KARAENG PETENGALOAN RAJA GOA KERAJAAN MARITIME Musuh berat Kolonial Belanda


Rizki Aiditya/SI3/B
Pada akhir abad 16 keajaan banjar telah mempunyai pengaruhnya yakni sukadana, lawe, kotawaringin. Ketiga daerah ini telah mengirimkan upeti tetap kepada keraaan Banjarmasin. Ketika kedudukan demak mulai lemah, kerajaan banjar menghentikan upeti kepada kerajaan demak walaupun hubungan dengan jawa tetap ada. Sekali-kali timbul perselisihan dengan kerajaan-kerajaan jawa misalnya pada tahun 1615 banjar berselisih dengan tuban dan Surabaya karena dua kerajaan ini ingin menguasai Banjarmasin.
Sikap tidak bersahabat juga ditunjukkan kepada kerajaan Mataram. Antara tahun 1622 – 1637 hubungan banjar dengan mataram tidak baik. Pada tahun 1637 dibuat perjanjian persahabatan karena ada pihak ketiga yang lebih berbahaya yakni VOC. Banjar telah dikenal belanda pada tahun1596, karena belanda telah menangkap kapal yang berasal dari banjar. Orang-orang portugis juga tela mengenal orang banjarr pada abad ke 16, mereka telah membeli kapur barus, berlian, dan batu  bezoar. Yang mana daerah Kalimantan juga penghasil lada terbesar pada masa itu. Yang menarik perhatian belanda terhadap daerah ini yaitu tak lain hasil lada yang menggiurkan. VOC datang ke Banjarmasin dan meminta kepada raja banjar untuk memonopoli perdagangan lada, namun permintaan itu ditolak yakni pada tahun 1606. Namun percobaan-percobaan berikutnya berhasil membuat raja untuk menandatangani kontrak, namun dalam kenyataannya tidak demikian karena yang menguasai lada ialah para pangeran dan dalam praktiknya menjual lada kepada siapa saja.
Raja tidak dapat mengadakan kontrak terhadap perdagangan di luar ketentuan-ketentuan kontrak dengan  VOC. Meskipun kejadian tersebut membuat pihak VOC marah apalagi ditambah peristiwa pada tahun 1638 terjadi pembunhan terhadap anggota VOC di kantor dagangnya. Tapi VOC tidak dapat berbuat apa-apa karena takut kontrak perdagangannya akan rusak. Orang belanda yang datang ke Banjarmasin pada tahun 1606 ialah gilles michielzoon namun terbunuh dan pada tahun 1610 orang belanda yang datang ke sambas juga terbunuh. Alasan pembunuhan terhadap mereka ialah VOC mengirim empat armada kapal untuk menyerang Banjarmasin dan berniat menghancurkannya. Untuk beberapa waktu yang cukup lama VOC tidak datang ke Banjarmasin dan baru pada tahun 1626 mereka muncul kembali untuk mencari lada. Selain orang belanda ada juga orang inggris yang datang ke Banjarmasin. Serta pedagang dari demak yang ingin berdagang di Banjarmasin.pada tahun 1635 dibuat kontrak baru antara VOC dengan banjar yang ditandatangani oleh syahbandar kerajaan banjar yang bernama retnadi ratya dari gadja babauw, seorang Gujarat. Dengan kontrak ini berlaku pula monopoli perdagangan lada di tangan VOC.
Setelah penandatanganan kontrak dengan banjar VOC tidak hanya membatasi diri pada perdagangan  saja, tapi juga turut campur tangan dalam persoalan dalam negeri kerajaan banjar. Ketika ada pertikaian dalam keluarga kerajaan sehingga menimbulkan perpecahan. Raja yang didukung oleh konpeni akhirnya tidak dapat menguasai keadaan. Martapura telah membuat perjanjian damai dengan kerajaan mataram. Sebagai akibat campur tangan kompeni tentang urusan dalam negeri, semua penghuni kantor dagang VOC di martapura dibunuh, orang-orang belanda yang berada di kotawaringin juga mengalami nasib yang sama.
