Ainun syarifatul alfiah/ sej IV
1. Latar Belakang dan Proses Pendudukan Jepang (1942 – 1945)
Masa pendudukan Jepang merupakan periode yang penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Pendudukan Jepang di Indonesia ditujukan untuk mewujudkan Persemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Untuk mewujudkan cita – cita itu, Jepang menyerbu pangkalan Angkatan Laut di Pearl Harbour, Hawai. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 7 Desember 1941.
Gerakan invasi militer Jepang cepat merambat ke kawasan Asia Tenggara. Pada bulan Januari – Februari 1942, Jepang menduduki Filipina, Tarakan (Kalimantan Timur, Balikpapan, Pontianak dan Samarinda. Pada bulan Februari 1942 Jepang berhasil menguasai Palembang.
Untuk menghadapi Jepang, Sekutu membentuk Komando gabungan. Komando itu bernama ABDACOM (American British Dutch Australian Command). ABDACOM dipimpin oleh Jenderal Sir Archibald Wavell dan berpusat di Bandung.
Pada tanggal 1 Maret 1942 Jepang berhasil mendarat di Jawa yaitu Teluk Banten, di Eretan (Jawa Barat), dan di Kragan (Jawa Timur). Pada tanggal 5 Maret 1942 kota Batavia jatuh ketangan Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda secara resmi menyerah kepada Jepang.
Upacara penyerahan kekuasaan dilakukan pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati, Subang, Jawa Barat. Dalam upacara tersebut Sekutu diwakili oleh Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenbourgh dan Jenderal Ter Poorten, sedang Jepang diwakili oleh Jenderal Hitoshi Imamura. Dengan penyerahan itu secara otomatis Indonesia mulai dijajah Jepang.
Kebijakan Jepang terhadap rakyat Indonesia pada prinsipnya dipriorotaskan pada dua hal, yaitu :
1. Menghapus pengaruh – pengaruh Barat di kalangan rakyat Indonesia
2. Memobilisasi rakyat Indonesia demi kemenangan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.
Politik imperialisme Jepang di Indonesia berorientasi pada eksploitasi sumber daya alam dan manusia. Jepang melakukan eksploitasi sampai tingkat pedesaan. Dengan berbagai cara, Jepang menguras kekayaan alam dan tenaga rakyat melalui janji – janji maupun kekerasan. [1]
A. Perang Asia Pasifik dan Proses Kedatangan Jepang ke Indonesia
Latar belakang pendudukan Jepang di Indonesia adalah akibat kemajuan industri negara Jepang yang tidak di barengi dengan ketersediaan bahan baku yang menunjang. Untuk keperluan industrinya Jepang mencari daerah-daerah penghasil bahan baku di Asia Pasifik termasuk Indonesia.
Gerak maju militer Jepang ke Indonesia merupakan bagian dari perang dunia II. Dalam PD II tersebut Jepang berusaha menguasai daerah-daerah Asia Pasifik termasuk Korea Selatan dan Asia Tenggara. Pada tanggal 7 Desember 1941 Jepang menyerbu pangkalan Laut Amerika Serikat di Pearl Habour. Amerika Serikat marah kemudian menuntut balas dan mengumumkan perang dengan Jepang sehingga terjadi perang Asia Pasifik ( perang Asia Timur Raya ).
Setelah menyerang Pearl Habour, dengan strategi perang kilat dalam waktu cepat Jepang berhasil menguasai daearah-daerah Asia Pasifik termasuk Indonesia.Pendudukan Jepang di Indonesia diawali dengan pendaratan di kota Tarakan pada tanggal 10 Januari 1942, selanjutnya menduduki Minahasa, Balikpapan, Ambon, Pontianak, Makassar, Banjarmasin, dan Bali antara Januari-Pebruari 1942.Pendaratan pasukanJepang dibawah pimpinan Jendral Hitoshi Imamura di pulau Jawa pada tanggal 1 Maret 1942 dilakukan di 3 tempat yaitu Banten, Indramayu, dan Bojonegoro.
