Winda Febiola
Australia
merupakan negara yang berada di bagian selatan dunia, juga merupakan benua terkecil di dunia. Walaupun
letaknya di dekat Asia, namun masyarakat Internasional lebih sering menyebut
Australia sebagai dunia barat karena kehidupannya yang mirip dengan gaya
kehidupan negara-negara di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Negara yang
merupakan bekas jajahan Inggris ini mempunyai delapan negara bagian, yaitu enam
Negara bagian dan dua wilayah besar. Enam negara bagian tersebut adalah New
South Wales, Queensland, Victoria, Tasmania, Australia Barat (Western
Australia), Australia Selatan (Southern Australia), dan dua wilayah besar yaitu
Notrhern Territory dan Australian Capital Territory.
Kata Australische dalam bahasa Belanda digunakan untuk menyebut daerah yang baru di temukan di Selatan. Australia yang merupakan sebuah benua terkecil di dunia dan mulai dihuni oleh manusia sejak abad es atau sekitar 30.00 tahun yang lalu ini adalah sebuah negara kolonial Inggris. Kolonialisasi Inggris di Australia menjadi sebuah bencana besar bagi penduduk Aborigin di Australia. Pada saat menetapkan Australia sebagai koloninya, Inggris sedang mengalami krisis ekonomi. Pemerintah Inggris mengambil kebijakan dengan mengirimkan para narapidana kejahatan dari Inggris dan Irlandia ke Australia. Kebijakan ini adalah salah satu cara untuk mengatasi krisis ekonomi yang sedang terjadi.
Australia adalah
sebuah benua yang terletak dekat dengan benua Asia. Australia lebih sering
disebut sebagai bagian dari dunia Barat karena kehidupannya mirip Eropa Barat
dan Amerika Serikat. Penduduknya sebagian besar berkulit putih, sedangkan
penduduk asli Australia yakni orang Aborigin adalah orang-orang Australia
pertama yang benar-benar menghuni benua itu. Australia-Indonesia memang sudah
ditakdirkan untuk menjadi dua negara yang bertetangga. Secara geografis kedua
negara berdekatan, tetapi secara kultural kedua bangsa ini sangat berbeda. Dari
aspek kepentingan nasional, Australia akan tetap mempertimbangkan beberapa hal
penting. Indonesia dianggap sebagai negara tetangga yang secara geografis
sangat strategis bagi kepentingan Australia. Indonesia yang telah memasuki
tahapan demokrasi yang cukup matang adalah modal utama bagi Australia untuk
mengadakan kontak kelembagaan yang dapat menyebabkan meluasnya pengaruh
Australia di Indonesia, khususnya di tataran elit kekuasaan. Sebagai negara
mayoritas Muslim terbesar, Indonesia adalah mitra yang tidak mungkin
dikesampingkan terutama apabila kelembagaan militer Indonesia lebih dapat
diandalkan dalam perjuangan Australia melawan terorisme internasional. Walaupun
belum sepenuhnya pulih, Australia memandang ekonomi yang stabil dan kokoh akan
menjadi jalan bagi terus berlangsungnya hubungan transaksi perdagangan
internasional.
Kehidupan
Australia merupakan kehidupan yang didominasi oleh budaya Eropa. Terdapat dua
macam kebudayaan di Australia,yaitu kebudayaan penduduk asli dan kebudayaan
yanag berasal daari Eropa. Namun, budaya penduduk asli terbenam dibawah
hamparan budaya masyarakat Eropa sehingga unsur penduduk asli itu tidak tampak.
Elkin (1956)
mengelompokkan manusia pada empat ras utama. Kelompok yang pertama adalah
Europian yang meliputi Nordic, Alpine, dan Mediterranean.[1]
Penduduk asli Australia berbeda dengan ras ini karena perbedaan warnna kulit,
bentuk hidung, bentuk kepala, muka dan mulut, ketebalan tulanag tengkorak dan
rata-rata volume otak. Kelompok kedua adalah Mongoloid, penduduk asli Australia
tidak termasuk kelompok ini karena perbedaan pada warna kulit, bentuk kepala,
bentuk muka, mata, dan bulu pada muka dan badan. Kelompok ketiga adalah
Negroid. Penduduk asli Australia tidak dapat digolongkan pada kelompopk ini
karena perbedaan-perbedaan pada wrna kulit, bentuk rambut, bentuk bibir, dan
bulu-bulu pada muka dan badan. Karena tidak termasuk pada salah satu dari tiga
kelompok itu, maka penduduk asli Australia adalah kelompok khusus yang oleh
Elkin (1956) disebut Australoid.