Ancaman-ancaman VOC terhadap kerajaan banjar karena banyak terjadinya pembunuhan terhadap pegawai-pegawai VOC tidak membuat keadaan berubah. Pada tahun 1660 kesepakatan kontrak dengan martapura dapat ditandatangani namun lagi-lagi kesepakatan itu hanya tertuang di atas kertas saja pada kenyataannya lada juga dapat dijual kepada siapa saja seperti orang-orang makasar yang berdagang ke Banjarmasin. Selain orang-orang Makasar lada juga dijual kepada orang-orang cina yang datang ke Banjarmasin. Akhirnya raja Banjarmasin meminta VOC tidak berdagang lagi di Banjarmasin dan kembali ke batavia. Banjar juga meminta bantuan banten jika VOC memberikan balasan dengan peperangan terhadap Banjarmasin. Demikianlah reaksi-reaksi di daerah Banjarmasin dalam menghadapi VOC. Orang-orang belanda ketika datang ke kepulauan Indonesia pada mulanya tidak menaruh perhatian kepada kerajaan gowa yang terletak di kaki barat daerah Sulawesi selatan. Pada mulanya VOC  menyusuri timur idonesia langsung menuju Maluku. Tentang pentingnya kedudukan gowa baru diketahui oleh VOC setelah mereka merampas kapal portugis di dekat perairan malaka yang ternyata memiliki seorang awak kapal makasar. Dari orang makasar inilah mereka mengetahui bahwa pelabuhan gowa merupakan pelabuhan transito bagi kapal-kapal yang berlayar dari atau ke Maluku. Selain itu ketika mereka bertemu dengan kapal gowa yang memuat orang-orang portugis tidak diserang, untuk memberi kesan baik kepada raja gowa. Dari keterangan-keterangan ini VOC dapat menarik kesimpulan bahwa pelabuhan gowa sebenarnya sangat baik karena terletak antara malaka dan Maluku. Selain untuk itu pelabuhan ini tidak mendapat gangguan dari orang-orang portugis. Kemudian VOC menjajaki hubungan dengan terlebih dahulu mengirim sepucuk surat dari banda kepada sultan gowa. Yang dinyatakan bahwa tujuannya hanyalah berdagang semata. Isi surat demikian untuk memberi kesan baik karena diketahui bahwa orang-orang portugis dan VOC memiliki  senjata.
Raja Gowa mwngundang VOC untuk berkunjung ke pelabuhan Gowa dengan tekanan bahwa mereka hanya diperbolehkan berdagang saja. Ia tidak ingin kerajaannya menjadi tempat adu senjata orang-orang asing yang datang berdagang di sana. Atas undangan raja, VOC mulai mengirim  beberapa utusan ke kerajaan gowa dengan pesan-pesan khusus. Pesan tersebut selain berupa tanda persahabatan juga ajakan agar gowa ikut menyerang banda yang menjadi gudang rempah-rempah, tetapi ajakan VOC ditolak, karena tidak menjawab ajakan tersebut. Kunjungan-kunjungan anggota kompeni mulai sering dilakukan ke kerajaan gowa. Mereka selalu berusaha mengajak raja gowa untuk tidak lagi mejual beras kepada orang-orang portugis. Akan tetapi raja Gowa ini tidak mau dengan begitu saja merugikan dirinya sendiri dengan memutuskan hubungan dagang yang baik dengan orang-orang portugis, raja bahkan mengeluh, bahwa kapal-kapal kompeni telah menyerang ke Maluku. Keadaan antara kerajaan gowa dengan kompeni makin memburuk, karena kedua-duanya memiliki kepentingan yang sama dalam bidang perdagangan. Oleh sebeb itu tidak dapat dielakkan terjadinya bentrokan.
Beberapa sebab yang menimbulkan suasana permusuhan adalah karena kelicikan orang-orang belanda yang hendak menagih hutang dari pembesar-pembesar gowa pembesar-pembesar ini diundang untuk dijamu , akan tetapi setibanya di kapal, mereka dilucuti. Timbulah bentrokan di mana jatuh korban. Peristiwa ini yang membuat orang-orang Makasar tidak senang kepada kompeni, yang dengan segala cara untuk memaksakan kehendaknya kepada raja gowa. Sebagai balas dendam awak sebuah kapal VOC yang tidak tahu menahu mengenai insiden pada tahun 1616 turun di sumba tanpa menaruh curiga, kemudian orang-orang makasar membunuh awak kapal tersebut. Peristiwa ini membuat jan peter coen menaruh dendam terhadap orang-orang Makasar yang mempersulit mereka dimana-mana.
Sikap antara VOC dengan orang makasar tidak ada lagi ampun mengampuni bila salah satu jatuh ketangan lainnya. Hal ini semakin meruncingkan keadaan, kedua belah pihak berlomba-lomba untuk menyebarkan pengaruhnya karena VOC menginginkan bagian terbesar dalam perdagangan rempah di Maluku, sedangkan pada waktu itu perdagangan ini ada di tangan orang-orang makasar, maka sering terjadi konflik.
Sebagai kerajaan maritime Kerajaan Gowa harus dilumpuhkan di laut, oleh karena itu blokir terhadap kerajaan gowa diadakan pada tahun 1634. VOC mengirim suatu armada ke Martapura. Armada ini terdiri dari enam kapal yang dilengkapi dengan persenjataan. Dari Martapuralah VOC menghadang perahu-perahu orang makasar yang berdagang lada. Disitulah mereka menerima perintah untuk tidak membuang-buang waktu dan langsung merusak, merongrong, menghancurkan merebut kapal portugis dan india yang berada di perairan Sombaopu serta tidak ketinggalan perahu-perahu milik orang Makasar.  Di samping merusak dan merongrong musuh mereka, desa-desa dan kota-kota di kerajaan gowa juga harus dimusnahkan. Namun misi tersebut tidak mengenai sasaran, karna Raja Gowa telah mendapat berita dari jepara tentang rencana VOC, sehinnga tiga minggu sebelumnya kapal-kapal portugis telah berangkat menuju Kakao. Perahu dagang kaum pribumi telah berangkat. Armada belanda hanya berasil memblokir suatu armada kecil yang akan menuju Maluku atau memberi bantuan kepada Maluku melawan VOC. Armada kecil itu kemudian lolos karena rampingnya dapat menusuri pantai karan tanpa dapat menghindari kompeni dengan kapal besarnya. Armada Makasar ini dengan lajunya menuju Ambon.
