KOMUNIS RUSIA DAN PERKEMBANGANYA



DINI MIRANDA / PIS
      Pemerintahan komunis Rusia
  1)      Rusia pada masa akhir Tsar Nicholas II
Di zaman yang sudah berkembang liberalisme di Eropa barat, kaisar Nicholas II (1896-1917) masih mempertahankan sistem kekuasaan pemerintah yang absolud. Paham liberalisme adalah paham Revolusi Prancis yang telah meluas pengikutnya di Eropa. Paham ini mulai masuk di Rusia maka tradisi pemerintahan absolud mendapat kecaman dari kaum leberalisme dan sosialisme. Sebab sistem pemerintahan semacamini kaum Feodal bangsawan menindas rakyat jelata sebagai yang tertindas. Kepemilikan tanah hanya dimonopoli kaum Feodal Bangsawan. Rakyat kecil hanya menjadi petani pengarap tidak berbeda dengan sistem perbudakan. Kalaupun rakyat punya tanah, hanya dimiliki secara kolektif (mir) akhirnya tanah mir ini dikuasai oleh satu orang diantara mereka yang disebut petani kulak. Persoalan ini telah ditentang kaum liberal sejak zaman Tsar Alexander II (1855-1881). Pada waktu itu lalu dikeluarkan Undang-Undang Emansipasi tahun 1861 tentang kepemilikan tanah dan Undang-Undang Zemtvo tahun 1864 tentang otonomi daerah maka untuk
pertamakali di Rusia ada keterwakilan golongan rakyat (Duma) dimana rakyat dilibatkan dalam urusan kekuasaa. Tetapi dizaman Tsar Nicholas II ini masalah monopoli tanah dan pembentukan wakil rakyat tidak ada realisasinya. Sementara itu Rusia memasuki zaman dibangunnya industrialisasi dan modernisasi modal kapital diperoleh dari pinjaman Tsar dengan Prancis. Industrialisasi dalam perkembangannya dimaksudkan untuk mengejar ketinggalannya dengan negara barat. Untuk menjaga setabilitas industrinya dilakukan proteksi industri. Kaum buruh di Rusia sudah mulai tumbuh dan juumlahnya semakin bertambah. Kemajuan industrialisasi di Rusia ternyata membawa kritik kaum Sosialis Marxis. Paham sosialisme telah mulai dipopulerkan George Plekhanov tahun 1898. Pada intinya kritik kaum Marxis adalah kecaman-kecaman terhadap ekses-ekses dalam industrialisasi sistem kapitalis yang dikelola oleh kaisar yang berpikiran feodalisme dan kapitalisme.
Tentunya masih moderat yaitu (Soebantardjo, 1956:102) "persamaan dalam hukum, kemerdekaan pers, berbicara, berkumpul, dan perbaikan nasib buruh dan tani".
Tetapi tuntutan itu semakin bertambah keras setelah kaum Marxis mengadakan kongresnya di London tahun 1903. Tuntutan barunya adalah bermaksud mengganti secara total pemerintahan otokrasi menjadi sistem yang sama sekali baru masyarakat sosial-komunis. Bagi kaum leberal tidak sekeras itu tuntutannya, yang dikehendaki adalah pengurangan kekuasaan raja dengan sistem Undang-Undang Dasar dan perbaikan nasib kaum buruh. Hal tersebut disampaikan kepada Tsar dalam suatu Petisi Leberal yang disampaikan oleh Gapon dalam suatu demonstrasi damai tanggal 22 Januari 1905. Petisi itu disambut dengan rentetan tembakan menyebabkan ratusan buruh tewas. Suasana berubah menjadi revolusi. Revolusi menghasilkan persetujuan bahwa Tsar Nicholas II bersedia membentuk Duma (wakil rakyat). Antara tahun 1906-1912 pembentukan Duma terjadi tarik ulur antara Tsar disatu pihak dengan kaum liberal dan sosialis dilain pihak. Tsar hanya menginginkan anggota Duma itu diisi oleh mayoritas kaum koservatif yang reaksoner (pendukung Tsar).
Pada tahun 1914 pecah Perang Dunia I. rakyat Rusia dilibatkan dalam perang tersebut dan jumlah biaya sangat besar untuk kepentingan Tsar yang kecil. Kepentingan Tsar adalah hanya karena keterikatannya pada Pripel Etente 1907 dengan Prancis serta obsesinya tentang gerakan Pan Slavisme mengenai Serbia Raya. Rakyat sudah jemuh perang, pernang politik air hangat sudah membebani rakyat. PD I akan lebih membebani lagi. Perang ini banyak ditentang oleh rakyat terutama Lenin yang selalu meneriakkan Slogan anti perang sebab itu hanya perangnya kaum kapitalis. Rakyat dalam keadaan sudah lapar butuh makanan tetapi tentara hanya disuruh perang. Akhirnya terjadilah revolusi sosial pada bulan Februari sampai Oktober 1917. Dalam revolusi ini Kaisar melarikan diri dan akhirnya dibunuh. Dengan demikian kekuasaan pemerintah sistem absolud telah berakhir. Zaman akan berganti yaitu terbentuknya masyarakat komunis oleh kelompok kecil revolusioner yang dikenal dengan Bolsyewik.
2)      Pengaruh Marxisme Leninisme di Rusia
Karl marx (1818-1883) adalah cendekiawan Jerman. Bersama dengan Friederich Engels, ia menjelaskan perlunya mengubah sistem masyarakat yang dinilainya telah rusak, pemikirannya itu dituangkan dalam tulisan bukunya yang berjudul Manifesto Komunis dan Das Kapital. Ajran Karl Marx adalah hukum dialektik yang mengupas tentang sosialisme ilmiah yang berisi hukum perkembangan masyarakat. Oleh pengikutnya (Marxis) ajaran Karl Marx ini mendapat Revisi dan inovasi terutama Lenin, Lenin dikenal seorang revisionis Marxisme. Ia mengadopsi pemikiran Karl Marx tetapi diberi tafsiran khusus. Tujuannya adalah sebagai strategi untuk mewujudkan masyarakat Komunis seperti yang dicita-citakan Marx. Dari sinilah maka ada ajaran Marxisme-Laninisme atau Komunis. Dari ajaran ini revolusi sosial Rusia berhasil dan pemerintah komunis dapat dipraktekkan.
Berdasarkan hukum dialektik. Dalam Manifesto Komunis Marx menandaskan (William Ebenstein, Terj. Alex Jemadu, 1985:7) "bahwa sejarah seluruh masyarakat hingga sekarang merupakan sejarah perjuangan kelas".
Mengenai gerak dialektik akan berjalan dengan tahapan masyarakat tahap premitif, perbudakan, feodalis, kapitalis dan komunis. Untuk mencapai masyarakat komunis, kaum proletar merebut dari tangan kapitalis. Lalu ada tahap transisi yang dinamakan diktator proletar,akhirnya tercapailah masyarakat komunis.
Dalam pandangan Karl Marx yang disebut masyarakat komunis adalah (Miriam Budiardjo, 2001:82) "suatu masyarakat dimana tidak ada kelas sosial dimana manusia dibebaskan dari keterkaitannya kepada hak milik pribadi dan dimana tidak ada eksploitasi, penindasan dan paksaan. Dan komunisme merupakan tahap akhir dimana tidak ada kelas lagi".
Tetapi yang aneh disini bahwa untuk mencapai masyarakat komunis itu melalui kekerasan yang memperebutkan kekuasaan antara kaum buruh dan kekuasaan kapitalis. Marx pecaya bahwa revolusi akan terjadi lebih dulu di negara-negara yang kapitalisnya telah maju, sebab kaum proletar sudah cukup banyak. Untuk menjalankan revolusi, kaum proletar dipandang akan menjadi tiang utama. Sebab kaum buruh suatu saat akan tahu dan sadar sendiri dengan penderitaan yang dialami akibat dari keserakahan kaum kapitalis.
Tetapi Lenin menyimpang dari Marx. Lenin setuju tentang revolusi tetapi bila keadaan telah mendesak revolusi tidak perlu menunggu matangnya kapitalisme. Revolusi dapat saja terjadi di negara seperti di Rusia, walaupun jumlah kaum buruhnya masih sedikit. Dalam hal ini Lenin menilai bahwa Rusia saat itu telah mulai memasuki tahap kapitalisme awal.
