KEKUASAAN BANGSA-BANGSA BARAT DI INDONESIA



ROZI AGUS TRISANTI/S/B


Kedatangan Bangsa Portugis dan Perlawanan Terhadapnya
          Kedatangan bangsa Portugis sebagai orang Peranggi tidak dapat dipandang terlepas dari konteks perkembangan sistem dunia yang semakin meluas sebagai akibat ekspansi Barat sejak akhir abad XV.Hubungan ekonomis dan politik bangsa Barat, khususnya bangsa Portugis, dengan bangsa-bangsa timur, khususnya bangsa-bangsa Timur Tengah tidak terlepas pula dari dampak Perang Salib.Dipandang dari sudut penglihatan itu bangsa Barat dengan sikap religiusnya dalam Abad Pertengahan melihat setiap orang Moor sebagai musuhnya maka harus diperanginya (Moor adalah sebutan bagi kaum muslimin, terutama dari Timur-Tengah dan Afrika Utara).Konfrontasi itu diperhebat pula oleh usaha Kristianisasi yang dilakukan oleh misionaris yang mengikuti ekspedisi Portugis.

Hubungan antara raja-raja di Nusantara dengan bangsa Portugis ditandai pada umumnya oleh sikap bermusuhan, meskipun ada faktor-faktor yang menyebabkan hubungan persahabatan, antara lain:
1.aliansi dengan raja-raja yang belum masuk islam, seperti raja Sunda(1522) dan raja Panarukan serta raja Minangkabau;
2.dalam perebutan hegemoni di antara kerajaan-kerajaan Melayu ada salah satu pihak yang mencari hubungan dengan bangsa Portugis;
3.kedatangan bangsa Barat lainnya juga mendorong hubungan bersahabat dengan bangsa Portugis.
Peta politik abad XVI menampilkan kerajaan-kerajaan islam muda dan hubungan-hubungan antara mereka yang sering kali merupakan aliansi dalam menghadapi penetrasi Portugis.Kehadiran Portugis ternyata mengganggu proses perkembangan hegemoni, terutama karena sumber ekonomi khususnya terhadap negeri pelabuhan sebagian jatuh ketangan Portugis.Baru dalam abad XVII mulai muncul kerajaan-kerajaanyang berhasil memusatkan kekuasaan serta mengintegrasikan wilayah yang cukup luas, antara lain Aceh dan Mataram.
Setelah Mlaka jatuh ke tangan Portugis pada bulan Agustus 1511, Sultan Mahmud mengungsi ke Pahang untuk kemudian tinggal di Muar dan di Pulau Bintang.Dari sana Sultan Mahmud tidak henti-hentinya melakukan serangan terhadap Malaka.Untuk menghadapi Sultan Mahmud itu, Albuquerque berusaha membuat persahabatan dengan raja Kampar dan Pasai.Di dalam kota Malaka sendiri terdapat unsur-unsur penduduk, antara lain koloni Jawa yang besar, yang bersikap bermusuhan terhadap Portugis.
Pada pertengahan 1514 Kampar diserang oleh Lingga yang rupanya dapat mengepungnya.Albuquerque hendak membantu Kampar, akhirnya dapat dibebaskan.Sementara itu dikirimkan utusan ke raja Siak dan Minangkabau untuk membuka hubungan perdagangan dengan Portugis.Dengan pertahan di Muar, Sultan Mahmud terus menerus melakukan gangguan terhadap pelayaran ke dan dari Malaka.Pada akhir 1518 pasukan penduduk Portugis sangat dikurangi, maka Sultan Mahmud melakukan serangan terhadap Malaka tetapi tidak berhasil merebutnya kembali.Kontak Portugis dengan Pasai, Pedir, Aceh, dan Baros terjadi karena perdagangannya untuk memperoleh lada dan emas.Insiden terjadi pada waktu kapal Portugis kandas didekat Pulau Ganir (1519), dalam serangan oleh orang Aceh ada anak kapal yang mati dan ada yang ditawan.Hanya dengan uang tebusan, mereka itu dapat dibebaskan.
