EGA EL FISCHA / SP / B
China dalam sepuluh tahun terakhir ini mengalami kemajuan yang sangat pesat di berbagai bidang. Diperkirakan lebih dari 6.000 mahasiswa asal Indonesia belajar di sejumlah perguruan tinggi di China. Selain kemajuan yang diraih China, alasan mahasiswa asing belajar disana adalah biaya kuliah yang lebih murah dibandingkan biaya kuliah di UK, AS, Australia maupun Singapura. Jurusan yang banyak diambil mahasiswa asing adalah bahasa Mandarin, ekonomi, manajemen dan Chinese Medical. Dalam sebuah buku yang ditulis oleh Ling Langing (mantan Wakil PM China), berjudul Education for 1.3 Biliion (Pearson Education
and China : Foreign Language Teaching & Research Press, 2005),China menjalankan reformasi pendidikan yang berhasil membentukdengan karakter modern. Kebijakannya tentang reformasi pendidikan diinspirasi pengetahuan tentang bahayanya sistem pendidikan yang terlalu menekankan hapalan, drilling, cara mengajar yang kaku dan sistem pendidikan yang hanya berorientasi untuk lulus ujian. Ia juga terinspirasi pemikiran Howard Gardner tentang mulitiple intelligences dan antusias untuk menerapkannya dalam sistem pendidikan di China. Inikah yang membawa kemajuan bagi China ? Pendidikan di China gratis selama 9 tahun pertama walaupun murid tetap harus mengeluarkan uang untuk membeli buku-buku pelajaran. Selepas tingkat Junior, orang tua harus membiayai sendiri pendidikan anak-anaknya. Ini membuat banyak anak-anak pedesaan atau anak-anak tak mampu untuk bersekolah. Setelah tahun 1995 dan 1997, anak-anak di China belajar lima dan lima setengah hari per minggu. Tahun akademik dibagi menjadi 2 semester, yang terdiri dari 9.5 bulan dimulai pada tanggal 1 September dan Maret. Dengan libur musim panas dan bulan Juli dan Agustus dan libur musim dingin pada bulan Januari dan Februari. Semua siswa sekolah dalam berbagai tingkatan tinggal dalam asrama-asrama.[1]
Pendidikan dasar Anak-anak China memulai pendidikan formal pada usia 3 tahun dengan masuk pra sekolah yang berlangsung selam 3 tahun. Dilanjutkan masuk sekolah dasar pada usia 6 tahun. Sekolah Dasar berlangsung selama 6 tahun dengan mata pelajaran utama Bhasa China, Matematika, Sejarah, Geografi, Sains, dan sebagainya. Selain itu ada juga pendidikan moral dan politik dasar. Dukungan besar juga diberikan untuk pendidikan jasmani. Pendidikan menengah dibagi menjadi 2 bagian yaitu pendidikan menengah akademis dan pendidikan menengah kejuruan/khusus/teknik. Sekolah menengah akademis dibagi menjadi dua level, yaitu junior dan senior. Level junior dimulai pada usia 12 tahun dan berlangsung selama 3 tahun. Untuk masuk ke tingkat senior, mereka harus lulus tes yang akan menentukan apakah mereka dapat lanjut ke tingkat senior atau mengikuti kelas kejuruan. Level Senior dimulai pada usia 15 tahun berlangsung selama 2 atau 3 tahun. Di Sekolah Menengah Senior, murid-murid memilih untuk mengikuti kelas sains atau sosial. Lulusannya diarahkan untuk lulus Ujian Masuk Perguruan Tinggi Nasional. Olahraga dan politik juga dimasukkan ke dalam kurikulum. Sekolah kejuruan memiliki program antara 2 sampai 4 tahun dan memberikan pelatihan keahlian di bidang pertanian, manajerial, ketenagakerjaan dan teknik. Sekolah teknik menawarkan program 4 tahun untuk melatih siswanya. Sekolah jenis ini diorientasikan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang terlatih. China juga memiliki sistem pendidikan khusus untuk anak-anak dengan kemampuan khusus dan untuk anak-anak terbelakang. Anak-anak dengan kemampuan khusus akan diperbolehkan untuk melompat kelas. Anak-anak dengan kemampuan terbatas akan