Pada tahun berikutnya VOC diperkuat lagi dalam blokade, tetapi kekuatan ini tidak dapat menghindari lolosnya perau-perahu makasar, orng-orang makasar mellui jalan darat menyeberang ke timur tepatnya di pantai yang berbatasan dengan Bone dan dari sanalah mereka berlayar menuju Maluku untuk berdagang. Untuk beberapa waktu keadaan yang sulit dialami oleh VOC.  Buton juga tidak dapat membantu VOC karena berada dibawah pengaruh kerajaan gowa, di Buton tidak banyak terjadi penyerbuan dan pembunuhan terhadap orang-orang VOC. Karena keadaan ini maka VOC kembali mengambil jalan untuk mendekati kerajaan gowa kembali. Suatu utusan dikirim untuk mengadakan perdamaian, utusan ini disambut dengan baik dan raja menyambut maksud ini akan tetapi pelayaran antara Malaka dan seram untuk kehidupan bangsanya. VOC tidak setuju akan hal ini dan raja kemudian raja menyetujui bilamana orang-orang makasar masuk perairan kekuasaan kompeni dapat dianggap sebagai musuh, jadi dapat diserang tanpa memutuskan kontrak antara gowa dan kompeni. Perjanjian perdamaian berlangsung dari 1637 hingga 1654. Selama perjanjian berlangsung banyak terdapat hal-hal yang membawa kedua belah pihak kejurang peperangan. Sebagai contoh kejadian pada tahun 1638 VOC merampok angkutan kayu cendana yang telah dijual oleh orang-orang makasar kepada orang-orang Portugis. Orang-orang Portugis yang berlayar dengan membawa bendera Kerajaan Gowa memprotes, pembesar-pembesar kerajaan Gowa membela mereka. Ganti kerugian dituntut kepada VOC. Pada awalnya mereka tidak mau mengganti rugi sehingga Karaeng Petengaloan dan Baraung mengancam untuk mengusir VOC dari Sombapou. Atas ancaman tersebut VOC terpaksa membayar apa yang dituntut oleh pembesar-pembesar kerajaan Gowa tersebut. Sebab-sebab lain adalah hak-hak istimewa yang diberikan oleh raja Gowa kepada orang Denmark, Portugis, dan Inggris dalam mengirimkan bantuan pasukan dan senjata kepada Hitu dan Seram.
Perang terbuka pecah pada tahun 1654 hingga 1655 yang terjadi dibeberapa tempat seperti di pelabuhan Sombopou, Buton, Maluku. Bagi VOC perang ini yang hrus dijalankan sekaligus di beberapa tempat yang berjauhan sangat merepotkan, oleh karena itu mereka kembali membuat pendekatan kepada Gowa untuk membuat perjanjian, namun Gowa menolak dengan gigih dan meneruskan perang meskipun menghadapi kekurangan bahan makanan dan senjata.paa bulan maret 1655 Majira menyerbu benteng luku dan seram kecil, namun gagal. Bagi VOC pengeluaran uang untuk perang saat itu sangat tinggi, sehingga VOC meminta bantuan ke Batavia untuk membuat perjanjian. Hal ini terlaksana tanggal 27 februari 1656. Isi perjanjian ini menurut VOC sangat menguntungkan gowa seperti membolehkan gowa menagih hutangnya di ambon, melepaskan tawanan masing-masing, musuh VOC bukan Raja Gowa, VOC tidak boleh ikut campur dengan urusan orang Makasar.
Dengan perjaanjian yang mereka anggap sangat merugikan VOC maka kembali erjadi perang, pada 1660 suatu ekspedisi yang terdiri dari 31 kapal dan 2600 pasukan dikirim ke Sulawesi. Perang mulai berkobar ketika paukan ini tiba di pelabuhan Sombapou dan berhasi merebut benteng penakukang. Atas kekalahan ini raja gowa dipaksa menandatangani suatu perjanjian yang sangat merugikan karena harus melepaskan Buton, Manado dan Maluku. Dan portugis harus meninggalkan kerajaan Gowa.  
Daftar pustaka
1.      Kartodirdjo, Sartono. 1999. Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
2.      Poesponegoro, Marwati Djoened.1993.sejarah nasional Indonesia III.Jakarta.Balai Pustaka

No comments:

Post a Comment