MAMAN KURNIAWAN / PIS
Sebenarnya kerajaan majapahit muncul setelah karajaan singusari mengalami kehancuran, karena akibat dari serangan karajaan Daha. Raja singusari pada waktu itu adalah raja kartanegara sedangkan patihnya adalah Raden Wijaya.Setelah pertarungan kedua belah pihak kerajaan Singusari akhirnya musnah pada tahun 1292.Sedangkan Raden Wijaya mundur kearah utara dan mendapatkan perlindungan dari kerajaan Madura.Kemudian raden Wijaya mengatur strategi untuk membalas kerajaan Daha atas kematian martua beliau yaitu raja kartanegara dan dari sinilah terbentuklah kerajaan majapahit.
Dengan kerajaan Majapahit yang disahkan oleh Raden Wijaya dengan gelar sebagai Prabu Kertajasa Jayawardana selapas dari kehancuran kerajaan Kendiri yang dimusnahakan oleh pasukan dari china (Tiongkok) oleh Dinasti Ming yang ingin menyerang Prabu Kertanegara namun dapat dipengarui oleh pemerintah Majapahit untuk menyerang Kendiri dan akhirnya kerajaan kendiri di musnahkan. Setelah itu Majapahit berkembang dan muncul sebagai kuasa besar di Asia Tenggara.Mengikut pandangan sarjarah Majapahit mengalami tiga situasi pemerintahan.Pertama adalah zaman permulaan kedua adalah zaman kegemilangan dan yang terakhir adalah zaman kemerosotan.
Zaman kegemilangan adalah semasa Majapahit diperintah oleh Hayam Wuruk.Dia merupakan anak dari Puteri Djajawisnuwardani dengan Kertawardana. Sebelum kelahiran dia, lahir seorang anak lagi yang akan menjadi nadi kegemilangan Majapahit yaitu Mangkubumi Gajah Mada yang memainkan peranan penting dalam keagungan kerajaan Majapahit. Hayam Wuruk yang mengunakan gelaran Rajasanegara merupakan pemerintahan yang keempat Majapahit yang bermula pada tahun 1328-1389 M.
Zaman pemerintahan Hayam Wuruk yang dibantu oleh Mangkabuminya Patih Gajah Mada mengalami puncak kegemilangan dimana seluruh kawasan nusantara di bawah naungan kerajaan Majapahit. Dengan bantuan kebijaksanaan dan sumpah Mangkabuminya yang dikenali sebagai sumpah palapa, dimana majapahit dapat menyatukan seluruh kerajaan di Nusantara termasuk Pahang, Palembang, dan Temasik. Namun baliau telah meninggal dunia semasa Majapahit diambang kemegahan, yaitu pada tahun 1363.
Setelah kehilang perdana menteri yang bijaksana maka politik kerjaan mengalami perubahan karena jabatan yang dipegang mangkabumi tidak mampu menanganinya.Selanjutnya jabatan yang dipegang olehnya dibagikan kepada beberapa adipati untuk diperintah.Setelah itu mulai lemah kerajaan Majapahit walaupun tidak lagi menyeluruh namun, sudah mulai ada kepincangan politik.Dan pada tahun 1389 M merupakan titik tolak kemerosotan kerajaan Majapahit apabila Prabu Rajasanegara (Hayam Wuruk) telah meninggal dunia.Disini keadaan digambarkan keruntuhan seratus tahun yang tidak dapat membangun lagi.Kemangkatan Hayam Wuruk menjadikan kekuasan Majapahit semangkin tidak terkendali akibat bermulanya perebutan tahta kerajaan dan kepincangan politik. Setelah kemangkatan dua tokoh yang agung dalam kegemilangan kerajaan Majapahit yakni Mangkabuminya yang merangkap perdana menteri majapahit Gajah Mada 1364 M dan Hayam Wuruk 1389 M maka era selepas ini dinamakan sebagai zaman kemerosotan majapahit yang akhirnya membawa keruntuhan kerajaan Majapahit.