diarahkan untuk mencapai kemampuan standar minimum. Apapun jenis pendidikan tingginya mereka harus lulus Ujian Masuk Perguruan Tinggi Nasional yang berlangsung pada bulan Juli dan diadakan pemisahan antara kelas sosial dan sains. Penempatan jurusan ditentukan oleh hasil tes. Siswa yang mengikuti ujian mendaftar untuk beberapa jurusan yang dipilih. Sistemnya serupa dengan UMPTN di Indonesia. Pendidikan tinggi menawarkan program akademik dan kejuruan. Umumnya siswa harus menjalankan 4-5 tahun untuk mendapatkan gelar sarjana. Untuk masuk tingkat master dan doktoral, mereka juga harus lulus ujian. Selain universitas ada college yang menawarkan 2 atau 3 tahun dengan jenis pendidikan kejuruan yang setera dengan diploma dan dapat meningkatkan gelarnya menjadi sarjana. Selain dari sisi pendidikan, sukses kebangkitan ekonomi Chinamungkin juga tak lepas dari pengaruh semangat entrepreneurshipwarganya. Masrayakat China selalu aktif dalam kegiatan ekonomi.Menjadi pegawai atau pekerja kantoran, sedapat mungkin mereka hindari. Berbeda dengan kita yang sangat menghargai pekerjaan kantoran dan kebanyakan menganggap entrepreneur adalah pekerjaan beresiko tinggi.[2]
Dasar terbuka dan tidak campurtangan Inggris dalam hal ehwal sosial kaum pendatang menyebabkan wujudnya sekolah-sekolah cina dan tamil. Sekolah-sekolah ini dikendalikan oleh masyarakat masing-masing tanpa bantuan daripada lnggeris hinggalah tahun 1920-an se1aras dengan tradisi mengutamakan pelajaran dan mengekalkan kebudayaan serta identiti bangsa masyarakat Cina mula bergiat menubuhkan sekolah Cina sejak awal abad ke 19. Keadaan ini serupa di Sabah dan Serawak. Dasar tidak campur tangan lnggeris dalam pendidikan vernakular menyebabkan perkembangan politik dan ekonomi negeri Cina mempengaruhi sistem pendidikan masyarakat Cina di Semenanjung Tanah Melayu, Sabah Dan Sarawak. Kurikulumnya berorientasikan negeri Cina, dan buku-buku teks serta guru-guru juga dibawa masuk dari sana. Isi kurikulumnya menegaskan pengetahuan dalam bidanrg 3M iaitu membaca, mengira dan menulis serta lukisan, Bahasa Inggeris, Ilmu Alam, Sejarah, Kraftangan dan pengetahuan am. Pada tahun 1920-an pengaruh kuat sekolah Cina telah menyedarkan Kerajaan Inggeris tentang bahaya pertumbuhan sekolah Cina tanpa kawalan. Oleh itu pentadbiran lnggeris mula memperkenalkan satu undang- undang pada tahun 1920 ia itu Enakmen Pendaftaran Sekolah diwujudkan. Tujuannya untuk mengelakkan sekolah ini daripada terasing serta mengawal aktiviti sekolah ini. Bermula tahun 1924, sebahagian sekolah-sekolah cina ini menerima bantuan kewangan daripada kerajaan. Pada amnya, guru-ruru di sekolah ini tidak ada latihan formal sehinggalah selepas perang Dunia Kedua apabila program latihan kelas formal telah diadakan. Dasar pentadbiran Inggeris ini secara langsung atau tidak langsung mewujudkan jurang pendidikan di antara anak-anak Melayu dan Cina. India telah menjadi pijakan utama dalam nilai-nilai pembelajaran dari masa ke masa. Namun demikian, ketika negara India memiliki beberapa universitas terbaik di dunia, seperti BITS, ISB, IITs, NITs, IISc, IIMs, AIIMS, mereka masih harus mengatasi tantangan dalam pemenuhan pendidikan dasar guna mencapai angka 100% melek huruf. Pendidikan dasar dan wajib yang bersifat universal, disertai dengan tantangan untuk menjaga anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk bersekolah, serta menjaga kualitas pendidikan di daerah pedalaman, menjadi kendala terberat untuk menuntaskan target tersebut. Hingga kini hanya negara bagian Kerala yang telah melakukan pencapaian target tersebut. Seluruh tingkat pendidikan, mulai dari tingkatan pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, menjadi perhatian khusus dari Department of Higher Education dan Departement of School Education and Literacy. Pada tingkatan tersebut diberikan subsidi sangat besar oleh Pemerintah India, meskipun terdapat wacana menjadikan pendidikan tinggi untuk mencari pembiayaan sendiri secara terpisah.[3]
