MERIAL ULFA/b/SR
Raja Haji Fisabilillah adalah pahlawan nasional dari Kerajaan Melayu.Beliau lahir di Kota Lama, Ulusungai, Riau, tahun1725. Dia kemudian mendapatkan julukan Dipertuan Muda Riau--Lingga--Johor--Pahang IV Kerajaan Melayu Riau pada tahun 1777.
Raja Haji memerintah kerajaan Melayu, Riau. Di tangannya, Kerajaan Melayu berkembang cukup baik dan beliau adalah pahlawan Melayu yang amat termashur,Raja Haji yang di Pertuan Riau IV ini berperang melawan Belanda sejak berusia muda sampai akhir hayatnya dalam peperangan hebat di Teluk Ketapang (Malaka) pada tahun 1784 yang mana Raja Haji sendirilah yang menjadi pemimpinnya.
Raja Haji memerintah kerajaan Melayu, Riau. Di tangannya, Kerajaan Melayu berkembang cukup baik dan beliau adalah pahlawan Melayu yang amat termashur,Raja Haji yang di Pertuan Riau IV ini berperang melawan Belanda sejak berusia muda sampai akhir hayatnya dalam peperangan hebat di Teluk Ketapang (Malaka) pada tahun 1784 yang mana Raja Haji sendirilah yang menjadi pemimpinnya.
Sebenarnya Kerajaan Melayu Riau telah mengadakan perjanjian damai dengan Belanda. Namun karena Belanda melanggar perjanjian tersebut, maka peperangan di antara keduanya pun tidak dapat dihindari. Raja Haji kemudian bekerja sama dengan Sultan Selangor untuk memerangi Belanda di Malaka. Untuk menghadapi pasukan gabungan tersebut, Belanda mendatangkan pasukannya dari Pulau Jawa dalam jumlah yang besar,
Raja Haji ini hidup antara tahun 1727-1784,dimana Raja Haji telah benar-benar membuktikan dirinya sebagai pemimpin hulubalang dan ulama. Para penulis sejarah mencatat, terutama pada tahun 1782-1784 cukup berpengaruh terhadap stabilitas sosial politik dan ekonomi di wilayah Nusantara dan negeri-negeri Belanda yang sangat tergantung terhadap sumber perekonomiannya di Timur.
Raja Haji ini hidup antara tahun 1727-1784,dimana Raja Haji telah benar-benar membuktikan dirinya sebagai pemimpin hulubalang dan ulama. Para penulis sejarah mencatat, terutama pada tahun 1782-1784 cukup berpengaruh terhadap stabilitas sosial politik dan ekonomi di wilayah Nusantara dan negeri-negeri Belanda yang sangat tergantung terhadap sumber perekonomiannya di Timur.
Pihak Belanda bahkan menganggap bahwa perang yang dipimpin Raja Haji adalah peperangan yang cukup besar dan sempat menggoncangkan kedudukan Belanda di Nusantara. Karena kepahlawanannya itulah, Raja Haji diagungkan masyarakat Melayu, disebut dengan gelar Raja Haji Fisabilillah Marhum Teluk Ketapang.
Ketika beliau mangkat dalam peperangan hebat di Teluk Ketapang,akhirnya Raja Haji Fisabilillah tewas pada 18 Juni 1784.Jenazahnya kemudian dibawa ke Malaka dan dikebumikan disana. Baru beberapa tahun kemudian jenazah beliau dibawa ke pemakaman pahlawan Melayu yaitu ke pulau Penyengat,indera sakti,Tanjung Pinang Kepulauan Riau oleh Raja Ja'afar (putra mahkotanya pada saat memerintah sebagai Yang Dipertuan Muda).
dan disemayamkan dalam makam yang terletak di Bukit Selatan pulau Penyengat, bersebelahan dengan makam Habib Syekh, seorang ulama terkemuka di kerajaan Riau-Lingga. Untuk lebih umum nya Lokasi Makam Raja Haji Fisabilillah adalah di Pulau Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Barat Kepulauan Riau
dan disemayamkan dalam makam yang terletak di Bukit Selatan pulau Penyengat, bersebelahan dengan makam Habib Syekh, seorang ulama terkemuka di kerajaan Riau-Lingga. Untuk lebih umum nya Lokasi Makam Raja Haji Fisabilillah adalah di Pulau Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Barat Kepulauan Riau
Inilah Makam Raja Haji Fisabilillah :
Atas Jasa – jasanya membela Indonesia, Raja Haji diberi gelar sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No 072/TK/1887. Namanya juga diabadikan sebagai nama bandar udara di Tanjung Pinang,yaitu Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah.