Penyebab Keruntuhan Kerajaan Majapahit
Selepas kemangkatan Hayam Wuruk pada tahun 1389 M, maka pemerintahan kerajaan pengganti selanjutnya. Penganti tahta kerajaan sesudah Hayam Wuruk adalah Wirakramawardani yang memerintah dari tahun 1389-1429 M merupakan menantu Hayam Wuruk.Pada pemerintahan Wirakramawardani politik kerajaan mulai merosot akibat ketidakpuasan hati dari saudara keturunan Rajasanegara yang membawa kelemahan kerajaan Majapahit[3]. Perang saudara mula meletus akibat Virabumi tidak tunduk terhadap penguasa Majapahit. Perang tercetus, ini mengakibatkan kepincangan politik Majapahit dan menyebabkan daerah kawasan majapahit memecahkan diri.Hal ini dibuktikan dengan pembebasan Palembang dari kekuasaan majapahit.Serta kemunculan Melaka pada kurun ke 15 M. Hal ini menunjukan kelemahan raja Majapahit menyebabkan banyak negeri tidak lagi mengiktiraf kerajaan majapahit dan mencoba untuk membuat kerajaan sendiri
Akibat daripada perang saudara diantara Virabumi dan Wirakramawardani menyebabkan Virabumi terbunuh pada tahun 1406 M dan kota Varabumi ditawan. Namun perang tersebut menyebebkan kematian pegawai China. Hal ini menyebabkan hubungan dengan kerajaan china mulai renggang, walaupun hati maharaja cina dapat diredakan dengan meminta ganti rugi yang dibayar oleh Wikramawardani untuk menebus kematian pegawai cina dalam perang tersebut.Namun Cina menjaga perhubunganya dengan negeri di timur.Pada tahun 1429 M raja Wikramawardani meninggal dunia dan pemerintahan diwariskan kepada anaknya yaitu Ratu Suhita (1429-1447 M).
Pada pemerintah Ratu Suhita terjadi satu pemberontakan yang dipimpin oleh Bhre Daha.Ini menunjukan lemahnya pemerintah yang mengakibatkan pemberontakan untuk mengulingkan kerajaan.Selepas kematian Ratu Suhita pada tahun 1447 M tahta kerajaan dipegang oleh Raja Kertavijaya yang merupakan saudara laki-laki Ratu Suhita. Ekonomi kerajaan Majapahit semangkin lemah akibat kelemahan pemerintah Majapahit sendiri kerana, banyak daerah yang dulunya menjadi nadi ekonomi majapahit mulai tidak berhubungan dengan kota Majapahit seperti kalimantan timur dan pelembang.
Setelah pemerintahan Raja Kertavijaya kerajaan Majapahit diperintah oleh Seri Radjasawardana pada tahun 1451-1453 M, namun selepas kematian tiada warisan yang memerintah kerajaan Majapahit dan menyebabkan Majapahit tidak punya pemimpin. Dicatatkan bahwa ketika tahun 1453-1456 M Majapahit tidak mempunyai Raja.Sehingga kemunculan Hiang Purwawisjesa.Namun pada masa pemerintahan Hiang Purwawisjesa Majapahit memindahkan pusat pemerintahan ke Tumapil.Hiang Purwawisjesa memerintah selama sepuluh tahun (1465-1466).
Setelah itu kerajaan Majapahit diperintah oleh beberapa orang raja sehingga, tiga orang raja terakhir yang memimpin tahta kerajaan Majapahit yaitu Bera Widjaja yang berkuasa di Majapahit yang dikenal sebagai Prabu Adipati Udara dan Prabu Maharadja Adipati Unus. Pemerintahan pusat semankin lemah apabila ketenteraan Majapahit mulai lumpuh kerana tidak mampu menepis serangan dari luar lagi, ini menunjukkan betapa lemahnya raja ketika memerintah Majapahit. Perkara ini dibuktikan semasa serangan yang dilakukan oleh demak dalam era pemerintahan Bera Wijaya tidak mampu untuk menepis serangan tersebut yang menyebabkan kota Majapahit di diruntuhkan.
Sehubungan dengan itu juga, kelemahan raja-raja Majapahit yang terakhir yakni Bira Wijaya adalah tidak mampu mengawal perairan di selat Melaka. Pemerintah Majapahit ketika itu jelas kelihatan runtuh dan terpaksa membuat perjanjian dengan Melaka.Perjanjian yang di lakukan pada tahun 1518 M adalah peristiwa penting kerana terpaksa melakukan satu perjanjian dengan Melaka. hal ini menunjukan kemerosotan Majapahit apabila melakukan perjanjian dengan pemerintah yang dulunya dibewah kekuasaan Majapahit. Sebelum Negara Majapahit lenyap di Nusantara juga merupakan akibat serangan dari Demak.Peristiwa ini jelas menunjukan bahwa setelah zaman keemasan era pemerintahan Hayam Wuruk maka pemerintah kerajaan menjadi yang lemah, tidak bijaksana dalam menangani permasalahan politik yang menyebabkan kerajaan mejapahit kehilangan kewibawaan sehingga pemerintah terakhir sebelum dimusnahkann oleh kerajaan Demak.Akhirnya kerajaan Majapahit jatuh dan tidak dapat dibentuk lagi.