Jepang berhasil mengalahkan Belanda di Indonesia.Pada tanggal 8 Maret 1942 , Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang di Kalijati kabupaten Subang, dari Jendral Terpoonten di pihak Belanda kepada Jendral Imamura dari pihak Jepang. Sejak itulah Jepang resmi menjajah Indonesia. Begitu menduduki Indonesia, Jepang mempropagandakan kebijakan pemerintahan yang bersaudara. Jepang menyebut dirinya sebagai saudara dari bangsa Indonesia. Dikatakan pula bahwa bangsa Jepang adalah turunan Dewa. [2]
Oleh karena itu, kedatangannya di Indonesia harus dipandang sebagai pelindung yang akan mendatangkan kemakmuran bersama di Asia Timur Raya, termasuk Indonesia. Maka dari itu, wajar jika kedatangannya di negeri ini mula pertama banyak mendapat simpati dari rakyat Indonesia. Apalagi sikap Jepang yang kemudian melarang dipakainya bahasa dan kebudayaan barat. Begitu juga bku-buku dari barat harus dimusnahkan. Sebliknya kebudayaan Indonesia mendapat perhatian, bahkan bahasa Indonesia dijadikan bahasa umum.
Waktu itu, Jepang berusaha untuk menarik simpati dari bangsa ini agar tetap dipandang sebagai saudara tuanya. Rakyat diberi tahu bahwa yang menjadi musuhnya adalah Inggris, Belanda dan Amerika. Kesempatan dan kebijaksanaan Jepang yang demikian dapat juga dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia dalam memperkuat perjuangan nasional. Hal ini terbukti dari gerakan para pemuda Indonesia yang terlibat dalam berbagai organisasi yang dibentuk Jepang. Pada masa itu, ada beberapa organisasi yang di bentuk oleh Jepang, antara lain:
1. Gerakan Tiga A
Pada masa pendudukan Jepang, semua partai politik dibubarkan, kemudian dibentuk organisasi atau perkumpulan baru. Organisasi yang mula-mula dibentuk pada tahun 1942 adalah Gerakan Tiga A, dengan semboyan:
Nippon cahaya Asia
Nippon pelindung Asia
Nippon pemimpin Asia
Gerakan tersebut dipimpin oleh Mr. Samsuddin dan Shimizu. Tujuannya untuk menanamkan semangat membela Jepang. Tetapi, pada tahun 1943 gerakan itu dibubarkan karena tidak berhasil.
2. Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Pada tanggal 1 Maret 1943 dibentuk Pusat Tenaga Rakyat atau disingkat Putera. Pemimpinnya terkenal dengan sebutan Empat Serangkai, yaitu : Ir. Soekarno, Drs. Moh Hatta, Ki Hajar Dewantara dan K.H. Mas Mansur.
Tujuannya adalah untuk memberikan pembelaan kepada Jepang. Tetapi bagi tokoh-tokoh Indonesia justru untuk membina kader-kader bangsa dan menggembleng mental rakyat agar mampu berjuang menuju kemerdekaan. Karena Jepang semakin timbul kekhawatiran, maka pada tahun 1944 Putera dibubarkan.
3. Jawa Hokokai (Gerakan Kebangkitan Rakyat Jawa)
Jawa Hokokai ini dimaksudkan untuk menggerakkan seluruh rakyat agar memberikan kebaktiannya kepada kekuasaan Jepang. Rakyat diminta untuk membantu dalam melawan Sekutu.
4. Peta
Kemudian, untuk mempertahankan tanah air Indonesia, pada tanggal 3 Oktober 1943 Jepang membentuk barisan sukarela yang disebut Pembela Tanah Air atau disingkat PETA. Peta ini terdiri dari pemuda-pemuda Indonesia yang dilatih sebagai prajurit di bawah pengawasan opsir-opsir Jepang. Peta inilah yang kemudian akan menjadi inti dari Tentara Nasional Indonesia pada zaman Revolusi Kemerdekaan.
Dengan adanya Peta ini, diharapkan rakyat Indonesia dapat mempertahankan wilayahnya sendiri, apabila sewaktu-waktu Jepang meninggalkan negeri ini. Itulah sebabnya, maka disetiap kabupaten dibentuk Peta. Nama Peta untuk tingkat kabupaten disebut Daidan, dan dikepalai oleh seorang Daidanco.
5. Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI)
Sementara partai-partai politik dibubarkan, Jepang masih memberikan izin untuk berkembangnya sebuah partai Islam, yaitu Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI). Karena organisasi ini bukan merupakan parta politik. Pimpinan MIAI diserahkan kepada Wondoamisena dan K.H. Mas Mansur. Bahkan negara Nippon ini memberikan bantuan, sebab kelompok Islam dinilai paling anti terhadap kekuasaan orang-orang barat.Akan tetapi, pada perkembangannya organisasi ini selalu dicurigai. Akhir tahun 1943 MIAI dibubarkan. Sebagai gantinya dibentuk Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi)
6. Barisan Pelopor
Tahun 1944, Jepang semakin terdesak dalam perang Pasifik. Satu demi satu daerah pendudukannya jatuh ke tangan Amerika Serikat. Untuk meningkatkan kesiapsiagaan rakyat Indonesia, pada tanggal 14 September 1944 dibentuk Barisan Pelopor, sebagai bagian dari Jawa Hokokai. Barisan Pelopor ini merupakan organisasi pemuda pertama di masa penjajahan Jepang yang dibimbing langsung oleh kaum nasionalis Indonesia. Pimpinan organisasi dipegang oleh Ir. Soekrno dibantu oleh R.P. Suroso, Oto Iskandardinata dan Buntaran Martoatmojo.
Melalui berbagai pidato dari para pemimpin nasionalis, Barisan Pelopor berhasil mengobarkan semangat nasional dan rasa persaudaraan di kalangan rakyat. Mereka juga berlatih kesiapsiagaan militer dengan kayu dan bambu runcing.Kebijakan pendudukan Jepang dengan beberapa organisasi yang dibentuknya, sedikit banyak telah memberikan keuntungan bangsa Indonesia. Organisasi seperti Putera, Jawa Hokokai, Barisan Pelopor, telah dimanfaatkan Bangsa Indonesia untuk membina kader-kader pejuang yang tangguh. Bahkan, secara diam-diam telah digunakan untuk mengobarkan semangat nasionalisme demi perjuangan nasional.
B. Pendudukan Jepang dan Pengaruhnya bagi Indonesia
Setelah berhasil menduduki Indonesia, Jepang melaksanakan 2 misi penting di Indonesia, yaitu:
1) Menghapuskan segala hal yang berbau dan berhubungan dengan Belnda dan Barat, melalui cara antara lain :
a. Melarang penggunaan bahasa Belanda dan kebudayaan Barat.
b. Memusnahkan buku-buku Barat
c. Mangizinkan penggunaan bahasa Indonesia dan diajarkan di sekolah-sekolah.
d. Mengizinkan pengibaran bendera merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya
2) Memobilitasi rakyat Indonesia untuk membantu Jepang dalam perang Asia Pasifik, dengan cara :
a. Membentuk organisasi-organisasi politik a.l :
1. Gerakan tiga A yang dipimpin oleh Mr. Syamsudin
2. PUTERA ( 16 April 1943 )
3. Jawa Hokokai
b. Membentuk badan-badan militer, seperti Heiho dan Peta.
c. Membentuk badan-badan semi militer, contohnya Keibodan, Seinendan, Fujinkai dan Syuisinentai.
d. Pengerahan tenaga manusia.[3]
C. Pengaruh Penjajahan Belanda Pada Rakyat Indonesia
Berbagai kebijakan politik dan ekonomi yang diterapkan oleh penjajah telah memberikan pengaruh yang amat besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Perubahan yang terjadi antara lain dalam bidang politik, social, ekonomi dan budaya. Perubahan yang terjadi diakibatkan oleh penjajah yang selalu berusaha untuk mendobrak kebijakan yang ada dan diganti dengan kebijakan penjajah. Usaha yang dilakukan oleh penjajah sering mendapat perlawanan dari bangsa Indonesia. Tetapi dengan kegigihan dan segala tipu daya yang dilakukan penjajah, akhirnya mereka dapat menguasai Indonesia.