Politik bersahabat Portugis dengan Pasai, antara lain karena hasil ladanya ,menyebabkan keterlibatannyadalam perebutan kekuasaan pada tahun 1521.Zainal, seorang yang merasa berhak atas tahta Pasai, telah diusir oleh pamannya, raja Aru.Untuk merebut tahta itu Zainal mencari bantuan Sultan Mahmud dan sementara itu tetap bersahabat dengan Portugis.Seorang calon lain ialah putra raja, di bawah asuhan Maulana, mengharapkan bantuan Portugis.akhirnya Portugis terpaksa memihak dan membantu yang terakhir karena hendak membalas jasa ayah calon tersebut sewaktu (tahun 1514) membantu Portugis dalam menghadapi lawannya.Dalam pertikaian yang berikut berhasillah Portugis mengusir semua  lawannya dan mendudukan putra raja tersebut di tahta.Konsensi yang diperoleh ialah:
1.mendirikan benteng di tepi Sungai Pasai;
2.hak dagang lada.
Pada tahun 1512 de Britto dikirim ke Aceh untuk mengadakan hubungan persahabatan.Dalam perundingan ada tuntutan agar barang-barang rampasan dari kapal Portugis dikembalikan.Setelah itu ditolak, maka de Britto dengan pasukannya menyerang, antara lain untuk merampas kekayaan yang tersimpan di mesjid.Pertahanan yang gigih menggagalkan maksud itu dan banyak dari pasukan Portugis terbunuh, antara lain de Britto sendiri.Serangan terhadap Bintang dipimpin sendiri oleh Abduquerque pada bulan Oktober 1512, tetapi karena sangat kuat benteng pertahanannya, jatuhlah banyak korban di antara penyerang.Laksamana Sultan Mahmud malahan berhasil merebut satu kapal Portugis.Serangan Portugis diulang lagi pada tahun 1523 di bawah Henriquez, dan pada tahun 1524 di bawah de Souza, keduanya gagal pula.Meskipun dalam pengungsian di Bintang Sultan Mahmud teteap berusaha untuk meletakkan hegemoninya di wilayah sekitarnya.Untuk keperluan itu di suruhnya raja Indragiri selaku vasalnya menyerang raja Lingga.Yang terakhir adalah sekutu Portugisyang dalam perang itu memberikan bantuannya.
Persekutuan antara Lingga dan Portugis akhirnya berhasil merebut Bintang pada tahun 1525.Sultan Mahmud mengungsi ke Johor.Dengan adanya perebutan kekuasaan yang kronis di wilayah sekitar Selat Malaka, Aceh di bawah Sultan Ibrahim mendapat kesempatanmengadakan ekspansi.Usaha ini menjumpai perlawanan dari kerajaan-kerajaan melayu, antara lain Kerjaan Aru.Sementara itu Portugis berusaha mengatur hubungannya dengan Aceh lewat diplomasi.
Dari kedudukannya yang baru di Johor, Sultan Alaudin sebagai pengganti Sultan Mahmud,  menghimpun kekuatan untuk melawan Portugis.Dia mendapat bantuan Pahang dan Petani.Karena Johor merupakan ancaaman terus bagi Malaka maka Portugis berturut-turutmelakukan serangan terhadap pusat agresi itu, ialah pada bulan Mei 1523 di bawah da Gama dan setahun kemudian pada bulan Juni 1524di bawah Don Estevao.Keduanya mengalami kegagalan.Tiba-tiba Malaka dikepung oleh angkatan perang Aceh pada suatu malam bulan September 1537 di bawah pimpinan Alaudin, pengganti ibrahim.Hanya karena pasukan Aceh mulai merampok waktu masuk kota, serangan itu dapat dikembalikan oleh Portugis.Perang hegemoni menjadi-jadi karena Aceh meneruskan politik ekspansinya.Kedudukannya diperkuat oleh hubungan diplomasi yang terjalin dengan Turki dan Abesinia.Untuk dapat menguasai perdagangan kerajaan-kerajaan Melayu perlu ditaklukkan dan Portugis diusir dari Malaka.Langkah pertama ialah memerangi dan menaklukkan Aru.Dengan seratus kapal dan dua belas ribu orang pasukan di bawah pimpinan Kuti Ali Markar diserbunya Aru.Pertahanan orang Melayu gigih sekali dan hanya kareana pengkhianatan seorang pemuka saja, Aru dapat direbut oleh pasukan Aceh.Pemimpinnya adik ipar sultan Aceh, diberi gelar sultan Baros.Raja Aru gugur dan jandanya lari ke Malaka dimana dia mencari bantuan Portugis.Waktu bantuan itu tak kunjung datang ditunggu dan akhirnya Portugis tidak mengulurkan tangannya, janda sultan itu lari ke Johor.Disana kedatangannya disambut baik, bahkan ia diperistri oleh sultan Johor.
