MERRI NATALIA S/SP
Semenanjung Iberia di Eropa, yang meliputi wilayah Spanyol dan wilayah Portugal sekarang ini, menjorok ke selatan ujungnya hanya dipisahkan oleh sebuah selat sempit dengan ujung benua Afrika. Bangsa Grit tua menyebut selat sempit itu dengan tiang-tiang Hercules dan di seberang selat sempit itu terletak di benua Eropa. Selat sempit itu sepanjang kenyataan memisahkan lautan tengah dengan lautan atlantik. Semenanjung Iberia, sebelum ditaklukkan bangsa Visighots pada tahun 507 M, didiami oleh bangsa Vandals. Justru wilayah kediaman mereka itu disebut dengan Vandalusia. Dengan mengubah ejaanya dan cara membunyikannya, bangsa Arab pada masa belakangan menyebut semenanjung Iberia itu dengan Andalusia.
Spanyol diduduki oleh umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan bin Nu'man Al-Ghassani menjadi Gubernur di daerah itu. Pada masa khalifah Al-Walid, Hasan bin Nu'man sudah digantikan oleh Musa bin Nushair. Di zaman Al-walid itu, Musa bin Nushair memperluas wilayah kekuasaanya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya.
Dalam proses penaklukan Spanyol ada 3 pahlawan Islam yang memimpin pasukan kesana yakni Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Namun, yang sebagai perintis dan penyelidik kedatangan Islam ke Andalusia adalah Tariq ibn Ziyad. Ia yang telah memimpin pasukan tentera menyeberangi lautan Gibralta (Jabal Thariq) menuju ke semenanjung Iberia. Musa ibn Nushair pada tahun 711 M, mengirim pasukan Islam dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad yang hanya berjumlah 7000 orang dan tambahan pasukan 5000 personel yang memang tak sebanding dengan tentera pasukan Gothik yang berkekuatan 100.000 lengkap bersenjata. Namun, pada akhirnya, Thariq bin Ziyad mencapai kemenangan, dengan mengalahkan Raja Foderick di Bakkah dan menaklukan kota-kota penting seperti Cordova, Granada, Toledo dan hingga akhirnya menguasai seluruh kota penting di Spanyol.
A. Perkembangan Pendidikan Islam di Spanyol
1. Mendirikan Lembaga Pendidikan
Ketika umat Islam berkuasa di spanyol telah mendirikan madrasah-madrasah yang tidak sedikit jumlahnya guna menopang pengembangan pendidikannya. Madrasah-madrasah itu tersebar di seluruh daerah kekuasaan Islam, antara lain: Qurthubah (Cardova), Isybiliah (Seville), Thulaitihillah (Toledo), Gharnathah (Granada) dan lain sebagainya. Guna melakukan sosialisasi ilmu pengetahuan lebih lanjut, khalifah Abdul Rahman III mencoba merintisnya dengan mendirikan Universitass Cordova sebagai pusat ilmu pengetahuan. Universitas ini mengambil tempat di sebuah masjid. Pada masa pemerintahan Al-Hakam II (961-976 M), universitas tersebut diperluas lokasinya, dan bahkan mendatangkan para professor dari timur (Al-Azhar dan Nizhamiyyah) sebagai dosen undangan untuk memberikan perkuliahan di sana. Langkah yang diambil Al-Hakkam II dalam memajukan pendidikan di Spanyol Islam, kemudian diikuti oleh para penguasa sesudahnya.