Keadaan Setelah Gajah Mada dan Hayam Wuruk
Kematian gajah mada pada tahun 1364 M adalah titik tolak kemerosotan politik di pusat pemerintahan Majapahit.Sebelum beliau meninggal dunia keadaan Majapahit yang begitu gemilang kerana Majapahit diambang kejayaan.Namun setelah beliau meninggal, maka jabatan beliau tidak ada yang mampu memikul dan terpaksa diserahkan kepada beberapa adipati, ini mengambarkan tiada yang mampu menlanjutkan kedudukan Gajah Madah.Kematian beliau menyedihkan Prabu Hayam Wuruk sebelum wafat kerana tiada yang mampu mengantikan kebijaksanaanya. Hal ini menyebabkan jabatan Gajah Mada dipimpin oleh empat orang adipati kerajaan, yaitu Warda Menteri (menteri sapuh), Bernama Pu Tading, Tumenggug (mantjanegera) Pu Nala, Menteri Anom Patih dan Perdana Menteri.
Perkara ini mengambarkan bahwa setelah kemangkatan Gajah Madah, politik kerajaan Majapahit mengalami perubahan yang begitu besar.Majapahit terpaksa berusaha mencari yang terbaik untuk mengantikan jabatan yang ditinggalkan oleh Gajah Mada dan kesan dari kejadian tersebut maka bermulalah kemerosotan Majapahit walaupun tidak lagi nyata hingga kemangkatan Prabu Hayam Wuruk.
Dalam keadaan Majapahit yang menghampiri kemerosotan, akhirnya bermula setelah kematian Hayam Wuruk pada 1389 M setelah dua puluh lima tahun kematian Gaja Madah. Kematiannya membawa kemerosotan Majapahit setelah tahta kerajaan beliau DIwariskan kepada menantunya yakni Wikramawardana.Hal ini mengakibatkan bibit-bibit pergolakan politik bermula walaupun pada permulaanya tidak berlaku.Sehingga timbul persoalan siapa yang berhak menguasai tahta kerajaan dari anak silirnya Wirabumi.
Pergolakan Politik dan Perang Saudara
Faktor lain yang membawa kemerosotan kerajaan majapahit adalah disebabkan oleh perang saudara yang terjadi sesudah kematian Hayam Wuruk. Perang saudara yang dikenal sebagai perang Paregreg itu akibat daripada persoalan warisan pemerintahan yang lebih layak memimpin kerajaan Majapahit. Perang saudara terjadi akibat dari keinginan untuk menduduki tahta kerajaan. Pada masa Hayam Wuruk masih hidup, dia telah mewasiatkan bahwa sesudah beliau wafat tahta kerajaan akan diteruskan oleh menantunya yakni Wirakramawardana suami dari puteri Kasumawardani. Namun Hayam Wuruk juga meningalkan warisan dari selirnya yang bernama Raja Wirabumi yang ditempatkan disebelah timur Jawa. Maka wujud dua keluarga dari keturunan yang sama. Hal ini menyebabkan berlaku pergolakan politik diantara kuasa pusat yang diperintah oleh Wirakramawardana dan kuasa peringkat daerah yang diperintah oleh Wirabumi dan akhirnya terjadi perang saudara.
Wirabumi tidak patuh terhadap kerajaan pusat kerana Wirakramawardana hanyalah menantu Hayam Wuruk, sedangkan Wirabumi adalah anak dari selir dari Prabu Hayam Huruk.Ini merupakan awal Wirabumi tidak tunduk kepada kerajaan yang berpusat di Majapahit.Maka setelah pergolakan diantara dua keluarga maka, terjadilah perang saudara pada tahun 1404-1406 M yang dikenal sebagai perang Paregreg.
Akibat perang saudara mengakibatakan saling menjatuhkan antara saudara satu dengan yang lainnya.Keadaan ini terbukti pada Ratu Suhita menaiki tahta kerajaan Majapahit pada tahun 1429M. Pemerintahannya berat sebelah karena golongan yang dulu melawan Wirabumi.Hal ini menunjukandendam dikalangan keluarga pemerintah kerajaan yang mengakibatkan pemerintahan pusat tidak lagi aman.