Berikut adalah Monumen Nasional Perjuangan Raja Haji Fisabilillah tahun 1725-1784 di Tanjung Pinang..
Tidak hanya Monumen yang ada di Tanjung Pinang saja yang menandakan bahwa perjuangan dan Jasa Raja Haji Fisabilillah untuk negeri Riau Indonesia tetapi, juga daerah lain mengakuinya serta mengenangnya,Karena keberanian Raja Haji Fisabilillah tersebut dalam melawan pemerintahan Belanda dan berhasil membangun pulau Biram Dewa di sungai Riau Lama.Membuat Raja Haji Fisabililah juga dijuluki (dipanggil) sebagai Pangeran Sutawijaya (Panembahan Senopati) Jambi.
v ISTANA SIAK ADALAH TANDA KEBESARAN KERAJAAN MELAYU ISLAM TERBESAR DI RIAU
Kerajaan Siak Sri Indrapura adalah sebuah kerajaan Melayu Islam yang terbesar di Daerah Riau,mencapai masa jayanya pada abad ke 16 sampai abad ke 20, dalam silsilah Sultan-sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura dimulai pada tahun 1725.Sebelum kita masuk dalam pembahasan istana Siak ini saya akan mengupas sedikit tentang 12 sultan yang pernah bertahta.Karena yang membangun Istana Siak itu adalah salah satu dari Para Sultan di kerajaan Siak tersebut.Sultan-sultan yang pernah bertahta itu adalah sebagai berikut :
Sultan ke 1 : Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah (1725-1746) sebagai pendiri kerajaan, beliau mangkat pada tahun 1746 dan digelar dengan Marhum Buantan.
Sultan Ke 2 : Sultan Abdul Jalil Rakhmad Syah (1746-1765) sebagai pengganti tahta kerajaan setelah ayahandanya Marhum Buantan mangkat. Lebih kurang 19 tahun memerintah dan kerajan Siak Sri Indrapura menjadi kokoh dan kuat, beliau mangkat pada tahun 1765 dengan gelar Marhum Mempura Besar.
Sultan Ke 3 : Sultan Abdul Jalil Jalaluddin Syah (1765-1766) yang bernama Tengku Ismail. Beliau tak lama memerintah karena setahun setelah dinobatkan sebagai Sultan pengganti ayahandanya Marhum Mempura Besar datanglah Belanda yang memanfaatkan Tengku Alam (kemudian menjadi Sultan IV) sebagai perisai. Setelah mangkat dalam kesedihan yang tak berkesudahan, beliau digelar dengan sebutan Marhum Mangkat di Balai.
Sultan Ke 4 : Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (1766-1780) yang bernama Tengku Alam, naik tahta kerajaan menggantikan Sultan Abdul Jalil Jalaluddin Syah. Beliau mangkat dalam tahun 1780 dengan gelar Marhum Bukit.
Sultan Ke 5 :Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (1780-1782) menggantikan ayahandanya Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah. Pada masa pemerintahannya dan pemerintah ayahandanya Kerajaan Siak berkedudukan di Senapelan atau Pekanbaru sekarang ini. Beliau pula pendiri Kota Pekanbaru dan mangkat dalam tahun 1782 dengan gelar yang disandangnya adalah Marhum Pekan.
Sultan Ke 6 : Sultan Yahya Abdul Jalil Muzaffar Syah (17821784) naik tahta kerajaan hanya 2 tahun dan pada tahun 1784 beliau mangkat dengan gelar Marhum Mangkat di Dungun.
Sultan Ke 7 : Sultan Assaidis Asyarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Baalawi (1784-1810) adalah Sultan Siak pertama yang berdarah Arab dan bergelar Sayed Syarif. Pada pemerintahan Sultan VII inilah Kerajaan Siak mencapai puncak kejayaannya. Beliau mangkat pada tahun 1810 dan digelar dengan sebutan Marhum Kota Tinggi.
Sultan Ke 8 : Sultan Asyaidis Syarif Ibrahim Abdul Jalil Khaliluddin (1810-1815) adalah putera Sultan VII yang bernama Ibrahim. Beliau mangkat pada tahun 1815 dan digelar sebutannya Marhum Mempura Kecil.