Semangat (ghirah) tinggi yang ditunjukkan oleh masyarakat dalam menuntut ilmu tidak pernah mundur, meskipun untuk memperkuat eksistensi lembaga pendidikan para penguasa Spanyol Islam memberlakukan peraturan yang berbeda dengan penguasa Abbasiyah di Baghdad. Peraturan tersebut dengan memungut biaya bagi para siswanya. Hal ini dilakukan bagi terlaksananya penyelenggaraan pendidikan yang diinginkan. Semangat menuntut ilimu yang diperkenalkan Spanyol Islam, bukan hanya terbatas bagi para pelajar muslim saja, akan tetapi juga terbuka kepada para pelajar nonmuslim. Sikap toleran yang ditawarkan membuat para pelajar non muslim berlomba-lomba untuk menuntut ilmu di Spanyol Islam. Dalam menunjang pendidikannya, pendidikan Spanyol Islam memberlakukan kurikulum universal dan kompherensif. Artinya, menawarkan materi pendidikan agama dan umum secara integral pada setiap tingkatan pendidikannya, khususnya pada pendidikan tinggi. Indikasi dari kedalaman dan keluasan kurikulum spanyol islam waktu itu boleh jadi ditentukan konsekuensi-konsekuensi pratikal yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, sehingga pola kurikulum yang diterapkan tidak bersifat fleksibel dan adaptik.
Semangat (ghirah) tinggi yang ditunjukkan oleh masyarakat dalam menuntut ilmu tidak pernah mundur, meskipun untuk memperkuat eksistensi lembaga pendidikan para penguasa Spanyol Islam memberlakukan peraturan yang berbeda dengan penguasa Abbasiyah di Baghdad. Peraturan tersebut dengan memungut biaya bagi para siswanya. Hal ini dilakukan bagi terlaksananya penyelenggaraan pendidikan yang diinginkan. Semangat menuntut ilimu yang diperkenalkan Spanyol Islam, bukan hanya terbatas bagi para pelajar muslim saja, akan tetapi juga terbuka kepada para pelajar nonmuslim. Sikap toleran yang ditawarkan membuat para pelajar non muslim berlomba-lomba untuk menuntut ilmu di Spanyol Islam. Dalam menunjang pendidikannya, pendidikan Spanyol Islam memberlakukan kurikulum universal dan kompherensif. Artinya, menawarkan materi pendidikan agama dan umum secara integral pada setiap tingkatan pendidikannya, khususnya pada pendidikan tinggi. Indikasi dari kedalaman dan keluasan kurikulum spanyol islam waktu itu boleh jadi ditentukan konsekuensi-konsekuensi pratikal yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, sehingga pola kurikulum yang diterapkan tidak bersifat fleksibel dan adaptik.
2. Pengembangan Perpustakaan
Kelancaran proses pendidikan sangat tergantung dari prasarana-prasarana yang mendukung. Diantaranya adalah fasilitas perpustakaan. Untuk itulah khalifah-khalifah Umayah di Spanyol telah berupaya menyisihkan dana dari kas Negara untuk membangun berbagai sarana pendukung tersebut secara intensif. Ambisi untuk mnedirikan perpustakaan, bukan hanya dilakukan oleh para khalifah saja. Akan tetapi, ambisi tersebut juga telah diwakili oleh setiap masyarakat Spanyol Islam. Mereka mengoleksi berbagai buku bukan untuk kepentingannya dirinya saja.besarnya perhatian umat Islam di Spanyol dalam penyediaan sarana perpustakaan sangat luar biasa. Ini dapat dilihat dengan berdirinya perpustakaan Khazanatul Humist-Tsani di Andalusia. Perpustakaan ini memiliki buku sebanyak 400.000 jilid. Di samping perpustakaan-perpustakaan lain yang didirikan oleh perorangan untuk dimanfaatkan secara umum, bahkan mereka berlomba-lomba untuk mendirikannya.
Penomena ini menyulap daerah Spanyol menjadi negara yang kaya dan makmur, di samping kemerdekaan ilmiah yang dikembangkan. Kondisi ini terlihat dari peratuaran yang berlaku saat itu. Ilmu pengetahuan bukan hanya milik orang merdeka, tetapi juga merupakan milik para budak. Hubungan yang harmonis ini menjadi daya penggerak tersendiri bagi kemajuan pendidikan yang diperkenalkan Spanyol Islam.
3. Faktor Penunjang Pendidikan Islam di Spanyol
Ilmu pengetahuan Spanyol Islam tidak telepas dari berbagai factor, baik factor internal maupun eksternal. Factor internal dalam hal ini adalah factor ajaran islam sebagai motivasi, nilai dan doktrin merupakan factor utama dalam memajukan pendidikan Spanyol Islam. Ini terlihat dari gairah umat Islam dalam menyikapi dorongan tersebut. Mereka menyikapi ilmu pengetahuan bukan untuk mencari kedudukan tertentu dalam susunan pemerintahan, akan tetapi karena tuntutan ajaran Islam.