Menurut catatan pemerintah Inggris, pendidikan adat yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat India telah hilang pada abad ke-18 dengan suatu pola di mana terdapat satu sekolah untuk setiap kuil, masjid atau desa yang berada hampir di seluruh wilayah negara India. Bidang pendidikan yang diajarkan pada saat itu meliputi teknik membaca, menulis, aritmatika, teologi, hukum, astronomi, metafisika, etika, ilmu kedokteran, dan agama. Sekolah-sekolah tersebut umunya diikuti oleh perwakilan pelajar dari seluruh lapisan masyarakat. Sistem pendidikan china saat ini menggunakan pola dan substansi yang diadopsi dari negara barat, di mana pertama kali diperkenalkan oleh negara Inggris pada abad ke-19 yang merupakan rekomendasi dari Macaulay. Struktur tradisional tidaklah dikenal oleh pemerintahan Inggris dan struktur demikian telah dihapuskan pada saat itu juga. Mahatma Gandhi menjelaskan bahwa sistem pendidikan tradisional merupakan suatu pohon ilmu yang sangat indah, namun telah dihancurkan selama berkuasanya Inggris di negara tersebut. Sejarah mencatat bahwa universitas kedokteran pertama di negara bagian Kerala dimulai di Calicut pada tahun 1942-1943 pada masa perang dunia kedua. Dikarenakan kurangnya dokter untuk dapat diabdikan pada tugas militer, Pemerintah Inggris memutuskan untuk membuka cabang Universitas Kedokteran Madras di Malabar yang kemudian berada di bawah Kepresidenan Madras. Setelah berakhirnya perang, universitas kedokteran di Calicut ditutup dan para pelajar tersebut melanjutkan studinya di Universitas Kedokteran Madras. Dalam kurun waktu 1979-80, Pemerintah India melalui Departemen Pendidikan meluncurkan suatu program bernama Non-Formal Education (NFE) untuk anak-anak berumur kelompok 6 hingga 14 tahun yang tidak dapat bergabung dalam sekolah reguler. Anak-anak ini termasuk mereka yang putus sekolah, anak yang sedang bekerja, anak-anak dari area yang tidak terdapat akses untuk sekolah, dan sebagainya. Fokus utama dari pola ini ditujukan untuk sepuluh negara bagian yang memilik pendidikan terbelakang.. Selanjutnya, program ini diteruskan untuk daerah pedalaman termasuk daerah perbukitan, pedesaan, dan gurun di negara-negara bagian lainnya. Hingga kini program tersebut masih berlangsung di 25 negara bagian. 100% perbantuan diberikan kepada organisasi sosial secara sukarela untuk menjalankan pusat NFE tersebut. China merupakan Negara yang sering kita kenal sebagai Negara yang maju akan pendidikannya. Seperti halnya telah disebutkan dalam sebuah hadits " carilah ilmu sampai negeri china". Untuk itu kami akan menjelaskan sedikit mengenai Negara China, baik dari sistem pemerintahan maupun letak geografisnya. Sistem pendidikan China lebih terbuka. Guru diklasifikasi berdasarkan kualitas. Siswa bebas mengevaluasi kualitas guru secara objektif. Guru dapat tambahan tunjangan kesejahteraan 10 persen dari gaji pokok Ungkapan "carilah ilmu hingga ke negeri China" memiliki makna tersendiri bagi Drs Zaenal Mutaqin, MSi. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat ini benar-benar terbang ke Beijing, China, 9-21 Juli lalu. Keberangkatan Zaenal ke "negeri Tirai Bambu" itu juga dalam rangka menimba ilmu pendidikan. Ia bersama rombongan dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) dan beberapa pejabat dari dinas pendidikan kabupaten/kota, mengikuti workshop peningkatan kompetensi guru, "Rasanya seperti mimpi berangkat ke Beijing," katanya. Sesama kepala dinas pendidikan yang dikirim ke Beijing adalah kepala dinas pendidikan Lombok Barat, Gorontalo, Tanah Datar, dan Merauke. Workshop pendidikan itu juga diikuti negara lain, yakni Kamboja, Laos, Mongolia, Papua Nugini, Filipina, Thailand, dan Vietnam.[4]