Di wilayah sekitar Selat Malaka perkembangan politik dalam abad XVI dipengaruhi oleh kehadiran Portugis sebagai faktor politik dan ekonomis.Didalam bidang politik Portugis tidak bertujuan memegang hegemoni dengan menjadikan kerajaan-kerajaan di wilayah itu sebagai vasalnya, maka tidak memegang peranan aktif menentukan dalam perebutan hegemoni.Selama Portugis menduduki Malaka, maka kedudukan ekonominya sangat strategis dan jadi penghalang bagi ekspansi baik Aceh maupun Johor.Pda satu pihak Aceh mendapat  manfaat dari pendudukan Portugis atas Malaka oleh karena memberi alternatif bagi para pedagang muslimin yang hendak menghindari Malaka.pada lain pihak kedudukan politik Johor tetap lemah apabila Malaka di bawah Portugis menyerap sebagian besar perdagangan internasional itu.Dalam menghadapi Malaka, Aceh sudah mempunyai kedudukan lebih menguntungan daripada Johor.Sebaliknya, bagi Portugis, Johor tidak hanya yang terdekat tetapi lebih gigih untuk merebut kembali Malaka.
Suatu faktor yang menguntungkan Johor ialah bahwa kerajaan mempunyai status serta kewibawaan di dunia Melayu karena merupakan kekuasaan yang berkedudukan.Maka dari itu mempunyai ketahanan yang tinggi serta kemampuan besar untuk menghimpun kekuataan bagi penyerangan Malaka.Serangan bertubi-tubi dari Portugis dapat dielakkannya.Pada pertengahan abad XVI Aceh telah menguasai daerah-daerah seperti Barus, Pedir, Pasai, Daya, dan Batak.Dalam menghadapi pertarungan antara Aceh dan Johor itu Portugis mengadakan aliansi, pada tahun 1551 dengan Johor dan pada tahun 1572 dengan Aceh.Aliansi yang pertama terbentuk oleh karena serangan Aceh terhadap Malaka secara langsung mengancam Johor, maka waktu Malaka dikepung Aceh (1568) sultan Johor mengirim angkatannya lautnya untuk membantu Portugis.Dalam menghadapi serangan Jepara, Portugis ternyata berdiri sendiri, oleh karena Aceh dan Johor ada di pihak Jepara.Diplomasi Portugis rupanya menunjukkan pola keseimbangan kekuasaan di wilayah.Pada tahun 1582 Aceh melakukan serangan terhadap Johor, maka bantuan yang diminta oleh Johor segera diberikan oleh Portugis.Pada tahun 1585 ada usaha lagi dari pihak Johor, baik llewat tipu muslihat maupun serangan senjata, untuk menguasai Malaka.Mengingat kekuatan Malaka itu, maka pada tahun 1587 Portugis mendekati Aceh untuk bersekutu dan bersama-sama menghancurkan Johor.

Perlawanan terhadap Bangsa Portugis di Maluku
Pada akhir 1512 Albuquerque mengirim ekspedisi ke daerah Maluku dan seanteronya,antara lain ke kepulauan Aru, Ambon, dan Banda.Ekspedisi kedua menuju Ternate dan Tidore, dimana orang-orang Portugis diterima oleh para sultan dengan ramah.Ekspedisi ketiga baru dilakukan pada tahun 1518.Diantara kerajaan-kerajaan di Maluku yang menonjol ialah Ternate, Tidore, Jilolo, dan Bacan.Bangsa spanyol diterima dengan baiak oleh Sultan Almansur, terutama karena merasa dikemudiankan oleh Portugis yang terlebih dulu singgah di Ternate.Kehadiran bangsa spanyol di Tidore diprotes oleh Portugis oleh karena merupakan pelanggaran perjanjian Todesillas pada tahun 1494.