Factor ekstrinsik merupakan factor yang berhubungan dengan upaya kaum muslimin Spanyol dalam menciptakan kultur Islam dalam bentuk peradaban. Factor tersebut antara lain:
ü Factor kekuasaan
Factor ini direflesikan dalam bentuk kebijaksanaan penguasa Umayah II dan penguasa lainnya, member dukungan yang sangat kuat dalam perkembangan pendidikan.
ü Faktor akademis
Munculnya lembaga pendidikan di Spanyol memiliki saham yang cukup besar dalam menstimulasi dan mendinamisir kaum muslim untuk mengembagkan pendidikan dan melalukan berbagai rangkaian riset.
ü Factor kompetisi posotif
Dimensi ini memberikan nuansa, bahwa ketika mereka berlomba-lomba mengembagkan ilmu pengetahuan akan tetapi mereka masih menjaga kode etik dan harmonisasi hubungan pertransperan ilmu.
ü Factor toleransi dan stabilitas nasional
Kondisi kondusif ini ikut memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan peradaban di Spanyol. Spanyol tidak mendeskriditkan umat non Islam, mereka diperlakukan sama dalam semua aspek, kecuali agama.
4. Pendidikan Spanyol Islam Bagi Perkembangan Dunia Modern
Spanyol Islam mencapai jaman keemasan, dengan kebangkitan dinamika intelektualitasnya dalam segala bidang ilmu pengetahuan secara integral dan harmonis antara tahun 1050-1300 M. di sisi lain, pada waktu bersamaan dunia belahan Eropa mengalami stagnasi ilmu pengetahuan. Dogma gerejani yang melarang mempelajari dan menganggap filsafat dan ilmu Yunani berbahaya bagi agama Kristen.
Kondisi inilah yang menyebabkan banyak para ilmuan Eropa yang haus akan ilmu pengetahuan, keluar dari negaranya. perkenalan mereka dengan dunia Islam menyebabkan mereka kagum dengan kebijaksanaan pemerintah dan semangat umat Islam dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Mereka berupaya mentransper ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia Islam ke dunia Eropa, dengan jalan menerjemahkan sejumlah buku-buku. Bunga dari pencerahan ilmu pengetahuan inilah yang menstimuli timbulnya institusi baru ilmu pengetahuan di Eropa. Dari sinilah kemudian lahir beberapa lembaga pendidikan di Eropa.
Kondisi inilah yang menyebabkan banyak para ilmuan Eropa yang haus akan ilmu pengetahuan, keluar dari negaranya. perkenalan mereka dengan dunia Islam menyebabkan mereka kagum dengan kebijaksanaan pemerintah dan semangat umat Islam dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Mereka berupaya mentransper ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia Islam ke dunia Eropa, dengan jalan menerjemahkan sejumlah buku-buku. Bunga dari pencerahan ilmu pengetahuan inilah yang menstimuli timbulnya institusi baru ilmu pengetahuan di Eropa. Dari sinilah kemudian lahir beberapa lembaga pendidikan di Eropa.