Mengenai kesadaran kaum buruh, dikatakan bahwa (Saiful Amri, 2004:54) "kesadaran itu dapat ditanamkan kepada kaum buruh hanya dari luar melalui organisasi revolusioner. Oleh sebab itu konsep diktator proletar yang dikatakan Marx dapat diperbaharui menjadi diktator buruh dan tani".
Sumbangan Lenin dalam teori komunisnya adalah pamfletnya yang berjudul "What To Be Done" tahun 1902. Pamflet itu merupakan konsep revolusioner yang profesional didalamnya ada langkah-langkah.
Langkah pertama adalah membentuk organisasi buruh revolusioner dengan agen-agen minoritas revolusioner yang bersifat rahasia dan dikendalikan dari pusat. Yang kedua adalah membentuk Partai Komunis yang bertugas merekrut anggota partai yang berasal dari kalangan apapun yang berfikiran revolusioner, profesional dan sanggup menjalankan tugas. Kemudian ketiga, mendidik dan menanamkan kesadaran sosialnya, sehingga bisa menjadi mentor, pemadu kaum sosial untuk menjadi agitator, organizer, propagandis dan menyebarluaskan leteratur. Kemudian keempat, Partai komunis akan beroperasi secara terbuka bila sistem lama dalam kondisi mencapai titik terlemah melalui infintrasi, inteljen dan sabotase. Terakhir kemudian mengambil kekuasaan bila kesempatan ada.
3)      Revolusi Sosial di Rusia tahun 1917
Menurut Ian Birchall (Muh. Sallh, 2002:1), "Revolusioner Rusia adalah terjadinya pengambilalihan kekuasaan secara paksa oleh rakyat karena pertentangan antara yang menginginkan perubahan baru dengan yang ingin mempertahankan sistem yang sedang berjalan setiap hari".
Revolusi sosial di Rusia disebabkan oleh penolakannya terhadap konsep-konsep liberalisme. Tetapi yang menjadikan penyebab langsung terjadi revolusi adalah tertunda-tundanya pemilihan anggota Duma, ikut sertanya Rusia dalam PD I yang akhirnya memberatkan rakyat dan terkurasnya bahan makanan untuk rakyat yang digunakan untuk perang.
Revolusi di mulai dengan aksi-aksi pemogokan umum pada bulan Februari 1917. Kemudian Tsar Nicholas II dianggap kaum revolusi di Istana Musim Salju. Lalu pemerintahan sementara dipimpin oleh Pangeran George L Vov dari kaum liberal. Akibat tidak ada pengalaman menjalankan pemerintahan, pemerintahan sementara ini akhirnya jatuh. Merikutnya Karensky dari kaum sosialis (Mensyewik) mengambil alih pemerintahan sementara. Ia membentuk pemerintahan republik dan rezim barunya dengan melibatkan semua unsur-unsur golongan Liberal dan Bolsyewik. Tetapi Karensky tidak didukung oleh kaum sosialis lain (Bolsyewik) yang berhaluan komunis. Ia dianggap tidak mempunyai konsep komunis yang jelas. Selain itu Karensky juga menghadapi Karnilov dari tentara putih yang masih setia pada Tsar Nicholas II. Kemudian Karensky mengahdapi Karnilov bersama-sama dengan kaum Bolsyewik. Paa saat itu kaum Bolsyewik diperbolehkan mempunyai sejata untuk menghadapi Kanilov. Inilah yang terjadi awal mula Bolsyewik mempunyai tentara merah. Kesempatan ini sigunakan oleh kaum Bolsyewik untuk menjatuhkan Karensky. Karensky jatuh pada tanggal 25 Oktober 1917 kemudian pemerintahan diambil alih oleh kaum Bolsyewik yang dipimpin Lenin dan Trotsky.
Langkah-langkah Lenin menjalankan revolusi melalui pembentukan partai, melakukan propaganda, infiltrasi, tidak kekerasan dan pengambil alihan kekuasaan. Dalam langkah yang terakhir itulah Karensky digulingkan pada tanggal 25 Oktober 1917. Untuk menghadapi intervensi asing yang bermaksud menggagalkan revolusi. Lenin mempertahankannya dengan tentara merah. Tentara ini telah dibentuk mulallui kegiatan infiltrasi kedalam tubuh teentara Tsar sehingga tentara tersebut mengalami demoralisasi pada waktu menjalankan Perang Dunia I maupun pada waktu awal-awal revolusi.
Negara Sekutu paa Perang Dunia I tidak mengakui perjanjian Brest Litovsk dengan pihak Jerman. Sebab negara sekutu menudukung Kaisar dan anti komunis Bolsyewik, sedangkan Perang Dunia I juga belum selesai, kemenangan Jerman terhadap Rusia masih bersifat sementara.
Selain itu ada tentara yang masih setia kepada Tsar (Joesoef Soy'yb, 1996:215) 'akhirnya pecah perang saudara (1918-1920) antara pihak kontra revolusi Rusia Putih dengan Rusia Merah atau Komunis.
Rusia Putih dibantu negara-negara Eropa dan Amerika yang anti komunis dipimpin Jendral Denikin dan Wrangel. Karena tidak ada koordinasi yang baik dan tempatnya saling berjauhan usaha intervensi revolusi ini gagal. Dalam peristiwa ini Tsar Nicholas II dan seluruh keluarga dipenggal kepalanya.
Keberhasilan Revolusi Sosial di Rusia ini telah menyebabkan lenyapnya pemerintahan otokrasi Tsar. Dilain pihak keberhasilan Revolusi telah mengantarkan Lenin menjadi peminpin komunis tertinggi di Rusia. Selanjutnya nama baru Rusia adalah Federasi Republik Sosialis Rusia. Pemeintah ini dipegang oleh satu partai Komunis saja dari Pemimpin Tertinggi di Dewan Komisaris Rakyat. Revolusi sosial Oktober-Novermber di Rusia menjadi model dan basis perekayasaan revolusi di seluruh dunia.
Menurut (William Ebenstein. Terj. Alex Jemadu, 1985:24) "partai komunis di seluruh dunia harus melakukan revolusi meniru partai komunis Rusia yang berwatak rahasia, kepemimpinan oleh minoritas revolusioner profesional, kewenangan yang tersentralisasi dan penggunaan cara-cara ilegal",
Propaganda yang mesti didengungkan dalam revolusi adalah slogan-slogan, hak-hak rakyat jajahan untuk menentukan nasib sendiri, mendukung gerakan kemerdekaan di seluruh dunia dibawah cengkraman imperialis dan menggabungkan petani dan buruh sebagai pilarnya.
Untuk itu pada tahun 1917 dilaksanakan Komintern (Komunis Internasional) . Badan ini bertugas memimpin dan mengembangkan komunis ke seluruh dunia. Dari sinilah penyebaran komunis ke seluruh dunia dimulai dengan kegiatan-kegiatan yang disebut komintern. Dan sebagai pusat komintern tersebut adalah terletak di Rusia.
4)      Komunisme dalam Prateknya di Uni Sovyet
Setelah berhasil memimpin revolusi tahun 1917, Lenin mendirikan suatu negara yang menerapkan prinsip-prinsip komunis ajaran Karl Marx. Ia mengeluarkan Undang-Undang Dasar baru Rusia tahun 1918 yang masih mencerminklan tahapan awal komunis. Berdasarkan Undang-Undang Dasar itu Lenin mulai memusnahkan golongan-golongan yang dianggap penindas. Mereka terdiri dari tuan-tuan tanah, pejabat negara, penguasa dan polisi Tsar. Selama dalam tahapan awal ini maka kekuasaan dapat dipusatkan pada pemerintahan pusat.
Dalam menerapkan prinsip-prinsip komunis pada tahap awal ini, pertanian dijalankan secara kolektif yang dikerjakan bersama-sama, milik, bersama, biaya bersama dan hasilnya dibagi menurut berat ringannya tugas masing-masing.
Tanah milik negara dan perseorangan tidak diperbolehkan dimiliki secara perorangan. Adapun seluruh hasil yang diperoleh para pekerjja dari tanah negara diperuntukkan untuk umum. Caranya hasil produksi itu semuanya diserahkan kepada negara dan nanti negara yang membagi dengan adil.