Pertikaian antara bangsa Spanyol dan Portugis sungguh memperlemah kedudukan mereka.Salah satu ilustrasi seperti perebutan benteng yang dibangun bangsa Spanyol tahun 1527 di Tidore merupakan contoh dari situasi konflik yang kronis.Pada tahun 1530 terungkapkan komplotan untuk membinasakan bangsa Portugis.Janda Sultan Bajangullah dan Tawures, keduanya wali dari Pangeran Ayalo, bekerja sama untuk menumpas Bangsa Portugis.Setelah Tawures tertangkap, permaisuri sultan tersebut melarikan diri ke Tidore.Ayalo dipenjara dan seorang bernama Kaisyil Hatu diangkat sebagai raja.Ini menyebabkan rakyat Ternate merasa tidak puas.Pada tanggal 27 Mei 1531 para pemberontak melancarkan serangan dan membunuh panglima Portugis.
Pada tahun 1575 menjadi nyatalah bahwa Benteng di Ternate sukar dipertahankan lebih lanjut.Baabullah menawarkan untuk berunding.Salah satu politik yang diajukan ialah bahwa orang-orang Portugis dan orang pribumi secara bebas dapat meninggalkan Benteng, asal dia mendapat imbalan dari pembunuhan ayahnya.Sebelum 1576 Ternate ditinggalkan oleh Portugis.

Diplomasi VOC terhadap Mataram,Trunajaya dan Kontingen Makassar/Bugis
Situasi politik pada awal tahun 1667 di Jawa diliputi oleh suasana perang penuh dengan sikap bermusuhan.Dengan didudukinya pesisir Jawa Timur oleh Trunajaya, kekuasaan Mataram hanya meliputi Jawa Tengah dan banyak daerah Mancanegara terlepas dari pengawasannya.Selama ancaman Trunajaya masih riil, maka VOC dapat membuka perundingan dengan Mataram dari posisi yang kuat dan mengajukan tuntutan yang mendukung kepentingannya, yaitu konsensi-konsensi lebih besar bagi perdagangan dan kedudukan politiknya di Jawa.Dari pihak mataram masih ada faktor yang menghalang-halangi terlaksananya perjanjian, yaitu partai anti-Belanda.
Di mata Kumpeni, Trunajaya tidak akan mudah melepaskan tujuan gerakannya, sehingga perundingan dilakukan sekedar untuk membatasi kegiatannya, jangan sampai meluas di seluruh Jawa.Kehadiran kontigen Makassar yang menduduki Madura serta konflik besar dengan Trunajaya dipergunakan oleh VOC sebagai alat ancaman terhadap Trunajaya.Setelah usaha mendekati kontingen Makassar tidak berhasil, menjadi jelaslah bagi VOC strategi mana yang harus ditempuh agar dapat membelah kepentingannya di Jawa.Bahwasanya masalah tersebut diatas sangat gawat dimata VOC terbukti dari penunjukan Speelman sebagai duta, seorang yang telah berjasa dan membuktikan keterampilan diplomatiknya di kawasan Indonesia Timur pada umumnya dan di Sulawesi Selatan khususnya.Dihadapkan dengan situasi yang penuh faktor tak menentu Speelman bergerak secara hati-hati, antara lain agar dapat menjajaki lawan, baik kondisi maupun motivasinya, untuk menentukan kelemahan-kelemahanyang dapat dieksploitasi.Semula hati Kumpeni mendua antara Mataram dan Trunajaya, maka Kumpeni menjaga netralitas yang ketat.Keraguan-raguannya juga membuktikan bahwa kedudukan VOC tidak terlalu kuat, terutama mengenai sumber daya serta tenaganya.Kekuatan peranan VOC sebenarnya ada pada kenyataan yang mirip dengan apa yang dihadapi di Sulawesi Selatan, ialah adanya kekuatan antagonistis yang tidak dapat ditemukan: Mataram versus Trunajaya.Akhirnya VOC bertaruh pada "kuda" yang akan menang.