a. Perubahan Dalam Bidang Politik
Kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa tradisional Indonesia sejak kedatangan bangsa barat semakin lemah. Para raja, sultan dan bangsawan lainnya kehilangan kekuasaan dalam pemerintahan karena sangat tergantung kepada pemerintahan colonial belanda. Perubahan kekuasaan ini dikarenakan pemerintah belanda berusaha untuk menguasai seluruh wilayah Indonesia. Usaha yang dilakukan oleh pemerintah belanda antara lain selalu mencampuri masalah intern kerajaan, sehingga kebebasan para raja atau bangsawan lainnya dalam mengambil suatu kebijakan tidak ada. Hal ini mengakibatkan kekuasaan para raja atau bangsawan lainnya berada di bawah kekuasaan pemerintah Belanda. Akibat yang ditimbulkan selanjutnya ialah kekuasaan politik pribumi runtuh, kehidupan social ekonomi rakyat mengalami kemerosotan dan tradisi yang berkembang dalam masyarakat digantikan oleh tradisi penjajah. Kondisi ini akhirnya menimbulkan reaksi dari para raja dan bangsawan lainnya yang mendapat dukungan seluruh rakyat.
b. Perubahan dalam bidang sosial
Perubahan yang terjadi dalam bidang social sejak munculnya kekuasaan Belanda di Indonesia ialah terjadinya penindasan dan pemerasan secara kejam. Kondisi ini mengakibatkan rakyat Indonesia hidup sengsara dan menderita. Tingkat kesejahteraan rakyat menjadi sangat menurun dan beban hidup yang dirasakan menjadi sangat berat. Di Indonesia banyak terjadi kelaparan karena sumber daya alam dan tenaga kerja manusia telah dikuras oleh Belanda, seperti ketika diberlakukannya culture stelsel dan kerja rodi.
Tradisi yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia pun, seperti upacara dan tata cara yang berlaku dalam lingkungan istana, menjadi sangat sederhana bahkan cenderung dihilangkan. Tradisi tersebut secara perlahan-lahan digantikan oleh tradisi pemerintah Belanda. Akibatnya lingkungan istana mulai kehilangan jati dirinya karena dipaksa untuk mengikuti kebiasaan yang berlaku di kalangan lingkungan Pemerintah Belanda.
Perubahan lain yang dirasakan dalam bidang social ialah lenyapnya struktur penguasa local. Sebab mereka pada umumnya dipekerjakan menjadi pegawai dalam pemerintahan. Ketika mereka diangkat menjadi pegawai pemerintah, kedudukan para penguasa lokal menjadi menurun karena mereka secara otomatis berada di bawah kekuasaan pemerintah Belanda.
c. Perubahan Dalam Bidang Ekonomi
Kehidupan ekonomi yang dirasakan oleh bangsa Indonesia sejak kedatangan Belanda ke Indonesia mengalami kemerosotan. Kemerosotan yang paling dirasakan oleh bangsa Indonesia ialah dalam bidang perdagangan. Bangsa Indonesia pada awalnya merupakan pedagang bebas. Tapi setelah Belanda datang ke Indonesia, perdagangan (terutama perdagangan rempah-rempah) menjadi dimonopoli oleh Belanda. Akibatnya harga rempah-rempah menjadi sangat murah. Sistem monopoli yang diterapkan oleh belanda ditentang oleh bangsa Indonesia hingga mengakibatkan terjadinya peperangan.
Kehidupan perekonomian bangsa Indonesia lebih merosot lagi setelah Belanda melaksanakan culture stelsel gunga mengisi kas Belanda yang kosong. Culture stelsel telah memaksa rakyat untuk menanam tanaman yang laku dijual di dunia internasional dan bangsa Indonesia tidak diberi apa-apa sebagai imbalannya. Penderitaan dan kelaparan terjadi dimana-mana, sementara pemerintah Belanda mendapatkan keuntungan yang sangat banyak.
