ABDURRAHMAN SI III / A
1. Kapiten Pattimura
Lahir : Saparua, Maluku, 8 Juni 1783
Wafat : Ambon, 16 Desember 1817
Makam : Ambon
Bernama asli Thomas Mattulessi, Pattimura pernah mengikuti pendidikan militer saat Inggris berkuasa di Maluku dan memperoleh pangkat sersan mayor. Namun, belanda kembali berkuasa di Maluku karena terikat pada Konvesi London (13 Agustus 1814), yaitu perjanjian yang mewajibka Inggris untk mengembalikan wilayah Nusantara kepada Belanda termasuk Maluku.
Pada tanggal 14 Mei 1817, seluruh rakyat Separua bersumpah setia mengangkat Thomas Mattulessi sebagai Kapiten Pattimurs untuk mrlakukan pemberontakan terhadap Belanda. Pada tanggal 16 Mei 1817, Pattimura berhasil merebut Benteng Duurstede dan menewaskan Residen Van den Berg. Perjuangan Kapiten Pattimura dibantu oleh Paulus Tiahahu dari Nusa Laut, Anthony Reebook wakilnya di Saparua, dan Kapiten Philip Latumahina.
Akibatnya pengkhianatan Raja Booi dan politik devide et empera, akhirnya pada tanggal 11 November 1817 Pattimura berhasil ditangkap oleh Belanda. Pattimura ditangkap bersama pemimpin-pemimpin lainnya dan dijatuhi hukuman mati.
Pada tanggal 16 Desember 1817, Kapiten Pattimura, Anthony Reebook, Philip Latumahina dan Said Parintah dihukum mati dengan cara digantung di depan benteng Nieuw Victoria di Ambon. Sementara itu Paulus Tiahahu dihukum tembak mati di depan rakyatnya di Nusa Laut.
Untuk menghormati jasa-jasa Kapiten Pattimura, berdasarkan surat keputusan Presiden RI. NO. 087 / TK /b1973, pemerintah menganugrahkan gelar Pahlawan Nasional kepadanya.
2. Pangeran Antasari
Lahir : Banjarmasin, 1797
Wafat : Bayan Begak, 11 Oktober 1862
Makam : Banjarmasin
Perlawanan rakyar Banjarmasin terhadap Belanda dimulai saat Belanda
mengangkat Tamjidillah sebagai sultan Banjar menggantikan Sultan Adam yang wafat. Rakyat Banjat dan Kesultanan Banjar termasuk pangeran Antasari menuntut agar Pangeran Hidayatullah sebagai pewaris sah tahta Kesultanan Banjar, harus menjadi Sultan Banjar. Sejak saat itulah rakyat Banjar dengan dipimpin oleh Pangeran Hidayatullah, Pangeran Antasari dan Demang Leman mengangkat senjata melawan Belanda.
Pangeran Antasari berhasil menyerang dan menguasai kedudukan Belanda di Gunung Jabuk. Pangeran Antasari juga menyerang tambang batubara Belanda di Pengaron. Pejuang-pejuang Banjar juga berhasil menggelamkan kapal Onrust beserta pemimpinnya, seperti Letnan Van der Velde dan Letnan Bangert. Peristiwa yang memalukan Belanda ini terjadi atas siasat Pangeran Antasari dan Tumenggung Suropati.
Pada tahun 1861, Pangeran Hidayatullah berhasil ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Cianjur, Jawa Barat. Pangeran Antasari kemudian mengambil alih pimpinan utama. Ia diangkat oleh rakya sebagai Penembahan Amiruddin Khalifatul Mu'min sehingga kualitas peperangan menjadi semakin meningkat karena ada unsure agama. Sayang, Pangeran Antasari akhirnya wafat pada tanggal 11 oktobe 1862 karena penyakit cacar saat itu sedang mewabah di Kalimantan Selatan. Padahal, saat itu ia sedang menyiapkann serangan besar-besaran terhadap Belanda.
Untuk menghormati jasa-jasa Pangeran Antasari berdasarkan keputusaan Presiden RI. NO. 06 / TK/ 1968, Pemerintah menganugrahkan gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional kepadanya.
3. Pangeran Diponegoro
Lahir : Yohyakarta, 11 November 1785
Wafat : Makassar, 8 Januari 1885
Makam : Makassar
Nama asli Pangeran Diponegoro adalah Raden Mas Ontowiryo. Ia juga bergelar "Sultan Abdul Hamid Herucokro Amirulmukmin". Pangeran Diponegoro adalah anak dari Pangeran Adipati Anom (Hamengkubuwono III) dari garwa ampeyan (selir). Perlawanan Pangeran Diponegoro dimulai ketika dia dengan berani mencabut tiang-tiang pencang pembangunan jalan oleh Belanda yang melewati rumah, masjid, dan makam leluhur Pangeran Diponegoro. Pembanguna jalan ini dilakukan atas inisiatif Patih Danurejo IV yang menjadi antek Belanda. Belanda yang dibantu Patih Danurejo IV kemudian menyerang kediaman Pangeran Diponegoro di Tagalrejo. Sejak saat itu, berkobarlah perang besar yang disebut Perang Jawa atau Perang Diponegoro (1825-1830).