Penetrasi VOC di Maluku,Banda,dan Ambon
Sebagai daerah yang menjadi pangkal rute perdagangan rempah-rempah yang memiliki monopoli alamiah pelbagai hasil rempah-rempah itu, VOC segera berusaha meletakkan basisnya di wilayah itu dengan mengadakan kontrak dengan penguasa setempat, mendirikan factory dan loji atau benteng.Pada tahun 1603 mengadakan "perjanjian abadi" dengan Hitu, antara lain untuk saling membantu dalam menghadapi musuh, yaitu bangsa Portugis.Yang menarik ialah bahwa VOC belum menuntut monopoli pembelian rempah-rempah.Hubungan antara VOC dan rakyat Hitu, seperti di nyatakan dalam perjanjian yang diperbaharui pada tahun 1609, memberi kedudukan bangsa Hitu sebagai sekutu dan bukan sebagai bawahan.Kapitan Hitu Tepil diakui sebagai penguasa wilayah.
Pada tahun 1607 VOC juga telah membuat perjanjian dengan Ternate yang secara formal memegang hegemoni di Seram Barat, termasuk Luhu, Kambelo, Lusidi, Hitu dan Maluku Selatan pada umumnya.Dalam kontrak itu VOC berhasil memproleh monopoli dalam perdagangan cengkeh.
Yang sering terjadi kemudian mengenai perjanjian tersebut ialah bahwa rakyat dan raja-raja sering melanggarnya sehingga membangkitkan konflik dengan VOC.Dengan demikian terbukti bahwa kekuasaan Ternate sudah tidak efektif lagi, maka VOC terpaksa melakukan perjanjian tersendiri dengan raja-raja di Seram Barat tersebut diatas (1609).Sudah barang tentu sistem monopoli yang dipaksakan oleh VOC menimbulkan tantangan, penghindaran, dan pergolakan di kalangan rakyat. Karena pedagang-pedagang asing lainnya dapat memberi harga lebih tinggi, bukan 60 tetapi 80 atau 100 ringgit per bahan, maka ada kecenderungan menjual kepada mereka atau pedagang pribumi, seperti dari Makassar dan Jawa. Hal ini dipandang oleh VOC sebagai penyelundupan dan harus diberantas dengan kekerasan. Dengan demikian melalui proses umpan balik timbul pemberontakan-pemberontakan, dan politik penindasan VOC semakin penuh kekerasan. Perlawanan terhadap VOC itu tidak jarang mendapat dukungan dari lawan-lawan VOC, antara lain bangsa Spanyol, Inggris, Makassar, dan Jawa.
Meskipun hak monopoli telah diberikan kepada VOC oleh Raja Hamzah, akan tetapi banyak hasil cengkeh dijual kepada pedagang Makassar dan Bugis dengan sepengetahuan para Kimelaha itu. Pada tahun 1624 Luhu menjual kepada orang Makassar 150 bahar dan kepada VOC nihil. Untuk memberantas "penyelundupan" itu setelah menimbun cengkeh untuk persediaan 10 tahun VOC memerintahkan penebangan secara besar-besaran. Tindakan itu membangkitkan kebencian terhadap Kumpeni di kalangan rakyat. Kapitan Hitu, Kakiali dituduh bersekongkol dengan para Kimelaha dan pada tahun 1634 ditangkap dan diangkut ke Batavia. Karena pengaruhnya sangat besar, penangkapan itu hanya menambah kegelisahan rakyat saja. Serangan VOC terhadap Lusisala sebagai pusat "penyelundupan" gagal, antara lain karena pasukan Kumpeni terserang epidemi. Banyak rakyat Ambon mengungsi dan di Nisalaut timbul pemberontakan, yang baru dapat dipadamkan pada bulan Maret 1637. Peranan kepemimpinan Kakiali, putra Kapitan Hitu Tepil, dalam perjuangan rakyat Hitu cukup menarik.