Sultan Ke 9 : Sultan Assyaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Jalaluddin (1815-1854) bernama Tengku Sayed Ismail setelah mangkat beliau digelar Marhum Indrapura.
Sultan Ke 10 : Sultan Assyaidis Syarif Kasyim Abdul Jalil Syaifuddin (Syarif Kasyim I, 1864-1889), Beliau mangkat dalam tahun 1889 dan bergelar dengan sebutan Marhum Mahkota.
Sultan Ke 11 : Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (1989-1908). Beliau naik tahta kerajaan menggantikan ayahandanya Sultan Kasyim Awal. Peninggalan-peningalan Kerajaan Siak yang sekarang ada hampir semua adalah atas jasa dan usahanya, dan beliau mangkat dalam tahun 1908 dengan gelar Marhum Baginda.
Sultan Ke 12 : Sultan Assyaidis Syarif Kasyim Abdul Jalif Syaifudin (Syarif Kasyim II), 1915-1949) Tengku Sulong. Beliau ditabalkan sebagai sultan setelah 7 tahun mangkatnya ayahandanya Sultan Hasyim. Beliau merupakan Sultan terakhir dan pada bulan November 1945 mengirim kawat kepada Presiden Republik Indonesia yang menyatakan kesetiaanya dan beliau menyerahkan harta bendanya untuk perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.
Perjuangan para 12 Sultan Siak memberikan bukti akan kepemimpinan dan perjuangannya selama beberapa tahun.Dan bisa dikatakan bahwa Istana Siak merupakan bukti sejarah atas kebesaran kerajaan Melayu Islam di Daerah Riau ini dahulunya,sehingga dapat kita lihat peninggalan kerajaannya itu berupa kompleks Istana Kerajaan Siak,yang dibangun oleh Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889 yang diberi nama ASSIRAYATUL HASYIMIAH yang lengkap dengan peralatan kerajaan.
Istana Siak Sri Inderapura merupakan kediaman resmi Sultan Siak.Istana ini merupakan peninggalan Kesultanan Siak Sri Inderapura yang selesai dibangun pada tahun 1893. Kini istana yang juga dijuluki sebagai Istana Matahari Timur ini termasuk kedalam wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Siak.
Kompleks istana ini memiliki luas sekitar 32.000 meter persegi yang terdiri dari 4 istana yaitu Istana Siak, Istana Lima, Istana Padjang, dan Istana Baroe. Istana Siak sendiri memiliki luas 1.000 meter persegi.
Istana Siak yang dibangun oleh Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin itu memiliki arsitektur bercorak Melayu, Arab, dan Eropa. Bangunannya terdiri dari dua lantai. Lantai bawah dibagi menjadi enam ruangan sidang: Ruang tunggu para tamu, ruang tamu kehormatan, ruang tamu laki-laki, ruang tamu untuk perempuan, satu ruangan disamping kanan adalah ruang sidang kerajaan, juga digunakan untuk ruang pesta.
Lantai atas terbagi menjadi sembilan ruangan, berfungsi untuk istirahat Sultan serta para tamu istana. Di puncak bangunan terdapat enam patung burung elang sebagai lambang keberanian Istana. Sementara pada halaman istana masih dapat dilihat delapan meriam menyebar ke berbagai sisi-sisi halaman istana, kemudian disebelah kiri belakang istana terdapat bangunan kecil yang dahulunya digunakan sebagai penjara sementara.
***Dan Inilah Bentuk Istana siak yang bercorak Melayu,Arab,dan Eropa yang sampai hari masih bisa kita lihat***
Sekarang Istana Kerajaan Siak Sri Indrapura dijadikan tempat penyimpanan benda-benda koleksi kerajaan antara lain : Kursi Singgasana kerajaan yang berbalut (sepuh) emas, Duplikat Mahkota Kerajaan, Brankas Kerajaan, Payung Kerajaan, Tombak Kerajaan, Komet sebagai barang langka dan menurut cerita hanya ada dua di dunia dan lain-lain. Di samping Istana kerajaan terdapat pula istana peraduan.
v CANDI MUARA TAKUS-KOMPLEKS STUPA YANG DIKELILINGI TANAH
Salah satu peninggalan sejarah di Riau adalah Kompleks Percandian Muara Takus.Dan secara geografis pun wilayah Provinsi Riau terletak ditepi jalur pelayaran dan perdagangan Selat Malaka.Karena letaknya inilah wilayah ini banyak disinggahi oleh orang asing dari berbagai kerajaan Asia dan Eropa.Sejalan dengan, itu tentu saja berkembang kebudayaan asing di bumi Riau.Akibat dari itu di tempat ini lahir peradaban dalam bentuk institusi kerajaan.