Perubahan ekonomi yang diterapkan oleh Belanda di Indonesia selanjutnya ialah dengan munculnya pelaksanaan liberalism ekonomi atau yang dikenal dengan politik Pintu Terbuka. Sistem ini dijalankan untuk menggantikan culture stelsel yang dianggap telah menyengsarakan rakyat Indonesia. Liberalisme ekonomi dijalankandengan menerapkan system kapitalisme, sehingga pemerintah Belanda tetap berusaha mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya. Akibatnya, kondisi ekonomi bangsa Indonesia tidak mengalami perubahan yang berarti. Tenaga kerja Indonesia tetap diperah untuk dijadikan sebagai kuli yang bekerja di perkebunan-perkebunan swasta miliki kaum kapitalis. Buruh tersebut terikat dalam kontrak kerja dan tidak boleh melanggar peraturan. Apabila melanggar peraturan maka akan dijerat Poenale sanctieyang sangat berat. Buruh yang bekerja di perkebunan dibayar menggunakan uang. Sebagai dampaknya, dalam masyarakat Indonesia akhirnya dikenal adanya alat tukar berupa uang. Sistem uang tersebut sekaligus mengubah system barter yang selama ini dilakukan oleh bangsa Indonesia.
d. Perubahan dalam bidang budaya
Kehidupan budaya bangsa Indonesia sejak kedatangan bangsa Barat banyak mengalami perubahan. Budaya barat berkembang secara meluas, bahkan merusak sendi-sendi kehidupan budaya tradisional yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sebagai contoh, kebiasaan minum-minuman keras yang dilakukan oleh golongan bangsawa. Kebiasaan tersebut bukan milik asli bangsa Indonesia, tetapi merupakan kebiasaan yang berlaku di kalangan bangsa barat. Oleh sebab itu, dalam bidang budaya di Indonesia terjadi westernisasi yaitu cenderung meniru budaya kebarat-baratan.
Perubahan dalam bidang keagamaan juga dirasakan oleh bangsa Indonesia. Bangsa Barat berusaha menyebarkan agama katholik dan protestan dengan mendatangkan misionaris atau pendeta ke Indonesia. Di beberapa wilayah Indonesia, seperti di kepulauan Maluku dan Sumatera utara, berhasil disebarkan pengaruh agama tersebut.
Perubahan lain yang terjadi ialah dalam bidang pendidikan. Pada akhir abad ke-19, system pendidikan yang berkembang di Indonesia semakin banyak. Sistem pendidikan ada yang diselenggarakan oleh kelompok keagamaan dan ada yang deselenggarakan oleh pemerintah colonial belanda. Sistem pendidikan yang diselenggarakan oleh kelompok keagamaan lebih menitikberatkan pada pendidikan agama, seperti Agama Islam yang pendidikannya diselenggarakan melalui pesantren. Dalam pesantren seorang siswa menerima materi yang garis besarnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan syariat Islam. Begitu pula lembaga keagamaan lainnya, pendidikan yang diberikan kepada siswanya berhubungan penanaman agama masing-masing.
Pendidikan yang diberikan oleh pemerintah Kolonial Belanda, menekankan pada system pendidikan Barat yang telah memiliki kurikulum yang jelas. Sistem pendidikan barat berkembang di Indonesia setelah muncul politik Etis, yang salah satu isinya menganjurkan adanya edukasi (pendidikan). Para penganjur Politik Etis berpendapat bahwa pemerintah Belanda berhutang kebaikan kepada bangsa Indonesia yang telah melaksanakan Tanam Paksa hingga Belanda menjadi Negara yang makmur. Oleh sebab itu, pemerintah Belanda harus membalas kebaikan bangsa Indonesia. Salah satunya ialah dengan memberikan pendidikan kepada rakyat Indonesia. Pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah Belanda pada awalnya hanyalah sebagai usaha untuk memenuhi tenaga kerja yang bisa membaca dan menulis yang nantinya dapat disalurkan pada perkebunan Belanda atau kantor-kantor milik Belanda. Tujuan Belanda mencetak tenaga kerja Indonesia yang bisa membaca dan menulis ialah supaya upah tenaga kerja yang harus dibayarkan murah.[4]
Daftar Pustaka
[1] Abdul Hamid dkk.1981.Sejarah Umum.Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
[2] Pringgodingo,A.K.1984.Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia.Jakarta:Dian Rakyat
[3] Kurnia Anwar dkk.2004.Kronik Sejarah untuk kelas dua SMP.Jakarta:Yudistira
No comments:
Post a Comment