Sepeninggalan Raja Hamzah, Raja Mandarshah naik tahta. Sejak awal pemerintahannya ada kegelisahan dari pihak yang anti-VOC oleh karena ia terlalu lunak terhadap Kumpeni. Lagi pula timbullah kekhawatiran bahwa golongan islam terdesak. Perpecahan memuncak dan meletuslah Revolusi Istana pada tanggal 31 Juli 1650, Waktu Manila diproklamasikan sebagai raja untuk menggantikan Mandarshah. Pengiriman ekspedisi VOC di bawah ke Vlaming menimbulkan kegoncangan di kalangan pemberontak dan Manila kemudian menyerah. Sebagian dari mereka meneruskan perjuangan di bawah pimpinan Kecili Said. Mereka meninggalkan Ternate dan memusatkan perlawanan di Howamohel.Tanggal 10 Maret 1651 dilancarkan serangan-serangan terhadap loji-loji VOC; di Howamohel tinggal loji di Luhu yang dapat dipertahankannya; lainnya jatuh di tangan pemberontak yaitu di Kambelo, Assahudi, Lessidi. Apa yang dikhawatirkan oleh rakyat benar-benar dijalankan oleh VOC, yaitu pembinasaan kebun cengkeh di daerah-daerah pemberontakan. Siasat ini sesuai dengan kondisi-kondisi yang dipaksakan kepada Mandarshah dalam perjanjian 31 Januari 1652, antara lain penanaman cengkeh di daerah-daerah dalam kerajaan Ternate dilarang, hanya diperbolehkan di Ambon dan  daerah VOC lainnya. Di samping itu jabatan Kimelaha di Seram dihapus, daerah itu diperintah langsung oleh gubernur VOC. VOC bebas dalam mendirikan benteng di mana saja, melarang semua orang asing mengunjungi daerah tersebut di atas. Sebagai ganti rugi Mandarshah menerima 12 ribu real setiap tahun.

Masa Pergolakan, Perpecahan, Pemberontakan dan Perang (1670-1800)
           Dengan meninggalnya tokoh-tokoh kuat kerajaan-kerajaan mulailah periode penuh konflik intern, perebutan tahta, pemberontakan, kesemuanya mengakibatkan krisis politik yang membawa desintegrasi serta kemerosotan kerajaan pada satu pihak, dan penetrasi VOC yang semakin dalam pihak lain.
         Sehubungan dengan itu muncullah pola baru dalam pergolakan politik di dalam sejarah Indonesia ialah bahwa politik VOC menunjukkan kecenderungan untuk beraliansi dengan pihak-pihak yang berjuang tidak dengan nada-atas religius, suatu hal yang wajar oleh karena pihak lawannya memakai ideologi religius dan bertalian erat dengan itu semangat anti-kafir atauNeerlandophobia.

Sejarah berdirinya negara prancis
            Perancis, secara resmi Republik Perancis (bahasa Perancis: République française, ejaan Perancis: [ʁepyblik fʁɑ̃sɛz]), merupakan sebuah negara yang teritori metropolitannya terletak di Eropa Barat dan juga memiliki berbagai pulau dan teritori seberang laut yang terletak di benua lain. [1] Perancis Metropolitan memanjang dari Laut Mediterania hingga Selat Inggris dan Laut Utara, dan dari Rhine ke Samudera Atlantik. Orang Perancis sering menyebut Perancis Metropolitan sebagai "L'Hexagone" ("Heksagon") karena bentuk geometris teritorinya. Perancis adalah sebuah republik kesatuan semi-presidensia yang tidak punya presiden. Ideologi utamanya tercantum dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara.
             Perancis berbatasan dengan Belgia, Luksemburg, Jerman, Swiss, Italia, Monako, Andorra, dan Spanyol. Karena memiliki departemen seberang laut, Perancis juga berbagi perbatasan tanah dengan Brazil dan Suriname (berbatasan dengan Guyana Perancis), dan Antillen Belanda (berbatasan dengan Saint-Martin). Perancis juga terhubung dengan Britania Raya oleh Terowongan Channel, yang berada di bawah Selat Inggris.