Industri dan pabrik-pabrik itu milik negara dan hasil barang pabril itu digunakan untuk umum oleh sebab itu hasil produksi semuanya diserahkan kepada negara dan negara yang membagi dengan adil. Namun demikian ekonomi dan pertanian komunis belum dapat terlaksana dengan baik. Kaum bulak enggan menyerahkan hasil bumi untuk negara. Petani juga tidak mau menanam yang lebih dari yang dibutuhkan. Tetapi kebijakan perekonomian baru atau New Economic Policy (NEP) selama tujuh tahun berjalan baik hasil bumi boleh dijual bebas tetapi disamping itu diadakan pertanian kolektif dan pertanian negara untuk menyaingi  pertanian bebas dari kaum kulak. Dengan demikian kaum kulak makin terdesak dan makin banyak kaum tani yang bergabung dalam pertanian kolektif.
Setelah Lenin wafat tahun 1924 terjadi perebutan kekuasaan diantara Pimimpin Partai di elit Politbiro Sentral Komunis. Mereka adalah Stalin, Trotsky, Zinovyev dan Kamenev. Akhirnya Stalin yang memenangkan perebutan itu selama Stalin menjalankan kekuasaannya, ia bertindak diktator dengan melakukan pembersihan terhadap semua lawan-lawan politik dan penentang gagasannya. Pada tahun 1924 Stalin punya gagasan tentang "sosialisme dalam satu negara".
Intinya menurut (Saiful Amri, 2004:31) "bahwa sosialisme dapat dibangun di Rusia secara independen dari revolusi dunia sebagai pengabdian akan revolusi di seluruh dunia".
Gagasan ini mendapat kecaman dari lawan-lawan politiknya yang berpikiran tentang revolusi komunis itu bersifat permanen. Kaum Komunis boleh menggunakan kapital asing, ahli ilmu pengetahuan asing untuk mencapai tujuan komunisme. Dalam meneruskan kepemimpinan Lenin, Stalin meneruskan kebijakan ekonomi NEP sampai tahun 1927. Kemudian ia menerapkan prinsip-prinsip komonis dalam rencana 5 tahun (1927-1932). Rencana ini dijalankan dengan pertanian secara kolektis. Tetapi pelaksanaannya dijalankan dengan paksa dibawah ancaman pembersihan. Lenin meniadakan petani kulak (penguasa tanah kolektif). Semua menjadi petani berjalan baik. Industrialisasi dipusatkan pada industri berat untuk perang. Industri ini digunakan untuk kesiagaan dalam Perang Dunia II. Pada tahun 1936 UUD yang  baru diberlakukan dan nama negara yang baru adalah Union Of Soviet Socialist Republics (USSR). UUD tersebut sebagai tanda berakhirnya revolusi tahap I dan dimulailah tahap II. Pada tahap ini masalah transportasi dikenalkan dengan angkutan masyarakat komunis. Tentang perburuan merupakan wakil-wakil pemerintah. Mengenai upah buruh bukan berdasarkan jam kerja tetapi kualitas pekerjaan.
Khruschev (1953-1964) berhasil menjadi pemimpin Sovyet setelah suruhannya membunuh kepala Komite Gesudartts Venoy Bezopasnopti- KGB (Dinas Rahasia Inteljen Uni Sovyet) lauranty Baria. Selanjutnya ia mengecam pemerintah totaliterisme Stalin. Ia beralasan bahwa keberhasilan sosialisme tidak semata-mata tergantung pada pihak kediktatoran dari seorang pemimpin, bahkan ia merupakan kesempatan bahwa negara komunis itu dapat hidup berdampingan dengan negara-negara yang lain yang sistemnya berbeda-beda. Akibat destalisasi ini Hongaria dan Polandia menuntut kemersekaan. Hongaria lalu diserang Uni Sovyet. Dewan Keamanan PBB hanya bisa protes.
Pada tahun 1960 terjadi krisis nuklir Kuba. Kapal nuklir Sovyet dipaksa kembali ke pengkalannya. Dari kejadian ini Leonit Braznev memimpin (1964-1982). Uni Sovyet langsung membangun kekuatan militernya secara besar-besaran. Biayanya mencapai 15% dari anggaran nasional, di AS hanya 7 %. Sampai tahun 1983 kekuatan persenjataan Sovyet telah mengungguli kekuatan AS. Dengan demikian Uni Sovyet benar-benar menunjukkan adidayanya atas rivalnya Amerika Serikat.
Dalam menjaga stabilitas negara, Breznev bertindak represif. Ia mengembalikkan kepemimpinan yang stalinis setelah sempat distalisis dimasa Khruschev. Tetapi tidak sampai melakukan pembersihan lawan, melainkan pengusiran, penomoran migrasi dimasukkan ke rumah sakit jiwa dan penjara. Di zamannya terjadi eksodos pengarang, musisi, politikus dan rakyat ke luar negeri untuk minta suatu politik di negara lain.
Dalam pengendalian negara-negara satelitnya di Eropa, Breznev bertindak tegas. Di Cekoslovakia tahun 1968 Sovyet menghentikan eksperimen Alensander Dubcek tenntang komunisme totaliter menjadi sosialisme berwajah kemanusiaan sebab liberalisme akan menggantikan monopoli Partai komunis.
Pada tahun 1979-1989 Breznev menyerang Afganistan untuk memperluas anggota Blok Timur. Tetapi Afganistan dibantu oleh negara-negara Islam dan AS membantu persenjataannya. Ternyata perang ini memakan waktu yang panjang sehingga menghabiskan senjata, tentara dan biaya yang besar bagi Uni Sovyet. Dampaknya terhadap perekonomian, Sovyet mengalami keterpurukan. Selain itu di Polandia pada tahun 1989 terdapat gerakan solidaritas pimpinan Lech Walesa yang didukung Paus Yohanes Paulus II. Gerakan ini menuntut Gomulka yang bertindak penindas mundur dari jabatannya dan diganti Eduardo Gierek.
Setelah Lionit Breznev meninggal lalu diganti oleh Constantin Cornenco kemudian Andrey Gromico. Selama masa pemerintahannya tidak banyak perubahan. Pergantiannya Mikhail Gorbanchev (1985-1991). Ia tidak menjalankan prinsip-prinsip komunis seperti pemimpin sebelumnya. Ia mencanangkan program Glasnost dan Perestroika untuk memperbaiki keterpurukan ekonomi Sovyet. Tetapi program ini hanya menjadi penyebab langsung runtuhnya Uni Sovyet tahun 1991.
DAFTAR PUSTAKA .
Fitria, ariani. Sejarah dan peristiwa , penerbit sic Surabaya, 2007
Krisna , didi . kamus politik internasional, penerbit pt gramedia widiasarana Indonesia , Jakarta 1993 .

ROBERT WOLTER MONGONSIDI



Rizki Aiditya/SI3/B
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 berkumandang di seluruh penjuru tanah air. Gemanya membangkitkan para rakyat pejuang bangsa yang sudah lama bersiap menunggu komando untuk merebut dan menegakkan kemerdekaan.
Di Sulawesi Selatan para pemuda pejuangpun bangkit dan bersatu menyongsong hari depan yang mulia itu, tetapi kaum penjajah Belanda segera datang ke Indonesia dan ingin kembali menguasai tanah air dan bangsa Indo­nesia. Dalam pada itu seluruh bangsa kita sudah bertekad "Merdeka atau mati". Diantara pejuang itu, ialah Robert Wolter Monginsidi seorang Pahlawan Bangsa yang kemudian gugur di depan regu tembak Belanda.
Robert Wolter Monginsidi dilahirkan pada tanggal 14 Februari 1925 di desa Malalayang, tidak jauh dari kota Manado. Robert adalah putra ketiga dari Petrus Monginsidi. Ibunya bernama Lina Suawa, dalam lingkungan keluarga dan teman-teman akrabnya, ia biasa dipanggil Bote.
Keluarga Petrus Monginsidi orang tua Robert, bukanlah keluarga yang kaya. Ayah Robert hanyalah seorang petani kelapa, tetapi bercita-cita luhur. Anak-anaknya sedapat-dapatnya disekolahkan sejauh dan setinggi mungkin.
Robert mula-mula bersekolah di Hollands Inslanche School (HIS. setingkat SD). Sejak kecil ia adalah anak yang gagah, tampan, keras kemauan dan cerdas. Sesudah tamat dari HIS ia melanjutkan ke MULO, yaitu SMP pada jaman Hindia Belanda.
