai istri dan ibu
c. Masa penuh pengaruh sebagai nenek
Kehidupan gadis semacam itu sebenarnya hanya terdapat pada kalangan menak (bangsawan) yang berbeda dengan gadis-gadis dari kalangan petani maupun pekerja. Keterbelakangan pendidikan menjadi pola yang umum pada mereka. Pada golongan petani dan pekerja, perkawinan di bawah umur sering terjadi seperti halnya pada golongan menak. Oleh karena itu, Kartini sangat mendambakan pengajaran bagi gadis-gadis.
Fase berikutnya dari gerakan wanita Indonesia diawali dengan berdirinya sebuah Perkumpulan Putri Mardika. Perkumpulan itu bertujuan untuk mencari bantuan keuangan bagi gadis-gadis yang ingin melanjutkan pelajaran. Sedangkan Perkumpulan Kartinifonds (Dana Kartini) didirikan pada tahun 1912 atas usha Tuan dan Nyonya C. Th. Van Deventer yang bertujuan untuk mendirikan sekolah-sekolah Kartini. Sekolah yang pertama didirikan di Semarang pada tahun 1913, kemudian menyusul di kota-kota Jakarta, Malang, Madiun, dan Bogor.
Sementara itu muncul banyak sekali Perkumpulan wanita, antara lain Madju Kemuliaan di Bandung Pawijatan Wanita di Magelang, Wanita Susilo di Pemalang, dan Wantia Hadi di Solo. Organisasi keagamaanpun memiliki bagian organisasi kewanitaannya, seperti Wanito Katholik, Aisyiah dari Muhammadiyah, Nahdlatul Fataad dari NU, dan Wanudyo Utomo dari SI.
Di samping organisasi-organisasi wanita, terdapat juga surat kabar dan majalah wanita yang berfungsi sebagai penyebar gagasan kemajuan kaum wanita dan juga sebagai media pendidikan dan pengajaran. Pada tahun 1909 di Bandung terbit Poetri Hindia, walaupun dengan redaksi kaum laki-laki. Di Brebes pada tahun 1913 terbit Wanito Sworo yang dipimpin oleh seorang guru dari Ponorogo. Wanito Sworo terbit dengan menggunakan bahasa dan huruf Jawa. Sebagian juga dalam bahasa Melayu. Isinya mengenai kewanitaan praktis.
Poetri Merdika di Jakarta merupakan surat kabar yang sangat maju pada tahun 1914. Artikel-artikelnya tertulis dalam bahasa Belanda, Melayu, dan Jawa. Melalui terbitnya Poetri Merdika, semangat emansipasi wanita beserta masalah-masalah yang terkait dengannya didiskusikan. Perpaduan pendidikan antara kaum laki-laki dan perempuan, pemberian kelonggaran bergerak bagi kaum putri, berpakaian Eropa, serta kesempatan pendidikan dan pengajaran merupakan bahan perdebatan yang cukup menarik.
Beberapa surat kabar yang lain misalnya, di Semarang terbit Estri Oetomo, di Padang terdapat Soera Perempuan dengan redaksi Nona Saadah yang seorang guru HI, di Medan terbit Perempoean Bergerak dengan redaksi Parada Harahap.
Kongres wanita pertama diadakan pada tanggal 22 Desember 1928 setelah mendapatkan pengaruh dari diselenggarakannya Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda. Kongres Wanita tersebut melahirkan Perserikatan Perhimpunan Istri Indonesia (PPII). Tanggal 22 Desember kemudian diperingati sebagai hari ibu sebagai hari lahirnya kesadaran yang mendalam wanita Indonesia tentang nasibnya, kewajibannya, kedudukannya, dan keangotaannya dalam masyarakat.
Berbeda dengan PPII, Istri Sedar yang didirikan di Bandung pada tanggal 27 Maret 1923 semata-mata merupakan organisasi politik. Pada tahun 1932, setelah kongresnya yang kedua, salah satu programnya adalah menyokong suatu pendidikan nasional yang berdasarkan kebutuhan kaum melarat dan atas dasar-dasar kemerdekaan dan percaya kepada diri-sendiri. Tahun 1932 merupakan tahun perlawanan umum terhadap undang-undang. "sekolah liar" yang kemudian menjadi tema sebuah novel Suwarsih Djojopuspito berjudul Buiten het Gareel (Diluar Kekangan). Suwarsih adalah istri Sugondo Djojopuspito (Ketua Kongres Pemuda II) yang pada waktu itu menjadi pimpinan Sekolah Taman Siswa, Bandung. Selain itu bukunya tersebut juga menggambarkan betapa eratnya Taman Siswa dan gerakan nasional serta pandangan penulisnya sebagai penganut feminisme dan nasionalisme yang terkandung dalam Istri Sedar.

DAFTAR PUSTAKA
Samlawi, Fakih dan Maftuh, Bunyamin. 1998. Konsep Dasar IPS. ______Bandung: Depdikbud
Syah, Nurdin. 1995. Sejarah Pergerakan Kebangsaan. Bandung: Rosda.
http://sepenggalsejarahina.blogspot.com/p/penjajahan-dari-bangsa-lain.html