Sebagai tempat yang telah memiliki peradaban dalam bentuk institusi kerajaan,tentu terdapat peninggalan budayanya.Tinggalan budaya yang ditemukan di Riau antara lain berupa Prasasti,runtuhan bangunan,arca dan barang-barang keramik serta tembikar.Namun peninggalan di Kabupaten Kampar yang paling dikenal secara Nasional adalah Kompleks Candi Muara Takus.
Kompleks Percandian Muara Takus untuk pertama kalinya dikenal oleh dunia luar (terutama para antiquarian dan ilmuan) pada tahun 1860,yaitu ketika ditemukan kembali oleh Cornets de Groot,akibat puplikasi yang dilakukannya,banyak peneliti yang enaruh perhatian pada Muara Takus ini antara lain: Van Beest Holle yang menulis tentang gambaran Muara Takus dan Schnitger yang menulis suasana sekaligus kompleks candinya.
Percandian Muara Takus.Keadannya sudah jauh berbeda ketika pusaka diwariskan kepada kita.Dulu Komplek candi muara Takus ada di tepi Sungai Kampar.Ketika dibangun PLTA Kota Panjang,kompleks ini terletak di tepi penampungan PLTA Kota Panjang.Meskipun lingkungan telah berubah,Kompleks Percandian Muara Takus tetap dimanfaatkan untuk berbagai keperluan,misalnya untuk ilmu pengetahuan dan untuk kegiatan Pariwisata,dan kedua kepentingan itu harus saling mendukung.Kepentingan Ilmu Pengetahuan antara lain dengan melakukan penelitian arkeologi,arsitektur,dan yang sangat penting adalah sejarah.
Candi Muara takus ini secar administrative terletak di Desa Muara Takus,Kecamatan XIII Koto Kampar,Kabupaten Kampar.Untuk mencapai lokasi situs dapat dengan kendaraan bermotor roda empat dari Pekanbaru sejauh 130 km.Melalui jalan nasional Pekanbaru-Payakumbuh dan jalan provinsi menuju Muara Takus.
Didesa Muara Takus mengalir sungai Kampar Kanan kerah utara.Sungai ini di Muara Takus membentuk sebuah meander dimana desa Muara Takus terletak di tengah meander sungai.D sebelah utara Muara Takus,dtengah pulau Kampar kanan terdapat pulau kecil yang memanjang mengikuti arus sungai.Disebelah Timur percandian merupakan semak belukar.Disebelah Baratdaya,barat dan barat laut adalah kebun sawit.
Kompleks Percandian Muara Takus yang bertembok keliling berukuran 74x74 meter terletak disisi timur laut, tanggul tanah dan sisi timur laut Sungai Kampar kanan.Tembok keliling ini dibuat dari batu bata dan pasir,dihalaman yang dibatasi tembok ini terdapat sekurang-kurangnya ada 6 buah bangunan yang dibuat dari bata dan pasir (standstone).Disisi utara tembok kelilimg terdapat runtuhan gerbang masuk halaman percandian.
Candi ini terdiri dari beberapa candi diantaranya adalah:
A) Candi Tua
Bangunan ini merupakan bagian terbesar di dalam kompleks Percandian Muara Takus.Letaknya hampir menempel pada sisi utara candi Bungsu dengan jarak bagian atas kaki 22 cm.Bangunan ini telah selesai di pugar.Menurut perkiraan bangunan Candi Tua merupakan bangunan stupa yang ditempatkan di atas kaki bertingkat tiga.Kaki tingkat 1 pada dasarnya mempunyai bentuk denah empat persegi panjang,tetapi karena banyak penampil sehingga sudut luarnya berjumlah 24 buah,termasuk sudut tangga naik.Ukuran panjang kedua sumbu (utara-selatan dan barat-timur) denag banguan masing-masing 33,20 meter dan 22,04 meter serta tingginya 2,22 meter.Tangga naik dari halaman kebagian atas ada dua buah terletak disisi barat dan timur.