             Perancis telah menjadi salah satu kekuatan terbesar dunia sejak pertengahan abad ke-17. Di abad ke-18 dan 19, Perancis membuat salah satu imperium kolonial terbesar saat itu, membentang sepanjang Afrika Barat dan Asia Tenggara, memengaruhi budaya dan politik daerah. Perancis adalah negara maju, dengan ekonomi terbesar keenam (PDB nominal) atau kedelapan (PPP) terbesar di dunia. Merupakan negara yang paling banyak dikunjungi di dunia, menerima 82 juta turis asing per tahun (termasuk pelancong bisnis, tapi tak termasuk orang yang menetap kurang dari 24 jam di Perancis).[2] Perancis adalah salah satu negara pendiri Uni Eropa, dan memiliki wilayah terbesar dari semua anggota. Perancis juga negara pendiri Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan anggota Francophonie, G8, NATO, dan Uni Latin. Merupakan salah satu lima anggota permanen Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa juga kekuatan nuklir yang besar dengan 360 hulu ledak aktif dan 59 pembangkit listrik tenaga nuklir.
             Nama "France" berasal dari Francia Latin, yang berarti "tanah bangsa Frank" atau "Frankland". Terdapat berbagai teori asal nama Frank. Salah satunya berasal dari kata Proto Jermanik frankon yang diartikan sebagai javelin atau lance karena kapak lempar Frank yang dikenal sebagai francisca. Etimologi lainnya adalah bahwa dalam sebuah bahasa Jermanik kuno, Frank berarti "bebas" yang merujuk pada budak. Kata ini masih digunakan dalam bahasa Perancis sebagai franc, juga digunakan sebagai penerjemahan "Frank" dan nama mata uang lokal, hingga penggunaan euro pada tahun 2000-an. Tetapi, selain nama etnis Frank berasal dari kata frank, juga mungkin bahwa kata ini berasal dari nama etnis Frank,[rujukan?] hubungannya adalah bahwa hanya Frank, sebagai kelas yang berkuasa, memiliki status warga merdeka. Dalam bahasa Jerman, Perancis masih disebut Frankreich, yang berarti "Kerajaan Bangsa Frank". Untuk membedakannya dari Kekaisaran Frank Charlemagne, Perancis Modern disebut Frankreich, sementara Kerajaan Frank disebut Frankenreich.
              Kata "Frank" telah digunakan sejak kejatuhan Roma hingga Abad Pertengahan, dari pengangkatan Hugh Capet sebagai "Raja Frank" ("Rex Francorium") menjadi biasa merujuk pada Kerajaan Francia, yang kemudian menjadi Perancis. Raja Capetia menurun dari Robertine, yang memiliki dua raja Frank, dan sebelumnya memegang gelar "Duke of the Franks" ("dux Francorum"). Tanah Frank meliputi sebagian Perancis Utara modern tapi karena kekuasaan raja dilemahkan oleh pangeran regional sebutan ini kemudian ditetapkan pada demesne kerajaan sebagai tangan pendek. Hingga akhirnya nama ini diambil untuk seluruh Kerajaan sebagai kekuasaan sentral ditetapkan untuk seluruh kerajaan.

              Perancis Metropolitan menempati wilayah seluas 547.030 kilometer persegi (211.209 sq mi), wilayah negara terluas di antara semua anggota Uni Eropa dan sedikit lebih besar dari Spanyol. Perancis memiliki berbagai macam lanskap, mulai dataran pantai di utara dan barat hingga jejaring pegunungan Alpen di tenggara, Massif Central di tengah-selatan dan Pyrenees di baratdaya. Di ketinggian 4.807 meter (15.770 ft) di atas permukaan laut, titik tertinggi di Eropa Barat, Mont Blanc, terletak di Alpen di perbatasan antara Perancis dan Italia. Perancis Metropolitan juga memiliki sistem sungai panjang seperti Loire, Garonne, Seine dan Rhône, yang membelah Massif Central dari Alpen dan mengalir ke Laut Mediterania di Camargue, titik terendah di Perancis(2 m / 6.5 ft di bawah permukaan laut). Corsica terletak di lepas pantai Mediterania.Total luas tanah Perancis, dengan departemen dan teritori seberang lautnya (tak termasuk Daratan Adélie), adalah 674.843 kilometer persegi (260.558 sq mi), 0.45% dari luas Bumi. Tetapi, Perancis memiliki Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) terbesar kedua di dunia, dengan 11.035.000 kilometer persegi (4.260.000 sq mi), sekitar 8% dari total permukaan semua ZEE dunia, setelah Amerika Serikat (11.351.000 km² / 4.383.000 sq mi) dan sebelum Australia (8.232.000 km² / 3.178.000 sq mi).