Pada jaman kedudukan Jepang mula-mula Robert belajar bahasa Jepang (Nihonggo Gakko). Ia memang berbakat pada bahasa asing dan karena itu lulus dengan memuaskan. Ia lalu diangkat sebagai guru pada Kursus Bahasa Jepang padahal usianya masih muda. Mula-mula ia mengajar di Liwutung (Minahasa), lalu dipindahkan ke Luwuk (Sulawesi Tengah).
Robert gemar membaca dan pandai berbahasa Belanda, Inggris dan Jepang tetapi ia masih ingin belajar, karena itu ia meninggalkan pekerjaannya sebagai guru dan memasuki Sekolah Menengah Pertama di Ujung Pandang.
Ketika pasukan Jepang menyerah pada Perang Asia Timur Raya dan Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan Robert Wolter Monginsidi sedang berada di Rantepao, Tanah Toraja. Ia segera menuju ke Ujung Pandang dan bergabung dengan para pemuda pejuang. la bertekad untuk membela Negara Republik Indonesia, dan melawan pasukan penjajah yang datang untuk menguasai tanah air dan bangsa kita. Robert Wolter Monginsidi terkenal seorang pemuda yang bersemangat dan cinta tanah air dan bangsa.
Bersama-sama dengan para pemuda pejuang di Sulawesi Selatan, Wolter menyusun rencana perlawanan dan pertahanan, demikian pula kawan-kawan sekolah di SMP Nasional Ujung Pandang giat membantu perjuangan. Mereka menempelkan plakat-plakat perjuangan di seluruh kota, bahkan di depan tangsi pasukan NICA / Belanda.
Wolter Monginsidi bersama Maulwi Saelan dan kawan-kawannya memimpin Barisan Angkatan Muda Pelajar yang bertindak dengan keberanian di tengah-tengah pasukan Belanda.
Pada tanggal 27 Oktober 1945 seluruh kekuatan pemuda pejuang di Ujung Pandang dipusatkan untuk mengadakan serangan umum. Robert Wolter Monginsidi juga ikut mengambil peranan penting. Para pemuda pejuang akan merebut tempat-tempat strategis, bangunan-bangunan vital dan gedung-gedung penting yang telah diduduki tentara Belanda. Mereka akan menyerbu Stasiun Pemancar Radio Makasar, Tangsi Belanda di Mariso, Stasiun Radio di Mattoanging, Stasiun Radio di Mara Dekaya, Tangsi dan Kantor Polisi NICA.
Wolter dan kawan-kawannya para pelajar SMP mendapat tugas menyerbu Hotel Empres dan menangkapi para perwira Belanda, mereka juga bertugas membuat barikade di jalan-jalan.
Tepat jam 5.00 pagi, tanggal 20 Oktober 1945 mulai terdengar tembak menembak di jalan Gowa. Pagi itu sudah terjadi pertempuran di seluruh penjuru kota Ujungpandang. Stasiun radio di Mattoanging dan Maradekaya telah dapat dikuasai para pemuda. Mula-mula pasukan Australia yang bersenjata lengkap itu bersikap menonton saja. Mereka tidak berbuat apa-apa. Tetapi pasukan Belanda berhasil membujuk dan mempengaruhi pasukan Australia. Akhirnya pasukan Australia ikut campur melawan serbuan para pejuang.
Mereka menyerbu markas pejuang di Jonggaya pada siang hari jam 11.00. Pasukan Australia memiliki senjata lengkap dan modern, sedangkan pasukan pemuda pejuang bersenjata sederhana dan seadanya. Tentu saja sungguh berat melawan pasukan Australia itu. Meskipun demikian para pemuda melawan dengan semangat tinggi. Dalam pertempuran itu banyak pemuda pejuang yang gugur, dan 46 pemuda ditangkap tentara Sekutu (Aus­tralia) termasuk Robert Wolter Monginsidi. Beruntunglah, Wolter mahir berbahasa asing dengan kepandaiannya berdiplomasi, Wolter dapat menyakinkan para perwira Australia itu bahwa mereka itu pemuda pejuang yang sedang menegakkan kemerdekaan bangsa dan tanah airnya, akhirnya mereka yang ditangkap itu dibebaskan.
Sementara itu pasukan NICA Belanda terus melancarkan pengejaran terhadap para pejuang, terpaksalah para pejuang mengundurkan diri dari kota dan membentuk markas-markas di daerah-daerah seperti Plongbangkeng, Jeneponto, Bulukumba, Bantaeng, Palopo, Kolaka, Majene, Enrekang, dan Pare-pare. Dari markas-markas daerah itu seringkali pemuda memasuki kota mengadakan aksi penyerangan. Mereka menculik dan membunuh mata-mata kaki tangan Belanda, sebaliknya pasukan Belanda sering pula melancarkan serangan ke daerah-daerah untuk menghajar dan menghancurkan kekuatan pemuda. Di antara para pejuang itu, maka para pelajar SMP Nasional menduduki tempat dan memperoleh nama yang baru. Mereka seringkali mengadakan gerakan yang merugikan pasukan Belanda, terutama sekali pemuda Robert Wolter Monginsidi. la sangat berani dan bergerak sangat lincah, karena itu menjadi sasaran pasukan Belanda.Robert Wolter Monginsidi menggabungkan diri pada pasukan Ronggeng Daeng Rono yang bermarkas di Plongbangkeng. la bertugas sebagai penyelidik, karena mahir berbahasa asing dan mempunyai wajah yang mirip orang Indo-Belanda.
Wolter seringkali memasuki kota Ujung Pandang seorang diri, la menyamar sebagai anggota tentara Belanda, ditengah jalan Ia menghentikan Jeep tentara Belanda lalu ikut menumpang.Ditengah jalan Wolter segera menodongkan pistolnya ke arah pengemudi yang dibuatnya tidak berdaya, senjatanya dirampas dan demikian pula mobilnya.
Pada hari yang lain ia memasuki markas Polisi Militer Belanda dan menempelkan plakat berisi ancaman yang ditanda tanganinya sendiri. Dapatlah dibayangkan, betapa terkejutnya tentara Belanda itu. Nama Robert Wolter Monginsidi bagaikan hantu yang sangat ditakuti pasukan Belanda.
Berkali-kali Ia melakukan aksi dan selalu berhasil. Wolter adalah seorang pejuang yang selalu bersungguh-sungguh, ia pun seorang pemimpin yang tangguh. Pada tanggal 17 Juli 1946 Robert Wolter Monginsidi bersama-sama para pemuda pejuang lainnya mendirikan organisasi perjuangan bernama Lasykar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS), terdiri dari 19 satuan perjuangan. Ranggong Daeng Romo menjadi panglima dari barisan LAPRIS ini, sedangkan Robert Wolter Monginsidi diserahi tugas Sekretaris Jenderal yang langsung memimpin operasi. Adapun program perjuangan Lapris ialah :
1.      Membasmi dan membersihkan mata-mata serta kaki tangan NICA (Belanda)
2.      Mengganggu lalu lintas dengan menghadang mobil tentara dan polisi Belanda, menghalangi kendaraan yang mengangkut barang dan bahan untuk kepentingan Belanda.
3.      Membakar dan memusnahkan rumah serta bangunan vital milik Pemerintah dan tentara Belanda.
4.      Merampas senjata musuh.
 Robert Wolter Monginsidi tidak tinggal di markas saja, tetapi Ia langsung memberi contoh di lapangan, Ia bergerak di sekitar kota Makasar (Ujung Pandang), Woga, Jeneponto, Malino dan Camba. Wolter sendiri langsung memimpin pasukan Harimau Indonesia (HI). Pada tanggal 3 November 1946 dalam suatu pertempuran di kota Barombong, Wolter terluka dan terpaksa mengundurkan diri untuk sementara. Sesudah sembuh, Ia kembali melakukan aksi-aksi penyerangan lagi. Pada tanggal 21 Januari 1947 di Kassi-kassi, terjadi pertempuran. Di sini gugur Emmi Saelan seorang pejuang putri yang sempat menewaskan delapan orang tentara Belanda dengan granat yang diledakkannya tetapi, Robert Wolter Monginsidi dapat meloloskan diri dari kepungan pasukan Belanda yang ketat itu.