Secara fisik
penduduk asli Australia dapat dikenali dari ciri-cirinya yaitu kulit berwarna
coklat bahkan hitam jika sering terpapar sinar matahari, rambutnya ikal
bergelombang, muka dan tubuh ditumbuhi oleh bulu-bulu yang lebat, dahi sempit
atau mundur, rongga mata dalam, alis mata menonjol, rahang menonjol, mulut
lebar, tulang tengkorak tebal, tinggi badan rata-rata adalah 5 kaki dan 5/6
inci. Berdasarkan ciri tersebut, Eklin dan Needham (1935) menganggap bahwa
manusia yang satu kelompok dengan penduduk asli Australia adalah suku bangsa
Toala di Sulawesi., penduduk asli Sumatera, sebagian penduduk Irian, orang
Sakai di Malaysia, orang Veddas di Srilanka, dan suku Pegunungan asli India
Selatan.[2]
Sampai pada masa
kini, suku asli (native) Australia sering kerap disebut Aborigin. Sebutan ini
khusus nya berasal dari orang-orang Barat terutama orang Inggris. Sebelum
kedatangan bangsa barat, dalam hal ini orang Inggris ke Australia, suku
Aborigin telah menyebar dan menduduki hamper seluruh wilayah di Australia.
Kedudukannya bukan hanya dalam satu karakter dan budaya yang sama.
Masing-masing wilayah yang diduduki yang ditinggali suku Aborigin memiliki
karakteristik yang lumayan berbeda, misalnya mengenai tradisi, dialek, dan
bahasa yang digunakan.[3]
Salah satu jenis Aborigin yang cukup terkenal yaitu Aborigin Yolgnu di wilayah
pesisir utara Australia (Arnhem Land), Koorie di wilayah Sydney, dan Larrakeyah
di wilayah Darwin. Dari segi bahasa, ada ratusan bahasa yang digunakan oleh
suku Aborigin di seluruh wilayah Australia. Di antaranya yang cukup terkenal
yaitu bahasa Arrernte, Dhuwal, Walpiri, Kriol, dan Pitjantjatjara.[4]
Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa Australia tidak hanya dihuni oleh satu jenis Aborigin
saja, tetapi terdapat beberapa jenis suku Aborigin didalamnya. Meskipun
demikian, orang-orang Barat tetap berpendapat bahwa hanya ada satu suku saja di
Australia yaitu Aborigin. Maka dari itu, bangsa Barat mengatakan bahwa penduduk
Australia pada saat itu praktis homogeny yakni hanya dihuni oleh suku Aborigin
semata, padahal suku tersebut sebenarnya terbagi dalam kedalam beberapa jenis
yang berbeda-beda.
Tiga puluh ribu
atau bahkan empat puluh ribu tahun lamanya penduduk asli Australia telah
memasuki dan menetap di Australia. Kedatangan penduduk asli ke Australia tidak
diketahui secara pasti. Namun yang pasti mereka telah tiba terlebih dahulu
sebelum orang-orang kulit putih. Merekalah yang pantas disebut sebagai penemu
dan pemilik dari benua ini. Pada saat orang-orang kulit putih dating ke
Australia, penduduk asli menjalani kehidupan dengan cara Food Gathering. Dengan demikian, kedatangan orang-orang kulit putih
yang maju tidak dapat di hadapi oleh penduduk asli. Banyak terjadi
kesalahpahaman dan juga bentrok antara penduduk asli dan juga orang-orang kulit
putih. Berawal dari kesalahpahaman, kemudian terjadi penangkapan, hingga
terjadi pembunuhan.
Sebelum
kedatangan Inggris ke Australia, suku Aborigin telah memiliki kepercayaan,
yaitu dreamtime atau dreamming, yakni
suatu sistem kepercayaan yang menempatkan leluhur (nenek moyang) mereka sebagai
Tuhan sang pencipta, yang telah menciptakan mereka, bumi, langit, hewan,
tumbuhan dan seluruh isi jagat dunia. Konsep inti dari kepercayaan orang
Aborigin ini salah satunya yaitu mewujudkan dalam menjaga keseimbangan alam.
Bagi mereka, merusak alam sama saja menentang Tuhan (leluhur) yang telah
menciptakannya. Bahkan, tidak sedikit juga dari mereka yang meyakini beberapa
hewan sseperti Ular dan tumbuhan tertentu sebagai Tuhan dan Leluhur mereka.
Oleh sebab itu, suku ini terkenal sebagai suku yang sangat menjaga dan
menghormati alam.
Kondisi sosial
masyarakat Aborigin sebelum kedatangan bangsa Barat mayoritas berkelompok,
dimana tiap-tiap kelompok memiliki pemimpin kelompoknya sendiri. Mereka saling
membantu melakukan kegiatan untuk berburu misalnya dan membuat rumah sederhana
untuk hunian dari ranting dan kulit pohon. Sebelum kedatangan bangsa Barat,
telah didapati berbagai macam ritual, tarian tradisional, dan berbagai atribut
kebudayaan yang menghiasi kehidupan orang-orang Aborigin. Atribut dan berbagai
produk kebudayaan Aborigin tidak bisa lepas dari sistem kepercayaan mereka
yakni dreamtime. Sebagian dari ritual, atribut dan tarian itu, sampai sekarang
masih ada tetapi sebagian lagi sudah mulai luntur dan hilang akibat tergerus
modernisme, globalisme dan politik asimilasi yang masif di tahun 1930-1960-an.[5]
Mata pencaharian
suku Aborigin sebelum datangnya bangsa Barat yaitu berburu dan meramu. Mereka
berburu binatang untuk dimakan menggunakan tombak. Namun, sebagian dari suku
Aborigin telah hidup semi nomaden, hal ini terbukti dari kemampuan sebagian
suku Aborigin dalam membangun bendungan sederhana untuk mengairi pertanian.