C. Pola Pendidikan Islam di Spanyol
1. Kuttab
Di Andalusia banyak terdapat kuttab-kuttab yang menyebar sampai ke pinggira kota. Pada lembaga ini siswa-siswanya mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan di antaranya: Fikih, Bahasa dan Sastra, Musik dan Seni, Pendidikan Tinggi. Secara garis besar perguruan tinggi di spanyol terdapat dua konsentrasi ilmu pengetahuan yaitu:
§ Filsafat
Universitas Cordova mampu menyaingi Baghdad, salah satu diantaranya karena mampu mengimpor ilmu filsafat dari belahan timur dalam jumlah yang besar. Ibnu Bajjah adalah filosof muslim yang pertama dan utama dalam sejarah kefilsafatan di Andalus. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad ibnu Yahya ibnu Al-Shaiq, yang lebih terkenal dengan nama ibnu Bajjah. Dilahirkan di Zaragoza, ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fez tahun 1138 M dalam usia muda. Seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawabbid, Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah Timur Granada dan wafat pada usia lanjut pada tahun 1185 M. ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan. Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristotelis yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibnu Rusyd dari Cordova, ia lahir tahun 1126 M dan wafatnya tahun 1198 M. ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristotelis dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah klasik tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqih dengan karyanya yang termasyhur Bidayah al-Mujtahid
Universitas Cordova mampu menyaingi Baghdad, salah satu diantaranya karena mampu mengimpor ilmu filsafat dari belahan timur dalam jumlah yang besar. Ibnu Bajjah adalah filosof muslim yang pertama dan utama dalam sejarah kefilsafatan di Andalus. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad ibnu Yahya ibnu Al-Shaiq, yang lebih terkenal dengan nama ibnu Bajjah. Dilahirkan di Zaragoza, ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fez tahun 1138 M dalam usia muda. Seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawabbid, Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah Timur Granada dan wafat pada usia lanjut pada tahun 1185 M. ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan. Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristotelis yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibnu Rusyd dari Cordova, ia lahir tahun 1126 M dan wafatnya tahun 1198 M. ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristotelis dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah klasik tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqih dengan karyanya yang termasyhur Bidayah al-Mujtahid
§ Sains
Tercatat nama Abbas ibn Farnas yang termasyur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia adalah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Perkembangan sains pada daerah ini diikuti pula oleh ilmu kedokteran, matematika, kimia dan music serta ilmu lainnya, bahkan ada ilmuan wanita yang ahli kedokteran, yaitu Umm al-Hasan binti Abi Ja'far.
Tercatat nama Abbas ibn Farnas yang termasyur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia adalah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Perkembangan sains pada daerah ini diikuti pula oleh ilmu kedokteran, matematika, kimia dan music serta ilmu lainnya, bahkan ada ilmuan wanita yang ahli kedokteran, yaitu Umm al-Hasan binti Abi Ja'far.
Runtuhnya Kedigdayaan Islam di Andalusia
Di antara penyebab keruntuhan peradaban dan pendidikan Islam di Andalusia adalah:
a. Konflik Agama
Pada akhir-akhir kemajuan peradaban pendidikan Islam di Andalusia, telah muncul ke permukaan paham-paham dan perbedayaan keyakinan. Kondisi yang tidak menguntungkan bagi umat Islam telah membuat "berani" umat Kristiani menampakkan dirinya ke permukaan. Bahkan terang-terangan berani menentang kebijakan penguasa Islam di kala itu.
b. Ideologi Perpecahan
Kultur social kemasyarakatan ketika itu amat berpeluang besar terjadinya pertikaian, apalagi dengan tida adanya sosok pemimpin yang dapat mempersatukan ideology yang telah memecah belah persatuan. Sehingga keamanan negeri tidak lagi bisa terjamin dan terjadinya perampokan di mana-mana. Kondisi seperti ini dimanfaatkan oleh umat Kristiani untuk menyusun kekuatan.
c. Krisis Ekonomi
Dalam situasi semakin sulit, umat kristiani tidak lagi jujur dalam membayar upetinya kepada penguasa Islam, dengan berbagai dalih. Sering terjadi perampokan yang diskenario oleh kelompok Kristiani, dan pada akhirnya menuduh Islam yang berbuat aniaya kepadanya. Pemerintah lebih memperhatikan kemajuan pendidikan dan lupa menata perekonomian, sehingga melemahkan ekonomi Negara.
d. Peralihan Kekuasaan
Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Fendinand dan Isabella, sementara di kalangan Islam sendiri terjadi perpindahan kekuasaan dengan system ahli waris. Pola yang masih dipertahankan umat Islam dalam menggantikan tampuk kepemimpinan kadang jauh dari kelayakan.
DAFTARPUSTAKA
1. Munir, Syamsul. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
2. Syalabi, Ahmad. 1973. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang
No comments:
Post a Comment