Belanda makin gentar menghadapi Robert Wolter Monginsidi, mereka memberi pengumuman, siapa dapat menangkap Wolter hidup atau mati akan diberi hadiah, tetapi Wolter tidak pernah tertangkap.Pasukan Belanda makin hari makin memperkuat penekanannya terhadap para pemuka pejuang. Banyak diantara mereka yang tertangkap, gugur atau meninggalkan Sulawesi Selatan menuju pulau Jawa. Jumlah pemuda pejuang makin tipis, tetapi Robert Wolter Monginsidi tetap berdiri dengan teguh, "Saya berani berjuang untuk Nusa dan Bangsa, karena itu pula saya harus berani menanggung akibatnya "
Ia tetap kuat dengan pendiriannya bahkan Ia sering berjuang seorang diri mengacau pasukan belanda yang terlatih dengan modern itu.Pasukan Belanda makin mengganas untuk menekan perlawanan dan perjuangan rakyat Sulawesi Selatan, Belanda melakukan pembunuhan besar-besaran yang dipimpin oleh algojo yang terkenal bengisnya, yaitu Kapten Raymond Paul Pierre Westerling. Belanda mengancam, barang siapa menyembunyikan, membantu dan melindungi kaum pejuang yang bergerilya di daerah, maka mereka akan dibunuh. Puncak tindakan sewenang-wenang Westerling telah terjadi pada bulan Desember 1946. Mereka melakukan pembersihan dengan cara besar-besaran dan tanpa peri-kemanusiaan sehingga puluhan ribu rakyat tua muda laki perempuan yang terbunuh secara massal. Tidak kurang dari 40.000 jiwa telah menjadi korban keganasan pasukan Westerling selama waktu itu. Selama itu Wolter selalu dapat meloloskan diri dari kepungan pasukan Belanda. Namun pada tanggal 28 Pebruari 1947 merupakan hari naas baginya. Pada hari itu Wolter tertangkap oleh pasukan Belanda dan kemudian dimasukkan ke penjara di Hoogepod Ujung Pandang. Di penjara itu Belanda membujuknya agar melepaskan perjuangannya, dan kalau bersedia akan diberi hadiah-hadiah dan kedudukan yang menggiurkan. Tetapi Wolter tetap menolak, la berkata "Tetap setia pada cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945. Berani berjuang untuk kepentingan Nusa dan Bangsa dan berani pula menanggung segala akibatnya".
Sementara itu kawan-kawan Wolter di luar berjuang keras untuk membebaskannya dari penjara. Mereka menyelundupkan 2 buah granat tangan yang dimasukkan dalam makanan kiriman. Bersama dengan Abdullah, Lahade, Yoseph dan Lewa Daeng Matari, Robert Wolter Monginsidi dengan bersenjatakan 2 granat berhasil lolos dari penjara dengan melalui atap dapur pada tanggal 19 Oktober 1946.
Alangkah marahnya pasukan Belanda melihat sel-sel penjara tempat Wolter dan kawan-kawannya itu sudah kosong, mereka lalu mengerahkan segenap kemampuannya untuk mencari Wolter.Rupanya sudah ketentuan Tuhan Yang Maha Esa, hanya sembilan hari Wolter dapat menghirup udara kemerdekaan. Pada jam 5.00 pagi hari tanggal 26 Oktober 1948 selagi Wolter berada di Klapperkan lorong 22 A No. 3, Kampung Maricayya, Ujung Pandang ia disergap oleh pasukan Belanda, karena ada yang menghianatinya.
Wolter dimasukkan lagi dalam Penjara Polisi Militer Belanda dan dijaga dengan sangat ketat, Belanda tidak ingin Harimau Indonesia ini lepas untuk kedua kalinya dari penjara. Mereka menyiksa Wolter dengan berbagai cara, tetapi ia tetap teguh pada pendiriannya. Ia seorang pemimpin sejati.Semua tindakan kawan-kawannya diakui sebagai tanggung jawabnya. Kemudian Wolter dipindahkan ke penjara Kis (Kiskampement).

Sungguh luar biasa, walaupun Wolter mengetahui apa yang akan terjadi dengan dirinya, dan hukuman apa yang akan diterimanya, namun Ia tetap tabah, dan tampak ketenangan jiwanya.
Robert Wolter Monginsidi adalah pemeluk agama Kristen, sejak kecil ia sudah mendapatkan bekal dan bimbingan iman kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Pengaruh Imam dan agama itu terlihat betul pada Wolter yang baru berusia 23 tahun. Ia makin tenang dan bertawakal, sama sekali tidak terlihat rasa takut dan kegoncangan jiwanya. Ia banyak membaca dan menulis surat pada masa itu. Wolter bersikap pasrah, keikhlasannya terlukis dalam kata-katanya, "Aku telah relakan diriku menjadi korban dengan penuh keinsyafan untuk memenuhi kewajiban dengan masyarakat ini dan yang akan datang".
Tentu saja ia mengalami pemeriksaan Polisi Militer Belanda dengan caranya yang keras dan kejam, namun Wolter tak gentar oleh ancaman dan siksaan. Tekadnya telah bulat, bahwa ia berani, menanggung segala akibat perjuangannya, "Dan saya tunduk pada batin saya" katanya.
Pada tanggal 26 Maret 1949, Wolter diajukan ke muka pengadilan Kolonial Belanda. Pada akhirnya Ia dijatuhi hukuman mati, tetapi Wolter tetap tabah dan berjiwa ksatriya, ia berkata."Aku tidak mengandung perasaan tidak baik terhadap siapapun, juga terhadap mereka yang menjatuhkan hukuman yang paling berat ini kepadaku, karena kupikir mereka tidak mengetahui apa yang mereka kerjakan". Wolter benar- benar bersikap ikhlas pada nasib dan perjuangannya. Ia meninggalkan ucapan,"Apa yang bisa saya tinggalkan hanya rokh-ku saja yaitu rokh setia hingga terakhir pada tanah air dan tidak mundur sekalipun, menemui rintangan apapun menuju cita-cita kebangsaan yang tetap.
Terbatas dari segala pikiran ini, junjunganku senantiasa Tuhan Yang Maha Kuasa, dan dengan kepercayaan yang tersebut belakangan ini, sangguplah saya tahan segala-galanya, teguh iman di dalam kesukaran, tenang ketika keadaan sederhana dan tidak melupakan kenalan-kenalan jika berada dalam kemajuan".Wolter telah diputuskan oleh kolonial untuk dijatuhi hukuman mati, berbagai pihak menganjurkan agar Ia meminta pengampunan atau grasi kepada pemerintah Belanda bahkan secara diam-diam ayahnya sendiri, terdorong oleh rasa kasih sayang kepada putranya, telah memintakan grasi. Tetapi Wolter sendiri telah menolak untuk meminta grasi itu. Ia sudah benar-benar merelakan akibat perjuangannya itu.
Ternyata pemerintah Belanda memang menolak grasi itu. Wolter sendiri setelah mendengar grasi itu ditolak tetap tenang. Ia berkata, "Memang betul, bahwa ditembak bagi saya berarti ada kemenangan batin, dan dihukum apapun tidak ada membelenggu jiwa sebab kegembiraan di dalam keyakinan sendiri memang adalah luas".
Akhirnya Robert Wolter Monginsidi ditembak mati dihadapan regu tembak pada tanggal 5 September 1949 dinihari, disuatu tempat di daerah Pacinang, Wilayah Talo Kecamatan Panakukang, delapan kilometer jauhnya dari kota Ujung Pandang. Ia adalah seorang pahlawan bangsa, ia ditembak tanpa ditutup matanya. dengan memegang kitab Injil di tangan kirinya dan tangan kanannya mengepalkan tinju sambil berteriak : "MERDEKA ATAU MATI", Lima menit sebelum Pahlawan Robert Wolter Monginsidi masih dengan tenang menulis kalimat penghabisan sebagai pesan kepada generasi penerus bangsa "SETIA HINGGA TERAKHIR DALAM KEYAKINAN".Ditanda tangani 5 September 1949 R.W. Monginsidi.
Pemerintah Republik Indonesia menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada Robert Wolter Monginsidi dengan Surat Keputusan Presiden RI tanggal 6 November 1973 No. 088/TK/TAHUN 1973.