Meski di wilayah pedalaman mayoritas masih berburu meramu, tetapi di sebagian
pesisir utara telah sedikit lebih maju. Hal ini ditandai dengan adanya kontak
dagang dengan orang-orang dari luar pulau. Namun bagaimanapun, sistem ekonomi
orang-orang Aborigin sebelum kedatangan bangsa Barat (khususnya Inggris) secara
umum masih tergolong primitif (bila dibandingkan dengan kacamata orang Inggris
waktu itu maupun dibandingkan ukuran keumuman saat ini).
Kesimpulan
Australia merupakan negara yang
berada di bagian selatan dunia, juga merupakan benua terkecil di dunia. Kata
Australische dalam bahasa Belanda digunakan untuk menyebut daerah yang baru di
temukan di Selatan. Australia adalah sebuah benua yang terletak dekat dengan
benua Asia. Kehidupan Australia merupakan kehidupan yang didominasi oleh budaya
Eropa. Secara fisik penduduk asli Australia dapat dikenali dari ciri-cirinya
yaitu kulit berwarna coklat bahkan hitam jika sering terpapar sinar matahari,
rambutnya ikal bergelombang, muka dan tubuh ditumbuhi oleh bulu-bulu yang
lebat, dahi sempit atau mundur, rongga mata dalam, alis mata menonjol, rahang
menonjol, mulut lebar, tulang tengkorak tebal, tinggi badan rata-rata adalah 5
kaki dan 5/6 inci. Sebelum kedatangan bangsa barat, dalam hal ini orang Inggris
ke Australia, suku Aborigin telah menyebar dan menduduki hampir seluruh wilayah
di Australia. Kedudukannya bukan hanya dalam satu karakter dan budaya yang sama.
Meskipun demikian, orang-orang Barat tetap berpendapat bahwa hanya ada satu
suku saja di Australia yaitu Aborigin. Maka dari itu, bangsa Barat mengatakan
bahwa penduduk Australia pada saat itu praktis homogeni, yakni hanya dihuni
oleh suku Aborigin semata, padahal suku tersebut sebenarnya terbagi dalam
kedalam beberapa jenis yang berbeda-beda.
Bagi mereka, merusak alam sama
saja menentang Tuhan (leluhur) yang telah menciptakannya. Oleh sebab itu, suku
ini terkenal sebagai suku yang sangat menjaga dan menghormati alam. Mereka
saling membantu melakukan kegiatan untuk berburu misalnya dan membuat rumah
sederhana untuk hunian dari ranting dan kulit pohon. Sebelum kedatangan bangsa
Barat, telah didapati berbagai macam ritual, tarian tradisional, dan berbagai
atribut kebudayaan yang menghiasi kehidupan orang-orang Aborigin. Mata
pencaharian suku Aborigin sebelum datangnya bangsa Barat yaitu berburu dan
meramu. Namun, sebagian dari suku Aborigin telah hidup semi nomaden, hal ini
terbukti dari kemampuan sebagian suku Aborigin dalam membangun bendungan
sederhana untuk mengairi pertanian.
[1]Siboro,J. Sejarah
Australia. Tarsito. Bandung. 1996 . Hal 5
[2] Siboro,J. Sejarah Australia. Tarsito. Bandung. 1996. Hal 6
[3] Dadan Adi Kurniawan. Kondisi Australia Prakolonial. Vol 20, No 1, Maret 2020. Hal 49
[4] Australia Government Departement Of Foreign
and Trade. About Australia: Indigenous
Language. https://www.dfat.gov.au/about-australia/land-its-people/Pages/indigenous-australia. Diakses Pada 27 November 2020.
[5] Fitriani, Amalia. 2010. Penerapan Kebijakan Asimilasi Terhadap Anak-Anak Aborigin “Half-Caste”
di Australia (1937-1967). Skripsi di Program Studi Ilmu, Sejarah Fakultas
Ilmu Budaya, Universitas Indonesia. Hal 74-78
DAFTAR PUSTAKA
Australia Government Department of Foreign
and Trade. About Australia: Indigenous Language.
https://www.dfat.gov.au/about-australia/land-its-people/Pages/indigenous-australia.
Dadan Adi Kurniawan. Kondisi Australia Prakolonial. Vol 20, No 1, Maret 2020.
Fitriani, Amalia. 2010. Penerapan Kebijakan Asimilasi Terhadap Anak-Anak Aborigin “Half-Caste” di Australia (1937-1967). Skripsi di Program Studi Ilmu, Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia.
Siboro, J. 1996. Sejarah Australia. Tarsito. Bandung.
https://youtu.be/GNW_QeXLq6g
ReplyDeleteAlso Check berea Muncipal Court
ReplyDelete