               Perancis Metropolitan terletak antara 41° dan 51° Utara, di sisi barat Eropa, dan terletak di zona iklim sedang utara. Wilayah utara dan baratlaut memiliki iklim sedang, sementara gabungan pengaruh laut, garis lintang dan ketinggian menghasilkan berbagai iklim di seluruh Perancis Metropolitan.[9] Di tenggara iklim Mediterania terjadi. Di barat, iklim didominasi laut dengan curah hujan tinggi, musim dingin sejuk hingga musim panas hangat. Di darat iklimnya lebih kontinental dengan musim panas yang panas dan berbadai, musim dingin yang dingin dan kurang hujan. Iklim Alpen dan wilayah pegunungan lainnya adalah alpen, dengan jumlah hari dengan temperatur di bawah nol hampir 150 per tahun dan salju menutupi hingga enam bulan.
              Perbatasan Perancis modern sama dengan Galia kuno, yang dihuni oleh Galia Kelt. Galia dikuasai untuk Roma oleh Julius Caesar pada abad ke-1 SM, dan Galia menggunakan Romawi (Latin, dimana berkembanglah bahasa Perancis) dan budaya Romawi. Kristen masuk pada abad ke-2 dan 3 M, dan ditetapkan pada abad ke-4 dan 5 sehingga St. Jerome menulis bahwa Galia satu-satunya wilayah yang "bebas dari kepercayaan menyimpang".
Pada abad ke-4 M, pertahanan timur Galia di sepanjang Rhine dihancurkan suku Jermanik, khususnya dari Frank, darinyalah nama kuno "Francie" berasal. Nama modern "France" berasal dari nama domain feodal Raja Capetia Perancis di sekitar Paris. Frank adalah suku pertama di antara penguasa Jermanik di Eropa setelah keruntuhan Kekaisaran Romawi untuk berpindah agama ke Kristen Katolik daripada Arianisme (Raja Clovis berpindah agama pada 498); sehingga Perancis memperoleh julukan "Gereja termuda" (La fille ainée de l'Église), dan Perancis mengambilnya sebagai penyesuaian julukan "Kerajaan Perancis Paling Kristen".

              Pendirian sebagai entitas terpisah dimulai dengan Perjanjian Verdun (843), dengan pembagian Kekaisaran Karoling Charlemagne menjadi Francia Timur, Francia Tengah dan Francia Barat. Francia Barat adalah wilayah yang diduduki Perancis modern dan awal dari Perancis modern. Dinasti Karoling memimpin Perancis hingga 987, ketika Hugh Capet, Duke of France dan Bangsawan Paris, diangkat sebagai Raja Perancis. Keturunannya, Capetia Langsung, Dinasti Valois dan Dinasti Bourbon, mempersatukan negara melalui berbagai perang dan pewarisan dinasti. Monarki ini mencapai kejayaannya selama abad ke-17 dan kekuasaan Louis XIV dari Perancis. Pada waktu itu Perancis memiliki jumlah penduduk terbesar di Eropa (lihat Demografi Perancis) dan memiliki pengaruh hebat terhadap politik, ekonomi, dan budaya Eropa. Perancis menjadi, dan ditetapkan selama beberapa waktu, bahasa umum dalam urusan luar negeri. Banyak Pencerahan terjadi di dalam lingkaran intelektual Perancis, dan banyak penemuan ilmiah berasal dari ilmuwan Perancis pada abad ke-18. Selain itu, Perancis memiliki berbagai jajahan di Amerika, Afrika dan Asia.


DAFTAR PUSAKA
{1}. Kartodirdjo sartono,1999,Pengantar Sejarah Baru :1500-1900,Jakarta,Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama

No comments:

Post a Comment