DAFTAR PUSTKA
http://tamanmakampahlawan.com/robert-wolter-mongonsidi/
http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/1184-politisi-berpendirian-teguh
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_Pahlawan_Nasional_Indonesia

ANALISIS KONDISI SOSIAL-EKONOMI HINDIA BELANDA (MENGACU PADA FILM MAX HAVELAAR)

Muhammad Nur/ SI3/B


Setelah VOC tidak lagi memerintah di Hindia Belanda, kekuasaan secara langsung berada di bawah Pemerintah Kolonial Belanda. Pemerintahan ini menghadapi persoalan mengenai sistem eksploitas yang akan digunakan agar daerah jajahan dapat menghasilkan keuntungan secepat dan sebanyak mungkin bagi Belanda. Berbagai sistem eksploitasi telah banyak diterapkan di Hindia Belanda, namun sepertinya sistem eksploitasi yang banyak mengundang kritik adalah Tanam Paksa (Cultuurstelsel). Pada tahun 1830 sistem ini disahkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda atas usul dari Gubernur Jenderal Johannes Van den Bosch.
Pemerintah Belanda memberlakukan sistem tanam paksa bukan tanpa alasan, adanya defisit keuangan yang semakin besar antara lain akibat Perang Diponegoro (1825-1830) yang banyak menelan biaya, selain itu pemasukan pajak tanah belum berjalan dengan lancar. Di negeri Belanda sendiri kesulitan ekonomi bertambah besar ketika terjadinya Perang Belgia sehingga Belgia memisahkan diri dari Belanda (1830). Akibatnya Belanda banyak kehilangan industrinya serta tanah domein negara di Belgia yang disewakan.
Sistem tanam paksa merupakan penyatuan antara penyerahan wajib dengan sistem pajak tanah. Setiap desa wajib menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanami komoditi ekspor. Pungutan dalam sistem tanam paksa sendiri berbentuk in natura yaitu dalam bentuk hasil-hasil pertanian penduduk. Ketentuan-keteentuan sistem tanam paksa telah diatur dalam Staatblad No. 22 tahun 1834. Bila dicermati lebih lanjut, ketentuan-ketentuan dalam Staatblad tersebut sebenarnya tidaklah membebani rakyat. Namun pelaksanaan cultuurstelsel sendiri pada kenyataannya banyak sekali terjadi penyimpangan dari ketentuan tersebut, untuk itulah pelaksanaan cultuurstelsel merupakan sistem eksploitasi yang lebih kejam dan keras dibanding sistem monopoli VOC, terdapat sasaran pemasukan penerimaan negara yang sangat dibutuhkan pemerintah.
Meski bagi Pemerintah Kolonial Belanda sistem ini berhasil memberikan keuntungan yang luar biasa sehingga dapat menutup semua hutang-hutang yang pernah ditinggalkan oleh VOC serta menjadikan perekonomian negeri Belanda stabil, namun sebaliknya bagi sebagian besar penduduk pribumi sistem tanam paksa ini dirasakan sebagai penderitaan yang sangat menyiksa mereka.
Max Havelaar, merupakan sebuah novel karya Eduard Douwes Dekker (Multatuli) yang kemudian diangkat ke dalam sebuah film berjudul sama. Tulisan Eduard Douwes Dekker ini menjadi senjata ampuh dalam penghapusan sistem tanam paksa yang telah begitu lama menyengsarakan rakyat pribumi. Gambaran tentang bagaimana kondisi sosial-ekonomi Hindia-Belanda pada masa itu dapat kita ketahui setelah melihat film (novel) Max Havelaar ini.
Latar belakang tempat dalam film ini secara keseluruhan adalah di Lebak, Banten. Lebak merupakan salah satu daerah yang menjadi lahan untuk aksi eksploitasi tanam paksa. Daerah ini memiliki tanah yang subur, namun sangat ironis ketika penduduk pribumi yang tinggal di Lebak mengalami kemiskinan serta kelaparan. Dari hal ini kita dapat mengetahui bahwa daerah yang subur serta memiliki sawah-sawah yang hijau sekalipun ketika masa kolonial Belanda khususnya saat berlangsungnya sistem tanam paksa, tidak dapat menjamin masyarakat yang mendiami tempat tersebut menjadi makmur. Mengapa dapat terjadi hal sedemikian ironisnya?
Ternyata penindasan terhadap penduduk pribumi tidak hanya dilakukan oleh pemerintah Belanda tetapi juga dilakukan oleh pemimpin pribumi sendiri seperti bupati dan demang. Dapat diketahui bahwa yang sangat hakiki dalam rencana van den Bosch adalah digunakannya organisasi desa sebagai wahana yang paling tepat untuk meningkatkan produksi, dengan kata lain penggunaan organisasi desa berarti memperkuat ikatan-ikatan yang ada di desa sehingga rakyat tidak lagi memilki kebebasan pribadi atau mempunyai milik pribadi. Pengaruh kepala desa sebagai perantara warga desa dan dunia luar desa diperkuat dengan diikut sertakannya dalam sistem tanam paksa. Seperti yang digambarkan dalam cerita Max Havelaar, rakyat pribumi begitu takut dengan pimpinan pribuminya sendiri sehingga mereka rela ketika kerbau yang dimilikinya diambil secara paksa oleh demang dan para pengawalnya. Apabila terjadi perlawanan maka tak segan-segan mereka akan ditembak mati.
Kekuasaan bupati juga bertambah kembali dalam sistem ini. Dengan perkembangan administrasi kolonial maka jumlah pegawai Eropa bertambah banyak, dan mereka terpencar ke pedalaman, sehingga terdapat pengawasan oleh residen dan pembantunya, asisten residen dan kontrolir, terhadap tingkah laku bupati serta bawahannya. Meskipun demikian, struktur feodal yang masih kuat menempatkan kepala desa tetap dibawah pengaruh pamong praja, maka mereka tidak dapat bertindak secara bebas dan berhubungan langsung dengan atasannya. Hal ini juga tergambar dalam cerita karya Multatuli, yaitu pada pertengahan abad XIX ternyata ikatan feodal sangat kuat sekali, seperti yang terungkap dalam cerita sebagai ledakan konflik antara bupati Kartanegara dan Max Havelaaar. Sebelum kedatangan Max di Lebak, yang menjadi asisten residen adalah Mr. Slotering. Slotering mengalami nasib yang kurang beruntung, ia sengaja diracun ketika melangsungkan jamuan makan malam di rumah bupati Lebak. Peringatan Slotering terhadap bupati agar tidak lagi mengambil keuntungan secara paksa dari penduduk ternyata telah menyinggung sang bupati. Akibatnya Slotering kehilangan nyawanya tak lama setelah ia pulang dari rumah bupati. Catatan mengenai akibat kematiannya ternyata dimanipulasi oleh dokter yang menanganinya. Mungkin hal ini dilakukan karena dokter tersebut juga meresa takut terhadap bupati, serta bupati dan gubernur jenderal sendiri memiliki hubungan kerjasama sehingga tidak mungkin apabila diberikan laporan mengenai kejanggalan yang mengakibatkan kematian Slotering.
Digantikannya Slotering dengan Max Havelaar sebagai asisten residen di Lebak, membuka babak baru dalam kehidupan masyarakat di Lebak. Max Havelaar diceritakan sebagai seorang yang cukup bersahabat dengan pribumi. Sebelum di Lebak, Max bertugas di wilayah timur Hindia-Belanda yaitu Manado. Ia telah mengetahui bahwa Lebak meupakan daerah yang sangat miskin, untuk itu ia memiliki keinginan besar agar dapat mengubah keadaan penduduk pribumi di Lebak sehingga terlepas dari penderitaan yang selama ini dialami.
Setelah menjadi asisten residen Lebak, Max mencari pokok permasalahan yang mengakibatkan kemiskinan di daerah Lebak. Disaat ia membuka kembali catatan laporan yang dibuat oleh asisten residen sebelumnya serta dari pengamatan yang ia lakukan sendiri, akhirnya dapat diketahui bahwa kemiskinan yang terjadi di Lebak adalah akibat dari penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh bupati Lebak dan para demangnya. Terlihat ketika bupati mempekerjakan rakyatnya melebihi waktu yang diperbolehkan, menarik pajak yang tinggi, merampas kerbau-kerbau yang dimiliki oleh rakyat. Hal ini dilakukan selain untuk menarik simpati dari pemerintah Belanda, juga untuk mengumpulkan kekayaan bagi mereka sendiri.
Sebagai perangsang dalam penyelenggaraan sistem tanam paksa baik para residen (bupati) maupun demang akan mendapat cultuur procenten yaitu presentase dari hasil penjualan tanaman ekspor yang diserahkan. Semakin besar jumlah tanaman ekspor yang diserahkan pada pemerintah kolonial, semakin besar pula jumlah imbalan yang diperoleh para pegawai Belandan dan para pemimpin pribumi. Akibatnya timbullah kecenderungan untuk memaksa rakyat berusaha mencapai target bila perlu dengan tambahan pekerjaan atau areal tanaman.