China yang punya luas daratan 9,6 juta km2 ini memang pendidikannya lebih maju dibandingkan Indonesia. "Mereka lebih fokus dalam menangani pendidikan. Saya kira kita harus punya komitmen dan bisa konsisten agar bisa memajukan pendidikan di Indonesia," ujar Zaenal Mutaqin. UU Sisdiknas-nya China mewajibkan anak umur 6 tahun mengikuti pendidikan dasar, tanpa dipungut biaya sekolah. SD di sana berlangsung 6 tahun. Mata pelajaran utamanya, antara lain, bahasa dan kesusastraan China, matematika, ilmu pasti, bahasa asing, pendidikan moral, musik, olahraga dan jasmani. jumlah SD di negeri Panda ini mencapai 400.000 dengan murid hingga 120 juta anak. APK SD di sana mencapai 98%. Sedangkan jumlah SMP dan SMA kurang lebih 60.000 dan 30.000, plus 3.000 perguruan tinggi. Satu hal yang menarik bagi Zaenal berkaitan dengan tenaga pendidik adalah relasi guru dan murid yang berjalan demokratis. "Ciri khas pendidikan di Beijing adalah adanya klasifikasi guru, mulai dari guru paripurna sampai guru yang tidak qualified. Siswa juga bebas mengevaluasi guru secara objektif. Dua hal yang masih tabu di negara kita," ujar Zaenal salut. Guru juga mendapat tempat istimewa di Beijing. Gaji guru di sana berkisar 3.000–5.000 yuan per bulan. Dalam kurs 1 yuan= Rp 1.200, guru di China menerima rata-rata senilai Rp 3,6 juta–Rp 6 juta/bulan. Selain gaji pokok, guru juga menerima tunjangan kesejahteraan sebesar 10% dari gaji pokok. Sistem penggajian buat guru ini lebih tinggi 10% daripada pegawai biasa. Penghasilan itu sudah memadai. Sehingga, hampir tidak pernah terdengar guru harus "ngojek" atau kepala sekolah mencari uang tambahan dari jual-beli seragam dan buku. Ketika pensiun pun, setiap guru berhak mendapatkan 100% gaji pokok per bulannya. Dalam hal pengembangan kurikulum dalam undang-undang sisdiknas, Cina mewajibkan anak usia enam tahun mengikuti pendidikan dasar tanpa dipungut biaya sekolah selama enam tahun. Awal mula pendidikan guru di Cina garis besar muncul bersamaan dengan pengenalan system pendidikan modern menjelang abad 20. Saat itulah pendidikan keguruan mulai bermunculan. Untuk mendidik guru-guru sekolah menengah didirikan sekolah tinggi keguruan 4 tahun dan fakultas keguruan di universitas. Sekolah guru umum mendidik guru sekolah dasar tinggi sedangkan institusi pendidikan lain dirancang untuk mempersiapkan guru taman kanak-kanak dan sekolah dasar rendah. Guru di Beijing mendapat tempat istimewa. Setelah gaji pokok juga mendapatkan tunjangan kesejahteraan sebesar 10% dari gaji pokok. Sistem gaji guru disana lebih tinggi 10% dari pada pegawai biasa. Kemajuan RRC kian menjadi buah bibir di dunia, kemajuan Cina tidak bias dilepaskan dari guru disana.[5]
DAFTAR PUSTAKA
[1] Koetoyo, soetrisno et al. 1982. Sejarah dunia. Jakarta: widjajo.
[2] Notosusanto, nugroho et al. 1992. Sejarah nasional indonesia 1. Jakarta: Depdikbud
[3] Said , Muhammad dan Affan , Junimar. 1987. Mendidik Dari Zaman ke Zaman. Bandung
[4] Jemmars. Nur, Agustiar Syah. 2001. Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Bandung: Lubuk Agung
[5] Dyah Patra N., 2010, Pendidikan Kompar
No comments:
Post a Comment