Khairin Nisa/Pis
Fenomena yang paling terkenal akan anti-semitisme adalah ideologi Nazisme dari Adolf Hilter, yang menyebabkan pemusnahan terhadap kaum Yahudi Eropa. Pada awalnya istilah anti-sa dipopulerkan oleh gerakan politik di Jerman pada 1870-an dan 1800an yang mengampanyekan penentangan emansipasi sosialdan politik kaum Yahudi. Istilah itu sendiri, dalam pengertian yang ketat, tidak akurat, sebab penentangan itu bukan terhadap kelompok "Semit", tetapi hanya pada Yahudi. Sejarahnya sudah ada seiak era pra-Kristen ketika monoteisme eksklusivitas Yahudi menimbulkan kecurigaan dan ketidakpercayaan. Dengan datangnya Kristen, Yahudi menjadi "problem" karena eksistensi Yahudi yang terus ada melemahkan konsep "perjanjian lraru" Kristen darl tampaknya tidak membuktikan bahwa Yahudi adalah kaum yang dikr-rtuk Trrhrrn.
Di sepanjang sejarah Eropa, setelan Kristen menyebar, kaum Yahudi rnengali-uni segregasi, dipaksa memilih pindah agama atau diusir. Seiring berjalannya waktu aktivitas mereka makin dibatasi hanya dalam aktivitas perdagangan dan peminjaman uang, yang makin memperkuat citra mereka sebagai lintah darat dan penentang Tuhan dan ajaran Kristen lainnya. Setelah kekuatan "negara Kristen" melemah, perrnusuhan ekonomi terhadap Yahudi makin diperhatikan dan, dengan munculnya filsafat idealis Jerman, dikaitkan dengan "esensi" (.Wesen) Yudaisme, esensi yang dianggap bertentangan dengan kepentingan negara-negara Eropa. Melalui konsep "esensi" ini, segera muncul gagasan tentang Yahudi sebagai "ras." Christian Wilhelm Dohm membuka debat (pada 178I) tentang emansipasi Yahudi dengan mengatakan bahwa sifat "buruk" mereka adalah lahir dari ketertindasan, tetapi rekan-rekan pemikir sezamannya justru berpendapat sebaliknya, yakni sifat Yahudi ituiah yang "menyebabkan" mereka ditindas.
Dohm atau filsuf lainnya tidak menyetujui penindasan atas kaum Yahudi, namun konseptualisasi mereka menjadi dasar bagi debat tentang, dan melawan,Yahudi, yang difokuskan pada alasan dibalik permusuhan atas mereka. Maka perdebatan ini mulai memasuki isu rasional. Hal ini menimbulkan identifikasi bentuk-bentuk anti-Semitisme yang berbeda-seperti sosial, ekonomi, religius, dan rirsiai. Tetapi, semua itu disatukan dalam prinsip dasar anti-Semitisme yang mengemukakan "teori" kesalahan kolektif bangsa Yahudi dan bahwa Yahudi sedang berusaha menaklukan dunia. Ekspresi perusuhan terus-menerus terhadap Yahudi selama dekade awal abad ke-20 ini telirh menyebabkan penerimaan atas doktrin rasial NflroN.cl soclatis,rt di Jerman dan berpuncak pada pernbantaian sistematis atits 6 juta warga Yahucli selam,Perang Dunia II.
Zionisme dapat sekedar menjadi sekilas episode dalam sejarah Yahudi, suatu ungkapan sambil lalu yang brutal (bagi para korbannya) sekaligus tragis (bagi para protagonisnya). Kerajaan Israel yang kedua lebih singkat dan tidak sejaya yang pertama; mengapa yang ketiga tidak bisa lebih singkat dan bahkan lebih tidak terhormat?" Michael Warschawski (Seorang sosialis dan aktivis Israel) Klaim kondang yang disuarakan pendukung Zionisme politik adalah "Zionisme adalah gerakan pembebasan nasional rakyat Yahudi." Makna yang dikehendaki dari ini adalah: Bila kau menentang Zionisme, maka kau tidak menghargai penderitaan dan harga-diri Yahudi, maka kau berpihak pada "penghancuran Israel" dan kau adalah seorang anti-Semit.
Tiap klaim ini adalah palsu, baik secara fakta maupun logika. Untuk memahami kenapa, kita harus mendekonstruksi klaim tersebut satu per satu dan mengklarifikasikan apa Zionisme itu di masa lalu dan kini. Istilah Zionisme di sini untuk memaksudkan "Zionisme politik," yang menuntut pendirian negara Yahudi di Palestina. Pada mulanya terdapat kaum Zionis lain yang mengusulkan penciptaan tanah air Yahudi bukannya negara.
Zionisme sangat tidak biasa karena kebenciannya terhadap budaya sesungguhnya dari rakyat yang diklaim hendak dibebaskannya, yakni budaya Yiddish dari kaum Yahudi Eropa Timur. Sikapnya terhadap Yahudi non-Eropa dari Timur Tengah dan Afrika jauh lebih parah lagi, tapi dalam hal ini ia mewarisi asumsi rasis dari kebanyakan nasionalisme Eropa. Ia mengusulkan untuk menggantikan bahasa dan budaya Yiddish dengan Ibrani, yang selama berabad-abad tidak digunakan oleh kaum Yahudi dalam percakapan sehari-hari kecuali dalam sembahyang dan studi keagamaan.