 Dalam cerita, ketika Max Havelaar mengetahui bahwa kemiskinan di Lebak adalah akibat dari penyelewengan yang dilakukan oleh bupati serta demangnya sendiri, ia melakukan berbagai upaya untuk menghentikannya agar dapat meringankan penderitaan rakyat Lebak. Max sendiri pernah memberikan sejumlah uang kepada bupati supaya harta rakyat tidak dirampas lagi oleh bupati. Ia juga telah melarang langsung perampasan kerbau oleh para demang. Karena rasa takut rakyat pribumi kepada pemimpinnya sendiri, alhasil usaha yang dilakukan Max gagal. Ini mengindikasikan bahwa feodalisme masih sangat berakar di kalangan rakyat pribumi. Sekalipun ada seseorang yang ingin membantu mereka lepas dari kesengsaraan sekalipun orang tersebut memiliki pangkat diatas bupati, rakyat pribumi akan lebih memilih dan akan lebih takut kepada pemimpin pribuminya yaitu bupati dan demang.
Usaha Max dalam mencari bukti dan saksi atas penderitaan yang dialami oleh rakyat Lebak sedikit menemukan titik terang setelah seorang warga berani jujur dan melapor kepada Max serta bersedia untuk menjadi saksi di pengadilan. Rencananya Max akan meminta bantuan kepada atasannya yaitu Residen Serang yang juga seorang Belanda untuk memaksa bupati dan demang Lebak berhenti dari kesewenangannya, hal ini juga tidak berhasil karena ternyata diantara mereka (bupati dan residen) telah terjalin kerjasama. Langkah yang dilakukan oleh Max selanjutnya adalah mencari keadilan kepada Gubernur Jenderal Belanda namun lagi-lagi Max gagal, dengan alasan kekuasaan Gubernur Jenderal Belanda tersebut lebih berpihak kepada bupati Lebak. Oleh Gubernur Jenderal, Max akan dipindahkan ke Ngawi namun hal ini ditolak olehnya. Sebagai bentuk protes, Max kemudian memilih untuk mengundurkan diri sebagai asisten residen dan tidak lagi mengabdi kepada pemerintah Hindia Belanda. Dapat dilihat disini bahwa kekuasaan kolonial tetap merupakan tiran yang sangat sulit untuk dirobohkan.
Dari penjelasan tersebut dapat kita simpulkan mengenai kondisi sosial ekonomi di Hindia Belanda (khususnya di Lebak, Banten;film Max Havelaar) ketika diberlakukannya sistem tanam paksa (cultuuurstelsel) oleh Pemerintah Kolonial Belanda :
  • Hindia Belanda atau Indonesia (sekarang) menganut sistem eksploitasi yaitu cultuurstelsel atau sitem tanam paksa. Namun kondisi penduduknya tak semujur pelaksananya (Pemerintah Kolonial dan para kepala pribumi).
  • Daerah yang subur sekalipun tidak dapat menjadi jaminan penduduknya makmur dan sejahtera, seperti yang terjadi di Lebak, kemiskinan dan kelaparan terjadi di daerah tersebut.
  • Meskipun penduduk memiliki tanah serta ternak (kerbau) bukan berarti mereka dapat mengantongi uang.
  • Sistem tanam paksa yang menggunakan organisasi desa mengakibatkan ikatan-ikatan yang ada di desa (ikatan komunal, ikatan tradisional, dan ikatan feodal) menjadi sangat kuat. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan pemerasan terhadap penduduk yang tidak hanya dilakukan oleh pemerintah Belanda namun dilakukan juga oleh para penguasa pribumi. Dalam pembayaran pajak tanah para penguasa pribumi memungut semacam persekot dari rakyat namun tidak disetor kepada pemerintah Belanda dan digunakan sendiri. Kemudian rakyat masih dipungut jumlah pajak yang utuh.
  • Banyak penduduk Lebak yang akhirnya memilih merantau ke Lampung karena disana terdapat penguasa yang lebih bijak dari pada di Lebak, namun pilihan ini juga menjadi bumerang bagi penduduk yang melakukan perantauan karena belum sampai memiliki kehidupan di sana, mereka telah ditembak mati oleh para serdadu Belanda.
  • Dualisme kekuasaan, menjadi hal yang harus dihadapi rakyat pribumi. Selain mereka harus bekerja wajib kepada Belanda, mereka juga harus memenuhi segala kebutuhan pemimpin pribuminya sendiri.

Dari segala macam bentuk kegiatan sistem tanam paksa, pada akhirnya berpengaruh panjang pada struktur sosial-ekonomi adalah sistem tanam paksa merupakan suatu intensifikasi sistem produksi pre-kapitalis, sehingga tidak mampu menciptakan kekuatan ekonomis yang otokhton yang melahirkan pertumbuhan ekonomi dengan perkembangan kapitalismenya. Sistem tanam paksa menciptakan usaha pertanian yang padat karya pada pihak pribumi serta usaha industri pertanian yang padat modal pada pihak pengusaha Eropa atau asing. Akibatnya timbul dualisme dalam ekonomi, yang mengakibatkan diskriminasi antara golongan penguasa dan penjajah dan yang diperintah dan dijajah.

Daftar pustaka
-          Marwati Joened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia IV, Jakarta : Balai Pustaka, 2008
-          Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru : 1500-1900 Dari Emporium ke Imporium jilid I, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1992

Nazisme Jerman di bawah Kekuasaan Adolf Hitler


Anisa Mutiara Priyadi/PIS

Adolf Hitler lahir tahun 1889 di Braunau, Austria. Sebagai remaja dia merupakan seorang seniman gagal yang kapiran dan kadang-kadang dalam usia mudanya dia menjadi seorang nasionalis Jerman yang fanatik. Di masa Perang Dunia ke I, dia masuk Angkatan Bersenjata Jerman, terluka dan memperoleh dua medali untuk keberaniannya.
Sebagai negara yang kalah dalam Perang Dunia I, situasi dalam negeri Jerman mengalami krisis ekonomi yang sangat hebat, situasi ekonomi yang sangat labil, inflasi melonjak, dimana-mana pengangguran bertambah banyak. Sementara itu, selain tidak bisa mengatasi masalah ekonomi, pemerintah juga tidak mampu membayar hutang ganti rugi perang kepada pihak Sekutu.
            Ketidakmampuan pemerintah Jerman mengatasi krisis ekonomi mengakibatkan rakyat tidak lagi mempercayai pemerintah sehingga mendorong timbulnya partai-partai baru yang bersifat lebih keras, seperti Partai Spartacis (komunis), Partai Sosial Demokrat dan Partai Nasional Sosialis. Partai terakhir ini disebut National Sozialistische Deutsche Arbeiter Partei atau NAZI yang dipimpin oleh Adolf Hitler. Kesengsaraan rakyat menurut Hitler diakibatkan karena kalah perang. Orang komunis dan Yahudi disebut sebagai pengacau ekonomi Jerman.
Kekalahan Jerman membikinnya terpukul dan geram. Di tahun 1919 tatkala umurnya menginjak tiga puluh tahun, dia bergabung dengan partai kecil berhaluan kanan di Munich, dan segera partai ini mengubah nama menjadi Partai Buruh Nasionalis Jerman (diringkas Nazi). Dalam tempo dua tahun dia menanjak jadi pemimpin yang tanpa saingan yang dalam julukan Jerman disebut "Fuehrer." Pada awal berdirinya, Partai Buruh Nasional Jerman ini berhaluan kanan dan hanya berkembang di kota Munich. Namun keadaan berubah setelah Hitler mengambil alih kepemimpinan. Partai ini berkembang sangat pesat dan mendapat dukungan warga Jerman secara luas.
Di bawah kepemimpinan Hitler, partai Nazi dengan kecepatan luar biasa menjadi suatu kekuatan dan di bulan November 1923 percobaan kupnya gagal. Kup itu terkenal dengan sebutan "The Munich Beer Hall Putsch." Hitler ditangkap, dituduh pengkhianat, dan terbukti bersalah. Tetapi, dia dikeluarkan dari penjara sesudah mendekam di sana kurang dari setahun.