Belanda sulit mengalahkan Pangeran Diponegoro yang menggunakan taktik gerilya. Dengan dibantu oleh Kyai Mojo (Surakarta), sentot Alibasya Prawirodirjo, Pangeran Suryo Mataram, Pangeran Pak-pak (Serang), Pangeran Diponegoro berhasil memberikan perlawanan yang hebat kjepada Belanda.
Belanda telah menggunakan berbagai cara untuk menangkap Pangeran Diponegoro namun gagal. Sampai pada akhirnya digunakanlah siasat licik dengan berpura-pura mengajak berunding dan berjanji aka menjaga keselamatannya. Namun ternyata Belanda ingkar janji dan menangkap Pangeran Diponegoro pada tanggal 28 Maret 1830 saat terjadi perundingan di Magelang. Tanpa rasa malu Jenderal Hendrik de Kock menangkap Pangeran Diponegoro agar perang besar di pulau Jawa tersebut dapat segera diakhiri. Pangeran Diponegoro kemudian dibuang ke Manado dan ditempatkan di Benteng Amsterdam. Namun, empat tahun kemudian ia dipindahkan ke benteng Rotterdam di Makassar hingga wafatnya dan dimakamkan di Kampung Melayu, Makassar.
Untuk menghormati jasa-jasa Pangeran Diponegoro, berdasarkan surat keputusan Presiden RI. NO. 087/TK/1973, pemerintah menganugrahkan gelar Pahlawan Nasional kepadanya.
4. Sisingamangaraja XII
Lahir : Bakkara, Tapanuli, 1849
Wafat : Simsim, 17 Juni 1907
Makam : Pulau Samosir
Nama aslinya adalah Patuan Besar Ompu Pulo Batu. Nama Sisingamangaraja baru dipakai pada tahun 1867, setelah ia diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya yang mangkat. Sang ayah meninggal akibat serangan penyakit kolera.
Februari 1878, Sisingamangaraja mulai melakukan perlawanan terhadap kekuasaan colonial Belanda. Ini dilakukannya untuk mempertahankann daerah kekuasaannya di Tapanuli yang dicaplok Belanda. Dimulai dari penyerangan pos-pos Belanda di Bakal Batu, Tarutung. Sejak itu penyerangan terhadap pos-pos Belanda lainnya terus berlangsung diantaranya sebagai berikut :
- Mei 1883, pos Belanda di Ulun dan Balige diserang oleh pasukan Sisingamangaraja.
- Tahun 1884, pos Belanda di Tangga Batu juga dihancurkan oleh pasukan Sisingamangaraja.
Tahun 1907, Belanda berhasil memperkuat pasukan dan persenjataan. Kondisi ini membuat pasukan Raja Batak ini semakin terdesak dan terkepung.pada pertempuran yang berlangsung di Pak-pak inilah Sisingamangaraja XII gugur tepatnya pada tanggal 17 juni 1907. Bersama-sama dengan putrinya (Lopian) dan dua prang putranya (Patuan Nagari dan Patuan Anggi).
Sisingamangaraja kemudian dimakamkan di Balige dan selanjutnya kembali dipindahkan ke Pulau Samosir. Sisingamangaraja XII dianugrahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI NO.590/1961.
5. Sultan Mahmud Badaruddin II
Lahir : Palembang 1767
Wafat : Ternate, 26 November 1852
Makam : Ternate, Maluku Utara
Semenjak ditunjuk sebagai Sultan Kerajaan Palembang menggantikan ayahnya Sultan Muhammad Baha'uddin, Mahmud Badaruddin melakukan perlawanan terhadap Inggris dan Belanda. Ketika Batavia berhasil disusuki Inggris pada tahun 1811, Sultan Mahmud justru berhasil membebaskan Palembang dari cengkraman Belanda pada tanggal 14 Mei 1811.
Tahun 1812, peprangan dengan Inggris dimulai karena Sultan tidak mau mengakui kekuasaan Inggris di Palembang. Maret 1812, Inggris berhasil menguasai Palembang dan mengangkat Najamuddin menggantikan Sultan Mahmud Badaruddin II yang menyingkir ke Muara Rawas.
Berdasarkan Konvesi London tahun 1814, kekuasaan Belanda di Indonesia harus dipulihkan, tahun 1818 Inggri mengembalikan kekuasaan Palembang kepada Belanda. Selanjutnya Inggris juga kembali mengangkat Sultan Mahmud Badaruddin II sebagai Raja Palembang.
Namun sejak tahun itu pula perang antara Sultan Mahmud Badaruddin II dengan Belanda kembali berkobar. Tanggal 1 Juli 1821, kesultanan Palembang berhasil diduduki Belanda dan Sultan berhasil ditawan.Sultan Mahmud Badaruddin II kemudian dibuang ke Ternate, Maluku Utara hingga wafatnya. Sultan Mahmud Badaruddi II tercatat sebagai salah satu Pejuang Nasional yang melakukan perlawanan terhadap dua penjajah sekaligus yaitu Inggris dan Belanda.
SK Presiden RI.NO063/TK/1984 menganugrahkan gelar Pahlawan Nasional kepadanya.
DAFTAR PUSTAKA
Arya Ajisaka,2004. Mengenal Pahlawan Indonesia.Depok:Kawan Pustaka
Kuncoro hadi dan Sustianingsih,2013. Pahlawan Nasional.Yogyakarta:Familia