Kaki tingkat II denahnya berbentuk empat persegi panjang dengan sumbunya berukuran 27,37 dan 17,54 meter serta tinggi 2,01 meter.Tangga naik dari kaki tingkat I menuju tingkat II terletak disisi timur dan barat.Bangunan Candi tua merupakan bangunan massif (tidak mempunyai ruang ).
Menurut perkiraan Schnitger banguana ini merupakan bangunan stupa yang berdiri diatas kaki tiga tingkat.Dibagian atas kaki ini terdapat lapik stupa.Lapik Stupa pada dasarnya bujursangkar tetapi sudut luarnya ada 20.Seluruh banguan terbuat dari bata.Pada bagian tertenyu missal pada sudut,pilaster,dan pelipit terbuat dari balok batu pasir.
B) Stupa Mahligai
Stupa Mahligai merupakan bangunan masif yang masih tegak berdiri menghadap kearah gerbang masuk disisi utara komleks.Letaknya tidak tepat ditengah halaman,tetapi sekitar 10 meter disebelah utara tembok pagar keliling sisi barat.Bangunan ini berdiri diatas dua kaki yang tinggi.Kaki banguan tingkat pertama bentuk denahnya bujur sangkar dengan ukuran 10,44 x 10,60 meter dan tinggi 2,10 meter dengan dengan penampil tangganaik di utara.Tangga naik berukuran lebar 1,0 meter lebar penampilannya 4,10 meter.Hiasan yang terdapat di kaki pertama ini adalah pelipit bawah,pelipit padma,badan dan atas.
Bagian badan stupa denahnya berbentuk lingkaran dengan garis tengah berukuran emapat meter.Bagian tengah badan stupa mengecil yang memberi kesan ramping,kemudian bagian atasnya melebar kembali.Dibagian tengahnya terdapat hiasan pelipit yang melingkari bagian badan stupa.Bagian ini merupakan bagian alas puncak.
Bagian teratas atau bagian mahkota stupa yang terditi dari 36 sisi.Bagian dasar puncak stupa dihiasi dengan empat buah arca singa yang dibuat dari batu pasir.Pada saat ini bangunan stupa Mahligai mempunya ukuran tinggi keseluruhan 14,30 meter.
C) Candi Bungsu
Candi Bungsu terletak 4,80 meter kearah barat dari stupa Mahligai.Bangunan stupa ini memiliki tiga kaki pada banguna sisi utara,dan satu kaki pada sisi selatan.Kaki tingkat pertama berbentuk denahnya empat persegi panjang dengan ukuran 7,50 x16,28 meter dan tinggi 2,25 meter.
Bangunan yang berada disisi utara terbuat dari batu pasir dan selatan dari batu bata.Hal ini menunjukkan bahwa bangunan disisi utara dari pasir terbuat lebih dahulu,sedangkan dari batu bata merupakan tambahan.Pada banguan bagin utara Schnitger merekonstruksian bentuk stupa yang dibangun diatas dua tingkat kaki.Kaki pertama atau kedua dari bawah mmpunyai 20 sisi dengan sumbu berukuran 5,5 x5,5 meter tinggi 1,75 meter.
Diatas kaki ini terdapat kaki kedua dan ketiga sisi 36 dengan sumbu 4,25 x4,25 meter tinggi 0,60 meter.Diatasnya terdapat lapik stupa ukurannya lebih kecil yang berbentuk bulat bergaris tengah 2,80 meter.
Di sebelah timur stupa ini terdapat penampil tempat tangga naik yang dibuat dari pasir dan bata juga.Penampil ini mempunyai ukran 2,80 meter sedangkan tangga naik berukuran lebar 1,65 meter.
D) Candi Palangka
Candi Palanka terletak sekitar empat meter kearah timur dari Stupa Mahligai.Bangunan yang tersisa bagian kaki ini,seluruhnya terbuat dar bata.Bentuk denahnya bujur sangkar dengan ukuran 5,60 x 5,90 meter.Disisi utara terdapat penampil tempat tangga naik yang lebarnya berukuran 2,28 meter.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Bambang Utomo,2012,Riau pada Masa Klasik Indonesia,Pekanbaru:Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Provinsi Riau
Jamil,Nizami.2010.Sejarah Kerajaan Siak.Siak.Sri Indrapura:Lembaga Warisan Budaya Melayu Riau