Di tahun 1928 partai Nazi masih merupakan partai kecil. Tetapi, depresi besar-besaran membikin rakyat tidak puas dengan partai-partai politik yang besar dan sudah mapan. Dalam keadaan seperti ini partai Nazi menjadi semakin kuat, dan di bulan Januari 1933, tatkala umurnya empat puluh empat tahun, Hitler menjadi Kanselir Jerman.
Dengan jabatan itu, Hitler dengan cepat dan cekatan membentuk kediktatoran dengan menggunakan aparat pemerintah melabrak semua golongan oposisi. Perlu dicamkan, proses ini bukanlah lewat erosi kebebasan sipil dan hak-hak pertahankan diri terhadap tuduhan-tuduhan kriminal, tetapi digarap dengan sabetan kilat dan sering sekali partai Nazi tidak ambil pusing dengan prosedur pengajuan di pengadilan samasekali. Banyak lawan-lawan politik digebuki, bahkan dibunuh langsung di tempat. Meski begitu, sebelum pecah Perang Dunia ke II, Hitler meraih dukungan sebagian terbesar penduduk Jerman karena dia berhasil menekan jumlah pengangguran dan melakukan perbaikan-perbaikan ekonomi.
Hitler kemudian merancang jalan menuju penaklukan-penaklukan yang ujung-ujungnya membawa dunia ke kancah Perang Dunia ke II. Dia merebut daerah pertamanya praktis tanpa lewat peperangan samasekali. Inggris dan Perancis terkepung oleh pelbagai macam kesulitan ekonomi, karena itu begitu menginginkan perdamaian sehingga mereka tidak ambil pusing tatkala Hitler mengkhianati Persetujuan Versailles dengan cara membangun Angkatan Bersenjata Jerman. Begitu pula mereka tidak ambil peduli tatkala Hitler menduduki dan memperkokoh benteng di Rhineland (1936), dan demikian juga ketika Hitler mencaplok Austria (Maret 1938). Bahkan mereka terima sambil manggut-manggut ketika Hitler mencaplok Sudetenland, benteng pertahanan perbatasan Cekoslowakia. Persetujuan internasional yang dikenal dengan sebutan "Pakta Munich" yang oleh Inggris dan Perancis diharapkan sebagai hasil pembelian "Perdamaian sepanjang masa" dibiarkan terinjak-injak dan mereka bengong ketika Hitler merampas sebagian Cekoslowakia beberapa bulan kemudian karena Cekoslowakia samasekali tak berdaya. Pada tiap tahap, Hitler dengan cerdik menggabung argumen membenarkan tindakannya dengan ancaman bahwa dia akan perang apabila hasratnya dianggap sepi, dan pada tiap tahap negara-negara demokrasi merasa gentar dan mundur melemah.
Tetapi, Inggris dan Perancis berketetapan hati mempertahankan Polandia, sasaran Hitler berikutnya. Pertama Hitler melindungi dirinya dengan jalan penandatangan pakta "Tidak saling menyerang" bulan Agustus 1939 dengan Stalin (hakekatnya perjanjian itu perjanjian agresi karena keduanya bersepakat bagaimana membagi dua Polandia buat kepentingan masing-masing). Sembilan hari kemudian, Jerman menyerang Polandia dan enam belas hari sesudah itu Uni Soviet berbuat serupa. Meskipun Inggris dan Perancis mengumumkan perang terhadap Jerman, Polandia segera dapat ditaklukkan.
Tahun puncak kehebatan Hitler adalah tahun 1940. Bulan April, Angkatan Bersenjatanya melabrak Denmark dan Norwegia. Bulan Mei, dia menerjang Negeri Belanda, Belgia, dan Luxemburg. Bulan Juni, Perancis tekuk lutut. Tetapi pada tahun itu pula Inggris bertahan mati-matian terhadap serangan udara Jerman terkenal dengan julukan "Battle of Britain" dan Hitler tak pernah sanggup menginjakkan kaki di bumi Inggris.
Pasukan Jerman menaklukkan Yunani dan Yugoslavia di bulan April 1941. Dan di bulan Juni tahun itu pula Hitler merobek-robek "Perjanjian tidak saling menyerang" dengan Uni Soviet dan membuka penyerbuan. Angkatan Bersenjata Jerman dapat menduduki bagian yang amat luas wilayah Rusia tetapi tak mampu melumpuhkannya secara total sebelum musim dingin. Meski bertempur lawan Inggris dan Rusia, tak tanggung-tanggung Hitler memaklumkan perang dengan Amerika Serikat bulan Desember 1941 dan beberapa hari kemudian Jepang melabrak Amerika Serikat, mengobrak-abrik pangkalan Angkatan Lautnya di Pearl Harbor.
Di pertengahan tahun 1942 Jerman sudah menguasai bagian terbesar wilayah Eropa yang tak pernah sanggup dilakukan oleh siapa pun dalam sejarah. Tambahan pula, dia menguasai Afrika Utara. Titik balik peperangan terjadi pada parohan kedua tahun 1942 tatkala Jerman dikalahkan dalam pertempuran rumit di El-Alamein di Mesir dan Stalingrad di Rusia. Sesudah kemunduran ini, nasib baik yang tadinya memayungi tentara Jerman angsur-berangsur secara tetap meninggalkannya. Tetapi, kendati kekalahan Jerman tampaknya tak terelakkan lagi, Hitler menolak menyerah. Bukannya dia semakin takut, malahan meneruskan penggasakan selama lebih dari dua tahun sesudah Stalingrad. Ujung cerita yang pahit terjadi pada musim semi tahun 1945. Hitler bunuh diri di Berlin tanggal 30 April dan tujuh hari sesudah itu Jerman menyerah kalah.
Selama masa kuasa, Hitler terlibat dalam tindakan pembunuhan massal yang tak ada tolok tandingannya dalam sejarah. Dia seorang rasialis yang fanatik, spesial terhadap orang Yahudi yang dilakukannya dengan penuh benci meletup-letup. Secara terbuka dia mengumumkan bunuh tiap orang Yahudi di dunia. Di masa pemerintahannya, Nazi membangun kampkamp pengasingan besar, dilengkapi dengan kamar gas. Di tiap daerah yang menjadi wilayah kekuasaannya, orang-orang tak bersalah, lelaki dan perempuan serta anak-anak digiring dan dijebloskan ke dalam gerbong ternak untuk selanjutnya dicabut nyawanya di kamar-kamar gas. Dalam jangka waktu hanya beberapa tahun saja sekitar 6.000.000 Yahudi dipulangkan ke alam baka.
Isi Ajaran Adolf Hitler dan Partai Nazi
Pada masa Adolf Hitler berkuasa, rakyat Jerman tidak boleh menentang pendapat Pemerintahan Nazi. Pokok-pokok ajaran Partai Nazi digariskan oleh Adolf Hitler dalam bukunya yang berjudul Mein Kampf (Perjuanganku). Buku ajaran Nazi tersebut menekankan kepada keunggulan, kemurnian, dan keangkuhan ras bangsa Arya. Akibat berkembangnya paham Nazi adalah orang Jerman merasa bahwa bangsanya terkuat dan harus menguasai bangsa-bangsa lain yang lebih rendah.
Dedi Rafidi dalam buku Sejarah Fasisme Dunia menuliskan bahwa Adolf Hitler menggantikan praktek demokrasi di Jerman dengan prinsip kepemimpinan diktator. Ia berdiri di atas massa yang harus taat kepada perintahnya tanpa harus bertanya. Ia mengambil tanggungjawab penuh atas segala hal yang mampu maupun tidak mampu dikerjakan.
Karena padatnya jumlah penduduk Jerman serta wilayahnya yang tidak mungkin dikembangkan lagi, maka bangsa Jerman membutuhkan ruang hidup yang lebih luas dengan merebut dan menguasai negeri-negeri di sekitarnya. Gerakan Nazi ini dikenal dengan nama Politik Lebensraum. Politik Lebensraum Nazi sangat membahayakan kelangsungan hidup negeri-negeri di sekitarnya. Ini dibuktikan dengan adanya aksi perampasan wilayah yang dilakukan oleh Jerman terhadap Rusia, Austria, Chekoslovakia dan Polandia. Bahkan peristiwa perampasan atas Polandia telah menjadi penyebab khusus terjadinya Perang Dunia II di Eropa.


Daftar Pustaka :
Djaja Wahyudi, 2002, Sejarah Eropa, Yogyakarta : Penerbit Ombak