Berdirinya Pecahan Kerajaan Mejapahit
Munculnya Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Fatah telah mengalahkan pertahanan Majapahit, banyak faktor yang membawa kemenangan Demak terhadap Majapahit. Faktor-faktor yang mempengarui terhadap kemenangan Demak adalah disebabkan oleh, fungsi Demak dapat mengusai perdagangan di dua pelabuhan utama yaitu pelabuhan Japara dan Gerisik.Dengan menguasai pelabuhan, Demak dapat menguasai kawasan dataran penanaman padi yang terbentang luas di kawasan tersebut.Kekuasan kerajaan Demak diteruskan oleh Raden Fateh yakni Pati Yunus dia tidak memerintah lama lalu digantikan oleh saudaranya yaitu Teranggana.Pada pemarintahan Teranggana Demak diambang kegemilangan dan telah mengunakan gelaran sultan.
Kemunculan Demak sebagai kerajaan islam di tanah Jawa menyebabkan Majapahit semakin terhimpit dalam situasinya yang semakin dalam. Majapahit tidak mampu mempertahankan kewibawaanya dari semua serangan luar.Pada pemerintahan raja terakhir Majapahit, yakni Raja Udara pada tahun 1518 M Majapahit diserang oleh Dipati Yunus yang berkuasa di Demak yang meruntuhkan pusat kerajaan Majapahit. Perkara ini menunjukan Majapahit tidak lagi berdaya untuk mempertahankan kerajaanya walaupun di serang kerajaan kecil yang tidak mempunyai pasukan yang banyak, ini mengambarkan kemerosotan Majapahit yang tidak mampu lagi.
Selain itu, juga diakibatkan munculnya Melaka pada tahun 1400 M. juga karena faktor kemerosotan dan keruntuhan kerajaan Majapahit. Melaka yang disahkan oleh raja Palembang yaitu Paramiswara merupakan anak Sang Aji yang telah membebaskan diri dari lingkungan kerajaan Majapahit setelah dia berkeyakinan akan dapat mewujudkan kerajaan Sriwijaya. Mulai kelihatan kemerosotannya, dia merupakan wakil kerajaan Majapahit untuk memerintah Palembang disamping itu dia adalah menantu Hayam Wuruk.Paramiswara yang telah melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit dengan melakukan penyucian diri yang dikenal sebagai abheseka.Melalui penyucian tersebut Paramiswara telah mengelarkan dirinya sebagai Sri Tri Buana yang membawa makna Maharaja Tiga Buana. Dengan itu Majapahit menyerang paramiswara ketika di Palembang, lalu melarikan diri ke Temasik (pulau Singgapura) untuk mendapatkan perlindungan dari pemerintah temasik yang merupakan wakil kerajaan Ayudhya di Thailand. Namun beliau akhirnya berpindah ke Muar dimanadia mendapatserangan dari tentera Ayudhya karena beliau telah membunuh pemerintah Temasik ketika menjadi wakil kerjaan Majapahit. Sehingga sampai ke muara di Bertam lalu mendirikan kerajaan disana.
Setelah beberapa lama akhirnya Melaka muncul sebagai satu kerajaan yang unggul di selat Melaka dan terkenal sebagai pusat perdagang.Kerajaan Malaka mengukuhkan diri dengan bekerjasama terhadap kerajan Cina, hal ini menyebabkan tidak ada kerajaan lain yang berani menyerang Melaka ketika itu termasuklah Majapahit. Kunjungan wakil Maharaja Yung-Lo ke Melaka pada tahun 1404 M mengukuhkan kedudukan Melaka.Perkara ini menandakan bahwa kerajaan Majapahit telah hilang pengaruh di selat Melaka dalam kegiatan perdagangan.Melaka yang terkenal dengan pelabuhan enterpotnya menyebabkan ekonomi Majapahit sudah menurun kerana pelabuhan yang dibawahi kekuasan Majapahit tidak lagi menjadi perhatian oleh para pedagang kerana pelabuhan di bawah Kerajaan Melaka.
Daftar Pustaka
Slamet Muljana, 2005. Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, (Yogyakarta: Lkis.
Soejono, R.P. (Ed. dkk.). 2010. Jaman Kuno. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: P.N. Balai Pustaka.
M.C. Ricklefs, 1989. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustak.
Nengah Bawa Atmadja, 2010. Genealogi Keruntuhan Majapahit, Islamisasi, Toleransi, dan Pemertahanan Agama Hindu di Bali. Yogyakarta: Pustaka belajar.
No comments:
Post a Comment