Di awal tahun 1920-an, masyarakat Yahudi Polandia berjumlah 2,8 juta orang, 10 persen dari seluruh penduduk. Zionisme cukup dikenal dan kuat di Polandia yang memiliki masyarakat Yahudi terbesar di Eropa. Polandia juga rumah bagi sebuah anti-Semitisme yang kuat dan keras. Anti-Semitisme kuat dan Zionisme kuat; keduanya, seakan sudah kaidah, terlahir untuk bersekongkol satu sama lain.
Lenni Brenner telah mempelajari seksama hubungan antara kaum anti-Semit dan Zionis Polandia. Menurut Brenner, perjanjian pertama, yang disebut Ugoda (Kompromi), dirundingkan oleh para pemimpin Zionis Leon Reich dan Osias Thon di tahun 1925. Mitra runding mereka adalah Wladyslaw Grabski, perdana menteri Polandia dan seorang anti-Semit yang kukuh. Grabski sedang mencari pinjaman dari Amerika Serikat untuk Polandia dan mengira bahwa perjanjiannya dengan para Zionis dapat membantunya. Dengan perjanjian itu, pihak Zionis menerima kelonggaran-kelonggaran penting: para wajib militer Yahudi diizinkan memiliki dapur kosher, dan para pelajar Yahudi tak perlu menghadiri pelajaran atau ujian di hari Sabbath (di hari menulis, maupun bentuk pekerjaan lainnya, dilarang dalam agama Yahudi). Brenner menulis bahwa, karena perjanjian mereka dengan perdana menteri yang anti-Semit, Thon dan Reich dianggap sebagian Yahudi sebagai pengkhianat masyarakat mereka.
Joseph Pilsudski menjadi diktator sebagai hasil sebuah kudeta di bulan Mei 1926. Sebagaimana pendahulunya, Pilsudski seorang anti-Semit yang berhubungan dekat dengan para Zionis. Pada 26 Januari 1934, Pilsudski menandatangani pakta tak saling serang selama 10 tahun dengan Hitler. Ia tetap setia kepada para Zionis hingga kematiannya yang mendadak pada 12 Mei 1935. Osias Thon dan Apolinary Hartglas, presiden Polish Zionist Organization, mengusulkan agar Hutan Pilsudski ditanam di Palestina untuk mengenangnya. Para Revisionis Palestina mengumumkan bahwa mereka akan membangun sebuah asrama penampungan para pendatang yang dinamakan Pilsudski untuk menghormatinya.
Setelah kematian Pilsudski, anti-Semitisme meningkat di Polandia. Ada sentimen anti-Semit di kalangan angkatan bersenjata, khususnya di antara para kolonel yang menggantikan Pilsudski memerintah Polandia. Para tokoh anti-Semit garis keras dikumpulkan dalam sebuah partai ekstrim kanan bernama Naras (National Radicals). Di akhir 1930-an, Naras mulai menjalankan pogrom. Bund, partai utama Yahudi pembaur yang kiri, menyusun satuan-satuan untuk melawan Naras. Di sisi lain, para Zionis tak pernah menentang Naras: kegiatan-kegiatan Naras sangat menguntungkan bagi mereka. Semboyan para militan Naras adalah "Moszku idz do Palestyny!" (Yahudi Pulanglah ke Palestina!) – sebuah gaung kasar program Zionis sendiri. Brenner menceritakan bahwa salah satu alasan kaum Yahudi di Polandia menjauhi Zionisme adalah karena para Zionis disukai Naras. Sebagaimana dicatat Brenner, para kolonel Polandia selalu menjadi pro-Zionis yang bersemangat.
Orang-orang anti-Semit sama pro-Zionisnya sebagaimana orang-orang Zionis pro-anti-Semit! Seorang Zionis terkemuka, Yitzhak Gruenbaum, suatu kali menyatakan bahwa kaum Yahudi sudah begitu menjadi "bagasi lebih" di Polandia, dan bahwa "Polandia kelebihan sejuta orang Yahudi dari yang bisa ditampungnya". Abba Achimeir, seorang pemimpin gerakan Revisionis di Palestina, menyatakan kebencian yang tak terbayangkan berikut ini: "Saya mengidamkan sejuta Yahudi Polandia dibantai. Lalu, mereka mungkin akan sadar bahwa mereka tinggal di ghetto."
DAFTAR PUSTAKA
Harun Yahya, Penerjemah: Hari Cahyadi, S.T. dan Masyhur Ardani KEKEJAMAN HOLOKAUS Bagaimana Nazi Membantai JUTAAN Orang Yahudi, Gipsi, dan Penyandang Cacat?
http://selaputs.blogspot.com/2012/07/definisi-arti-pengertian-anti-semitism.html